Anda di halaman 1dari 31

Case Report Session

Hari/Tanggal: Rabu, 23 Januari 2019

NASKAH PSIKIATRI
F 41.1Gangguan Anxietas Menyeluruh

Nama Dokter Muda : Dita Viviant Sagith P. 2654 A

M. Fathurrahman S P. 2645 A

Suciliani Deyosky P. 2641 A

Nama Preseptor : dr. Rini Gusya Liza, Sp. KJ

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS / SMF PSIKIATRI
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul “Gangguan Anxietas Menyeluruh” ini
dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan kasus ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai

Gangguan Anxietas Menyeluruh, serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan

kepaniteraan klinik senior di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu

dalam pembuatan laporan kasus ini, khususnya dr. Rini Gusya Liza, Sp. KJ sebagai preseptor

yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan saran, perbaikan dan bimbingan

kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan sesama dokter

muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu disini.

Dengan demikian, kami berharap laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan serta meningkatkan pemahaman semua pihak tentang Gangguan Anxietas

Menyeluruh.

Padang, Januari 2019

Penulis

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa
cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.
Kecemasan yang dimiliki seseorang yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan
ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika
kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas
umumnya.1
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.1
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat
sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal
sebenarnya suatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan
tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif,
misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar
secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.2
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling lazim terjadi di
masyarakat umum. Hampir 30 juta orang yang terkena gangguan ini di Amerika Serikat, dengan
angka kejadian pada wanita yang dapat terkena hampir dua kali lebih sering dibanding pria.
Gangguan kecemasan yang berhubungan dengan kejadian morbiditas yang cukup signifikan,
sering menjadi kronis dan cenderung resisten terhadap pengobatan.3
Terdapat aspek menarik dari gangguan kecemasan yaitu interaksi antara faktor genetik
dan pengalaman. Ada sedikit keraguan bahwa gen yang abnormal dapat menyebabkan
seseorang rentan terhadap keadaan kecemasan patologis, namun bukti jelas menunjukkan
bahwa peristiwa kehidupan yang traumatis dan stres juga dapat menjadi penyebab yang cukup
penting.3
Semua orang dapat mengalami kecemasan. Hal ini sering ditandai sebagai rasa tidak
1
menyenangkan, ketakutan, dan sering disertai dengan gejala otonom seperti sakit kepala,
berkeringat, jantung berdebar, sesak di dada, ketidaknyamanan pada perut yang ringan, dan rasa
gelisah, yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri diam dalam waktu
yang lama. 3

1.2 Batasan Masalah


Dalam referat ini, akan dibahas lebih mendetail mengenai gangguan cemas menyeluruh,
yakni mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding,
penatalaksanaan, serta prognosis.

1.3 Tujuan
Tujuan referat ini adalah lebih memahami mengenai gangguan cemas menyeluruh,
yakni mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding,
penatalaksanaan, serta prognosis.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh


Gangguan cemas menyeluruh didefinisikan sebagai kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau selama aktivitas sepanjang hari. Kecemasan yang
dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi social dan pekerjaan.
Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.4

2.2 Epidemiologi Gangguan Cemas Menyeluruh


Prevalensi 1 tahun berkisar 3-8 % yang menderita gangguan cemas menyeluruh. Rasio
perbandingan antara perempuan dan laki – laki yaitu sekitar 2 : 1 tetapi, tidak ada perbandingan
rasio pada pasien yang dirawat inap. Prevalensi seumur hidup dalah 45%.4

2.3 Etiologi Gangguan Cemas Menyeluruh


Gangguan kecemasan menyeluruh adalah gangguan neurosis. Ganggua ini tidak
dipengaruhi oleh ancaman dari luar tetapi lebih dipengaruhi oleh keadaan internal seseorang.
Individu yang mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh, mengalami ketidakmampuan
egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya secara terus
menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri adalah upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam
dirinya agar tetap bisa berhadapan dengan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa mekanisme
pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu, antara lain :
1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
dirasakan mengancam.
2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap
dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-
olah perilakunya dapat dibenarkan.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi
kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan
3
tertentu ke sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber
masalah.
5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman
terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf
perkembangan yang lebih rendah.
Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahan
dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Masalah yang terjadi dari individu yang
mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinya kesalahan persepsi atau kesalahan
interpretasi terhadap stimulus internal maupun eksternal. Individu yang mengalami gangguan
kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-benar mengancam sebagai sesuatu yang
mengancam.

2.4 Patofisiologi Gangguan Cemas Menyeluruh


Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti. Hanya saja
disebutkan bahwa faktor biologi dan psikososial memiliki peran terhadap terjadinya gangguan
cemas menyeluruh.
1. Faktor Biologi
Efiktivitas terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) bekerja pada sistem
neurotransmitter GABA dan serotonin. Benzodiazepin diketahui dapat mengurangi kecemasan,
sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis benzodiazepin) dapat memicu kecemasan. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat pada lobus
occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam terjadinya gangguan cemas
menyeluruh adalah ganglia basalis, sistem limbik, dan korteks lobus frontalis. Dikarenakan
buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin, sehingga ada hipotesis yang
menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari sistem serotonergik pada pasien dengan
gangguan cemas menyeluruh. Neurotransmitter lain yang masih menjadi subjek penelitian pada
gangguan cemas menyeluruh adalah norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin. Suatu
studi dengan pemeriksaan Positron Emission Tomography melaporkan bahwa laju metabolik
pada basal ganglia dan white matter pada pasien gangguan cemas menyeluruh lebih rendah
dibanding pada orang normal.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas menyeluruh
adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik. Berdasarkan pada cognitive-behaviour, pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh merespon suatu ancaman secara kurang tepat.
4
Ketidaktepatan ini dihasilkan dari perhatian yang selektif terhadap suatu hal negatif di
lingkungannya dengan cara mendistorsi pemrosesan informasi dan dengan cara memandang
terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya dalam hal mengatasi suatu masalah. Tingkatan
ansietas berkaitan dengan berbagai tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitif,
ansietas dapat berhubungan dengan rasa takut dikalahkan atau bergabung dengan orang lain.
Pada anak-anak dan remaja dengan gangguan ansietasm menyeluruh, kecemasan dan
kekhawatiran sering menyangkut prestasi atau kompetensi mereka di sekolah atau di acara
olahraga, bahkan ketika prestasi mereka tidak sedang dievaluasi oleh orang lain. Anakanak
dengan gangguan tersebut mungkin terlalu penurut, perfeksionis, dan tidak yakin terhadap diri
mereka sendiri dan cenderung mengulang tugas karena ketidakpuasan yang berlebihan dan
kurang sempurnanya kinerja mereka. Menurut teori psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah
akibat dari konflik unconscious yang tidak terselesaikan. Teori behavior beranggapan bahwa
terjadinya anxietas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap bahaya.
Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang selektif pada detil-detil negative
dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses informasi, dan pandangan yang negativ terhadap
kemampuan pengendalian dirinya.
Selain dua faktor diatas, berdasarkan pendekatan pseudodinamika gangguan kecemasan
menyeluruh dapat berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan
yang muncul dari dalam dirinya secara terus menerus sehingga ia akan mengembangkan
mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya ego untuk menyalurkan
dorongan dalam dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme
pertahanan diri ini dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini
dapat menimbulkan perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis.1

2.5 Manifestasi klinis dan Diagnosis


Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas, ketegangan motoric,
hiperaktivitas, dan kesiagaan kognitif. umumnya pasien dating ke dokter untuk menyembuhkan
gejala somatik mereka. Untuk diagnosis gangguan cemas menyeluruh yaitu dapat dilihat
menurut kriteria PPDGJ III :
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
5
a. kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
b. ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
dan
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-
kompulsif.5

2.6 Terapi
1. Psikoterapi
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang
mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu
menggantinya dengan respon ‘coping’ yang lebih positif
c. Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang
berlebihan
d. Suportif

2. Somatoterapi
Tiga obat utama yang harus dipertimbangkan untuk terapi
gangguan ansietas menyeluruh adalah buspiron, benzodiazepin, dan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI).
 Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan “drug of choice” untuk gangguan ansietas
menyeluruh. Obat ini diresepkan bila perlu pasien mengkonsumsi
benzodiazepin kerja cepat saat mereka terutama merasa cemas. Untuk terapi
ansietas, biasa dilakukan pemberian obat yang dimulai dengan dosis
6
terendah dari kisaran terapeutik dan peningkatan dosis untuk mendapatkan
respon terapeutik. Benzodiazepine mengaktifkan γ-aminobutiric acid-
benzodiazepin (GABA BZ) spesifik, reseptor GABAA yang kemudian
membuka saluran klorida dan mengurangi kecepatan letupan neuronal dan
otot. Karena distribusi jaringan reseptor GABAA yang luas benzodiazepin
memiliki efek sedatif, relaksan otot dan antikonvulsan.
 SSRI
SSRI dapat aktif terutama untuk pasien dengan komorbid depresi. Kerugian
SSRI yang menonjol, terutama fluoxetin, bahwa obat ini meningkatkan
ansietas secara sementara. Oleh sebab itu, SSRI setralin atau paroksetin
adalah pilihan yang lebih baik. Sangatlah beralasan untuk memulai terapi
dengan sertraline dan paroksetin ditambah benzodiazepin kemudian
menurunkan dosis benzodiazepin setelah 2 hingga 3 minggu.
 Buspiron
Merupakan agonis parsial reseptor 5 HT 1A. data menunjukkan buspiron
berperan dalam menekan gejala kognitif daripada mengurangi gejala
somatik.4

7
BAB 3
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : Nn. P
MR : 00.03.17.22
Jeniskelamin : Perempuan
Tempat dan tanggallahir/umur : Painan, 23Agustus 1995/23 tahun
Statusperkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Sukubangsa : Minang
Negeriasal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA/MA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Nipah, pondok, padang.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah


ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 21 Januari 2018 di Poli Jiwa
RSJ Prof. HB Saanin Padang.
2. Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 21 Januari 2018

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)

a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Danlain-lain

8
2. Sebab Utama
Pasien sering merasa cemas dan takut sejak 1,5 tahun yang lalu sebelum
masuk rumah sakit
.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)

Pasien mengeluhkan sering cemas, perasaan cemas ini dirasakan sejak 1,5 tahun
yang lalu, pasien mengeluh sering merasa cemas, yang diikuti rasa pusing, telapak
tangan berkeringat, jantung berdebar-debar. Ia juga mengaku jika cemas akan
menggangu kemampuannya untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu dan
pasien juga sulit untuk tidur. Pasien sendiri mengakui cemas ini mulai dirasakan ketika
pasien bekerja di sebuah perusahaan market 3 tahun yang lalu. Karena ketika ada
barang yang hilang di market tersebut maka perusahaan akan memotong gaji
karyawannya. Setelah kejadian itu, perasaan cemas ini muncul selalu tidak pernah
terbatas pada periode yang jelas. Karena gejalanya ini, ia berobat di rumah sakit di
kampungnya yaitu di painan, dan dokter tersebut menyuruhnya ke poli jiwa, dan
dirujuk ke padang.
Pasien mengaku akibat cemas ia tidak dapat bekerja, ia cenderung memilih diam
di rumah dan meninggalkan pekerjaannya, pasien mengaku kesulitan dalam
melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya ketika terjadinya peningkatan
kecemasan, keadaan ini cukup mengganggu kontak sosialnya dengan orang-orang
sekitarnya. Sehingga pasien tidak bergaul dengan teman-temannya.
Pasien mengaku saat ini tidak ada masalah di dalam keluarganya, tidak ada
masalah yang membuatnya cemas.

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien dibawa ke Poli Jiwa RSJ Prof HB Saanin pada tanggal 21 Januari
2019 oleh keluarga untuk control. Keluhan sering cemas sudah berkurang.
Pasien belum bekerja kembali, tetapi dirumah menolong ibu pasien membuat
gorengan. Pasien tidur cukup dan makan cukup. Riwayat mendengar atau
melihat hal-hal aneh tidak ada. Pasien mengakui merasakan perbedaan setelah
berobat seperti perasaan lebih tenang, dan mudah tidur saat malam. Pasien kotrol
dan makan obat teratur.

5. Riwayat Penyakit Sebelumnya

9
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien memiliki riwayat cemas 3 tahun yang lalu karena pekerjaannya.

b. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak menderita penyakit lain.

c. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien tidak merokok, tidak menggunakan alkohol, narkoba, Pasien
juga tidak punya kebiasaan meminum kopi.

10
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/penganti

IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan


Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Pedagang Pedagang
Umur 48 tahun 44 tahun
Alamat Pondok, padang Pondok, Padang.

Hubungan pasien* Akrab Akrab


BiasaKurangTak BiasaKuran
peduli gTak peduli
:-
Dan lain-lain :-
`Ket : * coret yang tidak perlu

b) Sifat/ Perilaku Orang tuatua kandung/ pengganti............. :


Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/diragukan)
Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi(-
),Peminum(-),Pecemas(-),Penyedih(-),Perfeksionis(
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut
( - ), Tak bertanggung jawab ( -).

Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )


Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( ), Penjudi(-
),Peminum(-),Pecemas(-),Penyedih(-),Perfeksionis(
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut
( - ), Tak bertanggung jawab ( -).

c) Saudara
Jumlah bersaudara 3 orang dan pasien anak ke 2

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr ( 26 tahun)
2.Lk/Pr(23 tahun)
3. Lk/ Pr ( 15 tahun)

11
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orangtua.*

Saudara Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan


ke dengan saudara (akrab/
biasa,/kurang/takpeduli)
1 Biasa, suka bergaul Akrab
2 Biasa, suka bergaul Akrab

Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien denganmereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas
tingkahlaku hubungan (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
- Sepupu Biasa, suka bergaul Akrab

Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s:

Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit


keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara 1 - - -
3 - - -
Nenek - - -
Kakek - - -
Danlain- - - -
lain

12
Skema Pedegree
Keterangan:
:laki-laki :Perempuan : Pasien :Meninggal

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal Tenang Cocok Nyaman Tidak
nyaman
1. Rumah orang tua Tenang Cocok Nyaman
i) Danlain-lain

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dandilahirkan.


- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu)
 Kesehatan Fisik : Baik
 Kesehatan Mental : Baik
- Keadaan melahirkan:
 Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan
jenistindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan(+)
 Jenis kelamin anak sesuai harapan ( +)

13
b) Riwayat masa bayi dankanak-kanak
 Pertumbuhan Fisik : Baik
 Minum ASI : 2 tahun
 Usia mulai bicara : 1 tahun
 Usia mulai jalan : 1,5 tahun
 Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ),
gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas
terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan
lain-lain.....

c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada


masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di
tempat tidur (- ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ),
masturbasi (- ), mutisme selektif ( - ), danlain-lain.

d) Toilet training
Umur : 4 tahun
Sikap orangtua:
Perasaan anak untuk toilet training ini:

e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ),


kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( -), danlain-lain.

f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ),


menarik diri ( - ), kurang suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ), dan lain-
lain.

g) MasaSekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur - - -
Prestasi* Cukup Cukup Cuku
p

Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik

Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik

Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik

14
h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa
(-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),
gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), danlain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu


** ( ) diisi (+) atau (-)

i) RiwayatPekerjaan
kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja ( - ), pekerjaan yang pernah
dilakukan -
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: baik (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga


 Mimpi basah (sudah/ belum), usia berapa.... tahun,persepsi......
 Awal pengetahuan tentang seks …. tahun, sikap orangtua…
 Hubungan seks sebelum menikah(-)
 Riwayat pelecehan seksual(-)
 Orientasi seksual(normal)
 Keterangan pribadi
suami
Nama :-
Umur :-
Suku :-
Kebangsaan : -
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status sosial/ ekonomi:menengah*

 Perkawinan didahului dengan pacaran (-), kawin terpaksa (-), kawin


paksa (-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin lari (-).
Kepuasaan dalam hubungan suami istri - Kelainan hubungan seksual
(-) ai (bila ada jelaskan di halamankiri).
 Kehidupan rumah tangga: rukun (-), masalah rumah tangga (+)
Pasien suka marah-marah ke orangtua

15
 Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran
dan pendapatan seimbang (-), dapat menabung(-).
 Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (-), istri saja (-) suami
saja (-), selain orang tuasebutkan
k) Situasi sosial saatini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain(-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) danlain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)


ai : atas indikasi

l) Perihal anak-anak pasien meliputi:


N Sex Umur Pendidikan Sikap&peril Kesehatan Sikap pada anak
o akui
Fisik Menta l

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau(-)

Kepribadian Gambaran Klinis


Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( + ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun(-),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( + ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ), perhatian
yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-
),cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( -), keterbatasan kehidupan
afektif ( -).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang(- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yangmerugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur ( - ),
pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ),kurang

16
bersemangat(- ), rasa rendahdiri(- ), penurunan aktivitas ( -),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dankecantikan
( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ),
iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif(-
), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain atau
menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang
membuat pasien konflik dengan masyarakat ( -)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas
( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian (
- ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik (- ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ), kengganan
untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-),
preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan dalam situasi
social (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-
)

17
7. Stresor psikososial (axisIV)
Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin
lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ),kematian pasangan ( - ),
problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ),
persoalan dengan orang tua (+), persoalan dengan mertua ( - ), masalah
dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai
pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan
masuk pension ( - ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah disekolah(-
),masalahjabatan/kenaikanpangkat(- ),pindahrumah(-
), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan (
- ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang (-
), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum (
-), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa
( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik
yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus(
- ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik
atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh
pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ),
campurtanganatauperhatianyanglebihdariorangtuaterhadapanak(-
), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap
atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang
stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ),
diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan(
- ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.

8. Pernah suicide ( - ), kemungkinan sebab suicide

9. Riwayat pelanggaran hukum


Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayatagama
Pasien beragama Islam, pendidikan terakhir tamat SMA.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali

13. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien menyatakan ingin sembuh dan beraktivitas seperti biasa serta


berkumpul bersama keluarga.

Ket: ( ) diisi (+) atau (-)

18
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Tahun Agustus 2017, Bulan Januari 2019,


Pasien mengalami keluhan pasien sudah jarang
mudah cemas dakut tanpa merasa cemas, sudah bisa
sebab yang jelas berkatifitas, pikiran lebih
tenang dan tidur cukup

19
III. STATUSINTERNUS
 KeadaanUmum : sakit sedang
 Kesadaran :CMC
 TekananDarah : 120/80 mmHg
 Nadi : 72x/menit
 Nafas : 18x/menit
 Suhu : 36,7 C
 TinggiBadan : 160 cm
 BeratBadan : 58 kg
 Status Gizi : Normoweight
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batasnormal
 Sistem Respiratorik : Dalam batasnormal
 Kelainan Khusus : Tidakditemukan
IV. STATUSNEUROLOGIKUS
GCS : E4M5V6
TandaransanganMeningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal:
 Tremortangan : tidak ada
 Akatisia : tidak ada
 Bradikinesia : tidak ada
 Caraberjalan : tidak ada
 Keseimbangan : tidak ada
 Rigiditas : tidak ada
 Kekuatanmotorik : tidak ada
 Sensorik : tidak ada
 Refleks : bisep (+/+), trisep (+), archiles (+), patella (+)
Sucking (-), glabella (-), grasping (-), snout (-)
Corneomandibular (-), palmomental (-), kaki
klonik(-)

V. STATUSMENTAL
A. KeadaanUmum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( ), stupor (
), kesadaran berkabut ( ), konfusi ( ), koma ( ), delirium ( ), kesadaran
berubah ( ), dan lain-lain…..

20
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( ), aneh ( ), sikap tegang ( ), kaku ( ), gelisah
( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ), berpakaian sesuai
gender ( +).
 Cara berpakaian: rapi (+),biasa( ), takmenentu( ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurusdiri)*
 Kesehatan fisik :sehat ( + ), pucat( ),lemas( ),apatis( ), telapak
tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ().

3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( -), lam a ( +).

4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda (
- ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi (-
), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ),dependen(- ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), danlain-lain.

5. Tingkah laku dan aktifitaspsikomotor


 Cara berjalan : biasa( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), danlain-lain
 Ekhopraksia(-),katalepsi(-),luapankatatonik(-),stuporkatatonik(
- ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( -
), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme
( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( - ),
hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia (-
),kompulsi(-),ataksia,hipoaktivitas(- ),mimikri( -),agresi(- ),
acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia
( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( -).

Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

B. Verbalisasi dan caraberbicara


 Aruspembicaraan* : biasa, cepat,lambat
 Produktivitaspembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, , sedikit,banyak
 Hidup emosi*: stabilitas (tidak stabil), pengendalian (adekuat),echt/unecht
 Nadapembicaraan* : biasa, menurun,meninggi
 Volumepembicaraan* : biasa,menurun,meninggi

21
 Isi pembicaraan* : sesuai / tidaksesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Ada/tidak
 Spontanitas pembicaraan* : spontan/tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( -).

C. Emosi
 , dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi(cepat).

1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).

2. Mood
mood eutimik ( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood)(- ),mood yang iritabel (-),mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( -), mood
depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ), aleksitimia(
- ), elasi ( ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference
( - ), tidak ada harapan ( - ).

3. Emosi lainnya
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( + ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( -).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( -
), pseudocyesis ( - ), bulimia ( -).

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu,


( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
 Mutu proses pikir(jelas/tajam)

22
1. Gangguan Umum dalam BentukPikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( -
), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas (
- ), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi(-),jawabanyangtidakrelevan(-),pengenduranasosiasi(
+), derailment ( - ), flight of ideas (- ), clang association ( - ), blocking (
- ), glossolalia ( -).

3. Gangguan Spesifik dalam IsiPikiran


 Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (-)
 Delusi/waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham nihilistik ( -
), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ),
waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), thought ofwithdrawal( -
),thoughtofbroadcasting(- ),thoughtofinsertion(-
),thoughtofcontrol( -),Wahamcemburu/wahamketidaksetiaan(-
),waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia
fantastika ( - ), waham agama ( -).
 Idea ofreference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia (
- ), fobia ( - )Ulat noesis ( - ), unio mystica ( -).

E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( -),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik (
- ), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( -), halusinasi somatik ( -
), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi ( -)
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( -)

F. Mimpi danFantasi
Mimpi : -
Fantasi : -

23
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
G. Fungsi kognitif dan fungsiintelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/terganggu).
2. Atensi (perhatian)(+ ), distractibilty(- ), inatensi selektif(- ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( -).
Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( -).
5. Luas pengetahuan umum: baik/terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/terganggu
8. Kemunduran intelek:(Ada/tidak),Retardasi mental(-), demensia (-
), pseudodemensia ( -).

H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II(ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement :
 Judgmenttes :tidak terganggu
 Judgmentsosial :tidak terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khususlainnya


 Rutin
 Anjuran

VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya

24
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Tn. P berusia 23 tahun, agama Islam, suku Minang
dan belum menikah. Pasien datang ke poli jiwa RSJ Prof Hb Saanin Padang pada
tanggal 21 Januari 2019 diantar oleh keluarga untuk control. Keluhan sering
cemas sudah berkurang. Pasien belum bekerja kembali, tetapi dirumah menolong
ibu pasien membuat gorengan. Pasien tidur cukup dan makan cukup. Riwayat
mendengar atau melihat hal-hal aneh tidak ada. Pasien mengakui merasakan
perbedaan setelah berobat seperti perasaan lebih tenang, dan mudah tidur saat
malam. Pasien kontrol dan makan obat teratur.

IX. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh


Aksis II : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa
AksisIV : Tidak ada diagnose
AksisV : GAF70-61

X. Diagnosis Banding Axis I


- Gangguan anxietas dan depresi

XI. Daftar Masalah


 Organobiologik
Pasien pernah mengalami trauma kepala empat bulan yang lalu
 Psikologis

25
Pasien biasa dimanja oleh kedua orangtuanya.
 Lingkungan dan psikososial
Pasien bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya.

XII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
 Alprazolam 1 x 0,5 mg
 Fluoxetine 1 x 20 mg
 Buspirone 2 x 10 mg

B. NonFarmakoterapi
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
 Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic
kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya.
 Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
 Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,
hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit
yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
 Terapi

26
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping
yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu, juga
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara
teratur.

XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : bonam
Quo et sanctionam : bonam

27
BAB 4
DISKUSI

Telah datang seorang pasien perempuan usia 23 tahun ke poliklinik jiwa RS Jiwa Prof.
HB Saanin Padang pada 21 Januari 2019 dengan sebab utama Pasien sering merasa cemas dan
takut sejak 1,5 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit didiagnosis gangguan anxietas
menyeluruh. Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status
psikiatri yang didasarkan pada PPDGJ III. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri
pada tanggal 21 Januari 2019 didapatkan gejala ansietas berupa kecemasan yang bersifat free-
floating yang berlangsung beberapa kali dalam seminggu hingga sebulan sejak tahun 2014.
Adanya gejala overaktivitas otonomik berupa rasa pusing, jantung berdebar-debar,
tangan berkeringat, serta adanya ketegangan motorik sehingga terjadi gangguan tidur pada
pasien. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan tersebut pasien didiagnosis dengan
gangguan ansietas menyeluruh. Pasien mengaku akibat cemas ia tidak dapat bekerja, ia
cenderung memilih diam di rumah dan meninggalkan pekerjaannya, pasien mengaku kesulitan
dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya ketika terjadinya peningkatan kecemasan,
keadaan ini cukup mengganggu kontak sosialnya dengan orang-orang sekitarnya. Sehingga
pasien tidak bergaul dengan teman-temannya.
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah psikofarmaka dan psikoterapi.
Psikofarmaka anti depresan diberikan Fluoxetin 1 x 20 mg per hari. Obat fluoxetin diberikan
karena termasuk golongan SSRI yang paling aman diberikan (efek sedasi, otonomik, hipotensi,
sangat minimal) dan termasuk dalam lini pertama pengobatan gangguan ansietas menyeluruh.
Alprazolam dengan dosis 1 x 0,5 mg per hari merupakan obat anti ansietas golongan
benzodiazepin, obat lini kedua untuk ansietas, memiliki efektivitas yang baik karena bekerja
spesifik, berpotensi dan relatif lebih aman. Ditambah dengan Buspirone dengan dosis 2 x 10
mg termasuk obat anti ansietas golongan non benzodiazepine.
Terapi psikologi berupa psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Memberikan
kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien. Membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya, serta membantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor
presipitasi dan membantu mengoreksinya. Membantu memecahkan problem eksternal secara
terarah. Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali
gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan. Menjelaskan kepada
pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
[Internet] 2007 [cited 2018 April 19]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
3. Saddock BJ, Saddock VA. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock’s Synopsis of
Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New York:
Lippincott Williams & Wilkins: 2007;Pg 580-8.
4. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis
Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-9 Jilid 2.
Jakarta:. 2010. EGC
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III DAN dsm – 5
Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. 2013.

29

Anda mungkin juga menyukai