PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klien yang pulih dari anestesi dan analgetik yang dalam seringkali tidak mampu
merasakan bahwa kandung kemihnya penuh dan tidak mampu memulai atau
menghambat berkemih. Anestesi spinalis terutama menimbulkan risiko retensi urin,
karena akibat anestesi ini, klien tidak mampu merasakan adanya kebutuhan untuk
berkemih dan kemungkinan otot kandung kemih dan otot sfingter juga tidak mampu
merespon terhadap keinginan berkemih. Normalnya dalam waktu 6 – 8 jam setelah
anestesi, pasien akan mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara volunter,
tergantung pada jenis pembedahan (Perry & Potter, 2006).
Menurut Hansen et al (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Risk factors of
post-operative urinary retention in hospitalised patients, Mereka menemukan 13% dari
pasien post op yang dirawat di rumah sakit mengalami retensi urin pada post operasi,
didefenisikan retensi urin apabila volume urin > 400 ml pada saat tiba di ruang
pemulihan, scanning kandung kemih harus di pertimbangkan, terutama setelah anastesi
spinal atau operasi yang melebihi 2 jam operasi. Menurut Baldini et al (2009) dalam
Stegall (2013), insiden retensi urin setelah anestesi dan pembedahan berkisar antara 5%
dan 70%, tergantung pada jenis operasi dan kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan retensi urin.
Mobilisasi merupakan tindakan mandiri bagi seorang perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah. Banyak keuntungan yang dapat diraih dari
latihan dini pasca bedah, diantaranya peningkatan kecepatan kedalaman pernafasan,
peningkatan sirkulasi, peningkatan berkemih dan metabolisme (Taylor, 1997).
Kebanyakan pasien bedah diberikan dorongan untuk turun dari tempat tidur secepat
mungkin. Hal ini ditentukan oleh kestabilan sistem kardiovaskular dan neuromaskular
pasien, tingkat aktifitas fisik pasien yang lazim, dan sifat pembedahan yang dilakukan.
Setelah anastesi spinal, bedah minor, bedah sehari, pasien melakukan ambulasi pada hari
ia di operasi (Brunner & Suddarth, 2002).
Ambulasi harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan klien duduk di tempat
tidur dan menjuntaikan kaki di samping tempat tidur (Kozier; at al, 2011). Manfaat dari
mobilisasi dini adalah peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan
pengurangan rasa nyeri, memberi nutrisi pada daerah penyembuhan luka dan
meningkatkan status pencernaan kembali normal (Mundy, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh mobilisasi dini terhadap respon berkemih pada pasien post op
dengan anestesi spinal?
2. Bagaimana respon berkemih pada pasien post op dengan anestesi spinal yang tidak
dilakukan mobilisasi dini?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap respon berkemih pada pasien
post op dengan anestesi spinal
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui respon berkemih pada pasien post op dengan anestesi sipanl
yang dilakukan mobilisasi dini
b. Untuk mengetahui respon berkemih pada pasien post op dengan anestesi sipanl
yang tidak dilakukan mobilisasi dini
C. Manfaat
Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek kegunaan yaitu kegunaan teoritis dan
kegunaan praktis sebagai berikut.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah wawasan informasi dan panduan dalam penetian lebih lanjut mengenai
pengaruh mobilisasi dini terhadap fungsi berkemih pada pasien post op dengan
anestesi spinal.
b. Manfaat Praktis
1) Untuk Responden
Dapat dijadikan sebagai pengalaman responden dalam menghadapi
pengaruh yang mungkin muncul pada pasien yang dilakukan mobilisasi
dini terhadap respon berkemih.
2) Untuk Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan acuan bagi
perawat dalam memberikan mobilisasi dini terhadap respon berkemih pada
pasien post op dengan anestesi spinal.
3) Untuk Rumah sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan dan pembuatan standar operasional prosedur (SOP)
tentang mobilisasi dini pada pasien post op.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Eliminasi Urin
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Eliminasi merupakan proses pembuangan.Pemenuhan
kebutuhan terdiri dari kebutuhan eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi
(defekasi).(KDPK kebidanan,2009,hal 39).
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif
terisi sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks
miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari
kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke
pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih
untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan
spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau
ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung
kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine
residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi
setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.
Retensi urin adalah akumulasi urin yang nyata dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan pengosongan kandung kemih, sehingga timbul perasaan tegang, tidak
nyaman, nyeri tekan pada simpisis, gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat). Tanda-
tanda utama retensi urin akut adalah tidak adanya haluaran urin selama beberapa jam dan
terdapat distensi kandung kemih. Klien yang berada di bawah pengaruh anestesi atau
analgetik mungkin hanya merasakan adanya tekanan, tetapi klien yang sadar akan
merasakan nyeri hebat karena distensi kandung kemih melampaui kapasitas normalnya.
Pada retensi urin, kandung kemih dapat menahan 2000 – 3000 ml urin. Retensi urin dapat
terjadi akibat obstruksi uretra, trauma bedah, perubahan stimulasi saraf sensorik dan
motorik kandung kemih, efek samping obat dan ansietas (Perry & Potter, 2006).
Menurut Nurhayati, dkk (2017) pemulihan kandung kemih pasca pembedahan
dengan anastesi spinal adalah suatu keadaan dimana syaraf motorik dan sensorik terutama
sensorik perkemihan pasien belum sepenuhnya kembali untuk menjelankan fungsinya
untuk mengeluarkan urin namun karena terhambatnya syaraf perkemihan yang
diakibatkan oleh anatesi spinal yang memblok syaraf sensorik perkemihan sehingga tidak
bisa mengeluarkan urin secara normal. Pada pasien post operasi terutama pasien yang
menggunakan spinal anastesi, pasien akan mengalami retensi urin karena operasi dengan
anastesi spinal biasanya akan menghambat syaraf sensorik dan motorik. Retensi urin yang
berlebih pada pasien post operasi dengan anastesi spinal akan menyebabkan masalah
yang lebih serius seperti infeksi saluran kemih, inkontinensia urin dan lain sebagainya
apabila tidak segera ditangani. Oleh karena itu diperlukan adanya terapi dalam
mengembalikan fungsi kandung kemih sedini mungkin agar fungsi kandung kemih dapat
kembali normal sehingga tidak menyebabkan adanya retensi urin dan komplikasi lainnya.
B. Mobilisasi Dini
Mobilisasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan,
latihan maupun kemampuan aktivitas (Perry & Potter, 2006). Mobilisasi dini menurut
Carpenito (2000) adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin
dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Beberapa
tujuan dari mobilisasi menurut Garrison (2004) antara lain: mempertahankan fungsi
tubuh, memperlancar perdaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik,
mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi alvi dan urin, mengembalikan
aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan
gerak harian, memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
komunikasi.
Pergerakan akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan
mempercepat penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot
dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan
fisik (Kusmawan, 2008). Mobilisasi dini ditujukan untuk mengembalikan fungsi aktivitas
hidup sehari-hari klien. Program Activity Daily Living (ADL) dimulai secepat mungkin
ketika dimulainya proses rehabilitasi. ADL mencakup aktivitas yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan harian, seperti mandi, berpakaian, makan, berdandan, mobilisasi
dan pengendalian buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) (Sugiarto, 2005).
1. BIODATA
a. Biodata Pasien
1) Nama : Sdr. R
2) Umur : 22 tahun
3) Alamat : Kedung Malang, Jepara
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Swasta
6) Tgl masuk : 01 Desember 2018
7) Diagnosa Medis : Post ORIF Fraktur Tibia Sinistra ½ Distal
8) No. Reg : C725XXX
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama
Nyeri kaki kiri
P : kaki patah
Q : dipukul-pukul
R : kaki kiri bagian bawah
S :5
T : hilang timbul
2) Kronologi penyakit sekarang
Klien mengatakan jika yang terjadi pada klien saat ii adalah karena kecelakaan
lalu lintas yang dialami klien. Klien mengatakan jika klien mengendarai motor
dan ditabrak oleh mobil. Seketika klien terjatuh dan mendapati kakinya sangat
nyeri saat digerakkan.
3) Pengaruh Penyakit terhadap Pasien
Klien saat ini bekerja disebuah pabrik, karena klien sakit dan berada di RS klien
tidak dapat melakukan aktivitasnya untuk bekerja dan membantu perekonomian
keluarga.
4) Yang diharapkan Pasien dari Pelayanan Kesehatan
Klien mengatakan jika klien ingin sekali sembuh dan dapat melakukan segala
aktivitas seperti sebelumnya.
c. Riwayat Sosial
Klien mengatakan jika klien bekerja di pabrik dan klien mengatakan jika tidak ada
teman kerja ataupun orang terdekat yang sakit seperti dirinya. Klien juga mengatakan
jika di tempatnya tinggal tidak memiliki tetangga yang sakit seperti dirinya. Klien
mengatakan jika dirinya adalah orang yang mudah bergaul baik dengan teman kerja
ataupun dengan tetangganya.
55 52 50
22 17 15
Keterangan :
: Pasien
: tinggal dalam satu rumah
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
Saat ini klien tinggal dengan kedua orang tuanya. Klien adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Klien jug mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun seperti DM, Hipertensi, dan TBC. Klien mengatakan jika ketika klien sakit
keluarga klien sangat terlihat menyayangi klien dengan dengan setia menunggu klien
di RS setiap harinya.
3. PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa Aman dan Nyaman
Saat ini klien mengatakan jika klien sering merasakan nyeri pada kepalanya pada
bagian kanan.
P : post operasi patah kaki
Q : dipukul-pukul
R : kaki kiri bagian bawah
S :5
T :hilang timbul
Klien mengatakan jika ketika klien merasakan nyeri pada kakinya, itu sangat
mengganggu aktivitas klien. Sebelumnya klien belum pernah memiliki riwayat
opname di RS ataupun tindakan pembedahan.
b. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Pada sebelum sakit klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Setelah sakit
Setelah sakit klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Klien hanya bad
rest di tempat tidur.
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
Total Poin : 3
6-5= Tinggi (Mandiri);
4-2 = Sedang;
<2 = Ganggaun fungsi berat;
Total Skor
Skor BAI :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
c. Eliminasi
1) Eiminasi Feses
Klien mengatakan jika sehari BAB sebanyak 1 kali setiap pagi dengan konsistensi
lembek dan tidak pernah mengalami masalah pada BABnya
2) Eliminasi Urine
Sebelum sakit:
Klien mengatakan jika dalam sehari BAK 5-6 kali dalam sehari dan tidak
mengatalami masalah pada Baknya
Saat sakit:
Klien mengatakan ingin berkemih, tetapi tidak dapat mengeluarkan urinenya
setelah selang kencingnya di lepas tadi pagi. Kencingnya keluar sedikit-sedikit.
d. Personal Hygiene
Sebelum sakit:
Klien mengatakn jika setiap harinya mandi dua kali baik saat sakit maupun sebelum
sakit. Klien menggosok gigi 2-3 kali dalam sehari, dan setiap dua hari sekali klien
kramas. Klien mampu melakukan personal hygine secara mandiri.
Saat sakit:
Klien mengatakan jika sat ini klien mandi dibanru oleh kedua orang tuanya dengan
hanya sibing saja.
e. Istirahat
Sebelum sakit klien bekerja dari jam 07.00 hingga jam 17.00. ketika lelah setelah
bekerja biasanya klien beristirahat dan menonton tv dengan keluarganya. Saat ini
klien mengatakan jika waktu istirahatnya sangat terpenuhi karena klien tidak bekerja.
f. Tidur
Sebelum sakit:
Klien mengatakan jika tidur 6-7 jam
Saat sakit:
Klien mengatakan jika saat ini klien tidur 5-6 jam dan sering terbangun karena merasa
nyeri yang tiba-tiba timbul
g. Cairan
klien mengatakan jika dalam sehari klien minum 7-8 gelas air putih. Klien tidak
memiliki minuman favorit. Klien hanya biasa menambahkan es pada air putihnya.
h. Nutrisi
Sebelum sakit
Klien makan 3 kali dalam sehari dengan nasi, sayur dan lauk seadanya. Tidak ada
masalah seperti menelan dan mengunyah pada klien. Klien tidak memiliki makanan
favorit dan tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.
Saat sakit
Klien makan 3 kali dalam sehari dengan diit yang sudah ditentukan oleh RS.
i. Kebutuhan Oksigenasi dan Karbondioksida Pernafasan
Klien tidak memiliki masalah pada pernafasannya.
j. Kardiovaskuler
Klien tidak memiliki masalah kardiovaskuler
k. Seksualitas
Klien adalah seorang laki-laki berusia 22 tahun yang belum menikah dan masih
tinggal dengan kedua orang tuanya dan 2 adiknya.
Keadaan Kulit
Warna : sawo matang
Pemeriksaan Cepalokaudal
1) Kepala
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam dan
tidak mudah dicabut (tidak rontok).
a) Mata
Konjungtiva tak anemis dan sclera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik dan
pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
b) Telinga
Simetris, tidak ada penumpukan serumen, bersih, sistem pendengaran normal
dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran
c) Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
dalam hidung, sistem penciuman normal.
d) Mulut
bibir tidak stomatitis, mukosa bibir lembab, lidah merah muda, letak gigi rata
dan tidak ada bau nafas.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ditemukan distensi vena jugularis, otot leher tegang.
3) Dada
Jantung
Inspeksi : simestris antara kanan dan kiri
Palpasi : tidak teraba adanya kardiomegali
Perkusi : terdengar suara redup
Auskultasi : tidak terdengar adanya suara jantung tambahan
Paru
Inspeksi : simettris antara perkembangan dada kanan dan kiri
Palpasi : tidak teraba tacti premitus
Perkusi : terdengar suara redup (dull)
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
4) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi: terdengar suara bising usus 6x/menit
Palpasi : tidak adanya pembesaran hepar, terdapat distensi kandung kemih.
Perekusi : adanya suara thympani
5) Genetalia, Anus, dan Rektum
Klien tidak terpasang alat bantu
6) Ektremitas
a) Atas :
Tangan kanan : Terpasang infus di tangan kanan dengan tetesan infus 20 tpm,
tidak ada edema dan lesi. Jari-jari tangan lengkap, kekuatan otot 5 (bahu,
siku,pergelangan tangan dan jari-jari
Tangan kiri : tidak ada edema dan lesi , kekuatan otot 5 ( bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari-jari)
b) Bawah :
Kaki kanan : tidak ada edema, tidak ada luka dan jari-jari lengkap, tidak ada
varices, nyeri tekan tidak ada. Kekuatan otot 5 (lutut, pergelangan kaki, dan
jari kaki)
Kaki kiri : Pasien post op Orif Fraktur Tibia Sinistra ½ Distal . Kekuatan otot
1 (lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki)
Kekuatan otot
Kanan Kiri
5 5
5 1
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kimia klinik pada 03 November 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Kimia klinik
Ureum 19 mg/dl 15-39 Normal
Kreatinin 1.2 mg/dl 0.60-1.30 Normal
Elektrolit
Natrium 141 mmol/L 136-145 Normal
Kalium 4.0 mmol/L 3.5-5.1 Normal
Chlorida 107 mmol/L 98-107 Normal
I. DAFTAR MASALAH
MASALAH
NO TGL DATA FOKUS ETIOLOGI KEPERAWAT
AN
1 4 DS : Gangguan Hambatan
Desember Klien mengatakan ingin berkemih, tetapi Sensori Eliminasi urine
2018 tidak dapat mengeluarkan urinenya setelah Motorik
Pk. 11.00 selang kencingnya di lepas tadi pagi.
WIB Kencingnya keluar sedikit-sedikit.
DO :
- Pasien nampak tidak nyaman
- Terdapat distensi kandung kemih
- Post ORIF Fraktur Tibia Sinistra ½
Distal (anastesi spinalis)
TINDAKAN KEPERAWATAN
No TTD
No. Tgl, jam Tindakan Respon
Dx
1 4 2,3 Mengobservasi KU DS :
Desember Memonitor tanda-tanda vital Klien mengatakan merasa nyeri pada
2018 Pukul kakinya yang dioperasi
08.00 WIB DO :
- Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg, N: 80 x/mnt,
RR: 23x/mnt, S : 36,6oC
-
Klien nampak Headp up 30o
Pukul 3 Melakukan pengkajian nyeri secara DS :
08.10 WIB komprehensif termasuk lokasi, Klien mengatakan merasa sakit pada
karakteristik, durasi, frekuensi, kaki kiri yang dioperasi
kualitas dan faktor presipitasi P: Nyeri akan semakin kat apabila ada
pergerakan dari pasien
Q: Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk
dan kebas
R: Nyeri dirasakan pada kaki kiri
S: Skala nyeri yang dirasakan 3 (0-
10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
DO :
- Klien nampak tidak nyaman
- Klien nampak mengurangi
pergerakan kaki kirinya
P :Hentikan Intervensi
2 4 Hambatan S :
Desember mobilitas fisik di Klien mengatakan sudah dapat melakukan duduk,
2018 Pukul tempat tidur miring kanan, namun dibantu ketika miring kiri Klien
18.00 WIB berhubungan mengatakan merasa lebih nyaman dapat merubah posisi
dengan O:
Gangguan - Tanda-tanda vital
neuromuskular TD : 125/80 mmHg, N: 84 x/mnt, RR: 20x/mnt, S :
36,8oC
- Klien nampak dalam posisi duduk
P : Pertahankan intervensi
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
- Lakukan pengkjaian mobilitas pasien secara terus
menerus
- Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi
- Latih rentang gerak sendi aktif dan pasif untuk
memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot
3 4 Nyeri akut S :
Desember berhubungan
Klien mengatakan merasa nyeri pada kaki kiri yang
2018 Pukul dengan agen
dioperasi belum berkurang
18.00 WIB cedera fisik
P: Nyeri akan semakin kat apabila ada pergerakan
Q: Rasa nyeri seperti dipukul-pukul
R: Nyeri dirasakan pada kepala bagian kiri
S: Skala nyeri yang dirasakan 3 (0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
O:
- Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg, N: 84 x/mnt, RR: 20x/mnt,
S : 36,8oC
- Klien nampak tenang
- Klien tidak nampak memegangi kakinya yang
sakit
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. M DENGAN MULTIPLE FRAKTUR
DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP dr KARIADI SEMARANG
A. BIODATA
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 23 tahun
c. Alamat : Gebanganom
d. Pendidikan : SMK
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Tanggal masuk : 20 November 2018
g. Diagnosa Medis : Multiple fracture
h. Nomer registrasi : C723xxx
2. Biodata Penanggung jawab
a. Nama : Ny.M
b. Umur : 60 tahun
c. Alamat : Gebanganom
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : IRT
f. Hubungan dengan klien : Ibu
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
a) Keluhan utama: Nyeri pada kaki kanan dan kepala
b) Kronologi penyakit saat ini
Klien mengatakan kalau dia ke RSUP dr. Kariadi pada tanggal 20 November 2018
karena klien mengalami kecelakaan lalu lintas. Klien dibawa dengan keadaan
sadar dan tidak mual muntah.
3. Riwayat sosial
Klien mengatakan sehari-harinya klien bekerja dan sering mengikuti kumpulan-
kumpulan acara pernikahan dan perkumpulan lain didesanya. Klien mengatakan klien
tidak pernah mengikuti organisasi/ menjadi perangkat desa.
C. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1. Rasa aman dan nyaman (PQRST)
P (Provokatif) : Klien mengatakn nyeri pada kaki kanan dikarenakan post
operasi
Q (Quality) : Nyeri sedang seperti tertusuk
R (Region) : Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
S (Severity) : Klien menunjukan nyeri skala 4
T (Time) : Nyeri yang dirasakan hilang timbul
4. Personal hygiene
Keluarga mengatakan sebelum sakit klien rutin mandi dan gosok gigi 2 kali/ hari,
namun selama dirawat klien hanya dilakukan seka dengan dibantu keluarga.
5. Cairan
a. Kebutuhan cairan 24 jam
Rumus : 50 cc / kg BB/ hari
KC = 50 cc x 60 kg / hari
KC = 3000 ml/hari
b. Rute cairan masuk
Oral
Minum = sudah minum 2 gelas x ± 250 cc
= 500 cc/ 8 jam
Makan = ± 50 cc / 8 jam
Enteral
NaCl 0,9% 500 cc, kecepatan 20 tpm
= 500 cc/ 8 jam
c. Balance cairan 8 jam
Intake
Oral = 550 cc
Enteral = 500 cc
Jadi, jumlah intake/ 8 jam = 1.050 cc
Output
IWL = 15cc x kgBB/hari
= 15 cc x 60 kg/ hari
= 900 cc/ hari
= 300 cc/ 8 jam
Urine = ± 100 cc
Jumah output/8jam = 400 cc
6. Nutrisi
Antropometri : TB: 160 cm, BB : 60 kg, IMT: 23,4 (normal)
Clinical Sign : Konjungtiva anemis, bibir merah muda
7. Oksigenasi
Klien tidak sedang batuk, bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-),RR:
24x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan. Klien tidak memiliki
alergi terhadap debu.
8. Sirkulasi
Tidak terdapat edema, TD: 110/70 mmHg, N: 90 x/menit, suhu: 36,7oC, bunyi
jantung S1 & S2, murmur (-), gallop (-). Konjungtiva anemis, membran mukosa
oral berwarna merah muda dan lembab, integritas kulit baik.
9. Neurosensori
Keluarga mengatakan klien tidak mengeluhkan sakit kepala, status mental baik,
kesadaran composmentis, orientasi waktu, tempat dan orang: baik. Penggunaan alat
bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor, reflek pupil (+).
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Composmentis GCS: E 4 V 5 M 6
b) Kondisi secara umum: cukup
c) TTV
TD: 110/70 mmHg, N: 90 x/menit, suhu: 36,7oC, RR : 24 x/menit
Pertumbuhan fisik :
BB: 60 kg. TB: 160 cm
d) Keadaan kulit
Integritas kulit baik, tidak ada kelainan pada kulit.
2. Pemeriksaan cepalokaudal
a) Kepala
Kepala :berbentuk bulat, tidak ada benjola massa, tidak ada kelainan kulit,
warna rambut hitam.
Mata : keadaan mata bersih, pupil anisokor, reflek cahaya (+), sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis.
Telinga: bentuk simetris, serumen (+), nyeri tidak ada, pendengaran baik.
Mulut: bibir tampak merah muda, stomatitis (-), lidah bersih berwarna merah
muda, gigi bersih tampak kotor.
b) Leher
Bentuk simetris, reflek menelan (+), gangguan menelan (-), tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
c) Dada
Paru-paru
I : Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada
Pal : Benjolan (-), nyeri (-)
Per : Sonor kanan = kiri
A : Nafas cepat, ronci (-), wheezing (-)
Jantung
I : Bentuk simetris, IC = ics 5 mid clavicula kiri
Pal : Denyut apeks ics 5
Per : Redup parasternal kanan hingga midclavicula kiri
A : BJ I&II regular, bunyi jantung tambahan (-)
d) Abdomen
I : tidak asites
A : Bising usus ada 6 x/menit
Pal : Massa padat(-), nyeri tekan pada abdomen (-)
Per : Suara tympani
e) Genetalia, anus dan rectum
Keluarga mengatakan tidak ada gangguan pada area genetalia klien
f) Ekstremitas
1. Atas: simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, gerak aktif, tangan kiri
terpasang infus RL 20 tpm, tanda-tanda phlebitis diarea pemasangan infus(-).
2. Bawah: terdapat fraktur pada kaki kanan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Labarotorium (27 November 2018)
Jenis
Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
Hematologi
Hematologi paket
Hemoglobin 9,9 g/dL 13.0 – 16.0
Hematokrit 28,6 % 40 – 54
Eritrosit 3,42 10^6/uL 4.4 – 5.9
MCH 28,9 pg 27.0 – 32.0
MCV 83,6 fL 76 – 96
MCHC 34,6 g/dL 29.0 – 36.0
Leukosit 10,3 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 396 10^3/uL 150 – 400
RDW 12,8 % 11.6 – 14.8
MPV 9,3 fL 4.0 – 11.0
- Cairan
RL : 20 tpm
G. ANALISA DATA
NO TANGAL DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 7 DS : Gangguan Hambatan
Desember Klien mengatakan ingin berkemih, Sensori Eliminasi
2018 pukul tetapi tidak dapat mengeluarkan Motorik urine
09.30 urinenya setelah selang kencingnya
di lepas tadi siang. Kencingnya
keluar sedikit-sedikit dan terasa
panas.
DO :
- Pasien nampak tidak nyaman
- Terdapat distensi kandung
kemih
- Post ORIF Fraktur Tibia
Sinistra ½ Distal (anastesi
spinalis)
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan sensori motorik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
I. Rencana Keperawatan
37
an nyeri
secara
nonfarmak
ologi
Mengenali 4
kapan
nyeri
terjadi
Ket:
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang – kadang
4. Sering
5. Selalu
J. Implementasi
Tgl/ jam No. DX Tindakan Respon Ttd
7 DS : Klien mengatakan
Desember hanya bisa BAK sedikit-
Melakukan pengkajian
2018 1 sedikit
berkemih klien
pukul DO :
09.30 Pasien tampak tidak nyaman
2, 3 Melakukan pengkajian
DS:
09.45 nyeri
P (Provokatif) : Klien
mengatakn nyeri pada
kaki kanan dikarenakan
post operasi
Q (Quality) : Nyeri
sedang seperti tertusuk
R (Region) : Klien
mengatakan nyeri pada
kaki kanan
S (Severity) : Klien
menunjukan nyeri skala
4
T (Time) : Nyeri
yang dirasakan hilang
timbul
DO:
Klien tampak meringis
menahan sakit
TD: 110/70 mmHg, N:
90 x/menit, suhu:
36,7oC, RR : 24 x/menit
10.00 1, 2,3 Melakukan monitoring vital
DS:
sign
DO:
Klien tampak meringis
menahan sakit
TD: 110/70 mmHg, N:
90 x/menit, suhu:
36,7oC, RR : 24 x/menit
10.30 2 Mengkaji kemampuan
DS:
pasien dalam mobilisasi
Klien mengatakan masih
belum bisa bergerak
DO:
Klien bed rest
10.40 2 Membantu klien saat
DS:
mobilisasi dan bantu penuhi
DO:
kebutuhan ADL
Keluarga membantu
toileting klien
Keluarga membantu
klien untuk sibin
11.00 2 Mengajarkan klien
DS:
bagaimana merubah posisi
DO:
dan berikan bantuan jika
Klien terlihat belum
diperlukan
berani untuk merubah
posisi
12.00 3 Memberikan analgetik
DS:
untuk mengurangi nyeri
DO:
Ketorolac 30 mg masuk
melalui IV. Tidak ada alergi
12.10 3 Mengajarkan tentang teknik
DS:
non farmakologi nafas
DO:
dalam
Klien dapat
mendemonstrasikan
teknik nafas dalam
12.30 1 Monitoring pengeluaran DS : Klien mengatakan
urin hanya bisa BAK sedikit-
sedikit
DO :
Pasien tampak tidak nyaman
K. Catatan perkembangan
Tgl/ Jam DX Evaluasi Ttd
4 Hambatan S:
Desember eliminasi urine Pasien mengatakan sudah dapat BAK dengan
2018 berhubungan lancar pada pukul 18.30, tidak terasa panas
Pukul dengan Gangguan ataupun nyeri ketika BAK dan tidak ada
18.00 Sensori Motorik keinginan berkemih lagi setelah BAK
WIB O:
- Pasien nampak nyaman
- Pasien nampak dapat berkemih
dengan lancar
- Tidak ada distensi kandung kemih
-Tidak ada nyeri tekan pada kandunng
kemih
- Tidak nampak gejala Infeksi Saluran
Kencing
A : Hambatan eliminasi urine
berhubungan dengan Gangguan Sensori
Motorik teratasi
P :Hentikan Intervensi
7 Nyeri Akut S:
Desember berhubungan
P (Provokatif) : Klien mengatakn
2018 dengan agen injuri
nyeri pada kaki kanan dikarenakan post
pukul fisik
operasi
20.00
Q (Quality) : Nyeri sedang seperti
tertusuk
R (Region) : Klien mengatakan
nyeri pada kaki kanan
S (Severity) : Klien menunjukan
nyeri skala 2
T (Time) : Nyeri yang dirasakan
hilang timbul
O:
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitoring nyeri
2. Monitoring vital sign
3. Beri kenyamanan klien
4. Kolaborasi analgetik
7 Hambatan mobilitas S:
Desember fisik berhubungan
Keluarga klien mengatakan ADL klien
2018 dengan kerusakan
dibantu oleh anggota keluarga
pukul muskuloskeletal dan
20.00 neuromuskuler O:
A:
Masalah hambatan mobilitas fisik belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
PEMBAHASAN
B. Sasaran
Pasien yang pasca operasi dengan anestesi spinal dan tidak memakai kateter di ruang
Rajawali 2 B RSUP Dr. Kariadi Semarang
C. Tempat
Pelaksanaan dilakukan di kamar pasien ruang Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi Semarang
D. Pengelelolaan Pasien
1. Data Pengkajian Fokus
Pasien Intervensi Pasien Kontrol
a. Nama : Tn. R a. Nama : Tn. M
b. Usia : 20 tahun b. Usia : 23 tahun
Pasien Kelolaan Tanggal/jam Data Fokus
Pengkajian
Pasien Kelolaan I Selasa, 4/12 2018 Data Subjektif :
Tn. R Pukul 08.30 Pasien mengatakan belum berkemih sejak selesai
20 tahun operasi kemarin. Keinginan untuk berkemih ada
Post ops ORIF tetapi urine tidak bisa di keluarkan. Sudah 30
H+1 menit pasien merasa anyang- anyangan.
Data Objektif :
- Pasien nampak gelisah,
- Pasien Post Ops ORIF Tibia H+1
- Terdapat distensi kandung kemih
Pasien kelolaan II Kamis, 7 Desember Data Subjektif :
Tn. M 2018 Pasien mengatakan belum mempunyai keinginan
23 tahun Pukul 09.30 berkemih sejak selesai operasi kemarin
Post Ops ORIF Data objektif :
Multiple Fraktur - Terdapat distensi kandung kemih
H+1 - Post Ops ORIF Multiple Fraktur H+1
G. Analisis
Berdasarkan pegamatan kelompok, 4 dari 6 pasien post operasi dengan anestesi spinal
di RSUP Dr. Kariadi Semarang khususnya di Ruang Rajawali 2B tidak berani untuk
melakukan pergerakkan tubuhnya, karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika setelah
operasi dan pasien segera bergerak maka akan bermanfaat untuk peningkatan sirkulasi
darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri, memberi nutrisi pada daerah
penyembuhan luka dan meningkatkan status pencernaan kembali normal (Mundy, 2005
dalam Machmudah, 2014). Dampak apabila tidak dilakukan mobilisasi dini dapat sulit
buang air besar dan buang air kecil, distensi lambung, gangguan pernafasan dan gangguan
kardiovaskuler (Mochtar, 2005 dalam Machmudah, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Evidance Based Praktic yang kami terapkan di ruang
Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi Semarang mengenai pengaruh mobilisasi dini terhadap
pemulihan kandung kemih pada Pasien Post Operasi dengan anestesi Spinal dengan
responden sebanyak 2 orang yang kami kelompokkan menjadi kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, diperoleh hasil bahwa pemulihan kandung kemih pasca up cateter post
operasi dengan anestesi spinal pasien yang diberikan intervensi mobilisasi dini (Miring
kanan kiri setiap 2 jam sekali, Posisi Semi fowler, Latihan napas dalam dan batuk, Latihan
kaki yang sehat 3-5 kali setiap 1 atau 2 jam sekali) memiliki waktu 4 jam lebih cepat
dalam berkemih dibanding dengan pasien yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada
pasien intervensi, kandung kemih pulih dalam waktu setelah 6 jam pelepasan kateter
sedangkan pada pasien kontrol fungsi kandung kemihnya belum pulih setelah 6 jam
pelepasan kateter.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasanah, R., Sasmiyanto, &
Handayani, L. T. (2013), yang berjudul “Pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan
kandung kemih pasca pembedahan anastesi spinal di ruang bedah RSD Balung Jember”.
didapatkan hasil σ = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol pada pemulihan fungsi kandung kemih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilisasi dini sangat penting dilakukan terhadap pasien pasca pembedahan
anatesi spinal, karena dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin akan membuat
otot sensorik dan motorik yang dihambat oleh obat anastesi akan pulih atau kembali
normal seperti semula agar tidak terjadi komplikasi yang bisa menyebabkan kelainan
pada system tubuh dan efek atau manfaat dari mobiliasi ini sangat baik untuk pasien
pasca pembedahan baik pasien yang menggunakan anatesi spinal. Bedasarkan
penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa pasien dengan diberikan intervensi
mobilisasi dini pasca pembedahan dengan anestesi spinal fungsi kandung kemih pulih
setelah 6 jam pelepasan kateter, dan pada pasien kontrol fungsi kandung kemih pulih
dalam waktu 9 jam setelah pelepasan kateter.
B. Saran
Dari hasil penelitian disarankan kepada rumah sakit dan perawat agar
menjadikan mobilisasi dini dijadikan sebagai salah satu terapi keperawatan untuk
memberikan pemulihan kandung kemih yang lebih cepat pasca pemebedahan,
khususnya pada pasien pasca pembedahan dengan anestesi spinal
DAFTAR PUSTAKA
Arianti, Ratnasari, D. S., & Relawati, A. (2015). Efek Mobilisasi Dini Pada Pasien
Post Pembedahan Terhadap Kemampuan Dalam Pemenuhan Adl: Toileting di
RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. http://thesis.umy.ac.id/ datapublik/t53569.pdf.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Ed.8, Vol.
Jakarta: EGC
Hansen, B. S., Soriede, E., Warland, A. M., & Nilsen, O. B. (2011). Risk Factor Of
Post-operative Urinary Retention In Hospitallised Patients. Acta Anastesia
Scandinavia , 546.
Hasanah, R., Sasmiyanto, & Handayani, L. T. (2013). Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Pemulihan Kandung Kemih Pasca Pembedahan Anastesi Spinal Di
Ruang Bedah RSD Balung Jember. 2. http://digilib.
unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/um j-1x-roifatulha-3478-1-manuskrip. pdf.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2018
Kozier et all. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik. Edisi 7. Volume 2. Alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawata: Konsep, Proses &
Praktik, Ed.4, Vol.2. Jakarta: EGC Purbianto, & Agustanti, D. (2010).
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri dengan SC. Jurnal
Kesehatan , Vol 1 Nomer 2.
Renggonowati, A., & Machmudah. 2014. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Peristaltik Usus Pasca Operasi Sesar Dengan Anastesi Spina Di Rsud
Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Bidan, 2. http://
download.portalgaruda.org/article.ph p .Diakses pada tanggal 01 Desember
2018.