Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klien yang pulih dari anestesi dan analgetik yang dalam seringkali tidak mampu
merasakan bahwa kandung kemihnya penuh dan tidak mampu memulai atau
menghambat berkemih. Anestesi spinalis terutama menimbulkan risiko retensi urin,
karena akibat anestesi ini, klien tidak mampu merasakan adanya kebutuhan untuk
berkemih dan kemungkinan otot kandung kemih dan otot sfingter juga tidak mampu
merespon terhadap keinginan berkemih. Normalnya dalam waktu 6 – 8 jam setelah
anestesi, pasien akan mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara volunter,
tergantung pada jenis pembedahan (Perry & Potter, 2006).
Menurut Hansen et al (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Risk factors of
post-operative urinary retention in hospitalised patients, Mereka menemukan 13% dari
pasien post op yang dirawat di rumah sakit mengalami retensi urin pada post operasi,
didefenisikan retensi urin apabila volume urin > 400 ml pada saat tiba di ruang
pemulihan, scanning kandung kemih harus di pertimbangkan, terutama setelah anastesi
spinal atau operasi yang melebihi 2 jam operasi. Menurut Baldini et al (2009) dalam
Stegall (2013), insiden retensi urin setelah anestesi dan pembedahan berkisar antara 5%
dan 70%, tergantung pada jenis operasi dan kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan retensi urin.
Mobilisasi merupakan tindakan mandiri bagi seorang perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah. Banyak keuntungan yang dapat diraih dari
latihan dini pasca bedah, diantaranya peningkatan kecepatan kedalaman pernafasan,
peningkatan sirkulasi, peningkatan berkemih dan metabolisme (Taylor, 1997).
Kebanyakan pasien bedah diberikan dorongan untuk turun dari tempat tidur secepat
mungkin. Hal ini ditentukan oleh kestabilan sistem kardiovaskular dan neuromaskular
pasien, tingkat aktifitas fisik pasien yang lazim, dan sifat pembedahan yang dilakukan.
Setelah anastesi spinal, bedah minor, bedah sehari, pasien melakukan ambulasi pada hari
ia di operasi (Brunner & Suddarth, 2002).
Ambulasi harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan klien duduk di tempat
tidur dan menjuntaikan kaki di samping tempat tidur (Kozier; at al, 2011). Manfaat dari
mobilisasi dini adalah peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan
pengurangan rasa nyeri, memberi nutrisi pada daerah penyembuhan luka dan
meningkatkan status pencernaan kembali normal (Mundy, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh mobilisasi dini terhadap respon berkemih pada pasien post op
dengan anestesi spinal?
2. Bagaimana respon berkemih pada pasien post op dengan anestesi spinal yang tidak
dilakukan mobilisasi dini?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap respon berkemih pada pasien
post op dengan anestesi spinal
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui respon berkemih pada pasien post op dengan anestesi sipanl
yang dilakukan mobilisasi dini
b. Untuk mengetahui respon berkemih pada pasien post op dengan anestesi sipanl
yang tidak dilakukan mobilisasi dini

C. Manfaat
Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek kegunaan yaitu kegunaan teoritis dan
kegunaan praktis sebagai berikut.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah wawasan informasi dan panduan dalam penetian lebih lanjut mengenai
pengaruh mobilisasi dini terhadap fungsi berkemih pada pasien post op dengan
anestesi spinal.
b. Manfaat Praktis
1) Untuk Responden
Dapat dijadikan sebagai pengalaman responden dalam menghadapi
pengaruh yang mungkin muncul pada pasien yang dilakukan mobilisasi
dini terhadap respon berkemih.
2) Untuk Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan acuan bagi
perawat dalam memberikan mobilisasi dini terhadap respon berkemih pada
pasien post op dengan anestesi spinal.
3) Untuk Rumah sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan dan pembuatan standar operasional prosedur (SOP)
tentang mobilisasi dini pada pasien post op.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Eliminasi Urin
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Eliminasi merupakan proses pembuangan.Pemenuhan
kebutuhan terdiri dari kebutuhan eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi
(defekasi).(KDPK kebidanan,2009,hal 39).
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif
terisi sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks
miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari
kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke
pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih
untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan
spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau
ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung
kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine
residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi
setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.
Retensi urin adalah akumulasi urin yang nyata dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan pengosongan kandung kemih, sehingga timbul perasaan tegang, tidak
nyaman, nyeri tekan pada simpisis, gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat). Tanda-
tanda utama retensi urin akut adalah tidak adanya haluaran urin selama beberapa jam dan
terdapat distensi kandung kemih. Klien yang berada di bawah pengaruh anestesi atau
analgetik mungkin hanya merasakan adanya tekanan, tetapi klien yang sadar akan
merasakan nyeri hebat karena distensi kandung kemih melampaui kapasitas normalnya.
Pada retensi urin, kandung kemih dapat menahan 2000 – 3000 ml urin. Retensi urin dapat
terjadi akibat obstruksi uretra, trauma bedah, perubahan stimulasi saraf sensorik dan
motorik kandung kemih, efek samping obat dan ansietas (Perry & Potter, 2006).
Menurut Nurhayati, dkk (2017) pemulihan kandung kemih pasca pembedahan
dengan anastesi spinal adalah suatu keadaan dimana syaraf motorik dan sensorik terutama
sensorik perkemihan pasien belum sepenuhnya kembali untuk menjelankan fungsinya
untuk mengeluarkan urin namun karena terhambatnya syaraf perkemihan yang
diakibatkan oleh anatesi spinal yang memblok syaraf sensorik perkemihan sehingga tidak
bisa mengeluarkan urin secara normal. Pada pasien post operasi terutama pasien yang
menggunakan spinal anastesi, pasien akan mengalami retensi urin karena operasi dengan
anastesi spinal biasanya akan menghambat syaraf sensorik dan motorik. Retensi urin yang
berlebih pada pasien post operasi dengan anastesi spinal akan menyebabkan masalah
yang lebih serius seperti infeksi saluran kemih, inkontinensia urin dan lain sebagainya
apabila tidak segera ditangani. Oleh karena itu diperlukan adanya terapi dalam
mengembalikan fungsi kandung kemih sedini mungkin agar fungsi kandung kemih dapat
kembali normal sehingga tidak menyebabkan adanya retensi urin dan komplikasi lainnya.

B. Mobilisasi Dini
Mobilisasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan,
latihan maupun kemampuan aktivitas (Perry & Potter, 2006). Mobilisasi dini menurut
Carpenito (2000) adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin
dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Beberapa
tujuan dari mobilisasi menurut Garrison (2004) antara lain: mempertahankan fungsi
tubuh, memperlancar perdaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik,
mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi alvi dan urin, mengembalikan
aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan
gerak harian, memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
komunikasi.
Pergerakan akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan
mempercepat penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot
dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan
fisik (Kusmawan, 2008). Mobilisasi dini ditujukan untuk mengembalikan fungsi aktivitas
hidup sehari-hari klien. Program Activity Daily Living (ADL) dimulai secepat mungkin
ketika dimulainya proses rehabilitasi. ADL mencakup aktivitas yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan harian, seperti mandi, berpakaian, makan, berdandan, mobilisasi
dan pengendalian buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) (Sugiarto, 2005).

C. Pengaruh Mobilisasi terhadap Respon Berkemih


Pergerakan akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan
mempercepat penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot
dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan
fisik (Kusmawan, 2008). Keberhasilan mobilisasi dini dalam mempercepat pemulihan
pasca pembedahan telah dibuktikan oleh Wiyono (2006) dalam penelitiannya terhadap
pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan. Dimana hasil penelitiannya
mengatakan bahwa mobilisasi diperlukan bagi pasien pasca pembedahan untuk
membantu mempercepat pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan pasien.
Hasil penelitian Chandrasekaran, dkk (2007) mengemukakan bahwa mobilisasi dini
pada 24 jam pertama setelah Total Knee Replacemen (TKR) adalah cara yang murah dan
efektif untuk mengurangi timbulnya thrombosis vena dalam pasca operasi. Dimana
thrombosis vena merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasca
pembedahan akibat sirkulasi yang tidak lancar. Selanjutnya Suetta, Magnusson, dan Kjaer
(2007) juga berpendapat dalam penelitiannya dikemukakan bahwa latihan peningkatan
kekuatan otot merupakan metode yang efektif untuk mengembalikan fungsi otot pada
pasien pasca operasi. Mobilisasi yang dilakukan 2 jam pertama lebih efektif dilakukan
dari pada 6 jam pasca pembedahan (Israfi, 2010).
Menurut Nurhayati, dkk (2017) mobilisasi dini sangat penting dilakukan terhadap
pasien pasca pembedahan baik yang menggunakan anastesi umum maupun anatesi spinal,
karena dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin akan membuat otot sensorik dan
motorik yang dihambat oleh obat anastesi akan pulih atau kembali normal seperti semula
agar tidak terjadi komplikasi yang bisa menyebabkan kelainan pada system tubuh dan
efek atau manfaat dari mobiliasi ini sangat baik untuk pasien pasca pembedahan baik
pasien yang menggunakan anatesi spinal maupun anastesi umum.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R
DENGAN POST ORIF FRAKTUR TIBIA SINISTRA ½ DISTAL
DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP DR. KARIADI

Tanggal pengkajian : 4 Desember 2018


Jam : 08.00 WIB
Ruang : Rajawali 2B RSUP Dr Kariadi Semarang

1. BIODATA
a. Biodata Pasien
1) Nama : Sdr. R
2) Umur : 22 tahun
3) Alamat : Kedung Malang, Jepara
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Swasta
6) Tgl masuk : 01 Desember 2018
7) Diagnosa Medis : Post ORIF Fraktur Tibia Sinistra ½ Distal
8) No. Reg : C725XXX

b. Biodata Penanggung Jawab


1) Nama : Tn. M
2) Umur : 50 tahun
3) Alamat : Kedung Malang, Jepara
4) Pendidikan : SD
5) Pekerjaan : Swasta
6) Hub dg klien : Ayah

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama
Nyeri kaki kiri
P : kaki patah
Q : dipukul-pukul
R : kaki kiri bagian bawah
S :5
T : hilang timbul
2) Kronologi penyakit sekarang
Klien mengatakan jika yang terjadi pada klien saat ii adalah karena kecelakaan
lalu lintas yang dialami klien. Klien mengatakan jika klien mengendarai motor
dan ditabrak oleh mobil. Seketika klien terjatuh dan mendapati kakinya sangat
nyeri saat digerakkan.
3) Pengaruh Penyakit terhadap Pasien
Klien saat ini bekerja disebuah pabrik, karena klien sakit dan berada di RS klien
tidak dapat melakukan aktivitasnya untuk bekerja dan membantu perekonomian
keluarga.
4) Yang diharapkan Pasien dari Pelayanan Kesehatan
Klien mengatakan jika klien ingin sekali sembuh dan dapat melakukan segala
aktivitas seperti sebelumnya.

b. Riwayat Penyakit Masa Lalu


1) Riwayat Masa Anak-anak
Klien mangatakan sakit yang dialami saat klien anak-anak seperti batuk, pilek,
dan demam.
2) Alergi
Klien mengatakan jika klien tidak memiliki alergi baik makanan ataupun
minuman ataupun obat.
3) Pengalaman sakit
Klien mengatakan jika sakitnya saat ini adalah yang pertama kali dialaminya,
sebelumnya klien belum pernah dirawat di RS.
4) Pengobatan terakhir
Klien jarang sakit dan tidak mengkonsumsi obat apapun

c. Riwayat Sosial
Klien mengatakan jika klien bekerja di pabrik dan klien mengatakan jika tidak ada
teman kerja ataupun orang terdekat yang sakit seperti dirinya. Klien juga mengatakan
jika di tempatnya tinggal tidak memiliki tetangga yang sakit seperti dirinya. Klien
mengatakan jika dirinya adalah orang yang mudah bergaul baik dengan teman kerja
ataupun dengan tetangganya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


76 70

55 52 50

22 17 15

Keterangan :
: Pasien
: tinggal dalam satu rumah
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
Saat ini klien tinggal dengan kedua orang tuanya. Klien adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Klien jug mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun seperti DM, Hipertensi, dan TBC. Klien mengatakan jika ketika klien sakit
keluarga klien sangat terlihat menyayangi klien dengan dengan setia menunggu klien
di RS setiap harinya.

3. PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa Aman dan Nyaman
Saat ini klien mengatakan jika klien sering merasakan nyeri pada kepalanya pada
bagian kanan.
P : post operasi patah kaki
Q : dipukul-pukul
R : kaki kiri bagian bawah
S :5
T :hilang timbul
Klien mengatakan jika ketika klien merasakan nyeri pada kakinya, itu sangat
mengganggu aktivitas klien. Sebelumnya klien belum pernah memiliki riwayat
opname di RS ataupun tindakan pembedahan.
b. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Pada sebelum sakit klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Setelah sakit
Setelah sakit klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Klien hanya bad
rest di tempat tidur.

TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS

0 Mampu merawat sendiri secara


penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak
dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam
perawatan

AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN


(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah, pendampingan
perintah ataupun personal atau perawatan
didampingi total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi Mandi dengan bantuan
sendiri tanpa lebih dari satu bagian
bantuan, atau hanya tuguh, masuk dan keluar
memerlukan kamar mandi.
bantuan pada Dimandikan dengan
bagian tubuh bantuan total
tertentu (punggung,
genital, atau
ekstermitas
lumpuh)
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap Membutuhkan bantuan
mandiri. Bisa jadi dalam berpakaian, atau
membutuhkan dipakaikan baju secara
bantuan unutk keseluruhan
memakai sepatu
TOILETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar Butuh bantuan menuju
kecil (toilet), dan keluar toilet,
mengganti pakaian, membersihkan sendiri
membersihkan atau menggunakan
genital tanpa telepon
bantuan
PINDAH (1 poin) (0 poin)
POSISI Masuk dan bangun Butuh bantuan dalam
dari tempat tidur / berpindah dari tempat
kursi tanpa tidur ke kursi, atau
bantuan. Alat bantu dibantu total
berpindah posisi
bisa diterima
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik inkontinensia bowel dan
perkemihan dan bladder
buang air besar
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu Membutuhkan bantuan
memasukkan sebagian atau total
makanan ke mulut dalam makan, atau
tanpa bantuan. memerlukan makanan
Persiapan makan parenteral
bisa jadi dilakukan
oleh orang lain.

Total Poin : 3
6-5= Tinggi (Mandiri);
4-2 = Sedang;
<2 = Ganggaun fungsi berat;

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN


1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/ tak teratur
rangsang pembuangan (perlu pencahar).
tinja 1 Kadang-kadang tak terkendali
(1x seminggu).
2 Terkendali teratur.
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai
rangsang berkemih kateter
1 Kadang-kadang tak terkendali
(hanya 1x/24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang
(seka muka, sisir lain
rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
4 Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan
masuk dan keluar orang lain
(melepaskan, memakai 1 Perlu pertolongan pada
celana, membersihkan, beberapa kegiatan tetapi dapat
menyiram) mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain.
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
0=
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
biasa duduk
2 Bantuan minimal 1 orang.
3 Mandiri
7 Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi
roda.
2 Berjalan dengan bantuan 1
3 orang.
Mandiri
8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
2 Mandiri.
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Rendah (Sangat tergantung

Total Skor
Skor BAI :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
c. Eliminasi
1) Eiminasi Feses
Klien mengatakan jika sehari BAB sebanyak 1 kali setiap pagi dengan konsistensi
lembek dan tidak pernah mengalami masalah pada BABnya
2) Eliminasi Urine
Sebelum sakit:
Klien mengatakan jika dalam sehari BAK 5-6 kali dalam sehari dan tidak
mengatalami masalah pada Baknya
Saat sakit:
Klien mengatakan ingin berkemih, tetapi tidak dapat mengeluarkan urinenya
setelah selang kencingnya di lepas tadi pagi. Kencingnya keluar sedikit-sedikit.
d. Personal Hygiene
Sebelum sakit:
Klien mengatakn jika setiap harinya mandi dua kali baik saat sakit maupun sebelum
sakit. Klien menggosok gigi 2-3 kali dalam sehari, dan setiap dua hari sekali klien
kramas. Klien mampu melakukan personal hygine secara mandiri.
Saat sakit:
Klien mengatakan jika sat ini klien mandi dibanru oleh kedua orang tuanya dengan
hanya sibing saja.
e. Istirahat
Sebelum sakit klien bekerja dari jam 07.00 hingga jam 17.00. ketika lelah setelah
bekerja biasanya klien beristirahat dan menonton tv dengan keluarganya. Saat ini
klien mengatakan jika waktu istirahatnya sangat terpenuhi karena klien tidak bekerja.
f. Tidur
Sebelum sakit:
Klien mengatakan jika tidur 6-7 jam
Saat sakit:
Klien mengatakan jika saat ini klien tidur 5-6 jam dan sering terbangun karena merasa
nyeri yang tiba-tiba timbul
g. Cairan
klien mengatakan jika dalam sehari klien minum 7-8 gelas air putih. Klien tidak
memiliki minuman favorit. Klien hanya biasa menambahkan es pada air putihnya.
h. Nutrisi
Sebelum sakit
Klien makan 3 kali dalam sehari dengan nasi, sayur dan lauk seadanya. Tidak ada
masalah seperti menelan dan mengunyah pada klien. Klien tidak memiliki makanan
favorit dan tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.
Saat sakit
Klien makan 3 kali dalam sehari dengan diit yang sudah ditentukan oleh RS.
i. Kebutuhan Oksigenasi dan Karbondioksida Pernafasan
Klien tidak memiliki masalah pada pernafasannya.
j. Kardiovaskuler
Klien tidak memiliki masalah kardiovaskuler
k. Seksualitas
Klien adalah seorang laki-laki berusia 22 tahun yang belum menikah dan masih
tinggal dengan kedua orang tuanya dan 2 adiknya.

4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Psikologi
1) Status Emosi
Klien mengatakan jika saat ini klien merasa tenang karena sudah melewati
operasi.
2) Konsep diri
Klien merasa bersyukur dengan keadaanya sekarang ini baik saat klien sehat
maupun klien sakit. Klien hanya menginginkan kesembuhan dan tidak lagi
merasakan sakit seperti sebelumnya.
b. Hubungan Sosial
Klien bekerja disebuah pabrik dan dekat dengan teman-temannya sesama pekerja.
Klien mengatakan jika dirinya adalah orang yang mudah bergaul dengan
sekelilingnya. Klien juga aktif dalam kegiatan masyarakat yang ada di desanya.
c. Spiritual
Klien beragama Islam. Klien selalu berdoa agar diberikan kesembuhan dan tidak
terjadi perubahan dalam menhalankan ibadah.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Baik
GCS : E4V5M6
TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 84x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2 oC
Pertumbuhan Fisik
BB : 65 kg
TB : 165 cm

Keadaan Kulit
Warna : sawo matang

Pemeriksaan Cepalokaudal
1) Kepala
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam dan
tidak mudah dicabut (tidak rontok).
a) Mata
Konjungtiva tak anemis dan sclera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik dan
pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
b) Telinga
Simetris, tidak ada penumpukan serumen, bersih, sistem pendengaran normal
dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran
c) Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
dalam hidung, sistem penciuman normal.
d) Mulut
bibir tidak stomatitis, mukosa bibir lembab, lidah merah muda, letak gigi rata
dan tidak ada bau nafas.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ditemukan distensi vena jugularis, otot leher tegang.
3) Dada
Jantung
Inspeksi : simestris antara kanan dan kiri
Palpasi : tidak teraba adanya kardiomegali
Perkusi : terdengar suara redup
Auskultasi : tidak terdengar adanya suara jantung tambahan
Paru
Inspeksi : simettris antara perkembangan dada kanan dan kiri
Palpasi : tidak teraba tacti premitus
Perkusi : terdengar suara redup (dull)
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
4) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi: terdengar suara bising usus 6x/menit
Palpasi : tidak adanya pembesaran hepar, terdapat distensi kandung kemih.
Perekusi : adanya suara thympani
5) Genetalia, Anus, dan Rektum
Klien tidak terpasang alat bantu

6) Ektremitas
a) Atas :
Tangan kanan : Terpasang infus di tangan kanan dengan tetesan infus 20 tpm,
tidak ada edema dan lesi. Jari-jari tangan lengkap, kekuatan otot 5 (bahu,
siku,pergelangan tangan dan jari-jari
Tangan kiri : tidak ada edema dan lesi , kekuatan otot 5 ( bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari-jari)
b) Bawah :
Kaki kanan : tidak ada edema, tidak ada luka dan jari-jari lengkap, tidak ada
varices, nyeri tekan tidak ada. Kekuatan otot 5 (lutut, pergelangan kaki, dan
jari kaki)
Kaki kiri : Pasien post op Orif Fraktur Tibia Sinistra ½ Distal . Kekuatan otot
1 (lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki)
Kekuatan otot
Kanan Kiri
5 5
5 1

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kimia klinik pada 03 November 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Kimia klinik
Ureum 19 mg/dl 15-39 Normal
Kreatinin 1.2 mg/dl 0.60-1.30 Normal
Elektrolit
Natrium 141 mmol/L 136-145 Normal
Kalium 4.0 mmol/L 3.5-5.1 Normal
Chlorida 107 mmol/L 98-107 Normal

b. Rontgen pada tanggal 01 Desember 2018


Klinis: curiga fraktur cruris
Kesan: fraktur komplit bentuk oblik pada 1/3 tengah os tibia kiri, aposisi dan
aligment tidak baik.
c. Rontgen pada tangga 01 Desember 2018
Klinis: curiga fraktur genu sinistra
Kesan: tak tampak fraktur maupun dislokasi/subluksasi sendi pada X foto Genu kiri
d. Rintgen post operasi pada tanggal 04 Desember 2018
 Tampak terpasag fiksasi interna berupa 1 buah plate dengan 7 buah screw pada
1/3 tengah os tibia kiri kedudukan fiksasi interna baik
 Masih tampak celah fraktur pada 1/3 as tibia kiri, aligment dan aposisi lebih baik
dibandingkab sebelumnya.
 Struktur tulang baik
 ‘tak tampak dislokasi maupun subluksasi sendi genu dan ankle joint kiri
 Tampak soft tissue swelling pada region cruris kiri
 Tak tampak lusensi soft tissue
7. TERAPI YANG DIBERIKAN
a. Infus RL 20 tpm
Kegunaan: sumber elektrolit
b. Ranitidin 50mg inj 2x sehari
Kegunaan: untuk mengurangi asam lambung
c. Ketorolac 30 mg
Kegunaan: pereda nyeri
d. Cefazoline 1 gr
Kegunaan: mengobati dan mencegah infeksi
e. Ceftriaxone 1 gr
Kegunaan: antibiotik
f. Paracetamol 1000mg
Kegunaan: pereda demam, pereda nyeri

I. DAFTAR MASALAH

MASALAH
NO TGL DATA FOKUS ETIOLOGI KEPERAWAT
AN
1 4 DS : Gangguan Hambatan
Desember Klien mengatakan ingin berkemih, tetapi Sensori Eliminasi urine
2018 tidak dapat mengeluarkan urinenya setelah Motorik
Pk. 11.00 selang kencingnya di lepas tadi pagi.
WIB Kencingnya keluar sedikit-sedikit.
DO :
- Pasien nampak tidak nyaman
- Terdapat distensi kandung kemih
- Post ORIF Fraktur Tibia Sinistra ½
Distal (anastesi spinalis)

2 4 DS: Gangguan Hambatan


Desember klien mengatakan jika saat ini klien hanya Muskuluskele Mobilitas Fisik
2018 berada di tempat tidur dan segala aktivitas tal
Pk. 08.00 dibantu oleh orang tuanya
WIB DO :
- Nampak ADL dibantu keluarga
- Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan total skore barthel indek 7
yaitu pasien pada kategori
ketergantungan berat
- Pemeriksaan Rotgen tgl 1 Desember
2018 mendapatkan hasil : Fraktur
komplit bentuk oblik pada 1/3 tengah
os tibia kiri, aposisi dan aligment
tidak baik.
3 4 DS: Agen cedera Nyeri akut
Desember Klien mengatakan nyeri pada kaki kirinya fisik
2018 P: post operasi patah tulang
Pk. 08.00 Q: dipukul-pukul
WIB R: kaki kiri bagian bawah
S: 4
T: hilang timbul
DO:
- Klien nampak meringis
- Klien nampak mengurangi
pergerakannya
- TD 120/70 mmHg, N : 84 x/mnt, RR:
20 x/mnt, S : 36,2oC

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan Gangguan Sensori Motorik
2. Hambatan mobilitas fisik di tempat tidur berhubungan dengan Gangguan
neuromuskular
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

III. RENCANA KEPERAWATAN

Tgl/ jam No Diagnosa Intervensi keperawatan


Keperawatan NOC NIC
4 1 Hambatan Setelah dilakukan asuhan Urinary Retention Care
Desember eliminasi urine keperawatan selama 1x 24 - Lakukan penilaian
2018 berhubungan jam diharapkan masalah kemih yang
komprehensif berfokus
Pk.11.00 dengan dapat teratasi.
pada inkontinensia
WIB Gangguan NOC : - Memantau asupan dan
Sensori Motorik Urinary Elimination keluaran
- Memantau tingkat
Urinary Continuence
distensi kandung kemih
Dengan kriteria hasil : dengan palpasi
a. Kandung kemih
kosong secara penuh
b. Tidak ada residu
urine > 100-200 cc
c. Intake cairan dalam
rentang normal
d. Bebas dari ISK
e. Tidak ada spasme
bladder
4 2 Hambatan Setelah dilakukan asuhan Pengkajian
Desember - Lakukan pengkjaian
mobilitas fisik keperawatan selama 1x 24
2018 mobilitas pasien secara
di tempat tidur jam diharapkan masalah terus menerus
Pk.08.00
- Kaji tingkat kesadaran
WIB berhubungan dapat teratasi
- Kaji kekuatan otot dan
dengan NOC mobilitas sendi
Penyuluhan
Gangguan Joint Movement : Active
Pasien/keluarga
neuromuskular Mobility level - Latih rentang gerak
sendi aktif dan pasif
Kriteria Hasil :
untuk memperbaiki
- Klien mencapai kekuatan dan daya
mobilitas di tempat tahan otot
tidur yang dibuktikan - Latih teknik membalik
dan memperbaiki
oleh pengaturan posisi
kesejajaran tubuh
tubuh, kemauan Aktivitas lain
sendiri, performa - Tempatkan tombol
mekanika tubuh, pemanggil bantuan di
gerakan terkoordinasi, tempat yang mudah
pergerakan sendi aktif, diraih
dan mobilitas yang - Berikan penguatan
positif selama aktivitas
memuaskan
-

4 3 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri


Desember berhubungan keperawatan selama 1x 24 1. Lakukan pengkajian
2017 dengan agens jam diharapkan masalah nyeri secara
komprehensif
Pk.08.00 cedera biologis dapat teratasi.
2. Observasi adanya
WIB petunjuk non-verbal
NOC :
mengenai
ketidaknyamanan
- Pain Level,
- Pain control, 3. Berikan informasi
- Comfort level mengenai nyeri, seperti
Kriteria Hasil : penyebab nyeri, berapa
lama nyeri dirasakan
- Mampu mengontrol 4. Kendalikan faktor
nyeri (tahu penyebab lingkungan yang dapat
nyeri, mampu mempengaruhi respon
menggunakan tehnik
pasien
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, 5. Ajarkan prinsip-prinsip
mencari bantuan) manajemen nyeri
- Melaporkan bahwa 6. Kolaborasi pemberian
nyeri berkurang dengan analgesik.
menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal

TINDAKAN KEPERAWATAN
No TTD
No. Tgl, jam Tindakan Respon
Dx
1 4 2,3 Mengobservasi KU DS :
Desember Memonitor tanda-tanda vital Klien mengatakan merasa nyeri pada
2018 Pukul kakinya yang dioperasi
08.00 WIB DO :
- Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg, N: 80 x/mnt,
RR: 23x/mnt, S : 36,6oC
-
Klien nampak Headp up 30o
Pukul 3 Melakukan pengkajian nyeri secara DS :
08.10 WIB komprehensif termasuk lokasi, Klien mengatakan merasa sakit pada
karakteristik, durasi, frekuensi, kaki kiri yang dioperasi
kualitas dan faktor presipitasi P: Nyeri akan semakin kat apabila ada
pergerakan dari pasien
Q: Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk
dan kebas
R: Nyeri dirasakan pada kaki kiri
S: Skala nyeri yang dirasakan 3 (0-
10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
DO :
- Klien nampak tidak nyaman
- Klien nampak mengurangi
pergerakan kaki kirinya

Pukul 3 Mengontrol lingkungan yang dapat DS :


08.15 WIB mempengaruhi nyeri seperti suhu Klien mengatakan tidak merasa
ruangan, pencahayaan dan terganggu dengan lingkungan kamar.
kebisingan DO :
- Kunjungan nampak dibatasi
sehingga tidak ramai
- Tidak ada kebisingan atau
kegaduhan di dalam kamar klien
serta memiliki pencahayaan yang
baik
Pukul 3 Mengajarkan tentang teknik non DS :
08.18 WIB farmakologi untuk mengurangi Klien mengatakan nyerinya tidak
nyeri berkurang dengan teknik tersebut.
DO:
- Klien nampak melakukan
napas dalam dengan baik
- Px nampak lebih tenang
Pukul 2 Menginformasikan dan melatih DS :
09.15 WIB pasien untuk mencoba latihan Klien dan keluarga mengatakan
duduk, miring kiri, dan miring bersedia untuk latihan mobilisasi dini
kanan secara bertahap DO :
- Keluarga nampak mengerti
dengan kondisi Klien
- Keluarga nampak menemani
pasien
Pukul 2 Memonitoring pasien dalam DS :
10.30 WIB mencoba latihan duduk, miring kiri, Klien dan keluarga mengatakan sudah
dan miring kanan secara bertahap mencoba untuk melatih duduk dan
miring-miring
DO :
- Keluarga nampak mengerti
dengan kondisi Klien
- Pasien nampak dalam posisi
duduk
Pukul 1 Melakukan penilaian kemih yang DS :
11.00 WIB komprehensif berfokus pada Pasien mengatakan tidak bisa kencing
inkontinensia setelah selang kencingnya dilepas,
kencingnya keluar sedikit-sedikit.
DO :
Pasien nampak tidak nyaman
Pukul 2 Memonitoring dan melatih pasien DS :
12.45 WIB untuk mencoba latihan duduk, Klien mengatakan sudah dapat duduk
miring kiri, dan miring kanan secara dan miring miring sendiri tetapi masih
bertahap perlu bantuan keluarga yang
menemani
DO :
- Pasien nampak dalam posisi
miring kanan
- Keluarga nampak menemani
pasien

Pukul 1 Memantau asupan dan keluaran DS :


13.55 WIB Pasien mengatakan dalam sejak tadi
pagi sudah minum 2 gelas air (480
ml) dan 1 tanggung botol air mineral
(600 ml)
DO :
Pasien nampak tidak nyaman dengan
kondisinya.
Pukul 1 Melakukan penilaian kemih yang DS :
14.00 WIB komprehensif berfokus pada Pasien mengatakan sudah dapat BAK
inkontinensia dengan lancar, tidak terasa panas
ketika BAK dan tidak ada keinginan
berkemih lagi setelah BAK
DO :
Pasien nampak nyaman
Tidak ada distesnai kandung kemih
dan tidak ada nyeri tekan.
Pukul 3 Memonitor penerimaan pasien DS :
14.15 wib tentang manajemen nyeri Klien mengatakan akan mencoba lagi
melakukan teknik napas dalam
tersebut
DO :
- Klien nampak lebih tenang
- Klien tidak meringis
- Klien nampak masih
memegangi kepalanya
Pukul 2 Mengkaji tingkat kesadaran klien DS :
15.00 WIB Klien mengatakan tidak ada aktivitas
yang bisa dilakukannya, hanya
berbaring saja
DO :
- Kesadaran klien compos
mentis
- ADl nampak dibantu keluarga
Pukul 2 Melakukan pengkajian mobilitas DS :
15.10 WIB klien Klien mengatakan tidak ada aktivitas
yang bisa dilakukannya, hanya
berbaring saja seharian.
Klien merasa kesakitan apabila ada
pergerakan
DO :
- Klien nampak hanya
berbaring
Pukul 2 Mengkaji kekuatan otot klien DS :
16.00 WIB Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri
DO : Kanan Kiri
5 5
5 1
- Klien nampak dibantu oleh
ayahnya jika ingin
mengambil sesutu

Pukul 2 Menempatkan tombol pemanggil DS :


16.10 WIB bantuan di tempat yang mudah Klien mengatakan akan memencet
diraih tombol apabila memerlukan bantuan
DO :
- Klien nampak mengerti
dengan penjelasan perawat
Pukul 2 Memberikan penguatan positif DS :
17.00 WIB selama beraktivitas Klien mengatakan yakin akan
sembuh.
DO :

Klien nampak mengikuti program


terapi yang diberikan perawat
Pukul 3 Memberikan terapi injeksi intravena DS :
17.10 WIB Klien mengatakan bersedia diberikan
obat
DO :
- Ketorolac 30 mg/8jam
Pukul 2 Memonitoring klien dalam DS :
17.15 WIB mobilisasi di tempat tidur (miring Klien mengatakan sudah dapat
kanan dan miring kiri) melakukan miring kanan, namun
dibantu ketika miring kiri karena
lemas dibagian tubuh kiri.
Klien mengatakan merasa lebih
nyaman dapat merubah posisi.
DO :
- Klien nampak dalam posisi
miring kiri
- Klien nampak aktif
melakukan pergerakan sendi
di tempat tidur secara mandiri
Pukul 3 Mengobservasi reaksi nonverbal DS :
17.30 WIB dari ketidaknyamanan Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri
sudah berkurang
DO :
- Klien nampak tenang
- Klien nampak tidak meringis
Pukul 2 Memonitoring latihan duduk, teknik DS :
17.50 WIB membalik dan memperbaiki Klien mengatakan sering latihan
kesejajaran tubuh duduk dan jarang miring kiri atau
kanan
DO :
- Pasien nampak dalam posisi
duduk
- Keluarga nampak menemani
pasien
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa TTD
No. Tgl, jam Evaluasi
Keperawatan
1 4 Hambatan S:
Desember eliminasi urine Pasien mengatakan sudah dapat BAK dengan lancar,
2018 berhubungan tidak terasa panas ataupun nyeri ketika BAK dan tidak
Pukul dengan ada keinginan berkemih lagi setelah BAK
18.00 WIB Gangguan O:
Sensori Motorik - Pasien nampak nyaman
- Pasien nampak dapat berkemih dengan lancar
- Tidak ada distensi kandung kemih
- Tidak ada nyeri tekan pada kandunng kemih
- Tidak nampak gejala Infeksi Saluran Kencing
-
A : Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan
Gangguan Sensori Motorik teratasi

P :Hentikan Intervensi

2 4 Hambatan S :
Desember mobilitas fisik di Klien mengatakan sudah dapat melakukan duduk,
2018 Pukul tempat tidur miring kanan, namun dibantu ketika miring kiri Klien
18.00 WIB berhubungan mengatakan merasa lebih nyaman dapat merubah posisi
dengan O:
Gangguan - Tanda-tanda vital
neuromuskular TD : 125/80 mmHg, N: 84 x/mnt, RR: 20x/mnt, S :
36,8oC
- Klien nampak dalam posisi duduk

A : Hambatan Mobilitas Fisik di tempat tidur


berhubungan dengan gangguan neuro muscular
teratasi

P : Pertahankan intervensi
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
- Lakukan pengkjaian mobilitas pasien secara terus
menerus
- Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi
- Latih rentang gerak sendi aktif dan pasif untuk
memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot
3 4 Nyeri akut S :
Desember berhubungan
Klien mengatakan merasa nyeri pada kaki kiri yang
2018 Pukul dengan agen
dioperasi belum berkurang
18.00 WIB cedera fisik
P: Nyeri akan semakin kat apabila ada pergerakan
Q: Rasa nyeri seperti dipukul-pukul
R: Nyeri dirasakan pada kepala bagian kiri
S: Skala nyeri yang dirasakan 3 (0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
O:
- Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg, N: 84 x/mnt, RR: 20x/mnt,
S : 36,8oC
- Klien nampak tenang
- Klien tidak nampak memegangi kakinya yang
sakit

A : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


fisik belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Monitor Vital Sign
2. Berikan terapi analgetik
3. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
4. Tingkatkan istirahat
Kasus Kontrol

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. M DENGAN MULTIPLE FRAKTUR
DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP dr KARIADI SEMARANG

Tanggal pengkajian : 7 Desember 2018 pukul 09.30 WIB

Ruang/RS :Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi

A. BIODATA
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 23 tahun
c. Alamat : Gebanganom
d. Pendidikan : SMK
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Tanggal masuk : 20 November 2018
g. Diagnosa Medis : Multiple fracture
h. Nomer registrasi : C723xxx
2. Biodata Penanggung jawab
a. Nama : Ny.M
b. Umur : 60 tahun
c. Alamat : Gebanganom
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : IRT
f. Hubungan dengan klien : Ibu

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
a) Keluhan utama: Nyeri pada kaki kanan dan kepala
b) Kronologi penyakit saat ini
Klien mengatakan kalau dia ke RSUP dr. Kariadi pada tanggal 20 November 2018
karena klien mengalami kecelakaan lalu lintas. Klien dibawa dengan keadaan
sadar dan tidak mual muntah.

c) Pengaruh penyakit sekarang terhadap klien


Klien mengatakan karena penyakit yang dideritanya saat ini klien menjadi sulit
melakukan aktivitas
d) Harapan klien
Keluarga mengatakan klien ingin segera pulih seperti sebelum sakit agar dapat
berkerja kembali.

2. Riwayat penyakit masa lalu


Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.

3. Riwayat sosial
Klien mengatakan sehari-harinya klien bekerja dan sering mengikuti kumpulan-
kumpulan acara pernikahan dan perkumpulan lain didesanya. Klien mengatakan klien
tidak pernah mengikuti organisasi/ menjadi perangkat desa.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan saat ini tinggal bersama dengan orang tuanya. Keluarga
mengatakan tidak ada riwayat dikeluarganya yang pernah mengalami penyakit yang
sama seperti klien saat ini. Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti darah tinggi, DM. Keluarga mengatakan biasanya
jika ada anggota keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke fasilitas kesehatan
terdekat seperti mantri/perawat, bidan, klinik atau rumah sakit.

C. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1. Rasa aman dan nyaman (PQRST)
 P (Provokatif) : Klien mengatakn nyeri pada kaki kanan dikarenakan post
operasi
 Q (Quality) : Nyeri sedang seperti tertusuk
 R (Region) : Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
 S (Severity) : Klien menunjukan nyeri skala 4
 T (Time) : Nyeri yang dirasakan hilang timbul

2. Aktifitas, istirahat, dan tidur


Klien sebelum sakit senang kumpul-kumpul dengan tetangga atau temannya
mengikuti acara yang ada di desanya. Klien mengatakan sebelum sakit klien waktu
tidurnya sekitar 7-8 jam sehari. Saat sakit klien hanya terbaring di tempat tidur,
aktivitas seperti toiletin dibantu oleh keluarga, waktu tidur klien saat sakit hanya
sekitar 4-5 jam, biasanya klien pagi hari tidur tapi hanya sebentar – sebentar.

3. Eliminasi : urin dan feses


Klien mengatakan sebelum sakit pola BAB 1 x sehari dipagi hari dan BAK 5-6 kali
sehari. Saat sakit klien mengatakan ingin berkemih, tetapi tidak dapat mengeluarkan
urinenya setelah selang kencingnya di lepas tadi pagi. Kencingnya keluar sedikit-
sedikit.

4. Personal hygiene
Keluarga mengatakan sebelum sakit klien rutin mandi dan gosok gigi 2 kali/ hari,
namun selama dirawat klien hanya dilakukan seka dengan dibantu keluarga.

5. Cairan
a. Kebutuhan cairan 24 jam
Rumus : 50 cc / kg BB/ hari
KC = 50 cc x 60 kg / hari
KC = 3000 ml/hari
b. Rute cairan masuk
Oral
 Minum = sudah minum 2 gelas x ± 250 cc
= 500 cc/ 8 jam
 Makan = ± 50 cc / 8 jam

Enteral
 NaCl 0,9% 500 cc, kecepatan 20 tpm
= 500 cc/ 8 jam
c. Balance cairan 8 jam
 Intake
Oral = 550 cc
Enteral = 500 cc
Jadi, jumlah intake/ 8 jam = 1.050 cc

 Output
IWL = 15cc x kgBB/hari
= 15 cc x 60 kg/ hari
= 900 cc/ hari
= 300 cc/ 8 jam
Urine = ± 100 cc
Jumah output/8jam = 400 cc

 Balance cairan = intake – output


= 1.050 cc – 400 cc
= (+650 cc)

6. Nutrisi
Antropometri : TB: 160 cm, BB : 60 kg, IMT: 23,4 (normal)
Clinical Sign : Konjungtiva anemis, bibir merah muda

7. Oksigenasi
Klien tidak sedang batuk, bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-),RR:
24x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan. Klien tidak memiliki
alergi terhadap debu.

8. Sirkulasi
Tidak terdapat edema, TD: 110/70 mmHg, N: 90 x/menit, suhu: 36,7oC, bunyi
jantung S1 & S2, murmur (-), gallop (-). Konjungtiva anemis, membran mukosa
oral berwarna merah muda dan lembab, integritas kulit baik.
9. Neurosensori
Keluarga mengatakan klien tidak mengeluhkan sakit kepala, status mental baik,
kesadaran composmentis, orientasi waktu, tempat dan orang: baik. Penggunaan alat
bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor, reflek pupil (+).

10. Pengkajian psikososial dan spiritual


a) Psikologi
 Status emosi
Keadaan emosi klien saat ini tenang dan mampu diajak komunikasi, Klien
mengatakan bila sedang sedih biasanya menceritakan semua masalahnya
kepada keluarga dan temanya.
 Konsep diri
1) Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa klien tidak menyukai
kondisinya saat ini karena menyebabkan dirinya tidak mampu bekerja
seperti sebelumnya.
2) Identitas diri : klien mampu mengenali identitasnya, saat disebut namanya.
Klien mampu mengenal keluarganya.
3) Peran : Klien mengatakan sebelum sakit klien bekerja.
4) Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat selesai pengobatannya dan
dirinya sembuh agar bisa bekerja seperti sebelumya.
5) Harga diri : klien mengatakan tidak malu dengan kondisinya saat ini,
karena ini merupakan cobaan dari Yang Maha Kuasa
b) Hubungan sosial
Saat dirumah sakit kadang ada tetangga yang menjenguk klien.
c) Spiritual
Keluarga mengatakan beragama islam, saat ini klien kesulitan untuk menjalankan
ibadahnya.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Composmentis GCS: E 4 V 5 M 6
b) Kondisi secara umum: cukup
c) TTV
TD: 110/70 mmHg, N: 90 x/menit, suhu: 36,7oC, RR : 24 x/menit
Pertumbuhan fisik :
BB: 60 kg. TB: 160 cm
d) Keadaan kulit
Integritas kulit baik, tidak ada kelainan pada kulit.

2. Pemeriksaan cepalokaudal
a) Kepala
 Kepala :berbentuk bulat, tidak ada benjola massa, tidak ada kelainan kulit,
warna rambut hitam.
 Mata : keadaan mata bersih, pupil anisokor, reflek cahaya (+), sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis.
 Telinga: bentuk simetris, serumen (+), nyeri tidak ada, pendengaran baik.
 Mulut: bibir tampak merah muda, stomatitis (-), lidah bersih berwarna merah
muda, gigi bersih tampak kotor.
b) Leher
Bentuk simetris, reflek menelan (+), gangguan menelan (-), tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
c) Dada
Paru-paru
I : Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada
Pal : Benjolan (-), nyeri (-)
Per : Sonor kanan = kiri
A : Nafas cepat, ronci (-), wheezing (-)
Jantung
I : Bentuk simetris, IC = ics 5 mid clavicula kiri
Pal : Denyut apeks ics 5
Per : Redup parasternal kanan hingga midclavicula kiri
A : BJ I&II regular, bunyi jantung tambahan (-)
d) Abdomen
I : tidak asites
A : Bising usus ada 6 x/menit
Pal : Massa padat(-), nyeri tekan pada abdomen (-)
Per : Suara tympani
e) Genetalia, anus dan rectum
Keluarga mengatakan tidak ada gangguan pada area genetalia klien
f) Ekstremitas
1. Atas: simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, gerak aktif, tangan kiri
terpasang infus RL 20 tpm, tanda-tanda phlebitis diarea pemasangan infus(-).
2. Bawah: terdapat fraktur pada kaki kanan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Labarotorium (27 November 2018)
Jenis
Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
Hematologi
Hematologi paket
Hemoglobin 9,9 g/dL 13.0 – 16.0
Hematokrit 28,6 % 40 – 54
Eritrosit 3,42 10^6/uL 4.4 – 5.9
MCH 28,9 pg 27.0 – 32.0
MCV 83,6 fL 76 – 96
MCHC 34,6 g/dL 29.0 – 36.0
Leukosit 10,3 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 396 10^3/uL 150 – 400
RDW 12,8 % 11.6 – 14.8
MPV 9,3 fL 4.0 – 11.0

F. TERAPI YANG DIBERIKAN


1. Pengobatan
- Terapi Obat

No. Nama Obat Dosis Jalur

1 Ampicilin 1.5 mg/8 jam IV


2 Ketorolac 30 mg/ 8 jam IV
3 Ranitidin 50 mg/ 12 jam IV
4 Gentamicin 80 mg/ 8 jam IV
5 Asam Traneksamat 500 mg/ 8 jam IV
6 Cefixim 200 mg/ 12 jam PO
7 Asam mefenamat 500 mg/8 jam PO
8 Ranitidin 150/12 jam PO

- Cairan
RL : 20 tpm

G. ANALISA DATA
NO TANGAL DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 7 DS : Gangguan Hambatan
Desember Klien mengatakan ingin berkemih, Sensori Eliminasi
2018 pukul tetapi tidak dapat mengeluarkan Motorik urine
09.30 urinenya setelah selang kencingnya
di lepas tadi siang. Kencingnya
keluar sedikit-sedikit dan terasa
panas.
DO :
- Pasien nampak tidak nyaman
- Terdapat distensi kandung
kemih
- Post ORIF Fraktur Tibia
Sinistra ½ Distal (anastesi
spinalis)

2 7 DS: Hambatan Kerusakan


Desember
Keluarga klien mengatakan ADL mobilitas fisik muskuloskelet
2018 pukul
klien dibantu oleh anggota keluarga al dan
09.30
DO: neuromuskuler
 Keterbatasan ROM
 ADL dibantu keluarga
 Terlihat berhati-hati saat
bergerak
3 7 DS:
Desember
2018 pukul  P (Provokatif) : Klien Nyeri Akut Agen cedera
09.30 mengatakn nyeri pada kaki fisik
kanan dikarenakan post operasi
 Q (Quality) : Nyeri sedang
seperti tertusuk
 R (Region) : Klien
mengatakan nyeri pada kaki
kanan
 S (Severity) : Klien
menunjukan nyeri skala 4
 T (Time) : Nyeri yang
dirasakan hilang timbul
DO:
 Klien tampak meringis menahan
sakit
 TD: 110/70 mmHg, N: 90
x/menit, suhu: 36,7oC, RR : 24
x/menit

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan sensori motorik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
I. Rencana Keperawatan

No Dx. Kep NOC NIC TTD

Setelah dilakukan asuhan Urinary Retention Care


keperawatan selama 1x 24 jam - Lakukan penilaian
diharapkan masalah dapat kemih yang
komprehensif berfokus
teratasi.
pada inkontinensia
Hambatan NOC : - Memantau asupan dan
eliminasi urin Urinary Elimination keluaran
berhubungan - Memantau tingkat
Urinary Continuence
1 distensi kandung kemih
dengan gangguan Dengan kriteria hasil : dengan palpasi
sensori motorik f. Kandung kemih kosong
secara penuh
g. Tidak ada residu urine >
100-200 cc
h. Intake cairan dalam
rentang normal
i. Bebas dari ISK
j. Tidak ada spasme bladder
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
agen injuri fisik diharapkan nyeri yang dialami secara komprehensif
klien dapat berkurang dengan termasuk lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
NOC : Kontrol Nyeri frekuensi, kualitas dan
Outcame Sebel Sesu Tuju faktor presipitasi
um dah an 2. Observasi reaksi nonverbal
Mengguna 4 dari ketidaknyamanan
kan 3. Ajarkan tentang teknik non
tindakan farmakologi
pencegaha 4. Berikan analgetik untuk
m mengurangi nyeri
Mengguna 4 5. Evaluasi keefektifan
kan kontrol nyeri
tindakan
pengurang

37
an nyeri
secara
nonfarmak
ologi
Mengenali 4
kapan
nyeri
terjadi

Ket:
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang – kadang
4. Sering
5. Selalu

3 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Exercise therapy :


fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam ambulation
dengan kerusakan diharapkan hambatan mobilitas
1. Monitoring vital sign
muskuloskeletal dan fisik yang dialami klien dapat
sebelum/ sesudah latihan
neuromuskuler teratasi dengan kriteria hasil:
dan lihat respon pasien saat
 Klien meningkat dalam
latihan
aktivitas fisik
2. Konsultasikan dengan
 Mengerti tujuan dari
terapi fisik tentang rencana
peningkatan mobilitas
ambulasi sesuai dengan
 Memverbalisasikan perasaan
kebutuhan
dalam meningkatkan
3. Ajarkan pasien atau tenaga
kekuatan dan kemampuan
kesehatan lain tentang
berpindah
teknik ambulasi
 Memperagakan penggunaan
4. Kaji kemampuan pasien
alat Bantu untuk mobilisasi
dalam mobilisasi
(walker)
5. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
6. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
7. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
8. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

J. Implementasi
Tgl/ jam No. DX Tindakan Respon Ttd

7 DS : Klien mengatakan
Desember hanya bisa BAK sedikit-
Melakukan pengkajian
2018 1 sedikit
berkemih klien
pukul DO :
09.30 Pasien tampak tidak nyaman
2, 3 Melakukan pengkajian
DS:
09.45 nyeri
 P (Provokatif) : Klien
mengatakn nyeri pada
kaki kanan dikarenakan
post operasi
 Q (Quality) : Nyeri
sedang seperti tertusuk
 R (Region) : Klien
mengatakan nyeri pada
kaki kanan
 S (Severity) : Klien
menunjukan nyeri skala
4
 T (Time) : Nyeri
yang dirasakan hilang
timbul
DO:
 Klien tampak meringis
menahan sakit
 TD: 110/70 mmHg, N:
90 x/menit, suhu:
36,7oC, RR : 24 x/menit
10.00 1, 2,3 Melakukan monitoring vital
DS:
sign
DO:
 Klien tampak meringis
menahan sakit
 TD: 110/70 mmHg, N:
90 x/menit, suhu:
36,7oC, RR : 24 x/menit
10.30 2 Mengkaji kemampuan
DS:
pasien dalam mobilisasi
Klien mengatakan masih
belum bisa bergerak
DO:
 Klien bed rest
10.40 2 Membantu klien saat
DS:
mobilisasi dan bantu penuhi
DO:
kebutuhan ADL
 Keluarga membantu
toileting klien
 Keluarga membantu
klien untuk sibin
11.00 2 Mengajarkan klien
DS:
bagaimana merubah posisi
DO:
dan berikan bantuan jika
 Klien terlihat belum
diperlukan
berani untuk merubah
posisi
12.00 3 Memberikan analgetik
DS:
untuk mengurangi nyeri
DO:
Ketorolac 30 mg masuk
melalui IV. Tidak ada alergi
12.10 3 Mengajarkan tentang teknik
DS:
non farmakologi nafas
DO:
dalam
 Klien dapat
mendemonstrasikan
teknik nafas dalam
12.30 1 Monitoring pengeluaran DS : Klien mengatakan
urin hanya bisa BAK sedikit-
sedikit
DO :
Pasien tampak tidak nyaman

K. Catatan perkembangan
Tgl/ Jam DX Evaluasi Ttd

4 Hambatan S:
Desember eliminasi urine Pasien mengatakan sudah dapat BAK dengan
2018 berhubungan lancar pada pukul 18.30, tidak terasa panas
Pukul dengan Gangguan ataupun nyeri ketika BAK dan tidak ada
18.00 Sensori Motorik keinginan berkemih lagi setelah BAK
WIB O:
- Pasien nampak nyaman
- Pasien nampak dapat berkemih
dengan lancar
- Tidak ada distensi kandung kemih
-Tidak ada nyeri tekan pada kandunng
kemih
- Tidak nampak gejala Infeksi Saluran
Kencing
A : Hambatan eliminasi urine
berhubungan dengan Gangguan Sensori
Motorik teratasi

P :Hentikan Intervensi

7 Nyeri Akut S:
Desember berhubungan
 P (Provokatif) : Klien mengatakn
2018 dengan agen injuri
nyeri pada kaki kanan dikarenakan post
pukul fisik
operasi
20.00
 Q (Quality) : Nyeri sedang seperti
tertusuk
 R (Region) : Klien mengatakan
nyeri pada kaki kanan
 S (Severity) : Klien menunjukan
nyeri skala 2
 T (Time) : Nyeri yang dirasakan
hilang timbul

O:

 Klien tampak meringis menahan sakit


 TD: 120/70 mmHg
 N: 84 x/menit
 suhu: 36,3oC
 RR : 20 x/menit
 Skala nyeri 2

A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

1. Monitoring nyeri
2. Monitoring vital sign
3. Beri kenyamanan klien
4. Kolaborasi analgetik

7 Hambatan mobilitas S:
Desember fisik berhubungan
Keluarga klien mengatakan ADL klien
2018 dengan kerusakan
dibantu oleh anggota keluarga
pukul muskuloskeletal dan
20.00 neuromuskuler O:

 Klien bed rest


 Klien belum bisa mengubah posisi
 Klien dibantu keluarga dalam ADL
 Ekspresi berhati hati saat bergerak

A:
Masalah hambatan mobilitas fisik belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

1. Monitoring vital sign sebelum/ sesudah


latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
3. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
4. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
6. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
7. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
8. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pasien Dengan Post Operasi Anestesi Spinal


Pelaksanaan desain inovatif Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan Kandung
Kemih Pasca Pembedahan Dengan Anestesi Spinal dilakukan pada praktik Keperawatan
Medikal Bedah pada minggu keempat
Hari/ Tanggal : Senin dan Kamis, 3 Desember 2018 dan 6 Desember 2018
Waktu : ±30 menit

B. Sasaran
Pasien yang pasca operasi dengan anestesi spinal dan tidak memakai kateter di ruang
Rajawali 2 B RSUP Dr. Kariadi Semarang

C. Tempat
Pelaksanaan dilakukan di kamar pasien ruang Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi Semarang

D. Pengelelolaan Pasien
1. Data Pengkajian Fokus
Pasien Intervensi Pasien Kontrol
a. Nama : Tn. R a. Nama : Tn. M
b. Usia : 20 tahun b. Usia : 23 tahun
Pasien Kelolaan Tanggal/jam Data Fokus
Pengkajian
Pasien Kelolaan I Selasa, 4/12 2018 Data Subjektif :
Tn. R Pukul 08.30 Pasien mengatakan belum berkemih sejak selesai
20 tahun operasi kemarin. Keinginan untuk berkemih ada
Post ops ORIF tetapi urine tidak bisa di keluarkan. Sudah 30
H+1 menit pasien merasa anyang- anyangan.

Data Objektif :
- Pasien nampak gelisah,
- Pasien Post Ops ORIF Tibia H+1
- Terdapat distensi kandung kemih
Pasien kelolaan II Kamis, 7 Desember Data Subjektif :
Tn. M 2018 Pasien mengatakan belum mempunyai keinginan
23 tahun Pukul 09.30 berkemih sejak selesai operasi kemarin
Post Ops ORIF Data objektif :
Multiple Fraktur - Terdapat distensi kandung kemih
H+1 - Post Ops ORIF Multiple Fraktur H+1

E. Implementasi dan Catatan Perkembangan

N Pasien Tanggal/Jam Tanggal/Jam Tanggal/Jam Waktu Distensi


o Keloalaan Anastesi Pelepasan Implementasi Berkemih Kandung
Kateter Pertama Kemih
setelah aff
cateter
1 Tn. R 3/12/2018 4/12 2018 Dlakukan 4/12/2018
(Intervensi) Pukul 09.00 Pukul 08.00 intervensi Pukul 14.00 (-)
WIB mobilisasi dini WIB
pada tanggal
4/12/2018
Pukul 09.15,
10.30 dan 12.45
WIB
2 Tn. M 6/12/2018 7/12/2018 (Dilakukan 7/12/2018
(Observasi) Pukul 09.30 Pukul 09.00 observasi dan Pukul 18.30 (-)
WIB terhadap WIB
mobilisasi klien
setelah aff
cateter hingga
pertama
berkemih)
F. Evaluasi Tindakan

No Evaluasi yang di Nilai Pasien Kelolaan


1 2
(intervensi) (observasi)
1 Miring kiri setiap 2 jam sekali

2 Miring kanan setiap 2 jam sekali

3 Posisi Semi fowler 

4 Latihan napas dalam dan batuk 

5 Latihan kaki 3-5 kali setiap 1 atau 2 jam


sekali 
6 Latihan duduk
X

G. Analisis
Berdasarkan pegamatan kelompok, 4 dari 6 pasien post operasi dengan anestesi spinal
di RSUP Dr. Kariadi Semarang khususnya di Ruang Rajawali 2B tidak berani untuk
melakukan pergerakkan tubuhnya, karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika setelah
operasi dan pasien segera bergerak maka akan bermanfaat untuk peningkatan sirkulasi
darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri, memberi nutrisi pada daerah
penyembuhan luka dan meningkatkan status pencernaan kembali normal (Mundy, 2005
dalam Machmudah, 2014). Dampak apabila tidak dilakukan mobilisasi dini dapat sulit
buang air besar dan buang air kecil, distensi lambung, gangguan pernafasan dan gangguan
kardiovaskuler (Mochtar, 2005 dalam Machmudah, 2014).

Menurut peneliti, pemulihan kandung kemih pasca pembedahan dengan anastesi


spinal adalah suatu keadaan dimana syaraf motorik dan sensorik terutama sensorik
perkemihan pasien belum sepenuhnya kembali untuk menjelankan fungsinya untuk
mengeluarkan urin namun karena terhambatnya syaraf perkemihan yang diakibatkan oleh
anatesi spinal yang memblok syaraf sensorik perkemihan sehingga tidak bisa
mengeluarkan urin secara normal. Pada pasien post operasi terutama pasien yang
menggunakan spinal anastesi, pasien akan mengalami retensi urin karena operasi dengan
anastesi spinal biasanya akan menghambat syaraf sensorik dan motorik. Retensi urin yang
berlebih pada pasien post operasi dengan anastesi spinal akan menyebabkan masalah yang
lebih serius seperti infeksi saluran kemih, inkontinensia urin dan lain sebagainya apabila
tidak segera ditangani. Oleh karena itu diperlukan adanya terapi dalam mengembalikan
fungsi kandung kemih sedini mungkin agar fungsi kandung kemih dapat kembali normal
sehingga tidak menyebabkan adanya retensi urin dan komplikasi lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Evidance Based Praktic yang kami terapkan di ruang
Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi Semarang mengenai pengaruh mobilisasi dini terhadap
pemulihan kandung kemih pada Pasien Post Operasi dengan anestesi Spinal dengan
responden sebanyak 2 orang yang kami kelompokkan menjadi kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, diperoleh hasil bahwa pemulihan kandung kemih pasca up cateter post
operasi dengan anestesi spinal pasien yang diberikan intervensi mobilisasi dini (Miring
kanan kiri setiap 2 jam sekali, Posisi Semi fowler, Latihan napas dalam dan batuk, Latihan
kaki yang sehat 3-5 kali setiap 1 atau 2 jam sekali) memiliki waktu 4 jam lebih cepat
dalam berkemih dibanding dengan pasien yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada
pasien intervensi, kandung kemih pulih dalam waktu setelah 6 jam pelepasan kateter
sedangkan pada pasien kontrol fungsi kandung kemihnya belum pulih setelah 6 jam
pelepasan kateter.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasanah, R., Sasmiyanto, &
Handayani, L. T. (2013), yang berjudul “Pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan
kandung kemih pasca pembedahan anastesi spinal di ruang bedah RSD Balung Jember”.
didapatkan hasil σ = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol pada pemulihan fungsi kandung kemih.

Mobilisasi dini ditujukan untuk mengembalikan fungsi aktivitas hidup sehari-hari


klien. Program Activity Daily Living (ADL) dimulai secepat mungkin ketika dimulainya
proses rehabilitasi. ADL mencakup aktivitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
harian, seperti mandi, berpakaian, makan, berdandan, mobilisasi dan pengendalian buang
air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) Sugiarto, Andi, (2005) dalam Arianti,
Ratnasari, D. S., & Relawati, A. (2015). Keberhasilan mobilisasi dini dalam mempercepat
pemulihan pasca pembedahan telah dibuktikan oleh Wiyono, (2006) dalam penelitiannya
terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan. Dimana hasil
penelitiannya mengatakan bahwa mobilisasi diperlukan bagi pasien pasca pembedahan
untuk membantu mempercepat pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan pasien.
Selanjutnya Suetta, Magnusson, dan Kjaer, (2007) juga berpendapat dalam
penelitiannya dikemukakan bahwa latihan peningkatan kekuatan otot merupakan metode
yang efektif untuk mengembalikan fungsi otot pada pasien pasca operasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilisasi dini sangat penting dilakukan terhadap pasien pasca pembedahan
anatesi spinal, karena dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin akan membuat
otot sensorik dan motorik yang dihambat oleh obat anastesi akan pulih atau kembali
normal seperti semula agar tidak terjadi komplikasi yang bisa menyebabkan kelainan
pada system tubuh dan efek atau manfaat dari mobiliasi ini sangat baik untuk pasien
pasca pembedahan baik pasien yang menggunakan anatesi spinal. Bedasarkan
penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa pasien dengan diberikan intervensi
mobilisasi dini pasca pembedahan dengan anestesi spinal fungsi kandung kemih pulih
setelah 6 jam pelepasan kateter, dan pada pasien kontrol fungsi kandung kemih pulih
dalam waktu 9 jam setelah pelepasan kateter.

B. Saran

Dari hasil penelitian disarankan kepada rumah sakit dan perawat agar
menjadikan mobilisasi dini dijadikan sebagai salah satu terapi keperawatan untuk
memberikan pemulihan kandung kemih yang lebih cepat pasca pemebedahan,
khususnya pada pasien pasca pembedahan dengan anestesi spinal
DAFTAR PUSTAKA
Arianti, Ratnasari, D. S., & Relawati, A. (2015). Efek Mobilisasi Dini Pada Pasien
Post Pembedahan Terhadap Kemampuan Dalam Pemenuhan Adl: Toileting di
RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. http://thesis.umy.ac.id/ datapublik/t53569.pdf.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Ed.8, Vol.
Jakarta: EGC
Hansen, B. S., Soriede, E., Warland, A. M., & Nilsen, O. B. (2011). Risk Factor Of
Post-operative Urinary Retention In Hospitallised Patients. Acta Anastesia
Scandinavia , 546.
Hasanah, R., Sasmiyanto, & Handayani, L. T. (2013). Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Pemulihan Kandung Kemih Pasca Pembedahan Anastesi Spinal Di
Ruang Bedah RSD Balung Jember. 2. http://digilib.
unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/um j-1x-roifatulha-3478-1-manuskrip. pdf.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2018
Kozier et all. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik. Edisi 7. Volume 2. Alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawata: Konsep, Proses &
Praktik, Ed.4, Vol.2. Jakarta: EGC Purbianto, & Agustanti, D. (2010).
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri dengan SC. Jurnal
Kesehatan , Vol 1 Nomer 2.
Renggonowati, A., & Machmudah. 2014. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Peristaltik Usus Pasca Operasi Sesar Dengan Anastesi Spina Di Rsud
Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Bidan, 2. http://
download.portalgaruda.org/article.ph p .Diakses pada tanggal 01 Desember
2018.

Anda mungkin juga menyukai