Anda di halaman 1dari 8

Potensi Selulase dalam Mendegradasi

Lignoselulosa Limbah ... : Trisanti Anindyawati

POTENSI SELULASE DALAM MENDEGRADASI LIGNOSELULOSA


LIMBAH PERTANIAN UNTUK PUPUK ORGANIK
Trisanti Anindyawati
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong 16911

Diterima : 22 Desember 2010, Revisi akhir : 01 Desember 2010

CELLULASE POTENCY IN DEGRADATION OF AGRICULTURAL WASTE FOR ORGANIC


FERTILIZER

ABSTRACT

It is quite evident that agriculture product waste is abundant. Further process of it will produce
a value-added product such as organic fertilizer. Lignocellulose waste contain important compounds,
i.e cellulose, hemicellulose and lignin (include rice straw, wood, bagasse). In the degradation process
maximum results will be attained through a necessary pretreatment - mechanical, physico-chemical,
chemical and biological. Lignocellulolitic microbes consisting of molds, bacteria and actinomycetes
were able to degrade lignocellulosic materials to produce organic fertilizers, whereas anaerobic
bacteria can produce multi-enzyme complex / cellulosome.

Key words : cellulase, agricultural wastes, lignocellulose, organic fertilizer

INTISARI

Limbah pertanian yang berlimpah merupakan suatu bahan yang mempunyai nilai tambah bila
diproses lebih lanjut, salah satunya adalah untuk pupuk organik. Limbah lignoselulosa seperti jerami
padi, kayu, bagas terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Untuk memperoleh hasil yang maksimal
pada proses degradasi, diperlukan perlakuan awal yang bisa dilakukan secara mekanik, fisika-kimia,
kimia dan biologi. Mikroba lignoselulolitik yang terdiri dari kapang, bakteri dan aktinomisetes dapat
mendegradasi bahan lignoselulosa untuk menghasilkan pupuk organik, termasuk bakteri anaerob yang
dapat menghasilkan multi enzim kompleks/selulosom.

Kata kunci : selulase, limbah pertanian, lignoselulosa, pupuk organik

PENDAHULUAN susunan yang heterogen dari polisakarida yang


terdapat pada dinding sel.
Limbah pertanian mengandung banyak bahan Selulosa merupakan polimer linier dari
lignoselulosa yang bisa didegradasi oleh selulase. D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4 glikosidik
Bahan lignoselulosa merupakan komponen dan sangat erat berasosiasi dengan hemiselulosa
organik berlimpah di alam, yang terdiri dari tiga dan lignin. Hemiselulosa merupakan salah satu
polimer yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri dari
Komponen terbesar adalah selulosa (35-50%), kumpulan beberapa unit gula/ heteropolisakarida
hemiselulosa (20-35%) dan lignin (10-25%) dan dikelompokkan berdasarkan residu gula
(Saha, 2004). Komponen ini merupakan sumber utama sebagai penyusunnya seperti xilan,
utama untuk menghasilkan produk bernilai mannan, galactan dan glucan (Fengel dan
seperti gula dari hasil fermentasi, bahan kimia, Wegener, 1995). Menurut Perez dkk, 2002,
bahan bakar cair, sumber karbon dan energi. hemiselulosa mempunyai berat molekul
Konversi bahan lignoselulosa banyak dipelajari rendah dibandingkan dengan selulosa dan
dari mikroba selulolitik maupun xilanolitik terdiri dari D-xilosa, D-mannosa, D-galaktosa,
(Pason dkk, 2003). Kesulitan yang dihadapi D-glukosa, L-arabinosa, 4-0-metil glukoronat,
dalam proses degradasi lignoselulosa adalah D-galakturonat dan asam D-glukoronat. Lignin
70
Berita Selulosa, Vol. 45, No. 2, Desember 2010 : 70 - 77

merupakan polimer aromatik yang berasosiasi pertanian mengandung bahan lignoselulosa yang
dengan polisakarida pada dinding sel sekunder merupakan komponen utama dari tanaman.
tanaman. Pada umumnya, lignin mengandung Penggunaan bahan lignoselulosa lebih menarik
tiga jenis alkohol aromatik yaitu coniferyl, dibandingkan dengan bahan berpati karena tidak
sinapyl dan p-coumaryl (Howard dkk, 2003). bersaing dalam penggunaan untuk kepentingan
Pada tanaman, selulosa dilapisi oleh polimer pangan (Singhania, 2009).
yang sebagian besar terdiri dari xilan dan lignin. Bahan lignoselulosa bisa diperoleh dari
Xilan dapat didegradasi oleh xilanase, akan tetapi berbagai sumber, misalnya tangkai kayu,
lignin sangat sulit terdegradasi. Jika xilan dan lignin jerami padi, daun, rumput dan sebagainya.
dihilangkan, maka selulosa dapat didegradasi oleh Komponen bahan lignoselulosa yang terdiri
selulase dari bakteri atau kapang selulolitik untuk dari polimer selulosa, hemiselulosa dan lignin
menghasilkan selobiosa dan glukosa. Selobiosa ini sangat kompleks. Dalam proses degradasi,
sering berfungsi menghambat sistem kerja dari penggunaannya sebagai substrat harus melalui
selulase dan proses selulolitik akan cepat berhenti beberapa tahapan antara lain delignifikasi untuk
bila tidak ada mikroba sakarolitik lainnya dalam melepas selulosa dan hemiselulosa dari ikatan
ekosistim tersebut. Kelebihan selobiose yang kompleks lignin dan depolimerisasi untuk
dihasilkan akan dimanfaatkan oleh mikroba mendapatkan gula bebas.
sakarolitik tersebut sehingga mikroba selulolitik Selulosa adalah unsur pokok pada tanaman
dapat melanjutkan degradasi selulosa (Bayer dan merupakan biopolimer linier dari molekul
dkk,1994). anhidroglukopiranosa pada ikatan β-1,4 glukosidik
Proses pretreatment pada bahan lignoselulosa yang berlimpah di alam (Dashtban et.al., 2009).
perlu dilakukan untuk mempermudah proses Hemiselulosa yang merupakan komponen kedua
hidrolisis yaitu untuk membuka struktur terbanyak adalah polimer heterogen dari pentosa
lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah (xilosa, arabinosa), heksosa (mannosa, glukosa,
diakses oleh enzim yang memecah polimer galaktosa) dan sugar acid (Saha, 2003). Residu
polisakarida menjadi bentuk monomer, sehingga gula utama yang menyusun yaitu xilan, mannan,
dapat mengurangi penggunaan enzim dan galaktan dan glukan (Fengel dan Wegener, 1995).
dapat menekan biaya (Dashtban dkk, 2009). Pada kayu keras kebanyakan hemiselulosa
Pengelolaan limbah pertanian yang banyak mengandung xilan, sedangkan pada kayu lunak
mengandung lignoselulosa untuk dijadikan pupuk mengandung glukomannan.
organik dengan bantuan mikroorganisma pengurai Lignin adalah heteropolimer amorf yang
dapat dilakukan untuk menggantikan penggunaan terdiri dari tiga unit fenilpropan (p-coumaryl,
pupuk anorganik yang masih banyak digunakan coniferil dan sinapyl alkohol) yang terikat
dan bersifat tidak ramah lingkungan. dengan ikatan yang berbeda. Fungsi utama lignin
Di dalam tulisan ini akan dibahas limbah adalah memperkuat struktur tanaman dalam
pertanian yang banyak mengandung lignoselulosa, menahan terhadap serangan mikroba dan tekanan
proses pretreatment sebelum dihidrolisis oleh oksidasi (Hendriks dan Zeeman, 2009). Di dalam
selulase dan potensi selulase dalam mendegradasi jaringan tanaman, lignin sulit didegradasi karena
limbah selulosa untuk pupuk organik. mempunyai struktur yang kompleks dan heterogen
yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa.
LIMBAH PERTANIAN DAN Kandungan lignoselulosa pada berbagai limbah
LIGNOSELULOSA pertanian dapat dilihat pada Tabel 1. Berbagai
produk nilai tambah dari limbah lignoselulosa
Limbah pertanian seperti jerami, bonggol diantaranya adalah untuk pupuk organik,
jagung, kulit kacang kacangan merupakan limbah bioetanol, biogas, biodiesel, biohidrogen, industri
lignoselulosa yang masih mempunyai nilai kimia (Gambar 1). Produk produk tersebut
ekonomis bila dilakukan pengolahan lebih lanjut. diperoleh melalui proses yang berbeda. Bioetanol
Sejalan dengan perkembangan bioteknologi, misalnya dihasilkan melalui proses SSF yang
pemanfaatan mikroba dalam proses biokonversi merupakan proses sakarifikasi dan fermentasi
limbah dapat dilakukan guna mendapatkan nilai secara simultan. Pupuk organik dan penggembur
tambah dari bahan limbah tersebut menjadi tanah merupakan salah satu produk humifikasi
produk lain seperti pupuk, bioetanol, pakan bahan organik disamping kompos yang kaya akan
ternak dan sebagainya. Pada umumnya, limbah nutrien.

71
Potensi Selulase dalam Mendegradasi
Lignoselulosa Limbah ... : Trisanti Anindyawati

Tabel 1. Kandungan Lignoselulosa pada Limbah Pertanian

Bahan lignoselulosa Selulosa (%) Hemiselulosa (%) Lignin (%)


Tangkai kayu keras 40-55 24-40 18-25
Tangkai kayu lunak 45-50 25-35 25-35
Kulit kacang-kanagan 25-30 25-30 30-40
Bonggol jagung 45 35 15
Kertas 85-99 0 0-15
Jerami gandum 30 50 15
Jerami padi 32.1 24 18
Buangan sampah 60 20 20
Daun 15-20 80-85 0
Cotton seed hairs 80-95 5-20 0
Kertas Koran 40-55 25-40 18-30
Waste paper from chemical pulps 60-70 10-20 5-10
Primary wastewater solid 8-15 - 24-29
Bagas segar 33.4 30 18.9
Swine waste 6 28 -
Pupuk ternak padat 1.6-4.7 1.4-3.3 2.7-5.7
Coastal Bermuda grass 25 35.7 6.4
Switch grass 45 31.4 12.0
Rumput gandum 21.3 15.8 2.7
Bibit rumput gandum 26.7 25.7 7.3
Rumput kebun buah-buahan 32 40 4.7
Rumput 25-40 25-50 10-30
Sumber : Howard et.al., 2003

Gambar 1. Produk Nilai Tambah dari Bahan Limbah Lignoselulosa (Mtui, 2009)
Keterangan : SSF = Fermentasi dan Sakarifikasi secara Simultan; VFAs = Asam Lemak Volatil.

72
Berita Selulosa, Vol. 45, No. 2, Desember 2010 : 70 - 77

PROSES PRETREATMENT UNTUK serta proses kimia (amonia) untuk mendapatkan


BAHAN LIGNOSELULOSA hasil yang efektif dan dari perlakuan ini dapat
diperoleh kurang lebih 98% glukosa (Balan
Berbagai sumber bahan lignoselulosa perlu et.al., 2009).
dilakukan proses perlakuan awal lebih dahulu
untuk mempermudah proses hidrolisis. Proses Tabel 2. Metoda Pretreatment untuk Bahan Lignoselulosa
perlakuan awal akan membuat selulosa mudah
ditembus oleh enzim selulolitik sehingga dapat Metoda Contoh
mengurangi penggunaan enzim serta menekan digerus, digiling, digunting,
Mekanik panas
biaya. Proses perlakuan awal dilakukan karena extruder
beberapa faktor seperti kandungan lignin, ukuran tekanan uap, letusan uap,
Autohydrolysis super critical , carbon dioxide
partikel serta kemampuan hidrolisis dari selulosa explotion
dan hemiselulosa (Hendriks dan Zeeman, 2009).
asam sulfat dan asam khlorida
Proses ini merupakan cara penting untuk proses Perlakuan asam encer, asam sulfat dan asam
konversi selulosa yang dapat dilakukan dengan khlorida pekat
berbagai metoda yaitu secara kimia, fisika maupun sodium hidroksida, amonia,
Perlakuan alkali
biologi. Selain itu juga untuk memisahkan alkali hidrogen peroksida
selulosa dari ikatan lignin-hemiselulosa dan Perlakuan larutan
metanol, etanol, butanol, phenol
mengurangi kristal selulosa (Balan dkk, 2009). organik
Menurut Saha 2003, metoda perlakuan awal Sumber : Saha, 2003
dibedakan berdasarkan proses dengan mekanik
panas, perlakuan asam, perlakuan alkali dan Lignoselulosa yang merupakan komponen
perlakuan dengan menggunakan larutan organik kompleks dari bermacam limbah bahan industri,
(Tabel 2). kehutanan, pertanian dan sampah kota tidak
Menurut Mtui 2009, perlakuan awal terhadap akan efektif jika tanpa perlakuan sebelum proses
limbah lignoselulosa dibedakan secara mekanik hidrolisis untuk produksi etanol maupun biogas.
(dipotong, digerus, digiling), secara fisik (iradiasi Hal ini disebabkan karena kestabilan material sulit
dengan microwave, pirolisis, iradiasi gama), dipecah/ dirombak oleh proses enzimatik. Bahan
secara fisiko kimia (letupan uap, ammonia fiber lignoselulosa sangat potensial untuk digunakan
explotion (AFEX), cairan air panas), secara sebagai pupuk organik/ kompos disamping untuk
kimia (agen oksidasi (O3, H2O2), alkali (NaOH, penggunaan lain seperti bahan bakar, makanan
Ca(OH)2), penambahan asam (HCl, H2SO4, ternak dan bahan dasar kertas.
H3NO3), asam organik (asam malat, asam
glutarat, dan sebagainya) serta proses organosolv. MIKROBA PENGHASIL SELULASE DAN
Proses perlakuan awal secara biologi meliputi KEMAMPUANNYA DALAM PROSES
penggunaan mikroorganisma atau enzim yang DEGRADASI LIGNOSELULOSA
dapat memecah selulosa dan lignin seperti
kapang, bakteri aerob dan anerob serta enzim Berbagai jenis mikroorganisma seperti
hidrolitik dan oksidatif. bakteri, kapang dan aktinomisetes diketahui
Telah banyak metoda dilaporkan seperti steam dapat menghasilkan selulase. Selulase adalah
explotion pretreatment terhadap komponen kayu enzim kompleks yang memotong secara bertahap
yang keras (Shimizu dkk, 1998) serta metoda rantai selulosa menjadi glukosa. Enzim ini
autohydrolysis dan perkolasi dengan amonia terdiri dari eksoselulase atau eksobiohidrolase,
untuk menghilangkan lignin dan mendapatkan endoselulase atau endo β-1,4-glukanase dan
hemiselulosa (Yoon, 1998). Selain itu, metoda β-1,4-glukosidase atau selobiase (Gerhartz,
dengan menggunakan supercritical CO2 dapat 1990). Menurut Gilbert dan Hazlewood, 1993
membantu proses hidrolisis dari selulosa dan Sukumaran dkk, 2005, selulase terdiri dari
sehingga dapat meningkatkan gula pereduksi selobiohidrolase (CBH atau 1,4, β-D-glukan
dari 14,5 menjadi 84,7% terhadap kayu keras selobiohidrolase, E.C 3.2.1.91), endo-β-1,4-
dan 12,8 menjadi 27,3% terhadap kayu lunak glukanase (EG atau endo-2,4-β-D-glukan 4
(Kim dan Hong, 2001). Metoda ammonia fiber glukanohidrolase, EC 3.2.1.4) dan β-glukosidase
expansion (AFEX) merupakan gabungan antara (BG, EC 3.2.1.21). Selulase menghidrolisis
proses fisika (temperatur tinggi dan tekanan) selulosa dengan produk utama glukosa, selobiosa

73
Potensi Selulase dalam Mendegradasi
Lignoselulosa Limbah ... : Trisanti Anindyawati

dan selooligosakarida. Seperti terlihat pada Bahan berkayu kebanyakan dapat didegradasi
Tabel 3, berbagai kelompok mikroorganisma oleh kapang. Sedangkan beberapa jenis bakteri
dari kapang, bakteri dan aktinomisetes dapat aerob dan anaerob khususnya bakteri tanah sering
menghasilkan selulase. Kapang dari jenis dapat mendegradasi selulosa dan hemiselulosa,
Trichoderma dan Aspergillus sangat banyak akan tetapi bakteri anaerob seperti Clostridium
ditemui sebagai penghasil hemiselulase (Gerhatz, sp. dan Ruminococcus sp. pada dasarnya berbeda
1990). Selain itu, menurut Chandel dkk, 2007, dalam cara degradasinya. Bakteri anaerob
beberapa kelompok mikroorganisma seperti menghasilkan multi enzim selulase kompleks
Clostridium, Cellulomonas, Trichoderma, yang stabil dan sering disebut dengan selulosom.
Penicillium, Neurospora, Fusarium, Aspergillus Jenis bakteri ini dapat bekerja secara sinergi.
dan sebagainya mempunyai aktivitas selulolitik Multi enzim ini mempunyai aktivitas yang tinggi
dan hemiselulolitik yang tinggi. terhadap selulosa kristal, seperti Clostridium
cellulyticum, C. cellulovorans, C. josui, C.
Tabel 3. Berbagai Mikroorganisma Penghasil Selulase papyrosolvens dan C. thermocellum (Ohara dkk.,
1998).
Mikroorganisma
SELULOSOM
(MULTI ENZIM KOMPLEKS)
Kelompok Genus Spesies
Selulosom adalah penggabungan cellulose-
Fungi/ Jamur Aspergillus A. niger binding domain (CBD) dan xilan-binding domain
A. nidulands (XBD) menjadi multienzim kompleks dengan
A. oryzae berat molekul tinggi yang banyak ditemukan
(rekombinan) pada beberapa mikroorganisma selulolitik an
Fusarium F. solani aerob. Selulosom merupakan selulase kompleks
F. oxysporum dari beberapa bakteri atau kapang selulolitik
Humicola H. insolens yang bekerja secara sinergi dengan ciri berlainan
H. grisea (Bayer dkk, 1994; Dashtban dkk, 2009).
Melanocarpus M. albomyces Kompleks enzim ini sangat efisien dalam proses
Penicillium P. brasilianum degradasi selulosa dan hemiselulosa. Produk
P. occitanis utama degradasi selulosa dari kapang selulosom
P. decumbans adalah glukosa, sedangkan dari bakteri selulosom
Trichoderma T. reesei
adalah selobiosa. Kapang selulosom lebih
banyak kekurangannya dibandingkan dengan
T. longibrachiatum
bakteri selulosom seperti aktivitas sinergi antara
T. harzianum
komponen dan aktivitas hidrolisis pada selulosa
Bakteri Acidothermus A. cellulolyticus
dan hemiselulosa (Dashtban dkk, 2009). Seperti
Bacillus Bacillus sp. terlihat pada gambar 2, ekosistim selulosa tidak
Clostridium C. acetobutylicum ditempati oleh mikroba selulolitik itu sendiri,
C. thermocellum tetapi ditempati bersama-sama dengan mikroba
Pseudomonas P. cellulosa lainnya, baik selulolitik maupun non selulolitik.
Rhodothermus R. marinus Selulosa oleh selulosom dan mikroba selulolitik
Aktinomisetes Cellulomonas C. fimi lainnya akan didegradasi menjadi selobiosa dan
C. bioazotea glukosa. Oleh mikroba xilanolitik, xilan akan
C. uda didegradasi menjadi senyawa gula terlarut dan
Streptomyces S. drozdowiczii oleh mikroba sakarolitik dirombak lagi menjadi
S. sp.
gula yang lebih sederhana. Selanjutnya, gula
sederhana tersebut akan dimanfaatkan oleh
S. lividans
mikroba lainnya untuk menghasilkan produk-
Thermononospora T. fusca
produk lain seperti etanol, aseton, metan dan
T. curvata
sebagainya. Disamping itu akan dihasilkan pula
Sumber: R.K Sukumaran et.al., 2005 vitamin, nutrien serta protective agents (Bayer
dkk, 1994).

74
Berita Selulosa, Vol. 45, No. 2, Desember 2010 : 70 - 77

Gambar 2. Skema Karakteristik dari Ekosistim Selulosa (Bayer et.al., 1994)

PROSES PEMBUATAN sehingga dapat menurunkan toksisitas pada


PUPUK ORGANIK/ KOMPOS lahan. Selain itu, jenis mikroba lain dari golongan
aktinomisetes juga berperan dalam proses
Pupuk adalah zat atau unsur yang ditambahkan pembuatan pupuk organik (Abdulla, 2007).
kedalam tanah dengan maksud untuk Bahan lignoselulosa sangat potensial
menyuburkan tanah. Secara umum pupuk terbagi untuk bahan dasar pembuatan pupuk organik,
atas pupuk organik (pupuk kandang, pupuk disamping untuk bahan bakar, makanan ternak
kompos, pupuk hayati) dan pupuk an organik dan bahan pembuatan kertas (Singhania, 2009).
(pupuk kimia, bahan sintetis). Pupuk organik Penggunaan limbah selulosa untuk produksi
menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi pupuk organik bertujuan untuk memberikan
penggunaan pupuk an organik yang saat ini nitrogen dan berperan sebagai penggembur tanah
banyak digunakan petani. Pupuk organik dapat (Malik dkk., 2001).
menyediakan semua unsur hara yang dibutuhkan Kompos, adalah pupuk organik yang kaya
oleh tanaman oleh karena itu bersifat multiguna. nutrien dan bermanfaat sebagai penyubur tanah.
Pupuk yang bersifat ramah lingkungan ini dapat Prosesnya merupakan hasil perombakan senyawa
memperbaiki sifat fisika, biologi dan kimia tanah komplek menjadi senyawa sederhana dengan
serta dapat meningkatkan kehidupan mikroba bantuan kombinasi mikroba yang terdiri dari
tanah yang merupakan sumber hara bagi tanaman. bakteri, kapang, aktinomisetes dan cacing yang
Beberapa jenis mikroba yang berperan dapat meningkatkan nilai limbah lignoselulosa
dalam proses penyuburan tanah antara lain (Mtui, 2009; Abdulla, 2007). Pada proses
mikroba pendegradasi selulosa, Azospirilum, pembuatannya, pH, suhu, struktur bahan yang
Lactobacillus, Acetobacter, mikroba pelarut digunakan akan menentukan populasi mikroba.
fosfat, mikroba penambat nitrogen, mikroba Kompos yang banyak digunakan adalah kompos
penghasil hormon pertumbuhan, mikroba jerami padi.
penghasil metabolit sekunder dan mikroba yang Bahan lignoselulosa dapat digunakan sebagai
mampu melakukan biotransformasi logam berat sumber C bagi organisma lignoselulolitik.

75
Potensi Selulase dalam Mendegradasi
Lignoselulosa Limbah ... : Trisanti Anindyawati

Disamping unsur hara yang tersedia, organisma UCAPAN TERIMAKASIH


dapat menghasilkan C sederhana dalam proses
metabolisma yang dapat digunakan sebagai bahan Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.
baku pupuk organik (Widiastuti dkk, 2009). Tatik Khusniati dan Dr. rer.nat. Wien Kusharyoto
Kandungan hara kompos jerami padi terdiri dari (LIPI) atas diskusi, saran dan masukan selama
ratio C/N 18,88; C organik (%) 35,11; N (%) 1,86; penyusunan makalah ini.
P2O5 (%) 0,21; K2O (%) 5,35; kadar air (%) 55.
(Isroi, 2010). Pemanfaatan jerami padi sebagai DAFTAR PUSTAKA
pupuk organik diantaranya memiliki kandungan
C organik yang tinggi, kandungan bahan organik Abdulla, H.M. 2007. Enhancement of Rice
tanah dapat dinaikkan dan kesuburan tanah dapat Straw Composting by Lignocellulolytic
dikembalikan dengan pemakaian kompos jerami Actinomycete Strains. Int. J. of Agriculture &
padi secara konsisten. Parameter standar mutu Biology. Vol. 9(1), 106-109.
pupuk organik menurut Menteri Pertanian No. 28/ Bayer, E.A., E. Morag, R. Lamed. 1994.
Permentan/OT.140/2/2009 terdiri dari C organik, The Cellulosome- A Treasure-Trove for
C/N ratio, bahan ikutan (plastik, kaca, kerikil), Biotechnology. TIBTECH 12, 379-386.
kadar air, kadar logam berat (As, Hg, Pb, Cd), Balan, V., B. Bals, S.P.S. Chundawat, D. Marshall,
pH, kadar total (N, P2O5, K2O), mikroba patogen B.E. Dale. 2009. Lignocellulose Biomass
(E. coli, Salmonella), mikroba fungsional, ukuran treatment Using AFEX. Method in Molecular
butiran dan unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Co, Biology Vol. 581, 61-77.
Mo). Persyaratan teknis mutu pupuk organik Chandel, A.K., E.S. Chan., R. Rudravaram,
meliputi granula/pelet, cair/pasta dan remah/ M.L. Narasu, L.V. Rao, and P. Ravindra.
curah. C organik dan C/N ratio merupakan 2007. Economics and Environmental impact
parameter utama pupuk organik. C organik terdiri of Bioetanol Production Technologies : An
atas granula/ pelet baik yang murni maupun yang Appraisal. Biotechnology and Molecular
diperkaya mikroba sebesar > 12%, cair/ pasta Biology Review Vol 2(1), 14-32.
sebesar ≥ 4% dan remah/ curah baik yang murni Dashtban, M., Schraft, H., Qin, W. 2009. Fungal
maupun yang diperkaya mikroba sebesar ≥ 12%. Bioconversion of Lignocellulosic Residue:
C/N ratio murni dan yang diperkaya mikroba Opportunities & Perspectives. Int. J. Biol.
baik granula/pelet maupun remah/curah masing Sci. 578-595.
masing sebesar 15-25%. Fengel, D., G. Wegener. 1995. Kayu : Kimia,
Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Diterjemahkan
PENUTUP oleh Hardjono Sastrohamidjoyo. Cetakan I,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Limbah pertanian yang merupakan bahan Hal. 124-154.
lignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan Gerhartz, W. 1990. Enzymes in Industry
pupuk organik. Dalam proses pembuatan : Production and Applications. VCH
pupuk organik, limbah pertanian tersebut perlu Verlagsgesellschaft mbH, D. 6940 Weinheim
proses perlakuan awal terlebih dahulu untuk p. 81-82.
mempermudah proses degradasi oleh mikroba. Gilbert, H.J. G.F. Hazlewood. 1993. Bacterial
Proses degradasi dilakukan oleh mikroba Cellullases and Xylanases. J. of General
selulolitik antara lain oleh kapang atau bakteri an Microb. 139, 187-194.
aerob yang mengandung multi enzim kompleks Hendriks, A.T.W.M., G. Zeeman. 2009.
(selulosom). Pupuk organik yang bersifat ramah Pretreatments to Enhance the Digestibility
lingkungan dapat meningkatkan produksi of Lignocellulose Biomass. Biores. Technol.
pertanian. 100, 10-18.

76
Berita Selulosa, Vol. 45, No. 2, Desember 2010 : 70 - 77

Howard, R.L., Abotsi, E., J. van Rensburg Peraturan Menteri Pertanian No. 28/ Permentan/
E.L., and Howard, S. 2003. Lignocellulose OT.140/2/2009. Standar Mutu Pupuk
Biotechnology: Issue of Bioconversion and Organik.
Enzyme Production. African J. of Biotech. Perez, J., J.M. Dorado, T. Rubia, J. Martinez.
Vol 2(12), 602-619. 2002. Biodegradation and Biological
Isroi. 2010. Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai treatments of Cellulose, Hemicellulose and
Pupuk Organik In Situ Untuk Mengurangi Lignin: An Overview. Int. Microbiol. 5, 53-
Penggunaan Pupuk Kimia dan Subsidi Pupuk. 63.
http://isroi.wordpress.com/2010/02/12/4905/ Saha, B.C. 2003. Hemicellulose Bioconversion.
Kim, K.H. and J. Hong. 2001. Supercritical CO2 J. Ind. Microbiol. Biotechnol. 30: 279-291.
Pretreatment of Lignocellulose enhances Saha, B.C. 2004. Lignocellulose Biodegradation
enzymatic cellulose hydrolysis. Bioresource and Application in Biotechnology. US
Technol. Vol 77(2), 139-144. Government Work. American Chemical
Malik, F.R., S. Ahmed, and Y.M. Rizki. 2001. Society. 2-14.
Utilization of Lignocellulosic Waste for the Shimizu, K., K. Sudo, H. Ono, M. Ishihara, T. Fujii
Preparation of Nitrogenous Biofertilizer. and S. Hishiyama. 1998. Integrated Process
Pakistan J. of Biological Sciences 4(10), for Total Utilization of Wood Componen by
1217-1220. Steam Explosion Pretreatment. Biomass and
Mosier, N., C. Wayman, B. Dale, R. Elander, Bioenergy, Vol 14(3), 195-203.
Y.Y. Lee, M. Holtzapple, M. Ladisch. 2005. Singhania, 2009. Cellulolytic Enzymes.
Features of Promising Technologies for Biotechnology for Agro-Industrial Residues
Pretreatment of Lignocellulose. Biores. Utilization. Chapter 20, 371-381.
Technol. 96, 673-686. Sukumaran, R.K, R.R Singhania and A. Pandey.
Mtui, Y.S. 2009. Recent Advances in Pretreatment 2005. Microbial Cellulases: Production,
of Lignocellulosic Wastes and Production Applications and Challenges. J. of Scientific
of Value Added Products. African J. of & Industrial Res. Vol 64, 832-844.
Biotechnology Vol. 8(8), 1398-1415. Widiastuti, H., Isroi, Siswanto. 2009. Keefektifan
Ohara, H., S. Karita, T. Kimura, K.Sakka and Beberapa Dekomposer Untuk Pengomposan
K. Ohmiya. 1998. Cellulase Complex from Limbah Sludge Pabrik Kertas Sebagai Bahan
Ruminococcus albus. Annual Report IC Baku Pupuk Organik. Berita Selulosa Vol
Biotech Vol. 21. 358-370. 44(2), 99-110.
Pason, P., K. Ratanakhanokchai and K.L. Kyu. Yoon, H.H. 1998. Pretreatment of Lignocellulosic
2003. Multiple Cellulases and Xylanases Biomass by Autohydrolysis and Aqueous
of Bacillus circulans B-6. Biotechnology Ammonia Percolation. Korean J. of Chemical
for Sustainable Utilization of Biological Eng., Vol 15(6), 631-636.
Resources in the Tropics Vol. 16. Proceedings
of Project Seminars in 2000-2003 for JSPS-
NCRT/DOST/LIPI/VCC. IC Biotech, Japan p.
305-310.

77

Anda mungkin juga menyukai