Anda di halaman 1dari 40

64

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengkajian
Kasus I :
Klien bernama Tn.M berumur 69 tahun, beragama islam berasal dari
suku/bangsa sunda, pendidikan terakhir klien SD, peneliti mendapatkan
informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat klien hubungi adalah istri
dan anaknya, diagnose klien adalah Rematoid Atritis , kini klien tinggal Kp.
Sindang Palay 005/008, Desa Sukakerta Kecamatan Cilaku, Klien sering
memeriksakan kesehatannya kepuskesmas terdekat dengan rumah klien.
Sekarang klien bekerja sebagai Buruh Tani, sumber pendapatan klien dari klien
dan keluarga. Klien memiliki hobi yaitu main Catur, klien tidak pernah untuk
pergi berwisata, namun klien suka jalan-jalan sekitar rumahnya saja, klien
selalu aktif dalam kegiatan disekitar rumahnya.
Klien memiliki sodara kandung, sodara kandung yang pertama klien
bernama Tn.K saat ini dalam keadaan sehat, kemudian sodara yang kedua klien
bernama Tn.K keadaan saat ini sehat. Klien tidak memiliki riwayat keluarga
yang meninggal satu tahun terakhir.
Klien mengeluhkan nyeri pada kedua kakinya, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri bertambah jika klien beraktivitas dan nyeri berkurang
ketika klien beristirahat, skala nyeri sangat berat. Gejala yang dirasakan klien
adalah nyeri pada kedua kaki. Faktor pencetus dari nyerinya adalah karena
makanan dan aktivitasnya. Timbulnya keluhan yang klien rasakan adalah
bertahap, lamanya adalah langsung terasa nyeri setelah klien beraktivitas berat,
tanpa ada jeda. Klien sudah mengalami nyerinya sejak 1 tahun terakhir. Upaya
klien dalam mengatasinya adalah beristirahat sejenak dari aktivitas dan makan
secara teratur. Klien terkadang memeriksakan kesehatannya kepuskesmas
65

terdekat dari rumah klien. Klien belum pernah mengkonsumsi obat-obatan


sendiri. Tidak ada penyakit yang pernah diderita. Tidak ada riwayat imunisasi,
Tidak ada riwayat alergi. Tidak ada riwayat kecelakaan. Tidak ada riwayat
dirawat dirumah sakit. Dan Tidak ada riwayat pemakaian obat.
Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah, klien hanya
memiliki masalah pada personal hygienenya selain dari itu klien tidak memiliki
masalah lagi seperti nutrisi, eliminasi, serta kebiasaan. Dilihat keadaan umum
klien didapatkan klien dalam kondisi cukup baik, dengan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 20x menit, serta suhu 36.5°C. Rambut
berwarna hitam (beruban), kuat, persebaran merata, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak rontok terdapat kotoran ,rambut lengket. Mata konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan lapang pandang kesegala arah, fungsi
penglihatan mulai turun terbukti dengan klien menggunakan kacamata plus,
Telinga simetris sejajar dengan ujung alis, keadaan bersih tidak ada secret, tidak
ada nyeri tekan, daun telinga elastis, pendengaran klien baik yaitu klien mampu
mendengar pembicaraan perawat serta dapat berkomunikasi dengan
koooperatif. Mulut simetris, mulut bibir tampak berwarna merah mudah,
mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap, warna
gigi putih kekuning-kuningan, tidak terdapat peradangan pada tonsil, klien
dapat membedakan rasa makanan yaitu rasa asin, pedas, manis, pahit, dan asem,
lidah berwarna merah muda. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroyd,
tidak ada pembesaran jpv, tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak
ada deviasi trachea, bisa digunakan kesegala arah. Dada simetris, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, VBS simetris, taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru
tambahan, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara
jantung tambahan . Abdomen bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
tidak terdapat bekas oprasi, perkusi terdengar suara tympani, bising usus
8x/menit. Ekstremitas atas, tangan simetris, kedua tangan dapat digerakan
kesegala arah, dengan kulit keriput, tidak terdapat edema, persendian tidak
66

kaku. Ekstremitas bawah, kedua kaki simetritis, kedua kaki dapat digerakan
kesegala arah, tidak terdapat edema, klien masih bisa berjalan tanpa alat bantu,
ada nyeri pada kedua kaki, kekuatan otot dapat melakukan pergerakan bebas
tetapi terbatas pada kaki bagian kiri dan kanan karena ada rasa dan nyeri.
Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan ruangan
yang berada dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup, penggunaan
lampu neon sebagai penerangan setiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 6
jendela dan ventilasi udara sebagai sirkulasi udara. Keadaan kamar mandi dan
WC berada dalam keadaan bersih. Pembuangan air kotor keselokan sekitar 30
meter dari rumah. Sumber air minum menggunakan air mendidih. Pembuangan
sampah menggunakan tempat sampah depan rumah klien. Tidak ada sumber
pencemaran. Pada penataan halaman terdapat beberapa tanaman hias yang
sudah tertata. Tidak ada resiko injuri. Pada pemeriksaan masalah kesehatan
kronis klien didapatkan hasil skor 4, dengan termasuk pada kriteria tidak ada
masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis ringan. Pada
pemeriksaan fungsi kognitif klien didapatkan skor 9, termasuk dalam kriteria
tidak ada gangguan. Pada pemeriksaan status fungsional klien didapatkan skor
sebesar 17, termasuk kedalam kriteria mandiri. Pada pemeriksaan status
psikologis (Skala depresi geriatric Yesavage, 1983) didapatkan hasil sebesar 5,
termasuk kedalam kriteria normal. Pada pengkajian keseimbangan lansia, klien
didapatkan hasil sebesar 3, termasuk kedalam kriteria resiko jatuh rendah.
Kasus II :
Klien bernama Tn.K berumur 72 tahun, beragama islam berasal dari
suku/bangsa sunda, klien pernah menginjak bangku sekolah dasar, peneliti
mendapatkan informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat dihubungi
adalah anak klien, diagnose medis klien adalah Rematoid Atritis. Kini klien
tinggal di rumahnya yang beralamat di Kp Sindang Palay 005/008, Desa
Sukakerta Kecamatan Cilaku. Keluarga klien yang dekat dengan klien adalah
Ny.Y dengan bertemapt tinggal satu rumah dengan klien, yang mana adalah
67

anak kandung klien. Sekarang klien tidak memiliki pekerjaan, sumber


pendapatan klien dari anaknya. Klien tidak memiliki hobi, klien tidak pernah
untuk pergi berwisata, klien masih aktif dalam kegiatan pengajian didaerah Kp.
Sindang Palay.
Klien memiliki saudara kandung sebanyak 3 orang, semuanya dalam
keadaan sehat, saudara-saudara klien bernama Ny.K, Tn.A, Tn.C, Tn.A.
Terkadang klien bertemu dengan saudaranya saat ada acara keluarga. Klien
tidak memiliki riwayat keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.
Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah, klien tidak
memiliki masalah pada kriteria seperti personal hygiene, eliminasi, nutrisi, serta
kebiasaan. Dilihat keadaan umum klien didapatkan klien dalam kondisi cukup
baik, dengan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 19x menit,
serta suhu 37°C. Rambut, berwarna hitam (beruban), kuat, persebaran merata,
tidak ada nyeri tekan, dan tidak rontok, rambut lengket dan kotor. Mata,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan lapang,
pandang kesegala arah, fungsi penglihatan baik terbukti dengan klien mampu
membaca papan nama perawat. Telinga, simetris sejajar dengan ujung alis,
keadaan bersih tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan, daun telinga elastis,
pendengaran klien baik yaitu klien mampu mendengar pembicaraan perawat.
Mulut simetris, mulut bibir tampak berwarna merah mudah, mukosa bibir
lembab, tidak pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap, warna gigi putih
kekuning-kuningan, tidak terdapat peradangan pada tonsil, klien dapat
membedakan rasa makanan yaitu asin, pedas, manis, pahit, dan asem, lidah
berwarna merah muda. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroyd, tidak
ada pembesaran jpv, tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada
deviasi trachea, bisa digunakan kesegala arah. Dada simetris, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, VBS simetris, taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru
tambahan, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara
jantung tambahan . Abdomen bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
68

tidak terdapat bekas oprasi, perkusi terdengar suara tympani, bising usus
13x/menit. Ekstremitas atas, tangan simetris, kedua tangan dapat digerakan
kesegala arah, dengan kulit keriput, tidak terdapat edema, persendian tidak
kaku. Ekstremitas bawah, kedua kaki simetritis, kedua kaki kanan dan kiri
dapat digerakan kesegala arah, tidak terdapat edema, klien masih bisa berjalan
tanpa alat bantu, ada nyeri pada kedua kaki, kekuatan otot dapat melakukan
pergerakan bebas tetapi terbatas pada bagian kaki kanan dan kiri karena ada
rasa dan nyeri.
Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan ruangan
dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup, menggunakan lampu
bohlam disetiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 5 jendela disertai ventilasi
disetiap jendelanya Keadaan kamar mandi dan WC dalam keadaan bersih.
Pembuangan air kotor ke selokan sejauh 20 meter dari rumah. Sumber air
minum adalah air gallon. Pembuangan sampah terdapat pada tempat sampah
depan rumah. Tidak ada sumber pencemaran. Pada penataan halaman terdapat
beberapa tanaman hias depan rumah. Tidak ada resiko injuri.
Masalah kesehatan klien ditemukan skor sebesar 3, termasuk dalam
kriteria tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis
ringan. Pada fungsi kognitif klien didapatkan skor sebesar 10, yang mana
termasuk kedalam kriteria tidak ada gangguan. Lalu pada status fungsional
ditemukan hasil sebesar 17, yakni termasuk kedalam kriteria mandiri.
Selanjutnya pada status psikologis (Skala depresi geriatric Yesavage, 1983)
didapatkan hasil sebesar 2, yang mana termasuk kedalam kriteria normal.
Berikutnya pada pemeriksaan keseimbangan klien didapatkan skor sebesar 6,
yakni termasuk kedalam kriteria resiko jatuh sedang.
69

2. Diagnosis keperawatan
Kasus I :
a. Analisa data yang diambil pertama adalah nyeri, berdasarkan data subjektif
klien mengeluhkan nyeri pada daerah kedua kakinya dan data objektif klien
terlihat memegangi daerah kakinya serta terlihat meringis. Berdasarkan
analisa data yang didapat, maka peneliti menegakkan diagnose
keperawatan yaitu nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi,
Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal,
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
b. Analisa data yang diambil kedua adalah kerusakan mobilitas fisik,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Berdasarkan hasil
analisa data yang didapat,maka peneliti menegakkan diagnosa kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan
rentang gerak, kelemahan otot.
c. Analisa data yang diambil ketiga adalah Kurang perawatan diri,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif skor keseimbangan 3, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Berdasarkan
hasil analisa data yang didapat maka peneliti menegakkan diagnosa Kurang
perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
keterbasatan fisik.
Kasus II :
a. Analisa data yang diambil pertama adalah nyeri, berdasarkan data subjektif
klien mengeluh nyeri pada bagian kakinya dan data objektif klien terlihat
memegangi daerah kaki yang nyeri. Berdasarkan hasil analisa yang didapat
maka peneliti menegakkan diagnosa nyeri yang berhubungan dengan
proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan.
b. Analisa data yang diambil kedua adalah kerusakan mobilitas fisik,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
70

objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +4/+4. Berdasarkan hasil


analisa data yang didapat, maka peneliti menegakkan diagnose kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan
rentang gerak, kelemahan otot.
d. Analisa data yang diambil ketiga Kurang perawatan diri, berdasarkan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data objektif skor
keseimbangan 6, kekuatan otot Lovett’s +4/+4. Berdasarkan hasil analisa
data yang didapat maka peneliti menegakkan Kurang perawatan diri yang
berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, keterbatasan ketahanan
fisik.
3. Intervensi
Kasus I :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan. peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji
lokasi nyeri, intensitas, dan tipe nyeri, kaji skala nyeri 0-10, bantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, ajarkan teknik relaksasi
napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu kerusakan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan Deformitas
skeletal penurunan rentang gerak, kelemahan otot, peneliti menyusun
perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan
rentang gerak, Kaji secara teratur fungsi motoric, ajarkan klien melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, bantu klien
melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, pantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan.
71

e. Berdasarkan diagnose keperawatan yang ketiga yaitu Kurang perawatan


diri yang berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, keterbatasan
ketahanan fisik, peneliti menyusun perencanaan anatara observasi ttv, kaji
kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga
dalam membantu kebutuhan perawatan diri klien.
Kasus II :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan. peneliti menyusun perencanaan antara lain lain
kaji lokasi nyeri, intensitas, dan tipe nyeri, kaji skala nyeri 0-10, bantu
klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, ajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri, ajarkan metode distraksi selama
nyeri akut, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan
Deformitas skeletal penurunan rentang gerak, kelemahan otot, peneliti
menyusun perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rentang gerak, Kaji secara teratur fungsi motoric, ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit,
bantu klien melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, pantau
kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
72

4. Implementasi
Kasus I :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 4 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standar intervensi yang telah dibuat
sesuai diagnosa prioritas utama.
1) nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera;
distensi jaringan oleh akumulasi cairan
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 19 Maret 2018 yaitu Mengkaji lokasi nyeri, intensitas,
dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode distraksi
selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali. Mengkaji lokasi nyeri,
intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali Mengkaji lokasi nyeri,
intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien
73

terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan


teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
b. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
74

c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan


musculoskeletal, keterbatasan ketahanan fisik
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. dan mengevaluasi hasil
tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. dan mengevaluasi hail
tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 25 maret Maret 2018 yaitu observasi ttv, kaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. dan mengevaluasi hasil
tindakan
Kasus II :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 4 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standar intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
1) nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera;
distensi jaringan oleh akumulasi cairan
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 19 Maret 2018 yaitu Mengkaji lokasi nyeri, intensitas,
dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
75

dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode distraksi


selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali Mengkaji lokasi nyeri,
intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali Mengkaji lokasi nyeri,
intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
d. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
76

sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan


klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
e. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, keterbatasan ketahanan fisik
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 26 Maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hasil
tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 28 maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hail
tindakan
77

3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada


tanggal 30 maret Maret 2018 yaitu observasi ttv, kaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hasil
tindakan.
5. Evaluasi
Kasus I :
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien, peneliti
melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 31 Maret 2018 jam 13.00 WIB
dengan menggunakan metode SOAP, S : Subjektif, O : Objektif, A : Analisis,
dan P : Planning atau rencana.
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area kakinya, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk
melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi, implementasi
lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
78

kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.


Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
b. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot.
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose kedua hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri berkurang saat berjalan dan data objektif
cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3 menunjukan perbaikan
mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada
evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa
kesehatannya dilayanan kesehatan.

c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


keterbatasan ketahanan fisik
1) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari pertama, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data objektif klien
terlihat kotor. Analisa masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
79

2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan berkurang dan data objektif
klien terlihat rapi. Analisa masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif klien terlihat rapid an . Analisa masalah teratasi. Intervensi
dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Kasus II :
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien, peneliti
melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 31 Maret 2018 jam 13.00 WIB
dengan menggunakan metode SOAP, S : Subjektif, O : Objektif, A : Analisis,
dan P : Planning atau rencana.
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien, peneliti
melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 31 Maret 2018 jam 13.00 WIB
dengan menggunakan metode SOAP, S : Subjektif, O : Objektif, A : Analisis,
dan P : Planning atau rencana.
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area kakinya, skala nyeri 3 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
80

area kakinya, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum teratasi.


Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk melakukan
relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi, implementasi
lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
d. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot.
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose kedua hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +4/+4. Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri berkurang saat berjalan dan data objektif
cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3 menunjukan perbaikan
mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada
evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa
kesehatannya dilayanan kesehatan.
81

b. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


keterbatasan ketahanan fisik
1) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari pertama, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data objektif klien
terlihat kotor. Analisa masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan berkurang dan data objektif
klien terlihat rapi. Analisa masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif klien terlihat rapid an . Analisa masalah teratasi. Intervensi
dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.

6. Aplikasi dari tindakan utama


Kasus I :
Pada tanggal 19 Maret 2018, 22 maret 2018 & 25 maret 2018
melakukan penelitian pada Tn.M didapatkan bahwa Tn.M sudah mengalami
rematik sejak 1 tahun yang lalu dan sudah pernah dibawa ke puskesmas, Tn.M
disarankan untuk melakukan Relaksasi Napas dalam saat terasa nyeri, dengan
cara merilekskan pikiran dan badan lalu fokuskan pada satu arah lalu tarik
82

napas dalam melalui hidung tahan selama 5 detik lalu hembuskan secara
perlahan-lahan lakukan teknik tersebut selama 3 kali.
Pada hari pertama dimulai sejak tanggal 19 Maret 2018, 22 Maret 2018
& 25 Maret 2018 setelah diberikan implementasi relaksasi napas dalam
didapatkan skala nyeri tetap 2 (0-10), hari kedua setelah diberikan teknik
relaksasi napas dalam skala nyeri menjadi 2 (0-10), hari ketiga setelah diberikan
relaksasi napas dalam skala skalanyeri menjadi 1 (0-10).
Dengan hasil penelitian saya diatas bahwa diberikan implementasi
teknik relaksasi napas dalam menurunkan nyeri pada kedua kakinya terbukti,
oleh karena itu peneliti menganjurkan klien untuk terus menerapkan relaksasi
napas dalam untuk kedepannya.
Kasus II :
Pada tanggal 26 Maret 2018, 28 Maret 2018 & 30 Maret 2018
melakukan penelitian pada Tn.K didapatkan bahwa Tn.K sudah mengalami
rematik sejak 1 tahun yang lalu dan sudah pernah dibawa ke puskesmas, Tn.K
disarankan untuk melakukan relaksasi napas dalam saat terasa nyeri, dengan
cara merilekskan pikiran dan badan lalu fokuskan pada satu arah lalu tarik
napas dalam melalui hidung tahan selama 5 detik lalu hembuskan secara
perlahan-lahan lakukan teknik tersebut selama 3 kali
Pada hari pertama dimulai sejak tanggal 26 Maret 2018, 28 Maret 2018
& 30 Maret 2018 setelah diberikan implementasi teknik relaksasi napas dalam
didapatkan skala tetap 3 (0-10), hari kedua setelah diberikan teknik relaksasi
napas dalam skala nyeri menjadi 2 (0-10), hari ketiga setelah diberikan teknik
relaksasi napas dalam skala nyeri menjadi 1 (0-10).
Dengan hasil penelitian saya diatas bahwa diberikan implementasi
teknik relaksasi napas dalam menurunkan nyeri kedua kakinya terbukti, oleh
karena itu peneliti menganjurkan klien untuk terus menerapkan teknik relaksasi
napas dalam untuk kedepannya.
83

B. Pembahasan
Pada BAB ini peneliti membahas proses telaah yang terjadi antara teori dan
kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada tanggal 19 Maret 2018,
22 Maret 2018 & 25 Maret 2018 meliputi hasil implementasi dan evaluasi selama
4 hari, pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan pada pengkajian lansia
dengan masalah utama Rematoid Atritis (Rematik).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu
sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa praktik keperawatan dari
ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih, 2007 as cited in Aziz,
2017, p.16).
Kasus I :
1) Peneliti melakukan pengkajian pada klien rematik dan diaplikasikan dalam
proses pengkajian melalui proses wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik. Masalah yang sering timbul pada rematik adalah nyeri yang
menyebabkan kerusakan mobilisasi fisik. Dari hasil pengkajian pada Tn.M
ditemukan data klien mengeluh nyeri, nyeri dari kedua kakinya ini
disebabkan karena proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan pada usia tua (Sjamsuhidajat, dkk., 2011 as cited in
Amanda, 2015, p.8).
Peneliti melakukan pengkajian pada Tn.M ditemukan hasil pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2018 pukul 14.30 WIB di wilayah
puskesmas sukasari kecamatan cilaku, Cianjur. Klien menderita rematik
84

sejak 1 tahun terakhir. Dari riwayat kesehatan Tn.M, klien tidak pernah
memiliki riwayat penyakit yang diderita dahulu. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital klien menunjukan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83x/menit,
respirasi 20x/menit, suhu 36.5°C.
Kasus II :
1) Peneliti melakukan pengkajian pada klien rematik dan diaplikasikan dalam
proses pengkajian melalui proses wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik. Masalah yang sering timbul pada osteoarthritis adalah nyeri yang
menyebabkan hambatan mobilisasi fisik. Dari hasil pengkajian pada Tn.K
ditemukan data klien mengeluh nyeri, nyeri dari kedua kakinya ini
disebabkan karena proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan pada usia tua (Sjamsuhidajat, dkk., 2011 as cited in
Amanda, 2015, p.8).
Peneliti melakukan pengkajian pada Tn.K ditemukan hasil pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 07.30 WIB di wilayah
puskesmas sukasari kecamatan cilaku, Cianjur. Klien menderita rematik sejak
1tahun terakhir. Dari riwayat kesehatan Tn.K, klien tidak pernah memiliki
riwayat penyakit yang diderita dahulu. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
klien menunjukan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi
19x/menit, suhu 37°C.

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga
perawat menjadi akuntabel (marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, p, 859-867)
85

Menurut Asmadi (2008 as cited in Aziz, 2017, p.20) komponen-


komponen dalam pernyataan diagnosa keperawatan meliputi Masalah
(problem), Penyebab (etiology), Data (sign and symptom). Menurut Asmadi
(2008 as cited in Aziz, 2017, p.21) diagnosa keperawatan ada tiga tipe yaitu
Diagnosa keperawatan aktual, diagnosa keperawatan risiko, diagnosa
keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan tetang
keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki potensi untuk lebih
meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data maladaptif atau
paparan terhadap masalah kesehatan sebelumnya. Perawat mencari dan
mendokumentasikan data kedalam 2 tipe yang berkaitan dengan pasien,
yakni subjektif dan objektif data (Gordon, 2008 as cited in Herdman &
Kamitsuru, 2014, p.37). Menurut Merriam-Webster (2014 as cited in
Herdman & Kamitsuru, 2014, p.37) mendefinisikan data subjektif adalah
sesuatu yang didasarkan perasaan dan opini dibandingkan dengan fakta,
sedangkan data objektif adalah didasarkan pada fakta dibandingkan dengan
perasaan atau opini.
Kasus I :
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 30 Maret 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
nyeri pada kedua kakinya, klien mengatakan nyeri saat berjalan, klien terlihat
memegangi daerah kakinya serta terlihat meringis, cepat lelah kekuata otot
Lovett’s +3/+3. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan
bahwa dari beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas
utama yaitu nyeri, kerusakan mobilitas fisik dan kurang perawatan diri.
Kasus II :
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 30 Maret 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
nyeri pada kedua kakinya, klien mengatakan nyeri saat berjalan, klien terlihat
memegangi daerah kakinya serta terlihat meringis, cepat lelah kekuata otot
86

Lovett’s +4/+4. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan


bahwa dari beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas
utama yaitu nyeri,kerusakan mobilitas fisik dan kurang perawatan diri.
3. Intervensi
Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan (Asmadi, 2008 as cited in Aziz, 2017, p.22). Menurut Asmadi
(2008 as cited in Aziz, 2017, p.22-25), tahap perencanaan memiliki beberapa
tujuan penting, diantaranya sebagai alat komunikasi perawat dan tim
kesehatan lainya, meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi
klien, serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan
ini adalah membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan, merumuskan
tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi
keperawatan.
a. Membuat Prioritas Urutan Diagnosis Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan (tahap kedua),
perawat dapat mulai membuat urutan prioritas diagnosis. Penentuan
prioritas ini dilakukan karena tidak semua diagnosis keperawatan dapat
diselesaikan dalam waktu bersamaan. Pada tahap ini perawat dan klien
bersama-sama menentukan diagnosis keperawatan mana yang harus
dipecahkan lebih dulu dan memprioritaskannya. Penentuan prioritas
dapat dibuatkan skala prioritas tertinggi sampai prioritas terendah. Ini
dilakukan dengan mengurutkan diagnosis keperawatan yang dianggap
paling mengancam kehidupan sampai diagnosis yang tidak terlalu
mengancam kehidupan.
b. Merumuskan Tujuan
87

Setelah menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas,


perawat perlu merumuskan tujuan untuk masing-masing diagnosis.
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi
masalah secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimaksudkan
untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan ini keperawatan harus SMART, yaitu specific (rumusan
tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (dapat
dicapai, ditetapkan bersama klien), realistic (dapat tercapai dan nyata),
dan timing (harus ada target waktu).
c. Merumuskan Kriteria Evaluasi
Penyusunan kriteria hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di ataranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan,
bersifat khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat,
didengar, dan diukur oleh orang lain.
d. Merumuskan Intervensi Keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus
memperhatikan beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan
intervensi keperawatan. Kriteria tersebut, antara lain :
1) Memakai kata kerja yang tepat.
2) Bersifat spesifik.
3) Dapat dimodifikasi.
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang
independen dan intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi
keperawatan independen adalah intervensi keperawatan yang dilakukan
perawat terhadap klien secara mandiri tanpa peran aktif dari tenaga
kesehatan lain. Intervensi keperawatan kolaboratif adalah intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien dalam bentuk
kerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
88

Kasus I :
Berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2018
pukul 09.00 WIB pada pasien yaitu dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1,
menunjukan peningkatan mobilitas, memutuskan tindakan yang tepat bagi
Tn.M adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan, peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji
lokasi, intensitas, dan tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji
nyeri dengan skala 0-10, bantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, ajarkan teknik relaksasi napas dalam mengurangi
ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan
tingkatkan relaksasi masase, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan ber posisi yang
nyaman, tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan
dengan berapa lama nyeri akan berlangsung, kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik nsaid oral.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu kerusakan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan rentang gerak,
kelemahan otot. peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji mobilitas
dan observasi adanya peningkatan rusakan. Kaji secara teratur fungsi
motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif
pada ekstremitas yang tidak sakit, bantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, pantau kemajuan dan perkembangan
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk melatih fisik klien.
89

c. Berdasarkan diagnose keperawatan yang ketiga yaitu Kurang perawatan


diri yang berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan
fungsi sendi, peneliti menyusun perencanaan anatara observasi ttv, kaji
kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga
dalam membantu kebutuhan perawatan diri klien.
Kasus II :
Berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2018
pukul 17.00 WIB pada pasien yaitu dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1,
menunjukan peningkatan mobilitas, memutuskan tindakan yang tepat bagi Tn.K
adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan, peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji
lokasi, intensitas, dan tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji
nyeri dengan skala 0-10, bantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, ajarkan teknik relaksasi napas dalam mengurangi
ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan
tingkatkan relaksasi masase, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan ber posisi yang
nyaman, tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan
dengan berapa lama nyeri akan berlangsung, kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik nsaid oral.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu kerusakan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan rentang
gerak, kelemahan otot. peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji
mobilitas dan observasi adanya peningkatan rusakan. Kaji secara teratur
fungsi motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, bantu klien melakukan ROM dan
90

perawatan diri sesuai toleransi, pantau kemajuan dan perkembangan


kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk melatih fisik klien.
c. Berdasarkan diagnose keperawatan yang ketiga yaitu Kurang perawatan
diri yang berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan
fungsi sendi, peneliti menyusun perencanaan anatara observasi ttv, kaji
kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga
dalam membantu kebutuhan perawatan diri klien.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008 as cited in
Aziz, 2017, p.25).
Kasus I :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 3 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standard an intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan skala 0-10,
membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan
bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi,
91

mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang


dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase,
mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan
waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman,
meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan
menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 22 Maret2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe
nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan skala
0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan
dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi,
mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase,
mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan
waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman,
meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan
menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 25 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas, dan
tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan
skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus,
jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri
92

dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan


mengevaluasi hasil tindakan.
b. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada tanggal
19 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil
tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada tanggal
22 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil
tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada tanggal
25 Maretl 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil
tindakan.
93

c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan


musculoskeletal, keterbatasan ketahanan fisik
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
19 Maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan klien
dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam membantu
kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hasil tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
22 Maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan klien
dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam membantu
kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hail tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
25 maret Maret 2018 yaitu observasi ttv, kaji kemampuan klien dalam
melakukan perawatan diri, libatkan keluarga dalam membantu
kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hasil tindakan
Kasus II :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 3 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standard an intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 26 Maret 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe
nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan skala
0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan
dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi,
mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase,
mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan
waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman,
94

meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan


dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil
tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 28 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas,
dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi posisi
yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan
menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 30 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas,
dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi posisi
yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan
menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
b. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot
95

1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada


tanggal 26 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil
tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 28 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric,
mengatur posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM
dan perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 30 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric,
mengatur posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM
dan perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
keterbatasan ketahanan fisik
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
26 Maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan klien
96

dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam membantu


kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hasil tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
28 maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan klien
dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam membantu
kebutuhan perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hail tindakan
3) mplementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
30 maret Maret 2018 yaitu observasi ttv, kaji kemampuan klien dalam
melakukan perawatan diri, libatkan keluarga dalam membantu kebutuhan
perawatan diri klien. Dan mengevaluasi hasil tindakan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2008 as cited in Aziz, 2017 p.25-
26).
Kasus I :
Pada hari terakhir tanggal 30 Maret 2018 pukul 13.00 WIB, penulis
menyimpulan dari semua evaluasinya adalah diagnose nyeri yang berhubungan
dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan, evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang area
yang sakit, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi, implementasi lanjut.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk melakukan
97

teknik relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa. Lalu pada diagnosa kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan
rentang gerak, kelemahan otot, evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua
hari ketiga, dengan data subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa
saat berjalan dan data objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3,
menunjukan perbaikan mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi
dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Evaluasi
yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan data subjektif klien
mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data objektif tidak
terdapat kejadian jatuh. Analisa masalah teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Kasus II :
Pada hari terakhir tanggal 30 Maret 2018 pukul 12.00 WIB, penulis
menyimpulan dari semua evaluasinya adalah diagnose nyeri yang berhubungan
dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan, evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang area
yang sakit skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi, implementasi lanjut.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk melakukan
relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa. Lalu pada diagnosa kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan
rentang gerak, kelemahan otot, evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua
hari ketiga, dengan data subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa
saat berjalan dan data objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +4/+4,
menunjukan perbaikan mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi
dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
98

kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Evaluasi


yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan data subjektif klien
mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data objektif tidak
terdapat kejadian jatuh, menunjukan perbaikan mobilitas. Analisa masalah
teratasi. Intervensi dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk
menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.

6. Analisis PICOT
Intervensi keperawatan menurunkan nyeri dengan Teknik Relaksasi Napas
Dalam Tanggal 19 Maret 2018, 22 Maret 2018 & 25 Maret 2018.
Kasus I Kasus II
P Tn.M (L/69tahun) Tn.K (L/72 tahun)
99

1. Rematik 1. Rematik
2. Nutrisi : Baik 2. Nutrisi : Baik
3. Eliminasi : Baik 3. Eliminasi : Baik
4. Mobilisasi : Terbatas 4. Mobilisasi : Terbatas
5. Personal Hygiene : Kurang 5. Personal Hygiene : kurang
6. Istirahat dan tidur : Cukup 6. Istirahat dan tidur : Cukup
I Teknik Relaksasi Napas Dalam Teknik Relaksasi Napas Dalam
C Pemasangan tanggal 19 Maret Pemasangan tanggal 26 Maret
2018, 22 Maret 2018 & 25 2018, 28 Maret 2018 & 30
Maret 2018. Maret 2018.
O Skala nyeri berkurang dari 2 Skala nyeri berkurang dari 3
menjadi 1 (0-10) menjadi 1 (0-10)
T Waktu tindakan relaksasi napas Waktu tindakan relaksasi napas
dalam dilakukan ketika nyeri dalam dilakukan ketika nyeri
mulai terasa dengan frekuensi 3 mulai terasa dengan frekuensi 3
kali selama 2-3menit. kali selama 2-3 menit.
(wahit iqbal mubarak,2015 (wahit iqbal mubarak,2015
Ilmun Keperawatan Dasar,p Ilmun Keperawatan Dasar,p
206) 206)

BAB V

PENUTUP
100

A. Simpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 Maret 2018
didapatkan data pada kasus I yang mengangkat masalah kesehatan klien
adalah klien mengeluh nyeri pada kedua kakinya, klien terlihat memegangi
daerah kakinya serta terlihat meringis. Lalu pada kasus II yakni didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
nyeri pada kedua kakinya, klien terlihat memegangi daerah kakinya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada yang muncul pada kasus I adalah
nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi, Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan Deformitas skeletal, Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan musculoskeletal.. Lalu pada kasus II adalah nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi, Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan Deformitas skeletal, Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan musculoskeletal berhubungan dengan keterbatasan
ketahanan fisik, perubahan fungsi sendi.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kasus I pada diagnosa kaji lokasi
nyeri, intensitas, dan tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus,
jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi,
ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi
masase, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, beri kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman, tingkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama
nyeri akan berlangsung, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
4. Implementasi pada tanggal 19 Maret 2018 pada kasus I dengan diagnose nyeri
yang berhubungan dengan proses inflamasi, Kerusakan Mobilitas Fisik
101

berhubungan dengan Deformitas skeletal adalah mengkaji lokasi, intensitas,


dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan
skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan
dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi. Lalu
pada kasus II dengan diagnose nyeri yang berhubungan dengan proses
inflamasi, Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal
adalah mengkaji lokasi, memberikan teknik relaksasi napas dalam, mengkaji
intensitas, dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus,
jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi.
5. Hasil evaluasi pada tanggal 30 Maret 2018 yaitu pada kasus I dengan diagnose
nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi, Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan Deformitas skeletal. Evaluasi dilakukan selama 3 hari
pada diagnose pertama hari pertama, dengan data subjektif klien mengatakan
nyeri, data objektif klien tampak memegang area kakinya, skala nyeri 2 (0-
10). Analisa masalah belum teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien
untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan. Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri
terasa. Lalu pada kasus II dengan diagnose nyeri yang berhubungan dengan
proses inflamasi, Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas
skeletal. Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari
pertama, dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien
tampak memegang area kaki, skala nyeri 3 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk
melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
6. Hasil tindakan kompres hangat selama 3 hari pada tanggal 19 Maret 2018, 22
Maret 2018 & 25 Maret 2018 jam 14.00 WIB, di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukasari dengan keluhan nyeri dan diagnose medis Atritis Reumatoid.
102

Pemberian Relaksasi Napas Dalam untuk menurunkan skala nyeri pada kasus
I mengatakan sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan tindakan
berhasil menurunkan derajat nyeri dari skala sebelumnya skala nyeri 2 (0-10),
sesudah skala nyeri 1 (0-10), ini menunjukan bahwa pemberian relaksasi
napas dalam selama 3 hari bisa menurunkan nyeri, terdapat peningkatan
mobilisasi. Tindakan relaksasi napas dalam ini bermanfaat untuk kesembuhan
pada kasus I. Lalu pada kasus II mengatakan sebelum diberikan tindakan dan
sesudah diberikan tindakan relaksasi napas dalam berhasil menurunkan derajat
nyeri dari skala sebelumnya skala nyeri 3 (0-10), sesudah skala nyeri 1 (0-10),
ini menunjukan bahwa pemberian relaksasi napas dalam selama 3 hari bisa
menurunkan nyeri, terdapat peningkatan mobilisasi. Tindakan relaksasi napas
dalam ini bermanfaat untuk kesembuhan pada kasus II.

B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi pasien
Diharapkan pasien bisa melakukan atau mengaplikasikan tindakan Relaksasi
Napas Dalam khususnya pada penyakit Atritis Reumatoid (Rematik) saat
timbul nyeri.
2. Bagi penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan Gerontik
b. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Atritis Reumatoid (Rematik).
3. Profesi keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Puskesmas
Sukasari dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Gerontik
khususnya penyakit Atritis Reumatoid (Rematik)
103

4. Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berkaitan dengan penyakit Atritis Reumatoid (Rematik).

Anda mungkin juga menyukai