Panduan Kamar Jenazah
Panduan Kamar Jenazah
PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna mengurangi
risiko infeksi nosokomial. Proses penanganan di Rumah Sakit Kartika Husada
Jati Asih hanya meliputi penempatan sementara sampai diperlihatkan ke pasien.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit adalah
melalui pemberian pelayanan penunjang medik yang profesional, bemutu dan
aman. Mengingat bahwa linen digunakan disetiap ruangan di rumah sakit, maka
diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif. Dalam buku ini disajikan
tentang panduan manajemen linen di rumah sakit, sarana, prasarana dan
peralatan pencucian, infeksi nosokomial serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Prosedur pelayanan linen vang diawali dengan perencanaan sampai
penatalaksanaan serta monitoring dan evaluasi.
1
jenazah dari Rumah Sakit Kartika Husada Jati Asih dilakukan perawatan oleh
pihak keluarga masing–masing. SDM di kamar jenazah adalah seorang perawat
yang mempunyai kemampuan dalam perawatan jenazah. Perawat tersebut telah
memiliki pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga
selalu disiplin dalam penggunaan APD.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di
rumah sakit. Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang terjadi
akibat infeksi nosokomial sangatlah kompleks dan dapat menyebabkan kerugian
bagi pasien maupun bagi rumah sakit. Mengingat bahwa penularan penyakit
dapat melalui udara, percikan dan kontak, sehingga indikator kejadian infeksi
nosokomial menjadi penting untuk diperhatikan. Selanjutnya salah satu upaya
untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan melakukan standar
kamar jenazah yang baik. Selain itu pengetahuan dan perilaku petugas
kesehatan juga mernpunyai peran yang sangat penting. Petugas kamar jenazah
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain (pasien dan
pengunjung) serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
.
III. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Kartika Husada Jati Asih
untuk dapat melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di kamar jenazah yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi
nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga dan
masyarakat.
2
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum
ditunjukkan dan dibawa pulang oleh keluarga..
4. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya
infeksi silang.
V. BATASAN OPERASIONAL
Sebagai acuan Rumah Sakit Kartika Husada Jati Asih dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis diperlakukan
penghormatan sebagaimana manusia, karena ia adalah manusia. Martabat
kemanusiaan ini adalah perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan
agama/ adatnya. Perlakuan sopan dan tidak merusak badan, termasuk
kerahasiannya. Oleh karena itu kamar jenazah harus bersih dan bebas dari
kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas, aman bagi petugas
yang bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena
penyakit mematikan.
3
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/X/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
6. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001
7. Standart Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
I. KUALIFIKASI SDM
Status kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di instalasi kamar jenazah Rumah Sakit
Kartika Husada Jati Asih dianjurkan untuk :
4
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC
paling sedikit 1 kali dalam setahun
2. Status imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di instalasi kamar
jenazah seperti ISPA, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, dll.
Petugas Instalasi kamar jenazah antara lain :
1. Kepala instalasi kamar jenazah
Kualifikasi tenaga
a. Pendidikan terakhir SMA
b. Sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan kamar jenazah.
c. Mengetahui tentang psikologi personel
2. Staff/ petugas kamar jenazah
a. Mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan
kamar jenazah.
b. Mengetahui alur dan penanganan kamar jenazah.
c. Cekatan, tanggap dan disiplin.
5
d. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian
dan evaluasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Instalasi kamar
jenazah.
e. Memberikan usulan program kerja dan anggaran Instalasi kamar jenazah
f. Mengembangkan kemampuan SDM Instalasi kamar jenazah
g. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas kerja staf
bawahannya
h. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi semua alat
alat inventaris dan barang barang kebutuhan kamar jenazah.
i. Menjalin komunikasi dan kerjasama secara aktif dengan instalasi-
instalasi kerja yang terkait sehingga mampu memberikan pelayanan
yang optimal kepada pasien
j. Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
I. DENAH
7
II. STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan
pelayanan instalasi kamar jenazah. Mengingat tugas pokok instalasi kamar
jenazah adalah melayani pasien yang sudah meninggal dengan atau tanpa
penyakit menular, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Guna
mencegah infeksi silang.
Bangunan
8
Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah sakit dengan 45 TT dan
angka kematian yang hanya 0,2%. Luas bangunan kamar jenazah sebesar
16m2.
Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara
meminimalkan terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat diakses oleh
orang yang tidak berkepentingan.
Kebersihan ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan
jadwal pembersihan Instalasi kamar jenazah
9
Terdapat wastafel dan antiseptic serta handwash untuk petugas mencuci tangan
setelah menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di kamar jenazah antara
lain :
1. Peralatan antropometri
2. System komunikasi internal (PABX)
3. Sarung tangan panjang
4. Apron plastic
5. Masker
6. Tutup kepala
7. Surat kematian
8. Label jenazah
9. Senter
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
10
kamar jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah
dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.
1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah) dikirim ke
kamar jenazah.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada keluarga. Di
kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi tali kassa sampai
mulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian pergelangan
tangan ditali. Kemudian diantara jempol kaki diselipkan kassa dan ditali kembali.
Setelah posisi dan keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk
melihat keadaan keluarganya yang meninggal.
3. Setelah dilakukan perawatan di kamar jenazah petugas kamar jenazah
memberikan surat kematian.
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah sakit
untuk mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit. Setelah surat kematian
dan biaya administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas
instalasi kamar jenazah.
11
5. Setelah ditunggu 2 jam jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan
menggunakan kereta/ brankart khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah
rumah sakit.
BAB V
LOGISTIK
Instalasi kamar jenazah di Rumah Sakit Kartika Husada Jati Asih sebagai
salah satu bagian penting rumah sakit untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang
pelayanan medis baik untuk petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan
untuk pemrosesan linen habis maka petugas atau staf menulis permintaan barang
12
kepada kepala instalasi kamar jenazah. Kepala instalasi kamar jenazah memberikan
formulir permintaan bahan dan alat kepada bagian rumah tangga.
untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang kamar jenazah
selama satu tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan. Setiap
anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam tahun
berjalan. Sistem Logistik yang digunakan mengacu pada panduan logistik yang dibuat
oleh Bagian Logistik dan Inventaris dengan mengacu pada sistem yang baku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
I. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
13
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
(KKP-RS)
II. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan. (KKP-RS)
14
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
15
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
16
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak
sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap
Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan
produktivitas rumah sakit. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi;
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin;
- Tidak tersedia alat-alat pengaman;
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
17
Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok,
tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap
saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya
gejala pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami.
Catatan tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari
area umum. Segera lapor kepada Tim Dalin/ Pandalin, Tim Kesehatan
kerja (K3) dan dokter poliklinik RS, adanya kemungkinan terinfeksi
penyakit menular yang sedang ditangani.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi
untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah
18
tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang
bertugas di unit perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan
pernapasan dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular
melalui udara, maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan
pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan
yang dialami segera kepada Tim Dalin.
Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan
pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas
diinstruksikan untuk mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn
dan atau peradangan konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan
penyakit menular melalui udara.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
19
BAB IX
PENUTUP
20
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan
kematian namun menyebabkan hari perawatan menjadi lebih lama di rumah sakit. Ini
berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping
pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah
satu factor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat
kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian
infeksi rumh sakit harus diperhatikan.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah
dengan melaksanakan pelayanan instalasi kamar jenazah yang baik. Tanggung jawab
untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan pusat sterilisasi
menjadi tanggung jawab petugas instalasi kamar jenazah. Pada dasarnya kecelakaan
kerja di lingkungan pusat sterilisasi dapat dihindari dengan cara megetahui potensi
bahaya yang dapat timbul. Dengan cara memperhatikan secara seksama dan melatih
teknik–teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.
21