Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTEK FITOTERAPI

SISTEM PENCERNAAN
(DEF4241P)

DISUSUN OLEH KELOMPOK B3


ANGGOTA:

AYU KARTIKA SARI 145070501111022


ADELLA LA MIRYA 145070501111024
EKA DAMAYANTI PUTRI 145070501111026
DENDI TRIATMAJA 145070501111028
RAHARDIAN AKBAR MAULA 145070501111030
H. M. ANNWARY SIREGAR 145070501111032
WIDYA PRATIWI SURYANTI 145070501111034
SEPTIN DWI AULIA NURYANTO 145070501111036
LIA FARIDATUL ISLAMIYAH 145070507111004
DWI FATHIRIYAH ZIKRINA AMBAR 145070507111008
RIZKI RIDHOWATI 145070507111012

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2016/2017
1. PATOFISIOLOGI
1.1 PEPTIC ULCER DISEASE
Kerusakan pada mukosa gastroduodenum berpunca daripada
ketidakseimbangan antara faktor-faktor yang merusak mukosa dengan
faktor yang melindungi mukosa tersebut. Oleh sebab itu, kerusakan
mukosa tidak hanya terjadi apabila terdapat banyak faktor yang
merusakkan mukosa tetapi juga dapat terjadi apabila mekanisme proteksi
mukosa gagal.
Faktor pertahanan ini antara lain adalah pembentukan dan sekresi
mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan difusi kembali ion
hidrogen pada epitel serta regenerasi epitel. Di samping kedua faktor tadi
ada faktor yang merupakan faktor predisposisi (kontribusi) untuk
terjadinya tukak peptik antara lain daerah geografis, jenis kelamin, faktor
stress, herediter, merokok, obat-obatan dan infeksi bakteria agresif.
Pada pengguna NSAIDs, contohnya, indomethacin, diclofenac, dan
aspirin (terutamanya pada dosis tinggi), kerjanya yang menghambat enzim
siklooksigenase menyebabkan sintesis prostaglandin dari asam arakidonat
turut terhambat. Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan NSAIDs
adalah penghambatan sistesis prostaglandin secara sistemik terutama pada
epitel lambung dan duodenum sehingga melemahkan proteksi mukosa.
Tukak dapat terjadi setelah beberapa hari atau minggu penggunaan
NSAIDs dan efek terhadap hambatan aggregasi trombosit menyebabkan
bahaya perdarahan pada tukak (Silbernagl, 2000).
1.2 KONSTIPASI
Konstipasi muncul akibat dua jenis gangguan motilitas usus.
Gangguan pertama adalah koloninersia atau slow-transit constipationyang
mengacu pada lambatnya perpindahan feses dari proksimal menuju kolon
distal dan rektum. Terdapat dua mekanisme yang menyebabkan lambatnya
transit kolon, yaitu penurunan kontraksi peristaltik dan aktivitas motorik
yang tidak terkoordinasi dalam kolon distal. Gangguan kedua adalah
pelvic floor dysfungtion, kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan
rektum untuk mengosongkan isi kolon. Kombinasi dari kedua gangguan
tersebut juga dapat terjadi pada konstipasi dimana penderita mengalami
kelambatan transit dan ketidakmampuan pada saat pengosongan (Michael.,
2006).
Konstipasi dibedakan menjadi konstipasi primer dan sekunder
berdasarkan penyebabnya. Konstipasi primer atau idiopatik ditandai
dengan normal transit constipation, slow transit constipation, dan
dyssynergic defecation. Pada tipe normal transit constipationmotilitas
kolon tidak berubah dan pasien cenderung mengalami feses yang keras
pada gerakan normal. Pada slow transit constipationmotilitas kolon
menurun sehingga menyebabkan menurunnya ferkuensi buang air besar
dan feses yang keras. Pada dyssynergic defecation(atau dikenal juga
dengan pelvic floor dysfunction), penderita telah kehilangan kemampuan
untuk mengendurkan anal sphincter sementara terjadi kontraksi otot pada
pelvic floor (Chisholm-Burns et al., 2008).
Berikut adalah beberapa penyebab konstipasi sekunder (Chisholm-
Burns et al., 2008):
 Kondisi endokrin atau metabolik (diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hiperkalsemia)
 Kondisi saluran cerna (diverticulitis, hemoroid)
 Kondisi neurogenik (trauma otak, penyakit parkinson)
 Kondisi psikogenik (kondisi psikiatrik)
 Obat-obatan (opiat, analgesik, diuretik, antasida, klonidin, calcium
chanel blockers)
 Lain-lain (imobilitas, pola makan yang buruk, penyalahgunaan obat
pencahar, gangguan hormonal).
2. FITOTERAPI
2.1 PEPTIC ULCER DISEASE
Berikut golongan obat herbal untuk terapi peptic ulcer:
 Mucilaginous Herbs
Sifat dari mucilaginous herbs berasal dari kandungan polisakarida
di dalamnya. Polisakarida dapat mengembang di air, membentuk massa
seperti gel yang bisa merinngankan dan melindungi jaringan yang
teriritasi da tubuh. Seperti pada kulit kering yang teriritasi dan mukosa
memberan yang inflamasi. Sebagian besar mucilago tidak mengalami
kerusakan dalam sistem pencernaan manusia, tetapi mengabsorbsi racun
dari usus. Efek yang ada pada tanaman yang mengandung banyak
mucilago, yaitu (Marciano, 2017):
a. Memperlambat waktu transit
b. Mengabsorbsi racun di kolon
c. Melindungi dari keasaman lambung
d. Meregulasi flora normal usus
e. Merelaksasi endodermal di usus
f. Demulcent dan vulnarary, meringankan dan melindungi mukosa
membran yang mengalami inflamasi
g. Emollient
Berdasarkan efek yang diberikan, mucilago merupakan komponen yang
dapat digunakan untuk mengobati peptic ulcer.
 Bitter Herbs
Rasa pahit yang ditimbulkan bitter herbs dapat menstimulasi otak
untuk melepaskan hormon pencernaan gastrin. Efek yang ditimbulkan,
yaitu (Hoffman, 2003):
a. Menstimulasi nafsu makan
b. Melepaskan enzim pencernaan dari pankreas, duodenum, dan
hepar
c. Menstimulasi otot polos pada lambung untuk meningkatkan
waktu pengosongan lambung dan kontraksi dari esophageal
sphincter untuk mencegah terjadinya reflux asam lambung
d. Membantu detoksifikasi hepar dan meningkatkan aliran empedu
e. Meregulasi sekresi hormon pankreas
f. Menstimulasi mekanisme perbaikan pada dinding usus
 Imune-Enhancing And Antiseptic Herbs Or High Resin Remedies
Herbal golongan ini dapat membatasi Helicobacter pylori dan
meningkatkan mekanisme perbaikan mukosa. Helicobacter pylori
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan ternyadinya
peptic ulcer (Bone dan Simon, 2013).
 Antistringent Herbs
Antistringent bekerja dengan menyusutkan jaringan yang
membengkak, megontrol pendarahan, dan memperbaiki mukosa.
Sebagian besar bitter herb juga masuk ke dalam golongan astringent
herb.
 Anti-inflamatory herbs
 Spasmolytic and carminative herbs
Carminative herb mengandung banyak minyak esensial.
Carminative herbs memiliki efek menenangkan dinding usu, sehingga
dapat mengurangi nyeri dan membantu mengeluarkan gas dari saluran
cerna (Hoffman, 2003).
2.2 KONSTIPASI
Berikut golongan obat herbal yang dapat digunakan untuk terapi
konstipasi:
1. Choleretic and cholagogue herbs
2. Bulk laxative herbs
3. Gastrointestinal spasmolytics
4. Stimulant laxative herbs
Stimulant laxative herbs dapat meningkatkan peristaltik kolon,
menurunkan waktu transit pada reabsorbsi air di kolon
3. ANALISA KASUS
Seorang pasien Ny.WP (53 thn) datang ke klinik saintifikasi jamu untuk
berkonsultasi tentang obat bahan alam yang bisa digunakan untuk menurunkan
tekanan darah pasien. Hasil assesment: pasien mengkonsumsi spironolactone
(100 mg) 2 dd 1 dan ibuprofen (400 mg) 3 dd 1, untuk artritis pada pinggul,
lutut, dan tangan. Pasien mengkonsumsi licorice untuk menurunkan
progresivitas penyakit peptic ulcer akibat pemakaian aspirin (sebelum
ibuprofen). Pasien juga mengkonsumsi Aloe vera karena sering mengalami
konstipasi.
Hasil pemeriksaan :
 6 bulan yang lalu: Tekanan darah pasien adalah 116/78 mmhg dan kadar
kalium 4,5 mEq/L (dosis spironolactone 50 mg 2dd1).
 2 minggu yang lalu : Tekanan darah pasien adalah 140/90 mmHg; Kadar
kalium 3,5 mEq/L. Dokter meningkatkan dosis spironolakton menjadi
100 mg 2dd1 (sebelumnya 50 mg, 2dd1), pasien diberi resep suplemen
kalium dan diminta untuk kontrol kembali dalam 2 minggu.
Pasien berkonsultasi kepada anda mengenai obat bahan alam yang secara
alami dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kadar kalium. Dari
hasil assesment diketahui pasien tidak menginformasikan kepada dokter
mengenai penggunaan licorice dan Aloe vera karena tidak ditanya.
Pertanyaan:
1. Jelaskan mengapa pasien mengalami penurunan kadar kalium serum?
2. Apakah obat bahan alam yang digunakan oleh Ny.WP untuk mengatasi
peptic ulcer dan konstipasi sudah tepat? Jelaskan alasannya berdasarkan
hasil analisa saudara terhadap kondisi fisik Ny.WP!
3. Jika obat bahan alam yang digunakan Ny.WP kurang tepat, berikan
rekomendasi obat bahan alam untuk mengatasi peptic ulcer dan konstipasi
pada Ny.WP? (beserta senyawa aktif, dosis, bentuk sediaan dan lama
pemakaian)
4. Rekomendasi apa yang perlu saudara sampaikan kepada dokter yang
merawat Ny.WP terkait terapi yang saat ini diterima oleh Ny.WP?
5. Berikan rekomendasi terapi nonfarmakologi untuk Ny.WP!
Jawaban:
1. Kondisi hipokalemia yang dialami pasien dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya yaitu:
 Penggunaan Licorice
Kandungan glycyrrhizic acid dari licorice memiliki efek inhibitor
terhadap enzim 11β-hidroksi steroid dehydrogenase, sehingga
efeknya pada tubuh yaitu meningkatkan kadar mineralokortikoid.
Kelebihan kadar mineralokortikoid pada tubuh dapat meningkatkan
tekanan darah dan menurunkan serum kalium (hipokalemia).
 Interaksi Aloe vera dengan Licorice
Aloe vera memiliki efek potassium-depleting. Penggunaannya
bersama agen potassium-depleting lainnya (licorice), maupun
diuretic dapat menyebabkan hipokalemia.
 Interaksi Aloe vera dengan Diuretic
Penggunaan bersamaan antara aloe vera dan diuretic dapat
menyebabkan efek hipokalemia jika digunakan dalam jangka
panjang. Hal ini terjadi karena efek diare yang ditimbulkan.
2. Belum tepat, karena licorice menunjukkan efek samping yang
kontraindikasi dengan keadaan pasien yaitu dapat menyebabkan
hipertensi dan hipokalemia. Jadi sebaiknya diberikan golongan lain.
Kemudian, aloe vera yang digunakan pasien juga dapat berinteraksi
dengan licorize dan dapat memperparah kondisi hipokalemia pasien.
Pemakaian aloe vera pun tidak direkomendasikan untuk penggunaan
dalam jangka panjang, hanya direkomendasikan untuk pemakaian selama
tidak lebih dari 1-2 minggu. Karena pemakaian dalam jangka panjang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Berikut adalah beberapa rekomendasi obat bahan alam yang sesuai untuk
kondisi Ny. WP:
Rekomendasi Fitoterapi Untuk Peptic Ulcer Disease
 Gentiana
- Senyawa Aktif
Alkaloids Pyridine-type. Gentianine 0.6–0.8%, gentialutine.
Komponen utama Bitters adalah secoiridoid glycoside
gentiopicroside (gentiamarin dan gentiopicrin) 2%, amarogentin
(0.01–0.04%) dan swertiamarine. Gentianose (a trisaccharide
bitter principle). Glikosida amaropanin dan amaroswerin juga
terdapat pada species Gentiana pannonica, Gentiana punctata dan
Gentiana purpurea, tapi tidak ada do Gentiana lutea. Xanthones
Gentisein, gentisin (gentianin), isogentisin dan 1,3,7-
trimethoxyxanthone. Konstituen lainnya Carbohydrates (e.g.
gentiobiose, sucrose and other common sugars), pectin, tannin
(unspecified), triterpenes (e.g. b-amyrin, lupeol) and volatile oil
(trace)
- Dosis
Dosis oral untuk dewasa secara tradisional
direkomendasikan sebagai berikut. Dried rhizome/root 0.6–2 g
dengan bentuk infusa atau dekokta sehari 3 kali. Tincture 1–4mL
(1 : 5 in 45% alcohol) 3 kali sehari
- Bentuk Sediaan: Oral, dried rhizome, tincture (liquid)
- Lama Pemakaian: 8-14 hari
 Slippery Elm (Ulmus Rubra)
- Indikasi
Dapat digunakan untuk kondisi PUD dan konstipasi pasien.
Tetapi dalam kasus pasien ini digunakan sebagai PUD pengganti
dari penggunaan Licorice.
- Mekanisme Kerja
Memiliki kemampuan sebagai mucoprotective. Sifat
mucoprotective ini akaibat kemampuannya dalam menginduksi
sekresi dari mucosa lambung dengan peningkatan sintesis
glikoprotein.
- Dosis
 4-5 g simplisia kering diberi air mendidih 900 C sebanyak 500
mL
 1,5 – 3 g serbuk. Serbuk dimasukan kedalam panic dan
ditambahkan dengan air, kemudian dipanaskan diatas api
selama 30 menit.
- Kelebihan
Tidak ada kontraindikasi dilaporkan, baik dari segi kondisi
medis dan obat-obatan bersamaan. Masih belum jelas apakah licin
elm kulit kayu aman dalam kehamilan dan menyusui; Oleh karena
itu, sebagian besar praktisi kesehatan akan merekomendasikan
menghindari hal itu dan sebagian besar suplemen herbal lainnya
selama salah satu dari negara-negara ini. dosis aman maksimum
juga belum ditetapkan untuk anak-anak atau orang-orang dengan
ginjal yang parah atau penyakit hati. Kelebihan lainnya adalah
karena terdapat beberapa sediaan seperti tablet dan sirup, serta
untuk penggunaannya dapat digunakan dalam berbagai kondisi.
- Kekurangan
Jarang di temukan di Indonesia karena merupakan tanman
endemic di Amerika Utara.
- Efek Samping
a) Dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang sensitive
terhadap sliperry elm
b) Secara tradisional dapat menyebabkan keguguran sehingga
tidak di anjurkan untuk wanita hamil
c) Pada sediaan salep dapat menyebabkan ruam di kulit.
- Bentuk Sediaan
Ada dalam bentuk tablet dengan kekuatan 400 mg dapat
digunakan 2 kali sehari bersamaan dengan makan untuk kondisi
PUD atau GERD, atau sediaan tincure 120 mL dengan ratio 1:3.

- Alasan Pemilihan
Sliperi elm digunakan sebagai pengganti Licorice yang
sudah digunakan pasien. kondisi pasien yang menggunakan bahan
alam licorice yaitu karena kondisi PUD pasien akibat penggunaan
aspirin dimana diketahui bahwa aspirin dapat menyebabkan iritasi
pada mucosa lambung. Maka dari itu digunakan bahan alam yang
bersifat mucoprotective untuk melindungi lambung pasien.
Licorice sangan menimbulkan interaksi dengan obat lain akibat
kondisi hipertensi pasien. Karena efek samping inilah Sliperi elm
digunakan sebagai pengganti licorice yang memiliki mekanisme
kerja sama (mucoprotective) tapi tidak menimbulkan efek
samping dan interaksi dengan obat dan kondisi hipertensi pasien.
Rekomendasi Fitoterapi Untuk Konstipasi
 Senna
Cassia angustifolia terdaftar secara resmi di British
Pharmacopoeia and the United States Pharmacopoeia, dan herbal ini
adalah satu dari sekian banyak herbal obat yang disetujui FDA
Amerika sebagai OTC dan menjadi herbal yang paling banyak
digunakan di Amerika. Di Jerman daun dan buah Senna merupakan
lisensi sebagai obat berstandar, resmi tercantum di German
Pharmacopoeia dan diterima di Commission E monographs
(Hariana, 2008).
- Kandungan
Mengandung 3 % Glikosida dianthron (sennoside A, B, C,
D, E, F, G). Sejumlah kecil antrakinon termasuk aloe-emodin dan
rhein 8-glukosida ; 10% mucilago; tannin, flavonoid, naftalen
(Hariana, 2008).
- Senyawa Aktif
Hydroxyanthracenes 2.5% pada daun dan 2.2% untuk buah
C. angustifolia. Dianthrone glycosides (1.5–3% daun; 2–5%
buah), primarily sennosides A and B (rhein dianthrones) dengan
sennosides C dan D (rhein aloe-emodin heterodianthrones), aloe-
emodin dianthrone.
- Mekanisme Kerja
Efek pengobatan dari daun senna dikarenakan kandungan
glikosida antrakinon terutama senosid A dan B. Penguraian
glikosida antrakuinon dalam saluran pencernaan dapat terjadi
dalam 2 cara (Santoso, 1993):
1) Glikosida tidak diserap dalam usus bagian atas tetapi diurai
oleh mikroflora dalam usus besar menjadi aglikon aktif,
secara principal rhein anthron yang menimbulkan efek
laksatif pada usus besar .
2) Adanya empedu dan gula, aglikon bebas dapat diserap
masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkan kemudian ke
dalam usus besar. Hasil akhirnya Auerbach plexus
menghasilkan peningkatan kontraksi otot usus. Selain itu
kandungan mucilage mengurangio penyerapan cairan yang
menyebabkan peningkatan kerja laksatif.
- Farmakologi Klinik
Waktu aksi senna berkisar antara 8-10 jam, sehingga
sebaiknya diminum pada waktu malam. Senosida dapat
menghilangkan keluhan konstipasi pasien (irritable bowel
syndrome). Pada dosis terapi tidak ditemukan adanya gangguan
kebiasaan waktu defekasi; dapat melunakkan tinja dan
meningkatkan kecepatan transit makanan dalam kolon melalui
peningkatan gerakan peristaltik. Senosida sedikit diserap pada
bagian atas saluran gastrointestinal (Dalimartha, 2003).
- Manfaat Medis
Manfaat daun senna yang pernah di teliti, yaitu (Hariana,
2008):
1) Pencahar untuk mengatasi sembelit/konstipasi, ambeien,
setelah operasi rectal anal, pengosongan lambung sebelum
foto rontgent
2) Antiinflammatory (anti bengkak)
3) Regenerasi Sel
4) Obat cuci perut (colon cleansing)
5) Detoksifikasi
- Dosis
Terdapat dua jenis literatur yang menyebutkan tentang dosis
dari penggunaan tanaman senna, yaitu:
a) Daun kering 0.5–2.0 g (setara dengan 20–30mg glikosida
hydro-xyanthracene sennoside B). Ekstrak cair daun 0.5–
2.0mL (1 : 1 in 25% alcohol). Senna Liquid Extract (BPC
1973) 0.5–2.0mL. Sediaan herbal setara dengan 15–30mg
derivat hydroxy-anthracene (dihitung sebagai sennoside B)
digunakan pada malam hari
b) 1-2 gram daun kering senna dilarutkan dalam 150 ml air
panas lalu di minum. Untuk konstipasi diminum saat malam
hari sebelum tidur atau pagi hari. Dosis harian rata-rata
sebagai laksatif 10-30 mg hidroksiantrakinon (Dalimartha,
2003).
- Bentuk sediaan: oral, dried leaf, ekstrak cair
4. Rekomendasi yang diberikan pada dokter adalah berkonsultasi mengenai
perlu atau tidaknya pemberian suplemen kalium pada pasien. Karena
kondisi hipokalemia yang dialami pasien merupakan gejala klinis dari
interaksi obat bahan alam yang digunakan oleh pasien, yaitu Aloe vera dan
Licorize. Sebaiknya dipantau terlebih dahulu kadar kalium dari pasien.
Apabila kadar kalium pasien kembali menjadi normal setelah
pemberhentian konsumsi bahan alam Aloe vera dan licorize, suplemen
kalium sebaiknya tidak usah diberikan.
5. Rekomendasi terapi non farmakologi yag disarankan untuk Ny. WP
adalah:
 Pasien disarankan untuk menghindari alkohol, kopi, garam,
cokelat, gula, makanan berlemak, makanan instan serta produk
yang mengandung susu dan daging merah.
 Pasien juga disarankan untuk menghindari makanan yang
mengandung protein tinggi, karena membutuhkan banyak asam
dalam proses metabolismenya sehingga akan meningkatkan iritasi
dan rasa nyeri pada lambung.
 Pasien juga disarankan untuk menghindari makanan dan minuman
yang bersuhu ekstrim karena dapat memperparah iritasi.
 Pasien disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat
seperti buah-buahan (pepaya) untuk mengatasi konstipasi.
 Pasien juga disarankan untuk manajemen stress untuk mengurangi
produksi asam lambung yang dapat memperburuk kondisi peptic
ulcer.
DAFTAR PUSTAKA

Bone, Kerry dan Simon Y.M.. 2013. Principes and Practice of Phytotherapy.
Elsevier Health Siences.
Chisholm-Burns, Marie A. et al (Ed). 2008. Pharmacotherapy Principles &
Practice. New York: Mc Graw Hill.
Dalimartha Setiawan. 2003. ATLAS Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2. Trubus
Agriwidya hal. 126-130
Hariana, H.Arief.. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya
Hoffman, D. 2003. Medical Herbalism: the Science and Practice of Herbal
Medicine. Rochester, Vermont: Healing Arts Press.
Marciano, Marisa. Mucilage. The Naturopathic Herbalist: Botanical Medicine for
The Medical Student. Diakses dari
https://thenaturopathicherbalist.com/plant-constituents/mucilage/ pada
Tanggal 10 April 2017.
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di
Indonesia dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif,
Jakarta: FKUI.
Silbernagl, S., Lang, F., 2000, Color Atlas of Pathophysiology, New York :
Thieme Stuttgart (144-147).
Stanton-Hicks, Michael. 2006. Complex Regional Pain Syndrome: Manifestations
and the Role of Neurostimulation in Its Management. Journal of Pain
and Symptom Management: 31(4). 5 April 2006.

Anda mungkin juga menyukai