3024 Conceptual SEO Chalkhand Drawing Powerpoint
3024 Conceptual SEO Chalkhand Drawing Powerpoint
SISTEM PENCERNAAN
(DEF4241P)
- Alasan Pemilihan
Sliperi elm digunakan sebagai pengganti Licorice yang
sudah digunakan pasien. kondisi pasien yang menggunakan bahan
alam licorice yaitu karena kondisi PUD pasien akibat penggunaan
aspirin dimana diketahui bahwa aspirin dapat menyebabkan iritasi
pada mucosa lambung. Maka dari itu digunakan bahan alam yang
bersifat mucoprotective untuk melindungi lambung pasien.
Licorice sangan menimbulkan interaksi dengan obat lain akibat
kondisi hipertensi pasien. Karena efek samping inilah Sliperi elm
digunakan sebagai pengganti licorice yang memiliki mekanisme
kerja sama (mucoprotective) tapi tidak menimbulkan efek
samping dan interaksi dengan obat dan kondisi hipertensi pasien.
Rekomendasi Fitoterapi Untuk Konstipasi
Senna
Cassia angustifolia terdaftar secara resmi di British
Pharmacopoeia and the United States Pharmacopoeia, dan herbal ini
adalah satu dari sekian banyak herbal obat yang disetujui FDA
Amerika sebagai OTC dan menjadi herbal yang paling banyak
digunakan di Amerika. Di Jerman daun dan buah Senna merupakan
lisensi sebagai obat berstandar, resmi tercantum di German
Pharmacopoeia dan diterima di Commission E monographs
(Hariana, 2008).
- Kandungan
Mengandung 3 % Glikosida dianthron (sennoside A, B, C,
D, E, F, G). Sejumlah kecil antrakinon termasuk aloe-emodin dan
rhein 8-glukosida ; 10% mucilago; tannin, flavonoid, naftalen
(Hariana, 2008).
- Senyawa Aktif
Hydroxyanthracenes 2.5% pada daun dan 2.2% untuk buah
C. angustifolia. Dianthrone glycosides (1.5–3% daun; 2–5%
buah), primarily sennosides A and B (rhein dianthrones) dengan
sennosides C dan D (rhein aloe-emodin heterodianthrones), aloe-
emodin dianthrone.
- Mekanisme Kerja
Efek pengobatan dari daun senna dikarenakan kandungan
glikosida antrakinon terutama senosid A dan B. Penguraian
glikosida antrakuinon dalam saluran pencernaan dapat terjadi
dalam 2 cara (Santoso, 1993):
1) Glikosida tidak diserap dalam usus bagian atas tetapi diurai
oleh mikroflora dalam usus besar menjadi aglikon aktif,
secara principal rhein anthron yang menimbulkan efek
laksatif pada usus besar .
2) Adanya empedu dan gula, aglikon bebas dapat diserap
masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkan kemudian ke
dalam usus besar. Hasil akhirnya Auerbach plexus
menghasilkan peningkatan kontraksi otot usus. Selain itu
kandungan mucilage mengurangio penyerapan cairan yang
menyebabkan peningkatan kerja laksatif.
- Farmakologi Klinik
Waktu aksi senna berkisar antara 8-10 jam, sehingga
sebaiknya diminum pada waktu malam. Senosida dapat
menghilangkan keluhan konstipasi pasien (irritable bowel
syndrome). Pada dosis terapi tidak ditemukan adanya gangguan
kebiasaan waktu defekasi; dapat melunakkan tinja dan
meningkatkan kecepatan transit makanan dalam kolon melalui
peningkatan gerakan peristaltik. Senosida sedikit diserap pada
bagian atas saluran gastrointestinal (Dalimartha, 2003).
- Manfaat Medis
Manfaat daun senna yang pernah di teliti, yaitu (Hariana,
2008):
1) Pencahar untuk mengatasi sembelit/konstipasi, ambeien,
setelah operasi rectal anal, pengosongan lambung sebelum
foto rontgent
2) Antiinflammatory (anti bengkak)
3) Regenerasi Sel
4) Obat cuci perut (colon cleansing)
5) Detoksifikasi
- Dosis
Terdapat dua jenis literatur yang menyebutkan tentang dosis
dari penggunaan tanaman senna, yaitu:
a) Daun kering 0.5–2.0 g (setara dengan 20–30mg glikosida
hydro-xyanthracene sennoside B). Ekstrak cair daun 0.5–
2.0mL (1 : 1 in 25% alcohol). Senna Liquid Extract (BPC
1973) 0.5–2.0mL. Sediaan herbal setara dengan 15–30mg
derivat hydroxy-anthracene (dihitung sebagai sennoside B)
digunakan pada malam hari
b) 1-2 gram daun kering senna dilarutkan dalam 150 ml air
panas lalu di minum. Untuk konstipasi diminum saat malam
hari sebelum tidur atau pagi hari. Dosis harian rata-rata
sebagai laksatif 10-30 mg hidroksiantrakinon (Dalimartha,
2003).
- Bentuk sediaan: oral, dried leaf, ekstrak cair
4. Rekomendasi yang diberikan pada dokter adalah berkonsultasi mengenai
perlu atau tidaknya pemberian suplemen kalium pada pasien. Karena
kondisi hipokalemia yang dialami pasien merupakan gejala klinis dari
interaksi obat bahan alam yang digunakan oleh pasien, yaitu Aloe vera dan
Licorize. Sebaiknya dipantau terlebih dahulu kadar kalium dari pasien.
Apabila kadar kalium pasien kembali menjadi normal setelah
pemberhentian konsumsi bahan alam Aloe vera dan licorize, suplemen
kalium sebaiknya tidak usah diberikan.
5. Rekomendasi terapi non farmakologi yag disarankan untuk Ny. WP
adalah:
Pasien disarankan untuk menghindari alkohol, kopi, garam,
cokelat, gula, makanan berlemak, makanan instan serta produk
yang mengandung susu dan daging merah.
Pasien juga disarankan untuk menghindari makanan yang
mengandung protein tinggi, karena membutuhkan banyak asam
dalam proses metabolismenya sehingga akan meningkatkan iritasi
dan rasa nyeri pada lambung.
Pasien juga disarankan untuk menghindari makanan dan minuman
yang bersuhu ekstrim karena dapat memperparah iritasi.
Pasien disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat
seperti buah-buahan (pepaya) untuk mengatasi konstipasi.
Pasien juga disarankan untuk manajemen stress untuk mengurangi
produksi asam lambung yang dapat memperburuk kondisi peptic
ulcer.
DAFTAR PUSTAKA
Bone, Kerry dan Simon Y.M.. 2013. Principes and Practice of Phytotherapy.
Elsevier Health Siences.
Chisholm-Burns, Marie A. et al (Ed). 2008. Pharmacotherapy Principles &
Practice. New York: Mc Graw Hill.
Dalimartha Setiawan. 2003. ATLAS Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2. Trubus
Agriwidya hal. 126-130
Hariana, H.Arief.. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya
Hoffman, D. 2003. Medical Herbalism: the Science and Practice of Herbal
Medicine. Rochester, Vermont: Healing Arts Press.
Marciano, Marisa. Mucilage. The Naturopathic Herbalist: Botanical Medicine for
The Medical Student. Diakses dari
https://thenaturopathicherbalist.com/plant-constituents/mucilage/ pada
Tanggal 10 April 2017.
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di
Indonesia dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif,
Jakarta: FKUI.
Silbernagl, S., Lang, F., 2000, Color Atlas of Pathophysiology, New York :
Thieme Stuttgart (144-147).
Stanton-Hicks, Michael. 2006. Complex Regional Pain Syndrome: Manifestations
and the Role of Neurostimulation in Its Management. Journal of Pain
and Symptom Management: 31(4). 5 April 2006.