Anda di halaman 1dari 11

Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No.

2, April 2018, Halaman 138-148 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

STRATEGI PENYELESAIAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL


TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK MELALUI
RUU KEKERASAN SEKSUAL

Ani Purwanti, Marzelina Zalianti


Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jalan Prof.Soedarto, SH Tembalang Semarang
ani_purwanti81@yahoo.com

Abstract

Human rights violation happens in any legal subjects including women and children. The matter of
which regarding sexual violence has, apparently, been escalating in recent years. The government's
handling on violence against women and children, which is regulated in the Criminal Code, the Law
No. 23/2004 on Marital Violence and the Law No 35/2014 on Child Protection, is unable, in some
extent, to prevent and reduce sexual violence cases which has been multiplying in terms of the kind of
violent practice is used. Within the Bill, the regulation scope is including prevention, treatment,
victim protection and recovery, and the handling of perpetrators. The intention to eradicate sexual
violence within the Bill needs a collaboration of state's duty in enforcing the law and citizens
participation regarding public awareness on violence against women and children.

Keywords: Strategy, Violence against Women and Children, Sexual Violence Bill

Abstrak

Pelanggaran hak asasi manusia terjadi pada semua subyek hukum termasuk perempuan dan anak
dimana kelompaok ini merupakan subyek yang rentan khususnya kekerasan seksual, hal ini terlihat
dari semakin meningkatnya kasus dan beragam jenis kekerasan yang terjadi. Ruang lingkup
pengaturan mengenai penghapusan kekerasan seksual meliputi pencegahan, penanganan,
perlindungan dan pemulihan bagi korban, serta penindakan pelaku. Penghapusan kekerasan seksual
yang diatur dalam RUU ini adalah elaborasi dari kewajiban negara dalam mengurangi dan
mpenegakan hukum persoalan yang terkait dengan kekerasan seksual yang sering dialami oleh
perempuan dan anak. Dalam implementasinya, selain dengan Aparat Penegak Hukum negara wajib
melibatkan keluarga, komunitas, organisasi masyarakat, lembaga pers dan korporasi.

Kata Kunci: Stategi, Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, RUU Kekerasan Seksual

A. Pendahuluan negara yang lahir dari instrumen-instrumen


Pelanggaran hak asasi manusia internasional hak asasi manusia”.(Rhona
merupakan ancaman besar terhadap K.M. Smith, 2008)
perdamaian, keamanan, dan stabilitas suatu Pelanggaran negara terhadap
negara. (Rhona K.M. Smith, 2008) Apa yang kewajibannya itu dapat dilakukan baik
dimaksud dengan pelanggaran hak asasi dengan perbuatannya sendiri (acts of
manusia? Hingga saat ini memang belum ada commission) maupun oleh karena
satu definisi yang telah diterima secara kelalaiannya sendiri (acts of ommission).
umum. Meski belum dimiliki suatu definisi Dalam rumusan yang lain, pelanggaran hak
yang disepakati secara umum, namun di asasi manusia adalah “tindakan atau kelalaian
kalangan para ahli terdapat semacam oleh negara terhadap norma yang belum
kesepakatan umum dalam mendefinisikan dipidana dalam hukum pidana nasional tetapi
pelanggaran hak asasi manusia itu sebagai merupakan norma hak asasi manusia yang
suatu “pelanggaran terhadap kewajiban diakui secara internasional”.(Rhona K.M.
138
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148

Smith, 2008). Inilah yang membedakan u s a h a j a h a t n y a .( A b d u l Wa h i d d a n


pelanggaran hak asasi manusia dengan Muhammad Irfan, 2001)
pelanggaran hukum biasa. Kekerasan seksual itu merupakan
Pelanggaran hak asasi manusia terjadi istilah yang menunjuk pada perilaku seksual
pada semua subyek hukum termasuk derivatif atau hubungan yang menimpang,
perempuan dan anak yang seringkali menjadi merugikan pihak korban dan merusak
subyek yang rentan terhadap pelanggaran hak kedamaian di tengah masyarakat. adanya
asasi manusia. Piagama PBB menyatakan kekerasan seksual yang terjadi, maka
secara jelas bahwa perempuan dan laki-laki penderitaan bagi korbannya telah menjadi
harus menikmati kesetaraan hak. akibat serius yang membutuhkan
Kenyataannya tidaklah demikian. perhatian.(Abdul Wahid dan Muhammad
Nondiskriminasi dalam penikmatan hak dan Irfan, 2001)
kebebasan adalah hal yang mendasar bagi Seksualitas perempuan dan anak
rezim hak asasi manusia modern. perempuan rentan terhadap perlakuan
Kebanyakan instrumen mengandung diskriminatif dan kekerasan.(Sulistyowati
ketentuan nondiskriminasi. Semua Irianto, 2006) Oleh karena itu perempuan
menyebutkan larangan diskriminasi yang dewasa dan anak perempuan juga rentan
didasarkan atas jender.(Rhona K.M. Smith, terhadap adanya tindak kekerasan seksual.
2008) Isu mengenai kekerasan seksual
Hal ini merupakan tema yang berulang terhadap perempuan didasari oleh tingginya
kali disebut dan menekankan berlanjutnya angka kekerasan terhadap perempuan di
kesenjangan perlakuan antara laki-laki dan Inddonesia yang telah didokumentasikan oleh
perempuan dalam penikmatan perempuan Komnas Perempuan dari hasil laporan
dan laki-laki. Perempuan berhak atas semua beberapa lembaga pengadalayanan maupun
hak dan kebebasan, sehingga hal yang lembaga peradilan yang bekerja sama dengan
diperlukan bukanlah instrumen baru tentang Komnas Perempuan. Data tersebut
hak perempuan, melainkan hak tanpa menunjukkan adanya peningkatan kasus
diskriminasi. Dalam hal ini situasi perempuan kekerasan terhadap perempuan dari tahun
dan anak sangat berbeda.(Rhona K.M. Smith, 2006-2017 di Indonesia sebagai berikut :
2008)
Kekerasan seksual merupakan jenis Tabel 1.
kekerasan yang dapat terjadi baik di ruang Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan
publik maupun domestik. Subyek hukum Tahun 2006-2017 di Indonesia
pelaku kekerasan seksual biasanya diderita
oleh perempuan dan anak yang seringkali
dianggap sebagai korban yang lemah.
Anak dikatakan sebagai subyek yang
lemah dalam hal kekerasan seksual
dikarenakan kedudukan anak yang masih
memiliki ketergantungan tinggi dengan orang
yang lebih dewasa sehingga anak maenjadi
korban yan rentan terhadap kekerasan seksual
yang dilakukan oleh pelaku.
Salah satu praktik seks yang dinilai
menyimpang adalah bentuk kekerasan
seksual (sexual violence). Artinya praktik
hubungan seksual dilakukan dengan cara-
cara kekerasan, di luar ikatan perkawinan Sumber : Ringkasan Eksekutif Catatan
yang sah dan bertentangan dengan ajaran Tahunan 2018 oleh Komisi Nasional Anti
Islam. Kekerasan ditonjolkan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan.
membuktikan pelakunyay memiliki kekuatan
fisik yang lebih, atau kekuatan fisiknya Kekerasan terhadap perempuan di
dijadikan alat untuk memperlancar usaha- Indonesia terbagi dalam beberapa jenis
139
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual

kekerasan di antaranya dapat dilihat dari hasil Perempuan yang hanya ada di Jakarta tentu
Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun saja mempersulit akses, sehingga tidak efektif
2018 sebagai berikut : untuk menjangkau kasus-kasus pelanggaran
HAM terhadap perempuan yang berada di
daerah. Padahal mereka yang berada di
daerah inilah yang sering menjadi korban
kekerasan dan sangat rentan karena sering
tidak terpublikasikan.(Rommy Putra, 2012)
Upaya penyelesaian kasus kekerasan
seksual ini sebenernya telah termuat dalam
beberapa peraturan perundang-undangan
positif di Indonesia saat ini namun
rumusannya tidak mengatur secara spesifik
mengenai jenis dan bentuk kekerasan seksual
sehingga dalam pelaksanaannya rumusan
hukum yanga ada belum mampu
Sumber : Ringkasan Eksekutif Catatan mengakomodir aduan yang berasal dari
Tahunan 2018 oleh Komisi Nasional Anti masyarakat.
Kekerasan Terhadap Perempuan. Upaya pemerintah memberikan
perlindungan hukum bagi korban kekerasan
Diagram diatas menunjukkan bentuk seksual sebenarnya teah termuat di dalam
kekerasan terhadap perempuan. Bentuk Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kekerasan terbanyak adalah fisik (41%), dan 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
seksual sebanyak (31%). Kekerasan seksual Rumah Tangga sebagai berikut :
menjadi terbanyak kedua yang dilaporkan, Setiap orang dilarang melakukan
dan menunjukkan rumah dan relasi pribadi kekerasan dalam rumah tangga terhadap
belum menjadi tempat yang aman bagi orang dalam lingkup rumah tangganya,
perempuan. dengan cara:
Tingginya kasus kekerasan terhadap 1) kekerasan fisik;
perempuan dilatarbelakangi oleh beberapa 2) kekerasan psikis;
faktor di antaranya bertambahnya jenis 3) kekerasan seksual; atau
kekerasan terhadap perempuan selain 4) penelantaran rumah tangga.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di dalam rumusan tersebut bentuk dan
yaitu kekerasan seksual. Hal ini dapat dilihat jenis kekerasan seksual tidak diatur secara
dari hasil pendokumentasian Komnas terperinci sehingga diperlukan rumusan
Perempuan terhadap kasus kekerasan spesifik yang mampu mengakomodir bentuk
terhadap perempuan sepanjang 1998-2013 dan jenis kekerasan seksual melalui adanya
menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual RUU Kekerasan Seksual.
berjumlah hampir seperempat dari seluruh
total kasus kekerasan, atau 93.960 kasus dari B. Pembahasan
seluruh kasus kekerasan terhadap perempuan 1. Pentingnya RUU Kekerasan Seksual
yang dilaporkan (400.939).(Komnas Berdasarkan Kamus Hukum, “sex
Perempuan, 2013) dalam bahasa Inggris diartikan dengan jenis
Secara faktual persoalan akses korban kelamin”. Jenis kelamin di sini lebih
pelanggaran HAM terhadap Komnas dipahami sebagai persoalan hubungan
Perempuan dirasakan masih belum maksimal (persetubuhan) antara laki-laki dengan
dan jauh dari harapan. Hal ini terutama jika
perempuan.(Abdul Wahid dan Muhammad
pihak korban tersebut tinggal dan berada di
Irfan, 2001)
daerahserta mereka termasuk kategori
Kekerasan Seksual adalah setiap
kelompok-kelompok marjinal seperti
perbuatan merendahkan, menghina,
perempuan yang berasal dari keluarga miskin,
menyerang, dan/atau perbuatan lainnya
perempuan yang berada di daerah rawan
terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang,
konflik, dan lain-lain. Keberadaan Komnas
140
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148

dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, pemulihan korban dan pencegahan kekerasan
bertentangan dengan kehendak seseorang, seksual di masa datang. Diusulkannya RUU
yang menyebabkan seseorang itu tidak Penghapusan Kekerasan Seksual merupakan
mampu memberikan persetujuan dalam upaya perombakan sistem hukum untuk
keadaan bebas, karena ketimpangan relasi mengatasi kekerasan seksual yang sistemik
kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat terhadap perempuan.
atau dapat berakibat penderitaan atau RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, merupakan terobosan agar hukum
kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan
dan/atau politik perempuan korban kekerasan karena RUU ini
Penghapusan Kekerasan Seksual didasarkan pada kajian terhadap pengalaman-
adalah segala upaya untuk mencegah terjadi pengalaman korban kekerasan dan
Kekerasan Seksual, menangani, melindungi bagaimana mereka menghadapi proses
dan memulihkan Korban, menindak pelaku hukum. Rancangan Undang-Undang tentang
dan mengupayakan tidak terjadi Penghapusan Kekerasan Seksual (selanjutnya
keberulangan Kekerasan Seksual. disingkat RUU Penghapusan Kekerasan
Marzuki Umar Sa'bah mengingatkan, Seksual) ini merupakan upaya pembaruan
“membahas masalah seksualitas manusia hukum untuk mengatasi berbagai persoalan
ternyata tidak sederhana yang dibayangkan, tersebut.
atau tidak seperti yang dipahami masyarakat Pembaruan hukum ini memiliki berbagai
kebanyakan. Pembahasan seksualitas telah tujuan, sebagai berikut:
dikebiri pada masalah nafsu dan keturunan. 1) melakukan pencegahan terhadap
Seolah hanya ada dua kategori dari terjadinya peristiwa kekerasan seksual;
seksualitas manusia, yaitu a) seksualitas yang 2) mengembangkan dan melaksanakan
bermoral, sebagai seksualitas yang sehat dan mekanisme penanganan, perlindungan,
baik, b) seksualitas imoral, sebagai dan pemulihan yang melibatkan
seksualitas yang sakit dan jahat”.'(Marzuki masyarakat dan berpihak pada
Umar Saabah, 1997) korban,agar korban dapat melampaui
Meskipun pendapat itu mengingatkan kekerasan yang ia alami dan menjadi
kita supaya tidak menyempitkan pembahasan seorang penyintas;
mengenai seks, namun pakar itu mengakui 3) memberikan keadilan bagi korban
mengenai salah satu bentuk seksualitas yang kejahatan seksual, melalui pidana dan
imoral dan jahat. Artinya ada praktik seks tindakan yang tegas bagi pelaku
yang dapat merugikan pihak lain dan kekerasan seksual;
masyarakat, karena praktik itu bertentangan 4) menjamin terlaksananya kewajiban
dengan hukum dan norma-norma n e g a r a , p e r a n k e l u a rg a , p a r t i s i p a s i
keagamaan.(Abdul Wahid dan Muhammad masyarakat, dan tanggung jawab korporasi
Irfan, 2001) dalam mewujudkan lingkungan bebas
Pembaruan hukum diwujudkan secara kekerasan seksual
menyeluruh,yang meliputi antara lain: Dari pendokumentasian Komnas
pengaturan tentang pencegahan terjadinya Perempuan, Komnas Perempuan
kekerasan seksual; bentuk-bentuk kekerasan mengidentifikasi adanya 15 (lima belas)
seksual; hak korban, termasuk pemulihan; b e n t u k K e k e r a s a n S e k s u a l ,( K o m n a s
hukum acara peradilan pidana kekerasan Perempuan, n.d.) yang didefinisikan
seksual, termasuk tentang pembuktian; berdasarkan fakta kejadian yang ditemukan
pemantauan penghapusan kekerasan seksual; maupun definisi yang dikembangkan dari
dan pemidanaan. Selain itu yang terpenting berbagai peraturan perundang-undangan atau
dilakukan adalah bagaimana RUU dimunculkan dalam berbagai dokumen
Penghapusan Kekerasan Seksualini mampu internasional, sebagai berikut :
membentuk sistem baru yang lebih a) Perkosaan adalah serangan dalam
melindungi perempuan dari sisi penegakan bentuk pemaksaan hubungan seksual
hukum dan mendorong peran negara agar dengan memakai penis ke arah vagina,
lebih bertanggung jawab terhadap upaya
141
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual

anus atau mulut korban. Bisa juga bayaran atau manfaat terhadap korban
menggunakan jari tangan atau benda- secara langsung maupun orang lain
benda lainnya. Serangan dilakukan yang menguasainya, untuk tujuan
dengan kekerasan, ancaman kekerasan, prostitusi ataupun eksploitasi seksual
penahanan, tekanan psikologis, lainnya. Perdagangan perempuan dapat
penyalahgunaan kekuasaan, atau terjadi di dalam negara maupun antar
dengan mengambil kesempatan dari negara.
lingkungan yang penuh paksaaan. f) Prostitusi Paksa adalah situasi dimana
b) Intimidasi Seksual termasuk Ancaman perempuan mengalami tipu daya,
atau Percobaan Perkosaan adalah ancaman maupun kekerasan untuk
kekerasan seksual berupa tindakan menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat
yang menyerang seksualitas untuk terjadi pada masa rekrutmen maupun
menimbulkan rasa takut atau untuk membuat perempuan tersebut
penderitaan psikis pada perempuan tidak berdaya untuk melepaskan dirinya
korban. Intimidasi seksual bisa dari prostitusi, misalnya dengan
disampaikan secara langsung maupun penyekapan, penjeratan utang, atau
tidak langsung melalui surat, sms, ancaman kekerasan. Prostitusi paksa
email, dan lain-lain. Ancaman atau memiliki beberapa kemiripan, namun
percobaan perkosaan juga bagian dari tidak selalu sama dengan perbudakan
intimidasi seksual. seksual atau dengan perdagangan orang
c) Pelecehan Seksual yaitu tindakan untuk tujuan seksual.
seksual lewat sentuhan fisik maupun g) Perbudakan Seksual adalah situasi
non-fisik dengan sasaran organ seksual dimana pelaku merasa menjadi
atau seksualitas korban. Ia termasuk “pemilik” atas tubuh korban sehingga
menggunakan siulan, main mata, berhak untuk melakukan apapun
ucapan bernuansa seksual, termasuk memperoleh kepuasan
mempertunjukkan materi pornografi seksual melalui pemerkosaan atau
dan keinginan seksual, colekan atau bentuk lain kekerasan seksual.
sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau Perbudakan ini mencakup situasi rumah
isyarat yang bersifat seksual sehingga tangga atau bentuk kerja paksa lainnya,
mengakibatkan rasa tidak nyaman, serta berhubungan seksual dengan
tersinggung, merasa direndahkan penyekapnya.
martabatnya, dan mungkin sampai h) Pemaksaan Perkawinan, termasuk
menyebabkan masalah kesehatan dan Cerai Gantung adalah jenis kekerasan
keselamatan. seksual karena pemaksaan hubungan
d) Eksploitasi Seksual yaitu tindakan seksual menjadi bagian tidak
penyalahgunaan kekuasaan yang terpisahkan dari perkawinan yang tidak
timpang, atau penyalahgunaan diinginkan oleh perempuan tersebut.
kepercayaan, untuk tujuan kepuasaan i) Pemaksaan kehamilan yaitu situasi
seksualitas, maupun untuk memperoleh ketika perempuan dipaksa, dengan
keuntungan dalam bentuk uang, sosial, kekerasan maupun ancaman kekerasan,
politik, dan lainnya. untuk melanjutkan kehamilan yang
e) Perdagangan Perempuan untuk Tujuan tidak dia kehendaki. Kondisi ini
Seksual adalah tindakan merekrut, misalnya dialami oleh perempuan
mengangkut, menampung, mengirim, korban perkosaan yang tidak diberikan
memindahkan, atau menerima pilihan lain kecuali melanjutkan
seseorang dengan ancaman kekerasan, kehamilannya. Juga, ketika suami
penggunaan kekerasan, penculikan, menghalangi istrinya untuk
penyekapan, pemalsuan, penipuan, menggunakan kontrasepsi sehingga
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi perempuan itu tidak dapat mengatur
rentan, penjeratan utang atau pemberian jarak kehamilannya. Pemaksaan
142
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148

kehamilan ini berbeda dimensi dengan hukuman-hukuman yang


kehamilan paksan dalam konteks mempermalukan atau untuk
kejahatan terhadap kemnusiaan dalam merendahkan martabat manusiakarena
Statuta Roma, yaitu situasi pembatasan dituduh melanggar norma-norma
secara melawan hukum terhadap kesusilaan.
seorang perempuan untuk hamil secara n) Praktik tradisi bernuansa seksual yang
paksa, dengan maksud untuk membuat membahayakan atau mendiskriminasi
komposisi etnis dari suatu populasi atau perempuan yaitu kebiasaan masyarakat
untuk melakukan pelanggaran hukum yang bernuansa seksual dan dapat
internasional lainnya. menimbulkan cedera secara fisik,
j) Pemaksaan Aborsi yaitu pengguguran psikologis maupun seksual pada
kandungan yang dilakukan karena perempuan. Kebiasaan ini dapat pula
adanya tekanan, ancaman, maupun dilakukan untuk mengontrol seksualitas
paksaan dari pihak lain. perempuan dalam prespektif yang
k) Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi merendahkan perempuan. Sunat
yaitu pemasangan alat kontrasepsi perempuan adalah salah satu
dan/atau pelaksanaan sterilisasi tanpa contohnya.
persetujuan utuh dari perempuan o) Kontrol seksual, termasuk lewat aturan
karena ia tidak mendapat informasi diskriminatif beralasan moralitas dan
yang lengkap ataupun dianggap tidak agama yaitu tindak kekerasan maupun
cakap hukum untuk dapat memberikan ancaman kekerasan secara langsung
persetujuan. maupun tidak langsung untuk
l) Penyiksaan seksual yaitu tindakan mengancam atau memaksakan
khusus yang menyerang organ dan perempuan untuk menginternalisasi
seksualitas perempuan, yang dilakukan simbol-simbol tertentu yang tidak
dengan sengaja, sehingga disetujuinya.
menimbulkan rasa sakit atau Komnas Perempuan mencatat
penderitaan hebat, baik jasmani, rohani intimidasi seksual berupa ancaman kekerasan
maupun seksual. Ini dilakukan untuk seksual sebagai salah satu kerentanan yang
memperoleh pengakuan atau dialami pembela HAM, juga dialami oleh
keterangan darinya, atau dari orang komunitas tertentu yang memperjuangkan
ketiga, atau untuk menghukumnya atas hak konstitusionalnya, terutama hak untuk
suatu perbuatan yang telah atau diduga melaksanakan ajaran agama dan
telakh dilakukan olehnya atau orang kepercayaan.(Andy Yenitriyani, dkk, 2010)
ketiga. Penyiksaan seksual juga bisa Pendokumentasian Komnas Perempuan
dilakukan untuk mengancam atau mencatat bahwa suatu komunitas agama di
memaksanya, atau orang ketiga, Bekasi mengalami pelecehan seksual secara
verbal, hingga ancaman perkosaan.
berdasarkan pada diskriminasi atas
Kehadiran Satuan Polisi Pamong Praja dan
alasan apapun. Termasuk bentuk ini
Kepolisian malah membiarkan intimidasi dan
apabila rasa sakit dan penderitaan
berbagai cacian diarahkan oleh sekelompok
tersebut ditimbulkan oleh hasutan, massa kepada komunitas agama tersebut,
persetujuan, atau sepengetahuan bukan memberikan tindakan tegas terhadap
pejabat publik atau aparat penegak massa yang melakukan penghadangan
hukum. terhadap komunitas agama tersebut.(Komnas
m) Penghukuman tidak manusiawi dan Perempuan, 2014)
bernuansa seksual adalah cara Sementara itu, dalam
menghukum yang menyebabkan pendokumentasian menurut Catatan Tahunan
penderitaan, kesakitan, ketakutan, atau K o m n a s P e r e m p u a n Ta h u n 2 0 1 8
rasa malu yang luar biasa yang tidak menyebutkan beberapa bentuk dari kekerasan
bisa tidak termasuk dalam penyiksaan. seksual yang terjadi di Indonesia, di antaranya
Ia termasuk hukuman cambuk dan sebagai berikut :
143
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual

spesifik jenis kekerasan seksual yang


Bentuk Kekerasa Seksual di Ranah biasanya juga terjadi pada korban anak-anak.
KDRT/Relasi Personal (n=2.979) Oleh karena itu, RUU Kekerasan Seksual
CATAHU 2018 hadir untuk menjawab keresahan masyarakat
mengenai kasus kekerasan seksual yang
marak terjadi di Indonesia.

2. Pasal-Pasal yang Berpeluang


Menangani Permasalahan
Kekerasan terhadap Perempuan di
dalam RUU Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual terjadi secara
berulang dan terus menerus, namun tidak
banyak masyarakat yang memahami dan peka
tentang persoalan ini. Kekerasan seksual
seringkali dianggap sebagai kejahatan
terhadap kesusilaan semata, padahal fakta
Sumber : Ringkasan Eksekutif Catatan menunjukkan bahwa dampak kekerasan
Tahunan 2018 oleh Komisi Nasional Anti
seksual terhadap korban sangat serius dan
Kekerasan Terhadap Perempuan.
traumatik serta mungkin berlangsung seumur
hidup. Bahkan di beberapa kasus, kekerasan
Upaya peneyelesaian kasus
kekerasan seksual saat ini KUHP hanya seksual dapat mendorong korban melakukan
mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan bunuh diri.(Mary . M. Gerden, n.d.)
seksual sebatas percobaan dan pencabulan Rancangan Undang-Undang tentang
yang harus mensyaratkan adanya kekerasan. Penghapusan Kekerasan Seksual (selanjutnya
Hal ini dapat dilihat dari putusan untuk kasus- disingkat RUU Penghapusan Kekerasan
kasus kekerasan seksual sebanyak 15 kasus Seksual) ini merupakan upaya pembaruan
menggunakan Pasal 285 KUHP dengan vonis hukum untuk mengatasi berbagai persoalan
paling rendah 3 bulan 10 hari dan vonis paling kekerasan terhadap perempuan dan anak.
tinggi 10 tahun. 17 kasus menggunakan UU Pandangan bahwa kekerasan seksual
Perlindungan Anak Pasal 81 dan Pasal 82 sebagai kejahatan terhadap kesusilaan semata
dengan vonis paling tinggi 13 tahun dan bahkan didukung oleh negara melalui muatan
paling rendah 2 tahun 8 bulan. Sisa kasus dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana
lainnya diputus menggunakan pasal 268, 287, (KUHP). Dalam KUHP, kekerasan seksual
dan 289 KUHP serta 1 kasus menggunakan s eperti perkos aan dianggap s ebagai
UU PTPPO. Artinya, untuk kasus selain pelanggaran terhadap norma kesusilaan.
perkosaan dan pencabulan Aparatur Penegak Pengkategorian ini tidak saja mengurangi
Hukum menggunakan KUHP dalam derajat tindak pidana yang dilakukan, namun
penanganan perkara mengingat belum adanya juga menciptakan pandangan bahwa
payung hukum khusus untuk kekerasan kekerasan seksual adalah persoalan moralitas
seksual lainnya, seperti eksploitasi seksual semata. Hal ini selanjutnya berdampak pada
dan percobaan perkosaan. banyak kasus kekerasan seksual yang tidak
Sementara itu Undang-Undang No. 35 ditangani secara hukum, melainkan melalui
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- upaya perdamaian di luar proses peradilan,
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
padahal, pengalaman perempuan korban
Perlindungan Anak pada pasal 15 (f)
kekerasan seksual menunjukkan bahwa
menjelaskan sebagai berikut :
kekerasan seksual dapat menghancurkan
“Pasal 15 Setiap Anak berhak untuk
memperoleh perlindungan dari: seluruh integritas hidup korban yang
(f) kejahatan seksual” menyebabkan korban merasa tidak mampu
Ini berarti pada UU Perlindungan Anak melanjutkan hidupnya lagi (Cris M.
juga tidak menyebutkan dan mengatur secara Sullivana and Linda Olsen, 2016). Harus
144
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148

disadari, kekerasan seksual sesungguhnya Selain itu bentuk dan jenis kekerasan
mengancam keberlangsungan bangsa dan seksual secara terperinci juga diatur melalui
kualitas generasi yang akan datang. Aspek Pasal 11 RUU Kekerasan Seksual yang
khas dari kekerasan seksual yang selalu menjelaskan sebagai berikut :
dikaitkan dengan wacana moralitas juga Pasal 11
menjadi salah satu hambatan terbesar dalam (1) Kekerasan seksual terdiri dari:
upaya korban memperoleh haknya atas a. pelecehan seksual;
kebenaran, keadilan, pemulihan, pemenuhan b. eksploitasi seksual;
rasa keadilan, dan jaminan tidak terulangnya c. pemaksaan kontrasepsi;
peristiwa. d. pemaksaan aborsi;
Rancangan Undang-Undang e. perkosaan;
Kekerasan Seksual berupaya untuk f. pemaksaan perkawinan;
menyelesaikan berbagai persolan kasus g. pemaksaan pelacuran;
kekerasan seksual yang ada dengan h. perbudakan seksual; dan
mengidentifikasi beberapa bentuk dan i. penyiksaan seksual.
jenisnya. Pasal yang dihadirkan di dalam (2) Kekerasan seksual sebagaimana
RUU Kekerasan Seksual yang belum diatur dimaksud pada ayat (1) meliputi
pada undang-undang lain di antaranya peristiwa kekerasan seksual dalam
mengenai penyelenggaraan pencegaahan lingkup relasi personal, rumah tangga,
kekerasan seksual yang termuat dalam Pasal 5 relasi kerja, publik, termasuk yang
RUU Kekerasan Seksual sebagai berikut : terjadi dalam situasi konflik, bencana
Pasal 5 alam, dan situasi khusus lainnya.
(1) Lembaga Negara, Pemerintah, Dengan diakomodirnya jenis kekerasan
Pemerintah Daerah wajib seksual di dalam RUU Kekerasan Seksual
menyelenggarakan pencegahan diharapkan mampu mengatasi kasus
kekerasan seksual. kekerasan seksual yang ada sehingga pelaku
(2) Pencegahan kekerasan seksual dapat memperoleh sanksi yang sesuai dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perbuatan mereka. Hak korban kekerasan
meliputi namun tidak terbatas pada seksual juga diatur di dalam RUU Kekerasan
bidang: a. pendidikan; b. infrastruktur, Seksual sebagaimana dijelaskan Pasal 22, 24,
pelayanan publik dan tata ruang; c. 25, 27, 28, 29 sebagai berikut :
pemerintahan dan tata kelola Pasal 22
kelembagaan; d. ekonomi; dan e. sosial (1) Hak korban meliputi:
dan budaya a. hak atas penanganan;
(3) Pencegahan kekerasan seksual b. hak atas perlindungan;
sebagaimana yang dimaksud pada ayat c. hak atas pemulihan.
(1) dan (2) dilakukan dengan (2) Pemenuhan hak korban sebagaimana
memerhatikan situasi konflik, bencana dimaksud pada ayat (1) merupakan
alam, letak geografis wilayah, dan kewajiban negara dan dilaksanakan
situasi khusus lainnya. sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
(4) Pencegahan kekerasan seksual korban.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (3) Pemenuhan hak korban sebagaimana
huruf a sampai dengan huruf e dimaksud pada ayat (1) bertujuan
dikoordinasikan oleh kementerian yang mencegah keberulangan kekerasan
membidangi urusan pemberdayaan seksual dan dampak yang berkelanjutan
perempuan dan perlindungan anak. terhadap korban.
(5) Komisi Nasional Anti Kekerasan (4) Kewajiban negara sebagaimana
terhadap Perempuan dan Komisi dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
Perlindungan Anak Indonesia dengan:
menyiapkan materi dan pedoman a. menetapkan kebijakan di tingkat
dalam pelaksanaan pencegahan nasional dan daerah untuk
kekerasan seksual sebagaimana penanganan, perlindungan dan
dimaksud pada ayat (2). pemulihan korban dan keluarga, yang
145
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual

diintegrasikan ke dalam pengelolaan Perintah Perlindungan Sementara; d.


internal lembaga-lembaga negara perlindungan atas kerahasiaan
terkait; identitas;
b. mengalokasikan biaya untuk e. perlindungan dari sikap dan perilaku
pemenuhan hak-hak korban aparat penegak hukum yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ke merendahkan dan/atau menguatkan
dalam anggaran pendapatan dan stigma terhadap korban;
belanja negara dan anggaran f. perlindungan dari kehilangan pekerjaan,
pendapatan dan belanja daerah; mutasi pekerjaan, pendidikan, atau
c. menguatkan peran dan tanggungjawab akses politik; dan
keluarga, komunitas, masyarakat dan g. perlindungan korban dan/atau pelapor
korporasi dalam penyelenggaraan dari tuntutan pidana atau gugatan
pemenuhan hak korban. perdata atas peristiwa kekerasan
Pasal 24 seksual yang ia laporkan.
(1) Hak korban atas penanganan Pasal 27
sebagaimana disebut dalam Pasal 22 Hak korban atas pemulihan sebagaimana
ayat (1) huruf a meliputi: dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf
a. hak atas informasi terhadap seluruh c meliputi pemulihan:
p ro s e s d a n h a s i l p e n a n g a n a n , a. fisik;
perlindungan, dan pemulihan; b. psikologis;
b hak mendapatkan dokumen c. ekonomi;
penanganan; d. sosial dan budaya; dan
c. hak atas pendampingan dan bantuan e. restitusi.
hukum; Pasal 29
d. hak atas penguatan psikologis; Pemulihan sebelum dan selama proses
e. hak atas pelayanan kesehatan meliputi peradilan meliputi:
pemeriksaan, tindakan dan perawatan a. penyediaan layanan kesehatan untuk
medis; dan pemulihan fisik;
f. hak atas layanan dan fasilitas sesuai b. penguatan psikologis kepada korban
dengan kebutuhan khusus korban. secara berkala;
c. pemberian informasi tentang hak korban
(2) Penanganan sebagaimana dimaksud dan proses peradilan;
pada ayat (1) diikuti dengan d. pemberian informasi tentang layanan
penyelenggaraan visum et repertum, pemulihan bagi korban;
surat keterangan pemeriksaan e. pendampingan hukum;
psikologis dan atau surat keterangan f. pemberian bantuan transportasi, biaya
psikiater. hidup atau biaya lainnya yang
(3) Penanganan sebagaimana dimaksud diperlukan;
pada ayat (1) dan (2) dilakukan dengan g. penyediaan tempat tinggal yang layak
proses pemantauan secara berkala dan aman;
terhadap kondisi korban. h. penyediaan bimbingan rohani dan
Pasal 25 spiritual untuk korban dan
Ruang lingkup hak korban atas perlindungan keluarganya;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 i. penyediaan fasilitas pendidikan bagi
ayat (1) huruf b meliputi: korban atau anak korban;
a. penyediaan informasi mengenai hak dan j. penyediaan dokumen kependudukan dan
fasilitas perlindungan; dokumen pendukung lainnya yang
b. penyediaan akses terhadap informasi dibutuhkan oleh korban;
penyelenggaraan perlindungan yang ia k. pelaksanaan penguatan psikologis
peroleh; kepada keluarga korban dan/atau
c. perlindungan dari ancaman atau komunitas terdekat korban; dan
kekerasan pelaku dan pihak lain dan l. penguatan dukungan masyarakat untuk
berulangnya kekerasan, termasuk pemulihan korban.
146
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148

Pengaturan secara spesifik terhadap partisipasi masyarakat, dan tanggung


perlindungan hak korban diharapkan mampu jawab korporasi dalam mewujudkan
memberikan upaya penanganan korban lingkungan bebas kekerasan seksual
kekerasan seksual secara optimal. Sehingga
mental dan kesehatan psikis korban secara 2. Saran
perlahan dapat kembali seperti semula dan a) Mendorong agar Pemerintah Indonesia
trauma yang diderita dapat terobati dengan segera mengesahkan RUU Kekerasan
baik.(Richard R. Peterson, n.d.) Seksual sebagai upaya untuk
menyelesaikan permasalsahan
C. Simpulan dan Saran kekerasan seksual dan menimalisir
1. Simpulan korban kekerasan seksual di Indonesia.
1. Jumlah kekerasan tehadap perempuan b) Selama RUU Kekerasan Seksual belum
saat ini semakin meningkat selain itu disahkan maka penegakan hukum
dengan perkembangan IPTEK jenis melalui regulasi yang ada akan tetap
kekerasan seksual juga semakin tidak mampu mengakomodir dan
beragam. Penegakan hukum melalui menjamin penegakan hukum berbagai
regulasi yang ada saat ini belum mampu kasus kekerasan seksual yang terjadi
mengakomodir dan menuntaskan pada korban perempuan dan anak.
masalah yang terjadi. Hal tersebut
disebabkan karena rumusan hukum DAFTAR PUSTAKA
yang ada saat ini belum mampu
mengakomodir permasalahan Abdul Wahid dan Muhammad Irfan. (2001).
khususnya jenis kekerasan terhadap P e r l i n d u n g a n Te r h a d a p K o r b a n
perempuan dan instrument lain yang Kekerasan Seksual Advokasi atas Hak
meliputi Pencegahan, Pengembangan Asasi Manusia. Bandung: Refika
dan Pelaksanaan Mekanisme Aditama.
Penangangan, Perlindungan dan Andy Yenitriyani, dkk. (2010). Teror dan
Pemulihan yang melibatkan berbagai Kekerasan Terhadap Perempuan  :
stakeholder di masyarakat juga belum Hilangnya Kendali Negara, Catatan
ada. Lahirnya UU Kekerasan Seksual Kekerasan Terhadap Perempuan.
akan menjamin terlaksananya Jakarta: Komnas Perempuan.
kewajiban negara, peran keluarga, Cris M. Sullivana and Linda Olsen. (2016).
partisipasi masyarakat, dan tanggung Common ground, complementary
jawab korporasi dalam mewujudkan approaches: adapting the Housing First
lingkungan bebas kekerasan seksual. model for domestic violence survivors.
2. RUU Kekerasan Seksual diharapkan Housing And Society, 43(3), 185.
akan menjadi regulasi yang mampu Retrieved from https://doi.org/10.
1080/08882746.2017.1323305
mengatasi permasalahan kasus
Komnas Perempuan. (n.d.). Lembar Fakta 15
kekerasan seksual yang terjadi pada
Jenis Kekerasan Seksual.
perempuan dan anak di Indonesia
Komnas Perempuan. (2013). Kekerasan
sehingga kasus-kasus yang ada mampu Seksual. Retrieved August 20, 2004,
tertangani dengan baik, karena di dalam from http://www.komnas perempuan
RUU Kekerasan Seksual melalui .go.id/wp-content/uploads /2013/
mekanisme penegakan hokumnya akan 12Kekerasan-Seksual-Kenali-dan-
memberikan keadilan bagi korban Tangani.pdf
kejahatan seksual, melalui pidana dan Komnas Perempuan. (2014). Intimidasi dan
tindakan yang tegas bagi pelaku Ancaman Kekerasan Seksual Dalam
kekerasan seksual; Kasus Intoleransi Beragama dalam
3. RUU Kekerasan seksual akan Laporan Pelapor Khusus Komnas
memberikan jaminan terlaksananya Perempuan tentang Kekerasan dan
kewajiban negara, peran keluarga, Diskriminasi dalam Konteks
147
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual

Pelanggaran Hak Konstitusional


Kebebasan Beragama/Berkeyakinan:
Pengalaman dan Perjuan. Jakarta.
Mary . M. Gerden. (n.d.). Measuring
Gender  : Options and Issues. In
Handbook of Gender Research in
Psychology (p. 140). New York:
Springer International Publishing.
Marzuki Umar Saabah. (1997). Seks & Kita.
Jakarta: Gema Insani Press.
Rhona K.M. Smith, D. (2008). Hukum Hak
Asasi Manusia. Yogyakarta: PUSHAM
UII.
Richard R. Peterson. (n.d.). Domestic
Violence Is Different: The Crucial Role
of Evidence Collection in Domestic
Violence Cases. Journal of Police Crisis
Negotiations, 105.
Rommy Putra. (2012). Efektivitas
Kelembagaan Komnas Perempuan
dalam Perlindungan HAM bagi
Perempuan di Indonesia. Jurnal MMH
Universitas Diponegoro, 41(4), 5.
Sulistyowati Irianto. (2006). Perempuan dan
Hukum Menuju Hukum yang
Berprespektif Kesetaraan dan
Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

148

Anda mungkin juga menyukai