Abstract
Human rights violation happens in any legal subjects including women and children. The matter of
which regarding sexual violence has, apparently, been escalating in recent years. The government's
handling on violence against women and children, which is regulated in the Criminal Code, the Law
No. 23/2004 on Marital Violence and the Law No 35/2014 on Child Protection, is unable, in some
extent, to prevent and reduce sexual violence cases which has been multiplying in terms of the kind of
violent practice is used. Within the Bill, the regulation scope is including prevention, treatment,
victim protection and recovery, and the handling of perpetrators. The intention to eradicate sexual
violence within the Bill needs a collaboration of state's duty in enforcing the law and citizens
participation regarding public awareness on violence against women and children.
Keywords: Strategy, Violence against Women and Children, Sexual Violence Bill
Abstrak
Pelanggaran hak asasi manusia terjadi pada semua subyek hukum termasuk perempuan dan anak
dimana kelompaok ini merupakan subyek yang rentan khususnya kekerasan seksual, hal ini terlihat
dari semakin meningkatnya kasus dan beragam jenis kekerasan yang terjadi. Ruang lingkup
pengaturan mengenai penghapusan kekerasan seksual meliputi pencegahan, penanganan,
perlindungan dan pemulihan bagi korban, serta penindakan pelaku. Penghapusan kekerasan seksual
yang diatur dalam RUU ini adalah elaborasi dari kewajiban negara dalam mengurangi dan
mpenegakan hukum persoalan yang terkait dengan kekerasan seksual yang sering dialami oleh
perempuan dan anak. Dalam implementasinya, selain dengan Aparat Penegak Hukum negara wajib
melibatkan keluarga, komunitas, organisasi masyarakat, lembaga pers dan korporasi.
Kata Kunci: Stategi, Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, RUU Kekerasan Seksual
kekerasan di antaranya dapat dilihat dari hasil Perempuan yang hanya ada di Jakarta tentu
Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun saja mempersulit akses, sehingga tidak efektif
2018 sebagai berikut : untuk menjangkau kasus-kasus pelanggaran
HAM terhadap perempuan yang berada di
daerah. Padahal mereka yang berada di
daerah inilah yang sering menjadi korban
kekerasan dan sangat rentan karena sering
tidak terpublikasikan.(Rommy Putra, 2012)
Upaya penyelesaian kasus kekerasan
seksual ini sebenernya telah termuat dalam
beberapa peraturan perundang-undangan
positif di Indonesia saat ini namun
rumusannya tidak mengatur secara spesifik
mengenai jenis dan bentuk kekerasan seksual
sehingga dalam pelaksanaannya rumusan
hukum yanga ada belum mampu
Sumber : Ringkasan Eksekutif Catatan mengakomodir aduan yang berasal dari
Tahunan 2018 oleh Komisi Nasional Anti masyarakat.
Kekerasan Terhadap Perempuan. Upaya pemerintah memberikan
perlindungan hukum bagi korban kekerasan
Diagram diatas menunjukkan bentuk seksual sebenarnya teah termuat di dalam
kekerasan terhadap perempuan. Bentuk Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kekerasan terbanyak adalah fisik (41%), dan 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
seksual sebanyak (31%). Kekerasan seksual Rumah Tangga sebagai berikut :
menjadi terbanyak kedua yang dilaporkan, Setiap orang dilarang melakukan
dan menunjukkan rumah dan relasi pribadi kekerasan dalam rumah tangga terhadap
belum menjadi tempat yang aman bagi orang dalam lingkup rumah tangganya,
perempuan. dengan cara:
Tingginya kasus kekerasan terhadap 1) kekerasan fisik;
perempuan dilatarbelakangi oleh beberapa 2) kekerasan psikis;
faktor di antaranya bertambahnya jenis 3) kekerasan seksual; atau
kekerasan terhadap perempuan selain 4) penelantaran rumah tangga.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di dalam rumusan tersebut bentuk dan
yaitu kekerasan seksual. Hal ini dapat dilihat jenis kekerasan seksual tidak diatur secara
dari hasil pendokumentasian Komnas terperinci sehingga diperlukan rumusan
Perempuan terhadap kasus kekerasan spesifik yang mampu mengakomodir bentuk
terhadap perempuan sepanjang 1998-2013 dan jenis kekerasan seksual melalui adanya
menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual RUU Kekerasan Seksual.
berjumlah hampir seperempat dari seluruh
total kasus kekerasan, atau 93.960 kasus dari B. Pembahasan
seluruh kasus kekerasan terhadap perempuan 1. Pentingnya RUU Kekerasan Seksual
yang dilaporkan (400.939).(Komnas Berdasarkan Kamus Hukum, “sex
Perempuan, 2013) dalam bahasa Inggris diartikan dengan jenis
Secara faktual persoalan akses korban kelamin”. Jenis kelamin di sini lebih
pelanggaran HAM terhadap Komnas dipahami sebagai persoalan hubungan
Perempuan dirasakan masih belum maksimal (persetubuhan) antara laki-laki dengan
dan jauh dari harapan. Hal ini terutama jika
perempuan.(Abdul Wahid dan Muhammad
pihak korban tersebut tinggal dan berada di
Irfan, 2001)
daerahserta mereka termasuk kategori
Kekerasan Seksual adalah setiap
kelompok-kelompok marjinal seperti
perbuatan merendahkan, menghina,
perempuan yang berasal dari keluarga miskin,
menyerang, dan/atau perbuatan lainnya
perempuan yang berada di daerah rawan
terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang,
konflik, dan lain-lain. Keberadaan Komnas
140
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148
dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, pemulihan korban dan pencegahan kekerasan
bertentangan dengan kehendak seseorang, seksual di masa datang. Diusulkannya RUU
yang menyebabkan seseorang itu tidak Penghapusan Kekerasan Seksual merupakan
mampu memberikan persetujuan dalam upaya perombakan sistem hukum untuk
keadaan bebas, karena ketimpangan relasi mengatasi kekerasan seksual yang sistemik
kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat terhadap perempuan.
atau dapat berakibat penderitaan atau RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, merupakan terobosan agar hukum
kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan
dan/atau politik perempuan korban kekerasan karena RUU ini
Penghapusan Kekerasan Seksual didasarkan pada kajian terhadap pengalaman-
adalah segala upaya untuk mencegah terjadi pengalaman korban kekerasan dan
Kekerasan Seksual, menangani, melindungi bagaimana mereka menghadapi proses
dan memulihkan Korban, menindak pelaku hukum. Rancangan Undang-Undang tentang
dan mengupayakan tidak terjadi Penghapusan Kekerasan Seksual (selanjutnya
keberulangan Kekerasan Seksual. disingkat RUU Penghapusan Kekerasan
Marzuki Umar Sa'bah mengingatkan, Seksual) ini merupakan upaya pembaruan
“membahas masalah seksualitas manusia hukum untuk mengatasi berbagai persoalan
ternyata tidak sederhana yang dibayangkan, tersebut.
atau tidak seperti yang dipahami masyarakat Pembaruan hukum ini memiliki berbagai
kebanyakan. Pembahasan seksualitas telah tujuan, sebagai berikut:
dikebiri pada masalah nafsu dan keturunan. 1) melakukan pencegahan terhadap
Seolah hanya ada dua kategori dari terjadinya peristiwa kekerasan seksual;
seksualitas manusia, yaitu a) seksualitas yang 2) mengembangkan dan melaksanakan
bermoral, sebagai seksualitas yang sehat dan mekanisme penanganan, perlindungan,
baik, b) seksualitas imoral, sebagai dan pemulihan yang melibatkan
seksualitas yang sakit dan jahat”.'(Marzuki masyarakat dan berpihak pada
Umar Saabah, 1997) korban,agar korban dapat melampaui
Meskipun pendapat itu mengingatkan kekerasan yang ia alami dan menjadi
kita supaya tidak menyempitkan pembahasan seorang penyintas;
mengenai seks, namun pakar itu mengakui 3) memberikan keadilan bagi korban
mengenai salah satu bentuk seksualitas yang kejahatan seksual, melalui pidana dan
imoral dan jahat. Artinya ada praktik seks tindakan yang tegas bagi pelaku
yang dapat merugikan pihak lain dan kekerasan seksual;
masyarakat, karena praktik itu bertentangan 4) menjamin terlaksananya kewajiban
dengan hukum dan norma-norma n e g a r a , p e r a n k e l u a rg a , p a r t i s i p a s i
keagamaan.(Abdul Wahid dan Muhammad masyarakat, dan tanggung jawab korporasi
Irfan, 2001) dalam mewujudkan lingkungan bebas
Pembaruan hukum diwujudkan secara kekerasan seksual
menyeluruh,yang meliputi antara lain: Dari pendokumentasian Komnas
pengaturan tentang pencegahan terjadinya Perempuan, Komnas Perempuan
kekerasan seksual; bentuk-bentuk kekerasan mengidentifikasi adanya 15 (lima belas)
seksual; hak korban, termasuk pemulihan; b e n t u k K e k e r a s a n S e k s u a l ,( K o m n a s
hukum acara peradilan pidana kekerasan Perempuan, n.d.) yang didefinisikan
seksual, termasuk tentang pembuktian; berdasarkan fakta kejadian yang ditemukan
pemantauan penghapusan kekerasan seksual; maupun definisi yang dikembangkan dari
dan pemidanaan. Selain itu yang terpenting berbagai peraturan perundang-undangan atau
dilakukan adalah bagaimana RUU dimunculkan dalam berbagai dokumen
Penghapusan Kekerasan Seksualini mampu internasional, sebagai berikut :
membentuk sistem baru yang lebih a) Perkosaan adalah serangan dalam
melindungi perempuan dari sisi penegakan bentuk pemaksaan hubungan seksual
hukum dan mendorong peran negara agar dengan memakai penis ke arah vagina,
lebih bertanggung jawab terhadap upaya
141
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual
anus atau mulut korban. Bisa juga bayaran atau manfaat terhadap korban
menggunakan jari tangan atau benda- secara langsung maupun orang lain
benda lainnya. Serangan dilakukan yang menguasainya, untuk tujuan
dengan kekerasan, ancaman kekerasan, prostitusi ataupun eksploitasi seksual
penahanan, tekanan psikologis, lainnya. Perdagangan perempuan dapat
penyalahgunaan kekuasaan, atau terjadi di dalam negara maupun antar
dengan mengambil kesempatan dari negara.
lingkungan yang penuh paksaaan. f) Prostitusi Paksa adalah situasi dimana
b) Intimidasi Seksual termasuk Ancaman perempuan mengalami tipu daya,
atau Percobaan Perkosaan adalah ancaman maupun kekerasan untuk
kekerasan seksual berupa tindakan menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat
yang menyerang seksualitas untuk terjadi pada masa rekrutmen maupun
menimbulkan rasa takut atau untuk membuat perempuan tersebut
penderitaan psikis pada perempuan tidak berdaya untuk melepaskan dirinya
korban. Intimidasi seksual bisa dari prostitusi, misalnya dengan
disampaikan secara langsung maupun penyekapan, penjeratan utang, atau
tidak langsung melalui surat, sms, ancaman kekerasan. Prostitusi paksa
email, dan lain-lain. Ancaman atau memiliki beberapa kemiripan, namun
percobaan perkosaan juga bagian dari tidak selalu sama dengan perbudakan
intimidasi seksual. seksual atau dengan perdagangan orang
c) Pelecehan Seksual yaitu tindakan untuk tujuan seksual.
seksual lewat sentuhan fisik maupun g) Perbudakan Seksual adalah situasi
non-fisik dengan sasaran organ seksual dimana pelaku merasa menjadi
atau seksualitas korban. Ia termasuk “pemilik” atas tubuh korban sehingga
menggunakan siulan, main mata, berhak untuk melakukan apapun
ucapan bernuansa seksual, termasuk memperoleh kepuasan
mempertunjukkan materi pornografi seksual melalui pemerkosaan atau
dan keinginan seksual, colekan atau bentuk lain kekerasan seksual.
sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau Perbudakan ini mencakup situasi rumah
isyarat yang bersifat seksual sehingga tangga atau bentuk kerja paksa lainnya,
mengakibatkan rasa tidak nyaman, serta berhubungan seksual dengan
tersinggung, merasa direndahkan penyekapnya.
martabatnya, dan mungkin sampai h) Pemaksaan Perkawinan, termasuk
menyebabkan masalah kesehatan dan Cerai Gantung adalah jenis kekerasan
keselamatan. seksual karena pemaksaan hubungan
d) Eksploitasi Seksual yaitu tindakan seksual menjadi bagian tidak
penyalahgunaan kekuasaan yang terpisahkan dari perkawinan yang tidak
timpang, atau penyalahgunaan diinginkan oleh perempuan tersebut.
kepercayaan, untuk tujuan kepuasaan i) Pemaksaan kehamilan yaitu situasi
seksualitas, maupun untuk memperoleh ketika perempuan dipaksa, dengan
keuntungan dalam bentuk uang, sosial, kekerasan maupun ancaman kekerasan,
politik, dan lainnya. untuk melanjutkan kehamilan yang
e) Perdagangan Perempuan untuk Tujuan tidak dia kehendaki. Kondisi ini
Seksual adalah tindakan merekrut, misalnya dialami oleh perempuan
mengangkut, menampung, mengirim, korban perkosaan yang tidak diberikan
memindahkan, atau menerima pilihan lain kecuali melanjutkan
seseorang dengan ancaman kekerasan, kehamilannya. Juga, ketika suami
penggunaan kekerasan, penculikan, menghalangi istrinya untuk
penyekapan, pemalsuan, penipuan, menggunakan kontrasepsi sehingga
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi perempuan itu tidak dapat mengatur
rentan, penjeratan utang atau pemberian jarak kehamilannya. Pemaksaan
142
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 47 No. 2, April 2018, Halaman 138-148
disadari, kekerasan seksual sesungguhnya Selain itu bentuk dan jenis kekerasan
mengancam keberlangsungan bangsa dan seksual secara terperinci juga diatur melalui
kualitas generasi yang akan datang. Aspek Pasal 11 RUU Kekerasan Seksual yang
khas dari kekerasan seksual yang selalu menjelaskan sebagai berikut :
dikaitkan dengan wacana moralitas juga Pasal 11
menjadi salah satu hambatan terbesar dalam (1) Kekerasan seksual terdiri dari:
upaya korban memperoleh haknya atas a. pelecehan seksual;
kebenaran, keadilan, pemulihan, pemenuhan b. eksploitasi seksual;
rasa keadilan, dan jaminan tidak terulangnya c. pemaksaan kontrasepsi;
peristiwa. d. pemaksaan aborsi;
Rancangan Undang-Undang e. perkosaan;
Kekerasan Seksual berupaya untuk f. pemaksaan perkawinan;
menyelesaikan berbagai persolan kasus g. pemaksaan pelacuran;
kekerasan seksual yang ada dengan h. perbudakan seksual; dan
mengidentifikasi beberapa bentuk dan i. penyiksaan seksual.
jenisnya. Pasal yang dihadirkan di dalam (2) Kekerasan seksual sebagaimana
RUU Kekerasan Seksual yang belum diatur dimaksud pada ayat (1) meliputi
pada undang-undang lain di antaranya peristiwa kekerasan seksual dalam
mengenai penyelenggaraan pencegaahan lingkup relasi personal, rumah tangga,
kekerasan seksual yang termuat dalam Pasal 5 relasi kerja, publik, termasuk yang
RUU Kekerasan Seksual sebagai berikut : terjadi dalam situasi konflik, bencana
Pasal 5 alam, dan situasi khusus lainnya.
(1) Lembaga Negara, Pemerintah, Dengan diakomodirnya jenis kekerasan
Pemerintah Daerah wajib seksual di dalam RUU Kekerasan Seksual
menyelenggarakan pencegahan diharapkan mampu mengatasi kasus
kekerasan seksual. kekerasan seksual yang ada sehingga pelaku
(2) Pencegahan kekerasan seksual dapat memperoleh sanksi yang sesuai dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perbuatan mereka. Hak korban kekerasan
meliputi namun tidak terbatas pada seksual juga diatur di dalam RUU Kekerasan
bidang: a. pendidikan; b. infrastruktur, Seksual sebagaimana dijelaskan Pasal 22, 24,
pelayanan publik dan tata ruang; c. 25, 27, 28, 29 sebagai berikut :
pemerintahan dan tata kelola Pasal 22
kelembagaan; d. ekonomi; dan e. sosial (1) Hak korban meliputi:
dan budaya a. hak atas penanganan;
(3) Pencegahan kekerasan seksual b. hak atas perlindungan;
sebagaimana yang dimaksud pada ayat c. hak atas pemulihan.
(1) dan (2) dilakukan dengan (2) Pemenuhan hak korban sebagaimana
memerhatikan situasi konflik, bencana dimaksud pada ayat (1) merupakan
alam, letak geografis wilayah, dan kewajiban negara dan dilaksanakan
situasi khusus lainnya. sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
(4) Pencegahan kekerasan seksual korban.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (3) Pemenuhan hak korban sebagaimana
huruf a sampai dengan huruf e dimaksud pada ayat (1) bertujuan
dikoordinasikan oleh kementerian yang mencegah keberulangan kekerasan
membidangi urusan pemberdayaan seksual dan dampak yang berkelanjutan
perempuan dan perlindungan anak. terhadap korban.
(5) Komisi Nasional Anti Kekerasan (4) Kewajiban negara sebagaimana
terhadap Perempuan dan Komisi dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
Perlindungan Anak Indonesia dengan:
menyiapkan materi dan pedoman a. menetapkan kebijakan di tingkat
dalam pelaksanaan pencegahan nasional dan daerah untuk
kekerasan seksual sebagaimana penanganan, perlindungan dan
dimaksud pada ayat (2). pemulihan korban dan keluarga, yang
145
Ani Purwanti, Marzelina Zalianti, Strategi Penyelesaian Tindak Kekerasan Seksual
148