Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“MITIGASI MENCEGAH DAN MEMINIMALISIR BENCANA”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Disaster
Dosen pengampu : Mardi Irwanto, SKM., AK3

Disusun Oleh :

KEPERAWATAN TK. III


AYU CITA LARASARI (P07220116085)
NUR AINUN (P07220116109)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “mitigasi mencegah dan meminimalisir bencana”. Meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai mitigasi mencegah dan
meminimalisir bencana dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 9 januari 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2
D. Sistematika Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II .............................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................................ 3
A. Mitigasi : sebuah tindakan reventif bencana ...................................................................... 3
B. isu utama dalam mitigasi.................................................................................................. 17
C. kebijakan mitigasi ............................................................................................................ 18
BAB III ........................................................................................................................................... 19
PENUTUP ...................................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-
komponen pemicu (trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan (vulnerability) bekerja
bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya resiko (risk) pada
komunitas. Beberapa contoh dari bencana diantaranya adalah bencana yang disebabkan
oleh gejala-gejala alam seperti banjir, angin ribut, longsor, gempa bumi, gelombang
pasang, tsunami, dan lain sebagainya.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, penyebab terjadinya
bencana dapat disebabkan oleh tiga faktor. Faktor tersebut yaitu : 1) bencana dapat
terjadi karena fenomena alam seperti Tsunami, letusan gunung berapi, gempa bumi,
kekeringan, penyakit pada tanaman atau hewan peliharaan, dan seterusnya, 2) bencana
dapat terjadi karena perbuatan manusia terhadap lingkungannya, seperti banjir, tanah
longsor, wabah penyebab virus, dan seterusnya, dan 3) bencana dapat terjadi akibat
tindakan manusia atau hubungannya terhadap lingkungan sosialnya, seperti konflik
agama, kerusuhan politik yang kacau balau, dan konflik suku bangsa (Susanto, 2006: 2-
3).
Pengesahan Undang-undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
oleh Pemerintah RI tanggal 26 April 2007 telah membawa dimensi baru dalam
pengelolaan bencana di Indonesia. Paradigma yang dahulu lebih bersifat responsif dalam
menangani bencana sekarang diubah menjadi suatu kegiatan yang bersifat preventif,
sehingga bencana dapat dicegah atau diminimalkan (mitigasi) sehingga risikonya dapat
dikurangi. Undang-undang tentang penanggulangan bencana tersebut juga mensyaratkan
penanggulangan bencana harus dilakukan secara terdesentralisasi dengan melibatkan
partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya baik mulai sejak tahap awal program
(identifikasi, analisis, penerapan rencana kerja, monitor dan evaluasi) sampai ke tahap
akhir dimana program akan diserahterimakan sepenuhnya kepada masyarakat lokal.
Berbicara tentang bencana pada dasarnya membicarakan lima (5) hal sekaligus, yaitu
penyebab bencana dan kerentanan (faktor alam dan manusia), dampak bencana
1
(kerusakan lingkungan, korban dan kerugian), peran pemerintah (termasuk kebijakan
penanggulangan bencana), peran masyarakat (sebagai korban, faktor penyebab atau
penyelamat) dan yang terakhir berbicara tentang pengaruh dan tindakan stakeholders
terkait dengan ancaman bahaya dan bencana tersebut.
Terlepas dari penyebab terjadinya bencana, berdasarkan data statistik bencana
alam di dunia Indonesia merupakan sebagai salah satu negara yang sangat rawan
terhadap bencana sehingga memang diperlukan kebijakan dari pemerintah dalam
mengurangi resiko terjadinya bencana seperti adanya mitigasi bencana. Dengan adanya
mitigasi bencana dapat menambah wawasan masyarakat terkait cara penanggulangan
bencana baik sebelum, saat terjadi bencana, maupun setela terjadi bencana.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Jelaskan sebuah tindakan preventif mitigasi?
2. Jelaskan isu utama dalam mitigasi?
3. Jelaskan kebijakan mitigasi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan tindakan preventif mitigasi
2. Menjelaskan isu utama dalam mitigasi
3. Menjelaskan kebijakan mitigasi

D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Makalah ini, yaitu :
Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah dan tujuan
penulisan serta sistematika
Bab II Tinjauan teori terdiri dari penjelasan mitigasi tidakan preventif dalam bencana,
menelaskan isu utama dalam mitigasi dan kebijakan mitigasi.
Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Mitigasi : sebuah tindakan reventif bencana


Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana alam
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan /
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana dikategorikan kedalam


tiga hal:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Namun berbeda dengan UU no 24 tahun 2007, Verstappen (1985: 14)


mengelompokan bencana alam atau bahaya menjadi tiga bagian yaitu:

1. Bencana atau bahaya yang berasal dari dalam bumi (Hazards of endogenus origin),
contohnya gempa bumi dan erupsi gunung berapi.
2. Bencana atau bahaya yang berasal dari luar bumi (Hazards of exogenous origin)
contohnya jatuhnya meteor, sambaran halilintar, badai, tornado, hurricane, taifun,
puting beliung, tanah longsor, maupun banjir.

3
3. Bencana atau bahaya yang berasal dari manusia (Hazards of anthrophogenous
origin) contohnya kebakaran pemukiman, kecelakaan lalulintas udara, laut, dan
darat, kerusuhan, dan peperangan.

Berdasarkan pengelompokan terkait bencana maupun bahaya yang terjadi,


berikut ini adalah beberapa bencana alam yang sering terjadi di sekitar kita serta
karakteristiknya :

1. Banjir
Banjir adalah bencana yang terjadi akibat
curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi
dengan saluran pembuangan air yang memadai,
sehingga merendam wilayah - wilayah yang tidak
dikehendaki. Banjir bisa juga terjadi karena
jebolnya sistem aliran air yang ada.
Gambar 1. Banjir

a. Jenis–Jenis Banjir
Jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir
laut pasang.
1) Banjir Sungai : Terjadi karena air sungai meluap.
2) Banjir Danau : Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
3) Banjir Laut pasang : Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

b. Penyebab Terjadinya Banjir


Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
1) Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi
2) Pendangkalan sungai
3) Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai maupun gotong
royong
4) Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat
5) Pembuatan tanggul yang kurang baik
6) Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

c. Dampak Banjir

4
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
1) Rusaknya areal pemukiman penduduk
2) Sulitnya mendapatkan air bersih
3) Rusaknya sarana dan prasarana penduduk
4) Rusaknya areal pertanian
5) Timbulnya penyakit-penyakit
6) Menghambat transportasi darat
d. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Banjir
Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan,
diantaranya adalah :
1) Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
2) Mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air.
3) Membangun rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-sistem
pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan.
4) Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah lokasi
penyerapan air.
5) Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan sulit
menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus air tidak
dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus tanah, hal
ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
6) Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang sungai,
tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga tingkat
ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.

2. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang
diakibatkan oleh faktor alam seperti samba-ran
petir, kekeringan yang berkepanjangan, leleran
lahar, dan lain sebagainya. Kebakaran hutan
menyebabkan dampak yang luas akibat asap

5
kebakaran yang menyebar ke daerah di sekitarnya. Hutan yang terbakar juga bisa
sampai ke pemukiman warga sehingga bisa membakar habis bangunan yang ada.
a. Penyebab Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1) Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2) Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
3) Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
4) Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5) Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

b. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Kebakaran Hutan


Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat unit pengelolaan hutan konservasi,
kesatuan pengelolaan hutan produksi, kesatuan pengelolaan hutan lindung
meliputi kegiatan:
1) Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan
2) Inventarisasi faktor penyebab kebakaran
3) Penyiapan regu pemadam kebakaran
4) Pembuatan prosedur tetap
5) Pengadaan sarana dan prasarana
6) Pembuatan sekat bakar.

3. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran di tanah
yang disebabkan oleh pergerakan permukaan
bumi. Episentrum adalah titik di permukaan
bumi, tepat di pusat gempa. Hiposentrum
berada jauh dalam tanah ditempat batuan
pecah dan bergeser untuk pertama kali.
Gambar 2. Gempa Bumi
Sumber gambar : google/image

6
a. Jenis Gempa Bumi
1) Gempa bumi vulkanik adalah getaran kuat akibat kegiatan gunung berapi.
2) Gempa bumi tektonik adalah getaran kuat yang diakibatkan oleh patahan bumi
karena pergesekan lempeng samudra atau lempeng bumi.
b. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Gempa Bumi
Antisipasi yang harus dilakukan bagi masyarakat luas adalah apa dan
bagaimana cara menghadapi kejadian gempa, pada saat dan sesudah gempa
terjadi. Beberapa saran dalam menghadapi kejadian gempa adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal apa yang disebut gempa bumi.
2) Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi
sudah mengetahui tempat paling aman untuk berlindung.
3) Belajar melakukan P3K.
4) Belajar menggunakan pemadam kebakaran.
5) Mencatat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi
gempa bumi.
6) Perabotan (lemari, kabinet, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat dan lain-lain) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada
saat terjadi gempa bumi.
7) Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah,
agar terhindar dari kebakaran.
8) Selalu mematikan air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
9) Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat
kejatuhan material.
10) Alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K (Senter/lampu batrai, Radio,
Makanan suplemen dan Air).

4. Tsunami
Tsunami adalah ombak yang sangat
besar yang menyapu daratan akibat adanya
gempa bumi di laut, tumbukan benda
besar/cepat di laut, angin ribut, dan lain

7
sebagainya. Tsunami sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih pemukiman
warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam. Tsunami yang besar bisa
membunuh banyak manusia dan makhluk hidup yang terkena dampak tsunami.
a. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika ada gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung
meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau. Gerakan vertikal pada
kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai
menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per
jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50
km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari
garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa
beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau
sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng
samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di
dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut
yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak
lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya
dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau

8
longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai
ratusan meter.
b. Langkah-langkah Antisipasi Saat Terjadi Bencana Tsunami
Beberapa langkah dalam antisipasi dari bencana tsunami diantaranya:
1) Jika kamu sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari
sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah
menuju bukit yang terdekat.
2) Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
3) Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan no.2, carilah
bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan
tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke
lantai 3).
4) Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan kamu bebas
dan tidak membawa apa-apa.

5. Gunung Meletus
Gunung meletus adalah gunung
yang memuntahkan materi-materi dari
dalam bumi seperti debu, awan panas,
asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas,
lahar dingin, magma, dan lain sebagainya.
Gunung meletus biasanya bisa diprediksi
Gambar 3. Gunung Meletus waktunya sehingga korban jiwa dan harta
Sumber : google/image
benda bisa diminimalisir. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi,
yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius
18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
a. Upaya Pengurangan Resiko Terhadap Bencana Gunung Merapi

9
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
2) Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
3) Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
4) Kenakan pakaian yang melindungi tubuh seperti, baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan lainnya.
5) Jangan memakai lensa kontak.
6) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
7) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.

6. Angin Puting Beliung/Angin Ribut


Angin puting beliung adalah angin
dengan kecepatan tinggi yang berhembus di
suatu daerah yang dapat merusak berbagai
benda yang ada di permukaan tanah. Puting
Beliung secara resmi digambarkan secara
singkat oleh National Weather Service
Gambar 4. Angin Puting Beliung
Sumber : google/image Amerika Serikat seperti tornado yang melintasi
perairan. Namun, para peneliti umumnya mencirikan puting beliung "cuaca sedang"
berasal dari puting beliung tornado. Puting beliung cuaca sedang sedikit perusak
namun sangat jauh dari umumnya dan memiliki dinamik yang sama dengan setan
debu dan landspout. Mereka terbentuk saat barisan awan cumulus congestus
menjulang di perairan tropis dan semitropis. Angin ini memiliki angin yang secara
relatif lemah, dinding berlapis lancar, dan umumnya melaju sangat pelan.
a. Upaya Pengurangan Resiko Terhadap Bencana Angin Puting Beliung
1) Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu
bertahan terhadap gaya angin.
2) Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin
khususnya di daerah yang rawan angin topan.
3) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang
terlindung dari serangan angin topan.

10
4) Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin
5) Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan
sebagai tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat
terjadi serangan angin topan.
6) Pembangunan rumah yang tahan angin.
7) Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang
dapat membahayakan diri atau orang lain disekitarnya.
8) Meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan, mengetahui
bagaimana cara penyelamatan diri.
9) Pengamanan barang-barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat
sehingga tidak diterbangkan angin.
10) Mensosialisasikan kepada nelayan agar supaya menambatkan atau mengikat
kuat kapal-kapalnya.
7. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah tanah yang turun
atau jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Masalahnya jika ada
orang atau pemukiman di atas tanah yang
longsor atau di bawah tanah yang jatuh
maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah
Gambar 5. Tanah Longsor
Sumber : Google/image saja yang longsor karena batu, pohon, pasir,
dan lain sebagainya bisa ikut longsor menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh : Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang
menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan dan tanah
diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa bumi menyebabkan

11
tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang lemah gunung berapi
menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu getaran
dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir berat yang
terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
a. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Tanah Longsor
Upaya pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor antara lain
sebagai berikut :
1) Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat ciri-ciri daerah
rawan longsor kita dapat menghindar.
2) Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
3) Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam (akar
tunggang).
4) Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan material lempung
untuk mencegah air masuk ke dalam tanah
5) Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah hujan yang
tinggi dalam waktu lama.
6) Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala kecil di
sepanjang lereng.

8. Kekeringan
Kekeringan perlu dibedakan antara
kekeringan (drought) dan kondisi kering
(aridity). Kekeringan adalah kesenjangan
antara air yang tersedia dengan air yang
diperlukan, sedangkan ariditas (kondisi
kering) diartikan sebagai keadaan jumlah
Gambar 6. Kekeringan curah hujan sedikit. Kekeringan dapat
Sumber : google/image
timbul karena gejala alam yang terjadi di
bumi ini. Kekeringan terjadi karena adanya pergantian musim. Pergantian musim
merupakan dampak dari iklim. Pergantian musim dibedakan oleh banyaknya curah
hujan. Pengetahuan tentang musim bermanfaat bagi para petani untuk menentukan
waktu tanam dan panen dari hasil pertanian.

12
Pada musim kemarau, sungai akan mengalami kekeringan. Pada saat
kekeringan, sungai dan waduk tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya sawah-
sawah yang menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga mengalami
kekeringan. Sawah yang kering tidak dapat menghasilkan panen. Selain itu, pasokan
air bersih juga berkurang. Air yang dibutuhkan sehari-hari menjadi langka
keberadaannya. Kekeringan pada suatu kawasan merupakan suatu kondisi yang
umumnya mengganggu keseimbangan makhluk hidup.
a. Upaya Pengurangan Resiko Kekeringan
1) Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti
penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara
pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.
2) Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check
dam, reboisasi.
3) Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk
menghindari penebangan hutan/tanaman.
4) Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.
5) Pendidikan dan pelatihan.
6) Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan melaksanakan
pengelolaan Iahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.
7) Pembangunan check dam, waduk, sumur serta penampungan air, penghijauan
secara swadaya.
8) Mengurangi pemanfaatan kayu bakar.
9) Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air.
10) Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air
diwilayahnya.
11) Mengembangkan industri alternatif non pertanian.

Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak


dari bencana, baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari
keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks bencana, dikenal dua
macam yaitu pertama bencana alam yang merupakan suatu serangkaian peristiwa
bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung

13
meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dan lainnya. Kedua, bencana
sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia, seperti konflik social,
penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu
dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana.

Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :

1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul.
4. Pengauran dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.

Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang
termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari
perbuatan manusia (man-made disaster).
1. Jenis-Jenis Mitigasi Bencana
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural berhubungan
dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural
antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan kerentanan
wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enforcement) pembangunan. Dalam
kaitan itu pula, kebijakan nasional harus lebih memberikan keleluasan secara
substansial kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sistem mitigasi bencana
yang dianggap paling tepat dan paling efektif-efisien untuk daerahnya.
a. Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana
yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan
pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir,
alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa,
ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya

14
gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi
kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan
tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau
mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang
bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur
bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana
selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan.Undang-Undang Penanggulangan Bencana
adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya
adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas
masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di
masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana.
2. Tujuan Dilakukannya Mitigasi Bencana
Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian pada
saat terjadinya bahaya di masa mendatang. Tujuan utama adalah untuk mengurangi
resiko kematian dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan sekunder mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-kerugian ekonomi yang
ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-kerugian
sektor swasta sejauh hal-hal itu mungkin mempengaruhii masyarakat secara
keseluruhan. Tujuan-tujuan ini mungkin mencakup dorongan bagi orang-orang untuk
melindungi diri mereka sejauh mungkin.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs)
dan kerusakan sumber daya alam.
b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.

15
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi
dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan
aman (safe).

3. Pertimbangan dan Penyusunan Program Mitigasi Bencana


Beberapa pertimbangan dalam menyusun program mitigasi, khususnya di Indonesia
adalah :
a. Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
b. Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga
kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
c. Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
d. Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun
sendiri.
e. Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
f. Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun
rumah.Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
g. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di
daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun
implikasi politik.
h. Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.

1) Pelatihan/Pendidikan

Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan


penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur
informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB,
SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan
tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

2) Peringatan Dini

16
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat
kegiatan hasil pengamatan secara kontinu di suatu daerah rawan dengan
tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan
kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan
dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat
berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya),
pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

B. isu utama dalam mitigasi


Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) telah melakukan
pembaharuan terhadap Kajian Kebutuhan Teknologi - Technology Needs Assessment
(TNA) pada tahun 2012. Kajian tersebut dibagi menjadi 2 (dua) isu utama perubahan
iklim: mitigasi dan adaptasi. TNA isu mitigasi dan adaptasi memprioritaskan 3 (tiga)
sektor rekomendasi untuk dilakukannya implementasi alih teknologi perubahan iklim.

1. TNA Mitigasi
TNA untuk kebutuhan mitigasi perubahan iklim dibagi menjadi 7 (tujuh)
sektor prioritas, yaitu: sektor energi, transportasi, industri, kehutanan, pertanian,
kelautan, dan sektor limbah. Dari ketujuh sektor tersebut, tiga sektor yang dijadikan
prioritas untuk implementasi Alih Teknologi adalah sektor energi (termasuk untuk
sektor transportasi), kehutanan dan limbah. Ketiga prioritas sektor tersebut memiliki
potensi penurunan emisi yang besar apabila dilakukannya Alih Teknologi
dibandingkan sektor-sektor lain. Berikut adalah tiga prioritas opsi teknologi untuk
mitigasi:
a. Sektor energi (termasuk sektor transportasi): sel surya, Regenerative Burner
Combustion System (RBCS), dan Mass Rapid Transportation (MRT)
b. Sektor kehutanan: perhitungan dan pemantauan sekuestrasi dan emisi karbon,
pemetaan kembali lahan gambut, dan manajemen ketinggian air di lahan gambut
c. Sektor limbah: perlakuan limbah secara biologis dan mekanis, in vessel
composting, dan low solid anaerob digestion

17
2. TNA Adaptasi
Untuk kebutuhan adaptasi perubahan iklim, sektor-sektor yang dianalisis
dalam TNA tersusun dengan langsung merujuk kepada 3 (tiga) sektor prioritas untuk
dielaborasi lebih mendalam. Ketiga sektor tersebut adalah sektor kerentanan pesisir,
ketahanan pangan, dan sektor sumberdaya air. Ketiganya merupakan sektor yang
teridentifikasi dan terprioritasi lewat berbagai pertemuan yang konsultatif dengan
para pemangku kepentingan dan pemangku kebijakan terkait. Berikut ini adalah tiga
prioritas opsi teknologi untuk adaptasi:
a. Sektor kerentanan pesisir: teknologi dinding laut (seawall) dan tanggul penahan
(sea revetment), reklamasi pantai, dan teknologi Groin untuk menanggulangi
abrasi
b. Sektor ketahanan pangan: bibit padi unggul, budidaya di sumberdaya perairan,
dan peningkatan produksi daging hewan
c. Sektor sumberdaya air: teknologi pemanenan air hujan, limbah air domestik, dan
permodelan dan proyeksi sumberdaya air.

C. kebijakan mitigasi
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain :

1. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi
semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang
ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum,petunjuk pelaksanaan dan
prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan
bidang tugas unit masing-masing.
2. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang
melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.
Bencana alam kadang terjadi di luar dugaan manusia. Berbagai faktor menyebabkan
terjadinya bencana alam salah satunya adalah karena ketidakberda-yaan manusia, akibat
kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka. Dalam mengurangi resiko bencana tersebut maka diperlukan adanya
penanggulangan bencana. Adapun upaya penanggulangan bencana meliputi kegiatan
pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan rekontruksi, baik
sebelum, pada saat terjadi bencana, maupun setelah bencana. Sehingga kita semua dapat
menghindarkan diri dari bencana yang terjadi.

B. Saran
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan dengan
memperhatikan fungsi dan perannya tersebut. Askep remaja sangat penting dalam tahap
perkembangan usia remaja.

19
DAFTAR PUSTAKA

blogspot. Bencana alam mitigasi dan pencegahan


https://www.academia.edu/37202326/BENCANA_ALAM_MITIGASI_D
AN_PENCEGAHAN_Full_Paper.docx ( diakses pada tanggal 9 januari
2019 pukul 07.38 am )

mulyadi, adi. 2018. Bencana alam.


http://adimulyadi.academia.edu/2018/07/bencana-alam.html ( diakses pada
tanggal 09 januari 2019 pukul 8.15am )

blogspot. Mitigasi bencana alam dan jenis karakter bencana.


http://pertemuan1mitigasibencanaalamjeniskarakteristikbencanaalam-
180102093515.pdf ( diakses ada tanggal 09 januari 2019 pukul 7.45 am)

lizanawati, alifia. 2018. Mitigasi bencana.


http://alifializanawarti.blogspot.co.id/2018/07/mitigasi-bencana.html ( diakses
ada tanggal 09 januari 2019 pukul 08.25 am)

Blogspot.2003. Management keperawatan

https://www.scribd.com/doc/200302580/MANAGEMEN-BENCANA ( diakses
pada tanggal 9 januari 2019 pukul 09.00am)

iii

Anda mungkin juga menyukai