Anda di halaman 1dari 2

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.

Pemerintah melalui peraturan menteri keuangan baru saja


merilis aturan baru mengenai kenaikan cukai rokok yang akan mulai diberlakukan pada awal
tahun depan. Kalau biasanya kenaikan cukai rokok membuat produsen rokok menjerit karena
bakal menggerus perolehan laba mereka, namun hal tersebut tampaknya tidak akan dialami
para pemain besar seperti Sampoerna dan Gudang Garam.

Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 telah
memutuskan kenaikan cukai rokok sebesar 10,04% serta mengeluarkan beberapa aturan
lainnya seperti minimum harga jual eceran yang dikenakan kepada konsumen hanya bisa
diberi diskon paling besar 15% dari harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah
juga mengatur harga jual rokok merek baru harus sama atau lebih tinggi dari merek yang
telah beredar oleh pabrikan yang sama.

Selain mengatur besaran harga, pemerintah juga mulai menyederhanakan tingkatan cukai
rokok dari yang saat ini ada 12, menjadi 10 tier pada tahun depan dan berangsur akan
diturunkan menjadi 5 tingkatan pada 2021. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur supaya
produksi rokok yang ada di Indonesia semakin seragam.

Menurut PT Bahana Sekuritas kenaikan cukai rokok dan aturan baru yang dikeluarkan
pemerintah akan menguntungkan para pemain besar di industri rokok seperti PT HM
Sampoerna dan juga PT Gudang Garam, sedangkan para pemain kecil terpaksa harus
melakukan konsolidasi atau bahkan terpaksa gulung tikar karena tidak mampu berkompetisi.

Produksi rokok secara nasional pada 2018, diperkirakan akan turun sebesar 2% dari perkiraan
tahun ini sebesar 305 miliar batang menjadi sekitar 297 miliar pada 2018.

Dalam aturan yang baru dirilis, pemerintah menaikkan cukai rokok untuk tier sigaret kretek
mesin (SKM) sebesar 11,3% dari Rp 530/batang menjadi Rp 590/batang, untuk sigaret kretek
tangan (SKT) naik sebesar 5,8% dari Rp 345/batang menjadi Rp 365/batang, sedangkan tarif
cukai untuk kelas sigaret putih mesin (SPM) naik sebesar 12,6% dari Rp 555/batang menjadi
Rp 625/batang.

''Dengan kenaikan cukai rokok ini, secara tidak langsung menyebabkan harga rokok naik dan
pada akhirnya membuat orang mengurangi konsumsi rokok, namun tidak akan menggerus
pangsa pasar pemain besar seperti Sampoerna dan Gudang Garam,'' kata Analis Bahana
Michael Setjoadi dalam keterangannya, Kamis (2/11).

''Gap harga antara rokok tier 1dan 2 untuk kelas SKT akan mengecil, sedangkan gap harga di
kelas SKM dan SPM semakin lebar,'' terang Michael.

Tak heran jika Sampoerna yang menjadi pemimpin kelas SKM mild dan SKT akan
diuntungkan, demikian juga Gudang Garam yang menjadi pemimpin untuk kelas SKM
FF(high tar) akan mendapat dampak positif dari kenaikan tarif cukai ini.

Sehingga Bahana yang tadinya memberikan rekomendasi tahan untuk saham Sampoerna,
setelah aturan pemerintah keluar,perusahaan sekuritas milik negara ini, mengubah
rekomendasinya untuk saham perusahaan berkode HMSP ini menjadi beli, sama dengan
saham Gudang Garam direkomendasikan beli.
Anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini juga menaikkan target harga
untuk kedua saham produsen rokok ini karena kinerja mereka yang diperkirakan akan
semakin baik dan pangsa pasar semakin besar pada 2018 dengan adanya kenaikan tarif cukai.

Pendapatan HMSP tahun depan diperkirakan naik sebesar 3,7% dari perkiraan semula
menjadi Rp 107,24triliun dari perkiraan semula sebesar Rp 103,45 triliun. Sedangkan tahun
ini pendapatan Sampoerna diperkirakan mencapai Rp 99,3 triliun.

Perolehan laba bersih diperkirakan naik sebesar 4,4% dari perkiraan semula sebesar Rp 13,27
triliun menjadi Rp 13,85 triliun pada akhir 2018, akhir tahun ini laba bersih diperkirakan
mencapai Rp 13,28 triliun. Sehingga Bahana merekomendasikan beli dengan target harga Rp
4.500/lembar dari yang sebelumnya Rp 4.300/lembar.

Sedangkan untuk pendapatan 2018 Gudang Garam setelah kenaikan tarif ini, Michael
memperkirakan akan naik sebesar 3,6% dari proyeksi lama sebesar Rp 88,94 triliun menjadi
Rp 92,13 triliun. Sedangkan akhir tahun ini diperkirakan pendapatan perusahaan berkode
saham GGRM akan mencapai Rp 83,63 triliun.

Laba bersih 2018 diperkirakan naik sebesar 5,2% dari perkiraan lama sebesar Rp 7,25 triliun
menjadi Rp 7,63 triliun dengan adanya kenaikan tarif cukai. Sedangkan akhir tahun ini, laba
bersih GGRM diperkirakan akan naik menjadi Rp 7,04 triliun dari perkiraan sebelumnya
sebesar Rp 6,85 triliun. Bahana merekomendasikan beli dengan target harga Rp
83.000/lembar, dari perkiraan sebelumnya Rp 79.000

Anda mungkin juga menyukai