PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
- Bakteri pembusuk
- Temperature
- Waktu
- Tekanan
Waktu pemanasan juga merupakan hal yang berpengaruh terhadap tingkat
pematangan batubara, dimana waktu pemanasan yang lebih lama akan
menghasilkan tingkat pematangan batubara yang lebih tinggi. Oleh karena itu
batubara yang berumur lebih tua akan mempunyai tingkat pembatubaraan
(Coalitification) yang lebih tinggi. Tekanan juga merupakan pengaruh terhadap
proses pematangan batubara, hanya saja pengaruhnya relative kecil bila
dibandingkan dengan temperature dan waktu dalam hal ini tekanan hanya berfungsi
untuk memadatkan bahan organic dan menekan keluar kandungan air yang ada di
dalam batubara.
3
Perubahan komposisi kimia jenis batubara mulai dari jenis gambut (Peat) sampai
pada jenis antrasit disebut tingkatan batubara (Coal rank). Tingkatan atau peringkat
batubara dapat ditentukan dengan berpedoman pada beberapa parameter yang
sangat penting diantaranya adalah analisis ultimat dan analisis proksimat.
4
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas
akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang
berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam
bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana
(CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi
oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan
mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif
dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan
mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya
tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat
berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik
berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan
batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya.
Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
•Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Hasil
endapan batubara dari periode ini sangat sedikit.
•Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara dari periode ini.
•Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuh-tumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
5
•Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India
dan Afrika.
•Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta
tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan
dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora
sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang
terbentuk. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat
proses sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen.
2. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek
sebagai berikut :
Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat
berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari
tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan
morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses
geotektonik.
6
Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora
atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya
dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa
tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara
fisika maupun kimia.
4. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang
menyatakan berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami
transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu
geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah
fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.
5. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan
suatu lapisan batubara dari :
Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan
lapisan batubara yang terbentuk.
Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan
stabil, lipatan, atau patahan.
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade
dari lapisan batubara yang dihasilkan.
7
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas
dari lapisan batubara.
Material Dasar
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
- Tekanan – Cekungan
- Struktur Coal – Topografi
- Intrusi – Iklim
8
digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
5(C6Hlo05) C20H2204 + 3CH4 + 8H,0 + 6C02 + CO
Selulosa lignit gas metan
6(C6H1005) C22H2003 + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO
Cellulose bituminous gas metan
Untuk proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau
dengan bantuan pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan
bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini
hidrogen yang terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.
9
BAB III
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun yang lalu, juga terbentuk
endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti
Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang
lalu) di berbagai belahan bumi lain.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
10
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung
air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi
dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi
pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi
serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)
dan lapisannya (coal seam).
11
endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu
bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat pengaruh
suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda
akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya
dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau
antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang
semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses
pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan
konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Batubara yang berkualitas
tinggi umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin
hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar
karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
12
3.5 Tempat Terbentuknya Batubara
Ada 2 (dua) macam teori yang menyatakan tempat terbentuknya batubara, yaitu :
a..TeorilInsitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk laposan batubara
terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi,
segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata,
kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil. Dapat
dijumpailpadallapanganlbatubaraldilMuaralEniml(SumateralSelatan).
13
b.Teori Drift
14
BAB IV
PENYEBARAN BATUBARA
Sejumlah kantung cadangan batubara yang lebih kecil terdapat di pulau Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan
cadangan batubara terbesar di Indonesia adalah:
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur
15
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan
banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang
batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan).
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali
untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan
penjualan batubara dalam negeri. Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif
masih rendah. Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari
total produksi batubara, sisanya dijual di pasar domestik.
16
persyaratan infrastruktur yang lebih murah dibandingkan dengan sumberdaya
energi lainnya.
Negara tujuan utama untuk ekspor batubara Indonesia adalah China, India, Jepang
dan Korea. Batubara jelas penting untuk pendapatan negara karena komoditas ini
berkontribusi untuk sekitar 85% dari pendapatan sektor pertambangan.
Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa
yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut
yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-
mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk
lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal.
17
4.3 Penyebaran Batubara Di Sumatra
Pulau sumatera juga terletak pada zona lempeng yang aktif, sehingga sangat
berpotensi terdapat eandapan batubara. Biasanya batubara terdapat di cekungan-
cekungan atau lembah lembah. Cekungan batubara adalah penurunan akibat
tekanan yang dialami oleh formasi batuan yang lebih tua yang telah mengandung
endapan batubara. Cekungan batubara yang besar dapat mengandung satu atau lebih
lapangan-lapangan batubara dengan penyebaran dapat mencapai ribuan kilometer
persegi.
Di Sumatera Selatan, endapan batubara berumur Miosen-Pliosen tersebar
pada cekunganSumatra Selatan dan terdapat pada formasi Muara Enim. Endapan
tersebut telah mengalami intrusi andesit pada masa orogenesa Plio-Pleistosen, yang
singkapannya dapat dijumpai di Bukit Asam, Air Laya, Suban, dan Bukit Tapuan.
Endapan batubara terdiri dari lima lapisan yaitu Lapisan A (Lapisan Mangus),
Lapisan B (Lapisan Suban), Lapisan C (Lapisan Petai), Lapisan Keladi, dan
Lapisan Batubara Gantung (coal hanging seam). Ciri khusus endapan batubara
tersebut adalah sebarannya yang terbatas, yang diduga disebabkan oleh banyaknya
kelokan sungai yang mengalir ke dalam daerah pengendapan yang terdapat di ujung
atau di antar endapan kipas aluvium.Di Sumatra Tengah, khususnya daerah di
Sumatera Barat, endapan batubara tersebar pada cekungan antar gunung, atau yang
lebih dikenal dengan Cekungan Ombilin yang memanjang searah dengan struktur
utama Pulau Sumatera (barat lauttenggara). Endapan batubara terdapat pada
formasi Sawah Lunto yang berumur Eosen-Oligosen, terdiri dari tujuh lapisan
batubara yang bila diurut dari yang berumur muda ke tua adalah Lapisan A, B (tiga
lapisan), C dan D (dua lapisan). Jumlah cadangan batubara di Sumatera, termasuk
yang terdapat di daerah Bengkulu dan Aceh diperkirakan sebesar 24,7 miliar ton,
atau mencapai sekitar 67,9% dari cadangan Indonesia.
Pada intinya keberadaan batubara di sumatra terbentuknya di tempat yang
berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah
tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat,
segera tertimbum oleh lapisan sediman dan mengalami proses coalification.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
B. Teori Drift
19
kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama
selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.
5.2 Saran
20