Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi


lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-
pengaruh syn-sedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh
tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur
yang bervariasi.

Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari


endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan. Potensi batubara Indonesia masih memungkinkan untuk
lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada
pengembangan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara.

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di


cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau
Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis
tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar
Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier
Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta


ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi
dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton
digunakan untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri semen dan sisanya
digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan difokuskan pada :

1. Bagaimana bahan pembentukan endapan batubara.

2. Bagaimana mengetahui proses Pembentukan dan Penyebaran endapan


batubara.

1.3 Tujuan

Tujuan dari mahasiswa untuk menyusun makalah ini ialah :

1. Mengetahui apa saja bahan pembentukan endapan batubara


2. Mengetahui lokasi penyebaran dan jenis endapan batubara.
3. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan khususnya dalam
peninjauan cadangan dan penyebaran batubara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batubara

Batubara adalah benda padat berwarna coklat hingga hitam, kekerasannya


kurang dari 3 skala mohs disebut ‘’Paytogenous rock’’ atau batuan berasal dari
diagnesia tumbuhan (flora) sebagai mineral energy berupa batuan yang dapat
dibakar membara dan memberikan energi panas berkomposisi organic maseral
sedikit mineral dengan penyusun unsur utama yaitu karbon (C), serta sedikit unsur
oksigen (O), hidrogen (H), dan nitrogen (N). Sifat kimia berbagai jenis batubara
ditentukan oleh jenis dan jumlah unsur kimia yang terkandung dalam tumbuh-
tumbuhan asalnya (PABA 1982).

Adapun beberapa unsur dan kondisi yang menyebabkan suatu tumbuh-tumbuhan


itu bisa berubah menjadi batubara antara lain yaitu:

- Bakteri pembusuk
- Temperature
- Waktu
- Tekanan
Waktu pemanasan juga merupakan hal yang berpengaruh terhadap tingkat
pematangan batubara, dimana waktu pemanasan yang lebih lama akan
menghasilkan tingkat pematangan batubara yang lebih tinggi. Oleh karena itu
batubara yang berumur lebih tua akan mempunyai tingkat pembatubaraan
(Coalitification) yang lebih tinggi. Tekanan juga merupakan pengaruh terhadap
proses pematangan batubara, hanya saja pengaruhnya relative kecil bila
dibandingkan dengan temperature dan waktu dalam hal ini tekanan hanya berfungsi
untuk memadatkan bahan organic dan menekan keluar kandungan air yang ada di
dalam batubara.

3
Perubahan komposisi kimia jenis batubara mulai dari jenis gambut (Peat) sampai
pada jenis antrasit disebut tingkatan batubara (Coal rank). Tingkatan atau peringkat
batubara dapat ditentukan dengan berpedoman pada beberapa parameter yang
sangat penting diantaranya adalah analisis ultimat dan analisis proksimat.

2.2. Genesa Pembentukan Batubara


2.2.1. Prinsip Sedimentasi

Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan


sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu
cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balk
secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu
membentuk perlapisan yang horizontal.

2.2.2. Skala Waktu Geologi

Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh


material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se
lama jutaan tahun.

Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan


batubara vang mencakup proses :

1. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap


pembusukan (decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob.
Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa,
protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini
biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.

4
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas
akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang
berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam
bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana
(CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi
oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan
mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif
dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan
mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya
tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat
berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik
berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan
batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya.
Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.

2.2.3. Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan


pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

•Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Hasil
endapan batubara dari periode ini sangat sedikit.

•Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara dari periode ini.

•Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuh-tumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

5
•Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India
dan Afrika.

•Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

2.2.4. Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batu Bara

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :

1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta
tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan
dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora
sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang
terbentuk. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat
proses sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen.
2. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek
sebagai berikut :
 Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat
berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
 Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari
tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan
morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses
geotektonik.

6
 Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora
atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya
dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa
tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara
fisika maupun kimia.
4. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang
menyatakan berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami
transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu
geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah
fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.
5. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan
suatu lapisan batubara dari :
 Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan
lapisan batubara yang terbentuk.
 Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan
stabil, lipatan, atau patahan.
 Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade
dari lapisan batubara yang dihasilkan.

7
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas
dari lapisan batubara.
Material Dasar
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
- Tekanan – Cekungan
- Struktur Coal – Topografi
- Intrusi – Iklim

2.2.5 Komposisi Kimia Batu Bara


Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material
yang membentuk batubara, yaitu :
1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri
dari :
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah
kecil.
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi
oleh oksigen.

Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203,


Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam
jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non
combustible material ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan
kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi
lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat

8
digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
5(C6Hlo05) C20H2204 + 3CH4 + 8H,0 + 6C02 + CO
Selulosa lignit gas metan
6(C6H1005) C22H2003 + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO
Cellulose bituminous gas metan
Untuk proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau
dengan bantuan pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan
bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini
hidrogen yang terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.

9
BAB III

BATU BARA SECARA UMUM

3.1. Umur Batu Bara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya


terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan
bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun yang lalu, juga terbentuk
endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti
Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang
lalu) di berbagai belahan bumi lain.

3.2. Kelas dan Jenis Batu Bara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,


panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus,
sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.

Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

10
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung
air 35-75% dari beratnya.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

3.4. Proses Pembatubaraan

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi
dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi
pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi
serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)
dan lapisannya (coal seam).

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon


(Carboniferous Period) -- dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap

11
endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu
bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat pengaruh
suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda
akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya
dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau
antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang
semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses
pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan
konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Batubara yang berkualitas
tinggi umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin
hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar
karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

12
3.5 Tempat Terbentuknya Batubara

Ada 2 (dua) macam teori yang menyatakan tempat terbentuknya batubara, yaitu :

a..TeorilInsitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk laposan batubara
terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi,
segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata,
kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil. Dapat
dijumpailpadallapanganlbatubaraldilMuaralEniml(SumateralSelatan).

13
b.Teori Drift

Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara


terbentuknya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu
berada. Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air
dan berakumulasi di suatu tempat, segera tertimbum oleh lapisan sediman dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran tidak luas tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitasnya
kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama
selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Dapat
dijumpai pada lapangan batubara seperti di delta Mahakam Purba, Kalimantan
Timur.

14
BAB IV

PENYEBARAN BATUBARA

4.1 Penyebaran Batubara Di Indonesia

Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di


dunia. Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia kemudian
menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal
yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram)
dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar
permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun
mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan. Berkaitan dengan cadangan
batubara global, Indonesia saat ini menempati peringkat ke-10 dengan sekitar 3.1
persen dari total cadangan batubara global terbukti berdasarkan BP Statistical
Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara total Indonesia
terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang
memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.

Sejumlah kantung cadangan batubara yang lebih kecil terdapat di pulau Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan
cadangan batubara terbesar di Indonesia adalah:

1. Sumatra Selatan

2. Kalimantan Selatan

3. Kalimantan Timur

15
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan
banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang
batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan).

Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali
untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan
penjualan batubara dalam negeri. Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif
masih rendah. Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari
total produksi batubara, sisanya dijual di pasar domestik.

Produksi, Ekspor dan Konsumsi Domestik Batubara di Indonesia:

Pendorong Peningkatan produksi dan ekspor batubara Indonesia

Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik. Paling sedikit


27 persen dari total output energi dunia dan lebih dari 39 persen dari seluruh listrik
dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara karena kelimpahan jumlah
batubara, proses ekstrasinya yang relatif mudah dan murah, dan persyaratan-

16
persyaratan infrastruktur yang lebih murah dibandingkan dengan sumberdaya
energi lainnya.

Indonesia memiliki cadangan batubara kualitas menengah dan rendah yang


melimpah. Jenis batubara ini dijual dengan harga kompetitif di pasar internasional
(ikut disebabkan karena upah tenaga kerja Indonesia yang rendah).

Indonesia memiliki posisi geografis strategis untuk pasar raksasa negara-negara


berkembang yaitu RTT dan India. Permintaan untuk batubara kualitas rendah dari
kedua negara ini telah naik tajam karena banyak pembangkit listrik bertenaga
batubara baru yang telah dibangun untuk mensuplai kebutuhan listrik penduduknya
yang besar.

Negara tujuan utama untuk ekspor batubara Indonesia adalah China, India, Jepang
dan Korea. Batubara jelas penting untuk pendapatan negara karena komoditas ini
berkontribusi untuk sekitar 85% dari pendapatan sektor pertambangan.

4.2 Penyebaran Batubara Di Kalimantan

Di Kalimantan, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di


cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau
Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat
dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-
kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta
tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa
yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut
yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-
mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk
lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal.

Pada intinya pembentuk lapisan batubara di kalimantan terbentuknya di


tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah
tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi, segera tertimbun
oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.

17
4.3 Penyebaran Batubara Di Sumatra

Pulau sumatera juga terletak pada zona lempeng yang aktif, sehingga sangat
berpotensi terdapat eandapan batubara. Biasanya batubara terdapat di cekungan-
cekungan atau lembah lembah. Cekungan batubara adalah penurunan akibat
tekanan yang dialami oleh formasi batuan yang lebih tua yang telah mengandung
endapan batubara. Cekungan batubara yang besar dapat mengandung satu atau lebih
lapangan-lapangan batubara dengan penyebaran dapat mencapai ribuan kilometer
persegi.
Di Sumatera Selatan, endapan batubara berumur Miosen-Pliosen tersebar
pada cekunganSumatra Selatan dan terdapat pada formasi Muara Enim. Endapan
tersebut telah mengalami intrusi andesit pada masa orogenesa Plio-Pleistosen, yang
singkapannya dapat dijumpai di Bukit Asam, Air Laya, Suban, dan Bukit Tapuan.
Endapan batubara terdiri dari lima lapisan yaitu Lapisan A (Lapisan Mangus),
Lapisan B (Lapisan Suban), Lapisan C (Lapisan Petai), Lapisan Keladi, dan
Lapisan Batubara Gantung (coal hanging seam). Ciri khusus endapan batubara
tersebut adalah sebarannya yang terbatas, yang diduga disebabkan oleh banyaknya
kelokan sungai yang mengalir ke dalam daerah pengendapan yang terdapat di ujung
atau di antar endapan kipas aluvium.Di Sumatra Tengah, khususnya daerah di
Sumatera Barat, endapan batubara tersebar pada cekungan antar gunung, atau yang
lebih dikenal dengan Cekungan Ombilin yang memanjang searah dengan struktur
utama Pulau Sumatera (barat lauttenggara). Endapan batubara terdapat pada
formasi Sawah Lunto yang berumur Eosen-Oligosen, terdiri dari tujuh lapisan
batubara yang bila diurut dari yang berumur muda ke tua adalah Lapisan A, B (tiga
lapisan), C dan D (dua lapisan). Jumlah cadangan batubara di Sumatera, termasuk
yang terdapat di daerah Bengkulu dan Aceh diperkirakan sebesar 24,7 miliar ton,
atau mencapai sekitar 67,9% dari cadangan Indonesia.
Pada intinya keberadaan batubara di sumatra terbentuknya di tempat yang
berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah
tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat,
segera tertimbum oleh lapisan sediman dan mengalami proses coalification.

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi


lingkungan pengendapan tertentu. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Pada dasarnya batubara termasuk ke
dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel
yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami
kompaksi serta transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia.
Ada 2 macam teori yang menyatakan tempat terbentuknya batubara, yaitu :
A. Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi, segera
tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata,
kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil.

B. Teori Drift

Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara


terbentuknya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu
berada. Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air
dan berakumulasi disuatu tempat, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran tidak luas tetapi dijumpai dibeberapa tempat, kualitasnya

19
kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama
selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.

5.2 Saran

 Sebagai mahasiswa kita harus mempelajari ilmu batubara lebih dalam


lagi .
 Sebagai mahasiswa kita harus mengetahui bagaimana proses
pembentukan batubara dan bagaimana penyebaranya di indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai