PERILAKU KEKERASAN
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku Kekerasan
1
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, di mana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku,
lobul frontal (untuk pemikiran rasional0, dan lobus temporal (untuk interprestasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
Faktor Presipitasi
1. Klien : kelemahan fisik, keputusaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
C. POHON MASALAH
D. PENENTUAN DIAGNOSA
TANDA MAYOR (harus terdapat satu atau lebih)
1. Mengekspresikan keinginan atau maksud untuk membahayakan diri
2. Mengekspresikan keinginan untuk mati atau melakukan bunuh diri
3. Riwayat sebelumnya dari usaha membahayakan diri
TANDA MINOR (mungkin terdapat)
1. Konsep diri kurang
2. Depresi
2
3. Halusinasi
4. Penyalahgunaan zat
5. Kontrol impuls yang kurang
6. Agitasi
7. Keputusasaan
8. Ketidakberdayaan
9. Kurangnya system pendukung
10. Kepedihan emosional
11. Bermusuhan
E. PERUMUSAN DIAGNOSA
Resiko perilaku kekerasan
4
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Buku
Kedokteran EGC:Jakarta
Kusumawati, Farida, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
5
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Raut muka klien
Pandangan mata ke bawah jika diajak bicara
Tangan gemetar dan menggenggam
Bicara ngelantur
2. Diagnosa keperawatan :
Resiko mencederai diri sendiri/orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
(marah)
3. Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku marah dan tanda-tandanya
4. Tindakan keperawatan:
TUK 1 : Bina hubungan saling percaya
- Sapa klien dengan ramah
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama panggilan dan nama lengkap
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Bicara jujur dan tepat janji
- Tunjukkan sikap empati dan apa adanya
- Beri perhatian pada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien
- Buat kontak dengan klien
TUK 2 : Kaji pengetahuan klien tentang perilaku marah dan tanda-tandanya
- Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab dari kejengkelan
c. Kontrak
6
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan permasalahan yang bapak H hadapi
dan cara penyelesaiaan yang akan kita lakukan? Kira-kira dimana tempat kita akan
berbicara? Bapak H mau berapa lama kira-kira kita berbicara? Bagaimana kalau 30
menit?”
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka
Aditama.
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam
Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur, 29-37.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Trans Info MEdia.