BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan
Definisi Kepemimpinan menurut para pakar.
• Fiedler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar
kerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
• John Pfiffner (1953), kepemimpinan adalah kemampuan mengoordinasikan dan memotivasi
orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
• Gardner. J. W. (1990), kepemimpinan adalah proses persuasi atau misalnya dengan mana
seorang individu (tim kepemimpinan) menginduksi kelompok untuk mengejar tujuan yang
dimiliki oleh pemimpin atau share oleh pemimpin dan pengikutnya.
• Yukl, Gary (2010), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi lain untuk memahami dan
setuju tentang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya, dan proses upaya
memfasilitasi indiviual dan kolektif untuk mencapai tujuan berbagi.
B. Teori Kepemimpinan
2. Teori Sifat
Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat yang positif, seperti adil, melindungi,
percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan kreatif.
Menurut penelitian Keith Davis, ada empat sifat umum yang berpengaruh kepada keberhasilan
seorang pemimpin, yaitu kecerdasan, kedewasaan, motovasi atau dorongan berprestasi dan
sikap-sikap yang berhubungan dengan kemanusiaan.
3. Teori Keturunan
Banyak yang menyatakan bahwa seorang pemimpin karena keturunan dan warisan.
Karena orang tuanya seorang pemimpin, maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin
menggantikan orang tuanya, seolah-olah seorang pemimpin sudah ditakdirkan.
4. Teori Karismatik
Tidak sedikit yang menyatakan bahwa seorang pemimpin hadir karena dari sisi
karismanya yang sangat besar. Pemimpin yang berkarismatik biasanya memiliki daya tarik,
kewibawaan, dan pengaruh yang sangat besar.
5. Teori Bakat
Bakat dapat menjadi acuan bagi seseorang untuk menjadi seorang pemimpin, bakat
kepemimpinan itu harus dikembangkan misalnya dengan memberi kesempatan seseorang untuk
menduduki suatu jabatan.
6. Teori Sosial
Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin, setiap orang mempunyai bakat
untuk menjadi pemimpin asal diberi kesempatan. Setiap orang dapat didik menjadi pemimpin
karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun
pengalaman praktik.
7. Teori Kelompok
Supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran
yang positif diantara pemimpin dan para pengikutnya. Teori ini perkembangannya pada
psikologi sosial.
8. Teori Situasional
Menyatakan bahwa beberapa variabel situasional mempunyai pengaruh terhadap
kepemimpinan, kecakapan dan perilakunya termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasa para
pengikutnya.
C. Proses Kepemimpinan
Pemimpin muncul disemua organisasi. Seperti bank tempat Kelly McCaul, pemimpin
dapat ditemukan di kelompok formal dan juga kelompok informal. Pemimpin mungkin
berjabatan manajer tapi bisa juga nonmanajer. Pentingnya kepemimpinan efektif untuk mencapai
kinerja optimal individu, kelompok, dan oeganisasi sangat besar sehingga banyak dilakukan
usaha menentukan penyebab dari kepemimpinan semacam itu. Beberapa orang merasa yakin
bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung pada sifat dan perilaku tertentu secara terpisah
maupun gabungan. Orang lainnya yakin bahwa satu gaya kepemimpinan efektif digunakan untuk
semua situasi. Namun, masih ada orang lain lagi yang yakin bahwa tiap situasi memerlukan satu
gaya kepemimpinan yang spesifik. Apakah manajer selalu merupakan pemimpin? Sayangnya,
jawabanya adalah tidak.
D. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai funsi tertentuyang berbeda satu sitem osial dengan sitem
sosial yang lainnya. Namun secara umum kepemimpinan mempunyai pola dasar yang sama.
1. Menciptakan Visi
Persyaratan seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan menciptakan visi. Visi
sendiri adalah apa yang diimpikan, keadaan masyarakat yang dicita-citakan, apa yang ingin
dicapai oleh pemimpin dan para pengikutnya dimasa yang akan datang. Visi yang memotivasi
dan mendorong serta mengenergi merek bergerak untuk menciptakan perubahan. Menurut Gary
Yukl, untuk menciptakan visi, seorang pemimpin memerulakan kemampuan analisis, intuisi dan
kreativitas untuk menyintesiskan visi.
2. Mengembangkan Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah norma, nilai, asumsi, filsafat organisasi dan sebagainya yang
dikembangkan oleh pemimpin organisasi dan diajarkan kepada para anggota yang diterapkan ada
perilaku sebuah organisasi. Secara umum, budaya organisasi dirumuskan sebagai visi, misi,
tujuan strategik dan nilai-nilai strategik dengan pengawasan yang sistematik.
3. Menciptakan Sinergi
Tugas penting seorang pemimpin adalah mempersatukan para pengikut dan menggerakan
mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka direkrut dengan tujuan untuk ikuet serata
merencanakan, melaksanakam dan menevaluasi kobtribusinya secara maksimal kepada
organisasi daalam kesatuan tujuan organisasi.
4. Menciptakan Perubahan
Seorang pemimpin merupakan agen perubahan yang brupaya menciptakan perubahan
secara terus menerus dan mempu menciptakan terobosan (breakthrough).
5. Memotivasi Para Pengikut
Memotivasi para pengikut merupakan upaya pemikiran yang sistematis mengenai
keadaan para pengikut dan teknik motivasi yang digunakan. Pemimpin menumbuhkan dan
mendorong hasart, keinginan, kesadaran, kemauan dan etos kerja untuk bergerak, bertindak dan
bekerja dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi.
6. Memberdayakan Pengikut
Memberdayakan merupakan salah satu askpek mengembangkan organisasi yang
menyangkut pengembangan sumber daya manusia. Mengembangkan organisasi merupakan
pendekatakan sitematik terintergrasi dan terencana untuk memperbaiki efektifitas kelompok
orang dalam unit atau keseluruhan organisasi. Menurut Vicent Armentano, memberdayakan
pengikut menghasilkan fenomena meningkatkan hasil kerja, memperbaiki proses kerja,
menurunkan biaya oprasi, berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
meningkatkan kepuasan kerja.
7. Mewakili Sistem Sosial
Seorang pemimpin mewakili sistem sosial/organisasi yang dipimpinnya. Ia bertindak
sebagai tokoh, simbol dan wajah dari sistem sosial yang dipimpinnya. Sistem sosial tercermin
pada wajah, sikap dan perilakunya. Dalam memimpin sistem sosialnya, pemimpin menjalankan
sebuah peran kepemimpinan/ manajerialnya. Henry Mintberg, mengemukakan bahwa seorang
pemimpin mempunyai tiga peran, yaitu peran interpersional (peran yang mewakili kedalam dan
keluar organisasinya), peran informasional (peran pengumpul dan penyebar informasi dan juru
bicara organiasi) dan yang terakhir adalah peran pembuatan keputusa, yaitu meluputi
menyelesaikan gangguan, mengalokasikan sumber-sumber dan negosiator.
8. Manajer Konflik
Dengan melihat latar belakang ras, agama, pendidikan, jenis kelamin, budaya,
pengalaman dan lain sebagainya, hal tersebut dapat mendatangkan konflik. Disampign itu,
konflik dapat terjadai karena antara pemimpin dan pengikut, atau antara organisasi dengan
organisasi lain akan menjadi sebuah konflik destruktif yang mengganggu pelakasanaan aktivitas
dan kinerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan ini, pemimpin
berfunshi sebagai manajer konflik yang berperan menyelesaikan konflik. Organisasi yang
mapan, mempunyai asumsi, kebijjakan dan prosedur menyelesaikan konflik yang terjadi.
9. Membelajarkan Organisasi
Menurut Peter H. Senge, pembelajaran organisasi merupakan keadaan dimana para
anggota organisasi secara terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil-
hasil yang mere inginkan, dimana ada pola pikir baru dan ekspansif dipelihara, dimana aspirasi
kolektif dibebaskan dan dimana orang-orang secara terus menerus belajar dan bagaimana belajar
bersama. Dalam Learning Organization, pemimpin mempunyai peran kritikal, yaitu sebagai
pemimpin sebagai desainer (mendesain tujuan, visi, nilai-nilai inti, kebijakan, strategi dan
struktur organisasi) , sebagai guru (seperti pelatih, pemandu dan fasilitator) dan pramugara (
melayani orang yang dipimpinnya).
E. Gaya Kepemimpinan
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya
direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan
sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana,
kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki
kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta
menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku
pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak
buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan
aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada
pimpinan dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh
lepas dari ketentuan yang ada.
Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi
dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias berjalan apabila
bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran
cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan
kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan
tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang
dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama
sekali tak pernah diperhatikan.
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan
gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin,
kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong
Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa
yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin
akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
• Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan
sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang
– orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari
pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa
tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat. Jika saya
menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena melalui
gaya kepemimpinan seperti ini permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara
atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan.
Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan mereka
cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis
perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation, Routine
change, serta Limited change.
Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang sangat
besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin
tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses
argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.
1. Sifat
2. Kebiasaan
3. Tempramen
4. Watak
5. Kepribadian
2. Kebiasaan
Kebiasaan memegang peranan utama dalam gaya kepemimpinan sebagai penentu pergerakan
perilaku seorang pemimpin yang menggambarkan segala tindakan yang dilakukan sebagai
pemimpin baik.
3. Tempramen
Temperamen adalah gaya perilaku seorang pemimpin dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan dalam berinteraksi dengan orang lain. Beberapa pemimpin bertemperamen aktif,
sedangkan yang lainnya tenang. Deskripsi ini menunjukkan adanya variasi temperamen.
4. Watak
Watak seorang pemimpin yang lebih subjektif dapat menjadi penentu bagi keunggulan seorang
pemimpin dalam mempengaruhi keyakinan (determination), ketekunan (persistence), daya tahan
(endurance), keberanian (courage).
5. Kepribadian
• Pengertian Manajerial
Diskursus tentang istilah pemimpin dan manajer adalah suatu keharusan, mengingat
pemimpin dalam proses kepemimpinan serta manajer dalam proses manajerial, dua istilah yang
secara substantif dan fungsional memiliki perbedaan yang signifikan. Namun dari keduanya
tidak dapat dipisahkan dan keduanya saling memiliki keterkaitan. Oleh karenanya, penting
kiranya mendefinisikan istilah tersebut. Namun dalam makalah ini lebih spesifik pembahasannya
pada aspek manajerial.
Kata manajerial pada hakekatnya berhubungan erat dengan manajemen, dan manajer atau
bercorak manajer atau menekankan pada manajer. Kata manajemen secara bahasa berasal dari
bahasa latin yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.
Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani. Managere
diterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda
manajemen, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Sedangkan manajemen secara istilah manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan pengawasan usaha para anggota-anggota organisasi dan pengguna
sumber daya organisasi lainnya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Disisi lain manajemen berarti mengetahui kemana yang akan dituju, kesukaran apa yang harus
dihindari, kekuatan apa yang harus dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta
anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.[5]
Dari beberapa defnisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu aktivitas
seseorang dalam mengatur sebuah pekerjaannya, baik yang sifatnya kelembagaan, maupun non
kelembagaan dengan diawali dari sebuah perencanaan, dilanjutkan dengan pengorganisasian,
melakukan fungsi control serta mengaktualisasikannya.
Kaitannya dengan manajerial, bahwa istilah manajemen pada dasarnya ada titik korelasi, dua
istilah tersebut adalah sama mengandung arti merencanakan, mengatur dan sebagainya, tetapi
pemahaman yang sederhana, manajemen lebih bersifat umum, sedangkan manajerial, melekat
dengan profesi manajer atau manifestasi dari aktivitas manajer. Manajerial adalah kata kerja
operasional dari kata manajer. Kata manajer menekankan pada orangnya, sedangkan manajerial
menyangkut pekerjaan yang dilakukan manajer. Jadi kata manajerial adalah suatu aktifitas atau
pekerjaan yang dilakukan manajer dalam merencanakan, mengorganisir, mengelola, mengontrol
serta mengevaluasi berbagai pekerjaannya.
Terminologi lain dijabarkan pula, kaitannya pemimpin dengan manajer Seorang pemimpin
yang menjalankan peran kepemimpinannya dalam berbagai lembaga pada dasarnya adalah
seorang manajer. Ketika berposisi sebagai seorang manajer, ia dituntut untuk mampu mengelola
dinamika kegiatan lembaga yang dipimpinnya dengan baik guna menunjang pencapaian tujuan.
Sehubungan dengan hal ini, ia membutuhkan keberadaan orang lain berupa karyawan atau
bawahan untuk dipimpinnya bekerja sama dan memberikan kontribusi bagi pencapaiannya.
Karenanya, salah satu tolak ukur kualitas pribadi pemimpin (yang juga berperan sebagai
manajer) adalah kemampuannya mengoptimalkan dan mendayagunakan kecakapan para
bawahan serta memberdayakan mereka. Ia juga harus dapat melakukan kaderisasi dengan baik
sehingga pada saat proses alih kepemimpinan terjadi, hal itu dapat terlaksana secara lancar tanpa
hambatan berarti. Pendelegasian wewenang yang hasilnya diketahui nantinya merupakan dasar
penilaian terhadap kaderisasi kepemimpinan.
Dalam kajian sosiologis dan antropologis, hakekat dari pekerjaan manajerial memberikan
deskripsi tentang apa maksud dan tujuan orang bekerja, apa implikasi pekerjaan terhadap
kebutuhan sosiologisnya, serta bagaimana pekerjaan tersebut memiliki nilai dan apresiasi
terhadap pekerjaan yang dilakukannya baik dinilai secara personal, maupun orang lain.
Dalam konteks sosiologis, dan antropologis hakekat dari pekerjaan manajerial adalah:
1. Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya, khususnya untuk kehidupan keluarganya. Hal
itu tidak lain ialah mendapatkan kesejahteraan dalam keluarga, hal itu tentu tidak hanya diukur
dari materiil saja(lahiriyah), tetapi lebih dari itu sejahtera secara batin.
2. Disamping untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, manusia sebagai makhluk social, juga
terdorong instink untuk berkehendak untuk memperoleh kesejahteraan social. Pencerminan
adanya kemauan untuk memperoleh kesejahteraan social terlihat dari tingkah laku masyarakat
pada umumnya, yaitu adanya kesediaan dan kemampuan mereka untuk mengamati tata sosialnya
yang ada dan untuk turut serta dalam usaha mengembangkan, memajukan, dan memelihara serta
mempertahankan tata susila. Ini berarti adanya hubungan yang serasi antara orang dan
lingkungan hidupnya.
3. Bekerja untuk memperoleh status sosialnya, mengingat manusia disamping memenuhi kebutuhan
sehari-harinya, disisi lain selaku makhluk yang berkehendak, manusia membutuhkan status
sosialnya, untuk diakui, dihormati serta dihargai oleh orang lain.
Tinjauan sosiologis diatas, mengisyaratkan bahwa dalam pekerjaan manajerial tidak bisa
dilepaskan dari dorongan yang ada pada diri setiap manusia. Kapan dan dimanapun ia berada,
akan selalu terdorong untuk memenuhi tuntutan naluri sosiologisnya. Sepanjang ia masih
bernafas, berdialog, bergaul dengan sesamanya, maka akan senatisa terdorong untuk
mewujudkannya.
Suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku secar teratur, yang ditimbulkan
karena suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi
bagaimana peranan harus dijalankan.
Peranan timbul karena seorang manajer memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia
mempunyai lingkungan, yang setiap saat ia perlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan
beraneka macamnya, dan masing-masing manajer akan mempunyai lingkungan yang berlainan.
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh
peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh
peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
Lebih lanjut hasil riset yang dikembangkan oleh slamet dalam bukunya Muhaimin dkk,
memberikan deskripsi tentang peran manajer dalam konteks pendidikan. Bahwa disetiap institusi
pendidikan peran kepala menjadi pemicu tentang keberhasilan dalam mewujudkan visi
kelembagaan, oleh karenya sebagai kepala sekolah tentu tidak hanya menjadi pemimpin saja,
tetapi juga harus mempunyai kemampuan manajerial, yakni
• Mengerjakan sebuah pekerjaan di suatu lembaga tidak hanya melakukan hal-hal yang benar
saja, tetapi mengerjakan pekerjaan dengan benar(cepat, tepat, teliti, disiplin, tidak menunda-
nunda waktu, dan cinta terhadap pekerjaannya.
• Seorang manajer harus siap, tegas, tangkas, berani untuk menghadapi berbagai
kompleksitas.
• Mampu melakukan control terhadap diri, mitra kerjanya dalam setiap pekerjaan.
• Mampu menjadi pembangun(pendorong) kearah yang lebih baik.
• Memiliki kepedulian, baik terhadap bidang yang ia kerjakan maupun terhadap patner
kerjanya.
• Mampu menjaga, memelihara system yang dibuat dan bekerja berdasarkan sitem tersebut.
• Tidak terlalu memikirkan posisi, tetapi lebih pada keberfungsian dan kebermanfaatan, nilai,
dan tanggung jawab.
Dalam setiap pekerjaan manajerial, hambatan dan tantangan adalah suatu hal yang pasti ada
dan tak bisa dihindari oleh para manajer. Baik tantangan yang datang dari internal, maupun dari
eksternal. Oleh karenanya penting seorang manajer dibekali pedoman sekaligus pemahaman
tentang beberapa poin penting yang menjadi kerangka dalam menjalankan aktifitas
manjerial.
1. Mengerti alasan permintaan dan hambatan.
Maksudnya: seorang manajer penting untuk mengetahui bagaimana para bawahan atau orang
lain merasakan peran manajer dan apa yang mereka harapkan dari apa yang dikerjakan. Persepsi
mengenai permintaan dan hambatan mau tidak mau akan menyangkut penilaian yang sifatnya
subjetif dari para bawahan. Dalam prakteknya dilapangan, terkadang banyak para manajer yang
gagal dan tidak memilki kepekaan terhadap para bawahan, sehingga dalam setiap pekerjaan yang
ada berjalan apa adanya. Reputasi manajer akan dapat rusak oleh teman-teman sejawat yang
marah dan frustasi akibat kitidakpuasan, perintah yang cenderung intimidatif. Oleh
karenanya seorang manajer harus peka, dan mampu merumuskan dan memodifikasi harapan
yang timbul dari bawahan. Intensitas komunikasi dan aktif mengajukan pertanyaan,
mendengarkan bawahan dari pada terus bekhotbah, peka terhadap reaksi negative, mencoba
menemukan nilai dan kebutuhan yang mendasari opini dan prefensi orang lain.