MAKALAH
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
APPENDIKSITIS / APPENDIKTOMI
Created by : Mas Irul
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post appendiktomy secara
komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.
1.4 Manfaat
1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien
post appendiktomy.
2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang benar tentang masalah klien post appendiktomy
1.5 Sistematika
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun
proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap penderita secara
nyata yang sistematikanya disusun sesuai bab II
Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan penulisan
Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan penulisan dan
beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari
bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat antara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab umum dari
akut abdomen (Junaidi, dkk ).
Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada suatu
appendiks ( Baratajaya ).
2.3. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia
dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya
benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya
keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama
mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika
serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X
maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan
aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut
dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila
omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul
suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya
tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh
darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian
gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
2.5.2 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah
.
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
4. Torax dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat
Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing,
stridor.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis,
periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang
kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan
atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data subyektif dan data
obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya
dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar).
d. Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan
berdasarkan analisa data yang diperoleh dari pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada penderita post appendiktomy :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan ( Ingnatavicius).
2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi ( Doenges ).
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan akan penyembuhan penyakit
( Ingnatavicius ).
2.5.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai dengan
prioritas
masalah kesehatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.
d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri.
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka
operasi.
e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda atau gejala infeksi.
b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.
c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.
e. Observasi tanda – tanda vital.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada tanda – tanda infeksi.
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka
operasi.
c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman.
d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.
e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya mengatasi .
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat proses infeksi dalam
tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur dengan tenang dan
berkomunikasi dengan teman sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya
b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan penyakit).
c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.
Rasional :
a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien menerima dan beradaptasi dengan
baik.
b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir secara konstruktif.
c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)
2.5.4 Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien.
2.5.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak
tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk
mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
DAFTAR PUSTAKA
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media.
Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran edisi II Media Aeskulis, FKUI .
Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi “OPTEK” UNAIR Press;.