( PHYSICAL ASSESSMENT )
H. RIWAYAT PSIKOLOGIS
1. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana yang
membahagiakan klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.
2. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan atau
lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah komunikasi klien jelas,
apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
3. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah klien
aktif atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka atau tertutup.
4. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya
5. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS.
K. KEADAAN UMUM
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah di
tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat makan sendiri,
dan tidak dapat ke kamar mandi.
2. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
penyebaran, bau, rontok ,warna. Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah
penyebaran. Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada
sindrom chasing, polycistik ovari’i, dan akromrgali, penurunan jumlah dan
pertumbuhan rambut seperti pada penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih
sebelum waktunya terjadi pada penderita anemia perniciosa, merah dan mudah rontok
pada malnutrisi.
3. Pemeriksaan Kuku
1) Inspeksi dan palpasi
Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian –bagian kuku :
a. Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
b. Lempeng kuku
c. Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
d. Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium
a) Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di depan mata kanan
pemeriksa, untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk
melihat lurus ke depan dan mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika
pemeriksa menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya
dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan,
lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan
diopter lensa diatur pada angka "0" jika ia tidak menggunakan kaca mata.
Pemeriksa yang miopia harus memulai dengan lensa "minus", yang
ditunjukkan oleh angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang hiperopia
akan memerlukan lensa "plus", yang ditunjukkan oleh angka-angka
berwarna hitam. Jari telunjuk tetap pada cakram untuk memudahkan
mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan
ibu jari kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien.
Oftalmoskop dan kepala pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit.
Pemeriksa yang melihat melalui oftalmoskop, harus mendekati pasien
setinggi mata sejauh sekitar 15 inci pada sudut 20° lateral dari pusat, seperti
yang terlihat pada gambar 3.15. Cahaya harus menyinari pupil. Pantulan
sinar berwarna merah, refleks merah, dapat terlihat pada pupil. Pemeriksa
harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20° yang sama, pemeriksa
akan mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus bergerak lebih
dekat ke pasien, membawa lengan yang memegang oftalmoskop ber-
lawanan dengan dagu pasien. Jika sudah terjadi kontak dengan pasien,
maka akan terlihat papil saraf optikus atau pembuluh darah. Dengan
memutar roda diopter . Unit tenaga optik dari lensa untuk sinar cahaya
divergen atau konvergen.
3. Pemeriksaan Telinga
1) Inspeksi dan palpasi
Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen. Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk,
transparansi, perdarahan, dan perforasi.
Uji kemampuan kepekaan telinga :
a. dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji kemampuan pendengaran
telinga kiri dan kanan
b. dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar telinga
kanan dan kiri
c. dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi
suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara kanan
dan kiri
d. dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan kemampuan
pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi udara setelah suara dari
kondusi tulang
e. dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan kemampuan
hantaran konduksi udara antara pemeriksa dank lien, dengan syarat
pendengaran pemeriksa normal.
4. Pemeriksaan Hidung
1) Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah pembengkokan atau
tudak). Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa
hidung, adakah pembesaran ( polip )
6. Pemeriksaan Wajah
1) Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur
wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
7. Pemeriksaan Leher
1) Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen
obesitas, adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal
pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus.
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan
pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena
jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak
vertical permukaan atas kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah
jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan
vena jugularisnya adalah : JVP = 5 – a Cm,( bila di bawah bidang horizontal )
JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5 – 2
CmHg
d. Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan
memasukan cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 – 15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan
posisi trakea
Pembesarn kelenjar limfe leher ( Adenopati limfe )menandakan adanya peradangan
pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses
desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum
P. PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Inspeksi
mati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada
klien yang gemuk.
2. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
1) ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
2) ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
3) ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
3. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
batas-batas jantung normal adalah :
1) Batas atas : ICS II Mid sternalis
2) Batas bawah : ICS V
3) Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
4) Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
4. Auskultasi
1) Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis, dan pada ICS V
Mid Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras akibat
penutupan katub mitral da tricuspidalis.
2) Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III
linea sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan
pulmonal.
3) Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda
dan orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai dengan
oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut
Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel
kiri dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
4) Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic
akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur :
a. Hampir tidak terdengar
b. Terdengar lemah
c. Agak keras
d. Keras
e. Sangat keras
f. Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar
1. Inspeksi
1) Bemtuk abdomen : Membusung, atau datar
2) Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
3) Kesimetrisan bentuk abdomen
4) Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas
abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta
hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada
obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada
abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak terlihat
terlalu menonjol.
a. Gambaran normal
b. Gambaran Hipertensi portal
c. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
2. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit,
normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut
Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat
(meteorismus) pada klien ileus paralitik.
3. Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
1) Palpasi Hepar :
Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk, Perawat berdiri di sebelah kanan
klien, dan meletakan tangan di bawah arcus costai 12, pada saat isnpirasi lakukan
palpasi dan diskripsikan : Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran
berapa jari dari arcus costae, perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau
berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul atau tajam. Normalnya hepar tidak teraba.
2) Palpasi Lien :
Posisi pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari midclavikula kiri
ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus
costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan
nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
3) Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan
,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
4) Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke dullnes
merupakan batas cairan acites
5) Shiffing Dullnes :
dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya cairan acites akan
mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral lebih pekak/
dullness
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
6) Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba.
R. PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
1) Inspeksi :
a. Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
b. Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
c. Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah
(Hipospadia) lubang uretra pada batang penis ( Epispadia )
2) Palpasi
a. Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
b. Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis
normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
a) Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal
pada tunika vaginalis.
b) Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
c) Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi pada
tubulus/ saluran sperma.
d) Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benaign
atau maligna, syphilis ,atau tuberculosis.
e) Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau
Mycobacterium tuberculosis.
f) Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
g) Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya
biasanya tidak nyeri.
Wanita:
Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)
Wanita:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)
Nilai Normal Trombosit Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)
Pria: Trombosit : 150.000 – 440.000 (150.000 Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl)
– 400.000) (/ul) Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)
Wanita: Trombosit : 150.000 – 400.000(/ul)
Nilai Normal eritrosit Nilai Normal Hematokrit
Pria: Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul) Pria: Hematokrit (Ht) : 41.0 – 53.0 (40 – 54) (%)
Wanita: Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul) Wanita : Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)
Nilai Normal SGOT SGPT Nilai Normal Albumin
Wanita:
SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)
Wanita:
Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)
Nilai Normal Ureum (Nilai Normal BUN) Nilai Normal LED
Arsik 95 94,05 1
Ayam Bakar Bumbu Kuning 100 129,4 1,5
Ayam Panggang 100 164,3 3,25
Daging Panggang 70 150 1,75
Ikan Mas Pepes 200 143,5 1,75
Sambal Goreng Tempe 50 116 1,5
Telur Asin Rebus 75 138 1,75
Telur Ayam Rebus 60 97 1,25
Udang Rebus 100 91 1,25
Lauk Pauk Golongan B
Sayuran Golongan A
Sayuran Golongan B
Sayuran Golongan C
Minuman Golongan A
Nama Minuman Berat(gr) Kalori Unit
Minuman Golongan B
Kerupuk Udang 20 72 1
Apel 160 92 1
Apel Merah 140 82 1
Belimbing 160 80 0,75
Duku 200 81 1
Jambu Air 60 35,4 0,5
Jambu Biji 320 157 2
Jeruk Medan 140 46 0,5
Jeruk Pontianak 150 67 0,75
Jeruk Sunkist 200 40 0,5
Mangga Manalagi 100 72 1
Nanas 200 104 1,25
Pepaya 100 46 0,5
Pir 200 80 1
Pisang Rebus 125 136,5 1,75
Salak 150 63,6 0,75
Semangka 150 48 0,5
Alpukat 100 85 1
Lengkeng 100 79 1
Melon 120 46 0,5
Bakpia 25 68 1
Bakwan 100 270 3,25
Bika Ambon 50 99 1,25
Black Forrest 200 585 7,5
Cara Bikang 70 128 1,5
Cheese Cake 10 281 3,5
Dunkin Donat Keju 170 283 3,5
Emping Melinjo Asin 25 173 2,25
Kastengels (10 bh) 100 426 5,75
Keju Lembaran (1bh) 20 65 3,25
Kerupuk Mie 25 119 1,5
Klepon 60 68 0,75
Kroket Kentang 75 146 1,25
Kue Ape 60 151 2
Kue Cubit 60 183 2,25
Kue Cucur 90 152 2
Kue Ku 50 237 3
Kue Lumpur 80 232 3
Kue Pukis 40 181 2,25
Lapis Legit 50 307 3,75
Lemet/Timus 120 603 7,5
Lopis Ketan 125 350 4,25
Lumpia 60 76 1
Martabak Keju 100 265 .3.25
Martabak Mesir 100 200 2,5
Martabak Telur 95 196 2,5
Muffin Coklat 80 361 4,5
Muffin Keju 80 400 5
Nastar (7bh) 150 538 6,75
Onde - Onde 65 317 4
Pastel 75 302 3,75
Potato Chip 170 298 3,75
Putu Mayang 120 98 1,25
Rempeyek Kacang 50 250 3
Risol 100 247 3
Roti Coklat 100 240 3
Sosis Solo 50 191 2,25
Sus Vla 85 129 1,5
Talam Hijau 70 292 3,5