Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN PRAKTIS PEMERIKSAAN FISIK UMUM

( PHYSICAL ASSESSMENT )

A. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu,melakukan pemeriksaan fisik pada
klien dengan cara sistematik dan benar, sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa
dan akhirnya memberikan intervensi serta implementasi keperawatan dengan benar

B. TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


Setelah melakukan praktek dilaboratorium mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan prinsip umum pengkajian
2. Mendemonstrasikan cara pendekatan / anamnese pada klien
3. Menyiapkan alat yang diperlukan dalam pemerikasaan fisik
4. Mengatur posisi pasien saat pemerikasaan fisik
5. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
6. Mendemonstrasikan tehnik-tehnik pengkajian
7. Melakukan pendokumentasian hasik\l pemeriksaan

C. MATERI YANG HARUS DIKUASAI


1. Tehnik komunikasi terapeutik
2. Dasar teori tahapan pemerikasaan fisik

D. ALAT DAN BAHAN


1. Klien dan status klien
2. Meja dorong atau baki
3. Alat-alat sesuai kebutuhan pemeriksaan
1) Tensimeter 14) Spatel lidah
2) Termometer 15) Kaca laring
3) Stetoskop 16) Pinset anatomi
4) Jam tangan 17) Pinset cirrurgi
5) Lampu kepala 18) Sarung tangan
6) Lampu senter 19) Bengkok
7) Optalmoskop 20) Timbangan
8) Otoskop 21) Reflek hammer
9) Tonometri 22) Botol 3 buah
10) Metelin 23) Sketsel
11) Garpu tala 24) Kertas tissue
12) Spekulum hidung 25) Alat dan buku catatan perawat
13) Snellen card

E. LANGKAH – LANGKAH PHYSICAL ASSASSMENT


Sebelum memulai pemeriksaan fisik ucapkanlah salam kepada klien dan perkenalkan diri
anda, jabat tangan kalau mungkin kemudian dilanjutkan dengan :
1. Lakukan pendekatan interpersonal yang ramah, sopan, menghargai klien ,dapatkan data
biografi klien.
2. Jelaskan maksut dan tujuan dilakukan pemeriksaan fisik
3. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai langkah-langkah berikut :
F. ANAMNESE
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien
dibawa ke Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang, kronologis dari penyakit yang diderita saan ini mulai awal
hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi ;
a. P = Provoking atau Paliatif
Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat mengurangi dan memperberat penyakitnya ?,
Apa yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ?, Keluhan psikologis yang
dirasakan !
b. Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien
c. R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?
d. S = severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi keluhan
e. Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah timbul tiba-tiba atau
bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?
Riwayat Penyakit Yang Lalu,
Penyakit apa saja yang pernah dialami klien, baik yang ada hubungannya dengan
penyakit yang diderita sekarang atau tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
diderita sekarang, riwayat operasi, dan termasuk riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga,
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama?, Penyebab kematian bila ada
anggota keluarga yang meninggal?, Apakah ada jenis penyakit herediter dalam keluarga?

G. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit.
Pantangan makanan?, Kesulitan menelan, mengunyah, mual, anoreksia?, Usaha
mengatasi kesulitan yang dialami klien?
2. Pola Eliminasi
Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi, Incontinentia,frekuensi, BAB dan
BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami klien ?
3. Pola istirahat tidur
Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang mempermudah tidur,
gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang menyebakan klien mudah
terbangun?
4. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene
Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci
rambut, potong kuku?
5. Aktivitas Lain
Olah raga yang dilakukan, hobby dsb?

H. RIWAYAT PSIKOLOGIS
1. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana yang
membahagiakan klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.
2. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan atau
lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah komunikasi klien jelas,
apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
3. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah klien
aktif atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka atau tertutup.
4. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya
5. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS.

I. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


1. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien
Apakah klien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, apakah ada konflik social yang
dialami klien, bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan agamanya, apakah klien
mempunyai teman dekat yang senantiasa siap membantu.
2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat, apakah ada masalah keuangan
dan bagaimana mengatasinya

J. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL


1. Mengukur Tekanan Darah
Perhatikan karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut :
1) Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar tak-tek….( Suara sistol )
2) Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising, terdengar
tekss..,atau tekrd…
3) Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah tanpa
bising, terdengsr deg..deg…
4) Bunyi Korothkof IV : Saat bunyi jelas seperti K III melemah
5) Bunyi Korothkof V : Saat bunyi menghilang ( Suara Diastol )
2. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bilatidak
teraba nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
3. Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di
dada amati pergerakan dinding dada klien
4. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada rectal
atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada orang
dewasa bisa per-oral atau per-rektal

K. KEADAAN UMUM
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah di
tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat makan sendiri,
dan tidak dapat ke kamar mandi.

L. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU


1. Integument
1) Inspeksi :
a. Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
b. Warna Kulit : Coklat, deposit melanin
Biru, Hipoxia jaringan perifer
Merah, peningkatan oxihaemoglobin
Pucat, Anoxia jaringan kulit
Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah
2) Palpasi : Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput /tegang, oedema
derajat berapa?
1. Derajat 0 : Kembali spontan
2. Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
3. Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
4. Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik
3) Identifikasi luka pada kulit
a. Tipe Primer
a) Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, bentuk melingkar
kurang dari 1 Cm, Patch : bentuk melingkar lebih dari 1 Cm
b) Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 Cm,
Plaque lebih dari 1 Cm
c) Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari
pada papula ukuran 1-2 Cm, Tumor lebih dari 2 Cm
d) Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa,
diameter kurang dari 1 Cm, Bulla diameter lebih dari 1 Cm
b. Tipe Sekunder
a) Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
b) Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang pecah
c) Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum, darah / nanah )
d) Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
e) Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan
f) Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan atau tertekan terus
c. Kelainan- kelainan pada kulit :
a) Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada kulit dengan batas jelas
b) ( tahi lalat )
c) Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap dari yang lain
(Cloasma Gravidarum)
d) Vitiligo / Hipopigmentasi : Daerah kulit yang kurang berpigment
e) Tatto : Hiperpigmentasi buatan
f) Haemangioma : Bercak kemerahan pad pembuluh darah, dapat
g) merupakan tumor jinak atau tahi lalat
h) Angioma / toh : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi
i) yang berlebihan dari pembuluh darah
j) Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentuk
k) aliran yang khasseperto kalajengking dan bila ditekan hlang
l) Strie : Garis putih pada kulit yang terjadi akiubat pelebaran kulit,
m) dapat ditemui pada ibu hamil

2. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
penyebaran, bau, rontok ,warna. Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah
penyebaran. Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada
sindrom chasing, polycistik ovari’i, dan akromrgali, penurunan jumlah dan
pertumbuhan rambut seperti pada penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih
sebelum waktunya terjadi pada penderita anemia perniciosa, merah dan mudah rontok
pada malnutrisi.

3. Pemeriksaan Kuku
1) Inspeksi dan palpasi
Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian –bagian kuku :
a. Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
b. Lempeng kuku
c. Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
d. Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium

M. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER


1. Pemeriksaan Kepala
1) Inspeksi :
bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan
pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
2) Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
2. Pemeriksaan Mata
1) Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
b. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus ( mata tenggelam )
c. Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau
benjolan
d. Bulu mata : rontok atau tidak
e. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau
pucat.
f. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/
melebar, pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
g. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di
tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan
kornea,
h. Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
i. Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial
j. Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena kelumpuhan otat.
k. Pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5-6 M dengan snellen card periksa visus OD / OS 5/5 atau 6/6 =
normal, 1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari, 1/300 = Mampu melihat
dengan lambaian tangan , 1/ = Mampu melihat gelap dan terang, 0/ = Tidak
mampu melihat
l. Pemeriksaan lapang pandang
Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang penglihatan
m. Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui adanya
nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
n. P em eri ksaan D en ga n Oft al m oskop
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi
interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur
lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk
mengoreksi kesalahan refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil.
lubang besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang
tidak berdilatasi; lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas-
merah menyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh
darah serta perdarahan. Dengan filter ini, retina tampak abu-abu, diskus
berwarna putih, makula kuning, dan darah tampak berwarna hitam

a) Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di depan mata kanan
pemeriksa, untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk
melihat lurus ke depan dan mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika
pemeriksa menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya
dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan,
lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan
diopter lensa diatur pada angka "0" jika ia tidak menggunakan kaca mata.
Pemeriksa yang miopia harus memulai dengan lensa "minus", yang
ditunjukkan oleh angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang hiperopia
akan memerlukan lensa "plus", yang ditunjukkan oleh angka-angka
berwarna hitam. Jari telunjuk tetap pada cakram untuk memudahkan
mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan
ibu jari kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien.
Oftalmoskop dan kepala pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit.
Pemeriksa yang melihat melalui oftalmoskop, harus mendekati pasien
setinggi mata sejauh sekitar 15 inci pada sudut 20° lateral dari pusat, seperti
yang terlihat pada gambar 3.15. Cahaya harus menyinari pupil. Pantulan
sinar berwarna merah, refleks merah, dapat terlihat pada pupil. Pemeriksa
harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20° yang sama, pemeriksa
akan mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus bergerak lebih
dekat ke pasien, membawa lengan yang memegang oftalmoskop ber-
lawanan dengan dagu pasien. Jika sudah terjadi kontak dengan pasien,
maka akan terlihat papil saraf optikus atau pembuluh darah. Dengan
memutar roda diopter . Unit tenaga optik dari lensa untuk sinar cahaya
divergen atau konvergen.

3. Pemeriksaan Telinga
1) Inspeksi dan palpasi
Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen. Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk,
transparansi, perdarahan, dan perforasi.
Uji kemampuan kepekaan telinga :
a. dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji kemampuan pendengaran
telinga kiri dan kanan
b. dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar telinga
kanan dan kiri
c. dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi
suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara kanan
dan kiri
d. dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan kemampuan
pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi udara setelah suara dari
kondusi tulang
e. dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan kemampuan
hantaran konduksi udara antara pemeriksa dank lien, dengan syarat
pendengaran pemeriksa normal.

4. Pemeriksaan Hidung
1) Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah pembengkokan atau
tudak). Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa
hidung, adakah pembesaran ( polip )

5. Pemeriksaan Mulut dan Faring


1) Inspeksi dan Palpasi
a. Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal ( labioseisis, palatoseisis,
atau labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah ,adakah lesi dan massa.
b. Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu,
gingivitis,warna lidah, perdarahan dan abses.
c. Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
d. Adakah pembesaran tonsil, T : 0, Sudah dioperasi, T : 1, Ukuran normal, T : 2,
Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T : 3, Pembesaran sampai garis
tengah, T : 4 , Pembesaran melewati garis tengah
e. Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
f. Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak

6. Pemeriksaan Wajah
1) Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur
wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.

7. Pemeriksaan Leher
1) Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen
obesitas, adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal
pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus.
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan
pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena
jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak
vertical permukaan atas kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah
jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan
vena jugularisnya adalah : JVP = 5 – a Cm,( bila di bawah bidang horizontal )
JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5 – 2
CmHg
d. Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan
memasukan cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 – 15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan
posisi trakea
Pembesarn kelenjar limfe leher ( Adenopati limfe )menandakan adanya peradangan
pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses
desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum

N. PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK


1. Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
1) Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
2) Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
3) Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
4) Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
2. Palpasi
Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan. Adakah benjolan massa
atau tidak

O. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU


Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu
:
a. Garis midsternalis : garis yang ditarik dari garis tengah sternal ke bawah
b. Garis midclavikula : garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke bawah
c. Garis mid axillaries : Garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah
d. Garis mid spinalis : garris yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah
e. Garis mid scapula : Garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah
1. Inspeksi
1) Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
2) Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal
3) Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
4) Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
5) Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal
6) Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
7) Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping
8) Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang
Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 – 24 X per-menit ), retraksi intercosta,
retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung.
Macam-macam pola pernafasan :
1) Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal
2) Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan
3) Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal
4) Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan
5) Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan dalam, dan melambat
diseligi pereode apnea
6) Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba .
7) Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti
Amati ada / tidak cianosis, batuk produktif atau kering.
2. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding torak antara
kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada
punggung klien dank lien diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan
digeser ke bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan da kiri
teraba sama.
3. Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan jari
tangan yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor.
Hipersonor menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau prnimbunan cairan
dalam dinding torak ( pnemotorak )
4. Auskultasi
1) Suara nafas
a. Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah
,lembut dan bersih.
b. Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih
Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan
bersih
c. Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih
2) Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan stetoskop
dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri sama
Kelainan yang dapat ditemuka :
a. Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
b. Egophoni : Suara bergema ( sengau )
c. Pectoriloqy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas
3) Suara tambahan
a. Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
a) Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
b) Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
c) Rales tidak hilang dengan batuk
b. Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar, terdengar
pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk
c. Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat inspirasi akibat penyempitan bronkus
d. Pleural tricion rab : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan
pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero lateral bawah
dinding torak

P. PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Inspeksi
mati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada
klien yang gemuk.
2. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
1) ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
2) ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
3) ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
3. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
batas-batas jantung normal adalah :
1) Batas atas : ICS II Mid sternalis
2) Batas bawah : ICS V
3) Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
4) Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra

4. Auskultasi
1) Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis, dan pada ICS V
Mid Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras akibat
penutupan katub mitral da tricuspidalis.
2) Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III
linea sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan
pulmonal.
3) Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda
dan orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai dengan
oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut
Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel
kiri dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
4) Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic
akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur :
a. Hampir tidak terdengar
b. Terdengar lemah
c. Agak keras
d. Keras
e. Sangat keras
f. Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar

Q. PEMERIKSAAN ABDOMEN / PERUT


Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi ,karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristak\ltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :

1. Inspeksi
1) Bemtuk abdomen : Membusung, atau datar
2) Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
3) Kesimetrisan bentuk abdomen
4) Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas
abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta
hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada
obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada
abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak terlihat
terlalu menonjol.
a. Gambaran normal
b. Gambaran Hipertensi portal
c. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
2. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit,
normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut
Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat
(meteorismus) pada klien ileus paralitik.

3. Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
1) Palpasi Hepar :
Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk, Perawat berdiri di sebelah kanan
klien, dan meletakan tangan di bawah arcus costai 12, pada saat isnpirasi lakukan
palpasi dan diskripsikan : Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran
berapa jari dari arcus costae, perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau
berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul atau tajam. Normalnya hepar tidak teraba.
2) Palpasi Lien :
Posisi pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari midclavikula kiri
ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus
costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan
nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
3) Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan
,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
4) Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke dullnes
merupakan batas cairan acites
5) Shiffing Dullnes :
dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya cairan acites akan
mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral lebih pekak/
dullness
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
6) Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba.

R. PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
1) Inspeksi :
a. Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
b. Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
c. Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah
(Hipospadia) lubang uretra pada batang penis ( Epispadia )
2) Palpasi
a. Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
b. Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis
normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
a) Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal
pada tunika vaginalis.
b) Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
c) Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi pada
tubulus/ saluran sperma.
d) Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benaign
atau maligna, syphilis ,atau tuberculosis.
e) Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau
Mycobacterium tuberculosis.
f) Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
g) Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya
biasanya tidak nyeri.

2. Inspeksi dan palpasi Hernia :


Amati daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan. Sebelum palpasi, Anjurkan
klien berdiri dengan sebalah kaki, dengan sisi yang akan diperiksa agak
ditekuk.Masukan jari telunjuk ke dalam kulit scrotum dan dorong ke atas cincin inguina
eksternal. Bila cincin membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan cara ini
hernia inguinalis akan teraba.

Nilai Normal Laboratorium

Nilai Normal Gula Darah Nilai Normal Asam Urat

Pria: Pria: Asam urat : 3.4 – 7.0 (mg/dl)


Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl) Wanita: Asam urat : 2.4 – 5.7 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)

Wanita:
Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)

Nilai Normal Kolesterol Nilai Normal Leukosit

Pria: Pria: Leukosit : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul)


Kolesterol total : < 200 (mg/dl) Wanita: Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

Wanita:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)
Nilai Normal Trombosit Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)

Pria: Trombosit : 150.000 – 440.000 (150.000 Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl)
– 400.000) (/ul) Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)
Wanita: Trombosit : 150.000 – 400.000(/ul)
Nilai Normal eritrosit Nilai Normal Hematokrit

Pria: Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul) Pria: Hematokrit (Ht) : 41.0 – 53.0 (40 – 54) (%)
Wanita: Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul) Wanita : Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)
Nilai Normal SGOT SGPT Nilai Normal Albumin

Pria: Pria: Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)


SGOT : 5 – 40 (u/l) Wanita: Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
SGPT : 5 – 41 (u/l)

Wanita:
SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)

Nilai Normal Bilirubin Nilai Normal Kreatinin

Pria: Pria : Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)


Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %) Wanita : Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

Wanita:
Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)
Nilai Normal Ureum (Nilai Normal BUN) Nilai Normal LED

Pria : Ureum : 15 – 40 (mg/dl) Pria : Laju Endap Darah (LED) : 0 – 10 (mm/jam)


Wanita : Ureum : 15 – 40 (mg/dl) Wanita : Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)
Nilai Normal AGD Nilai Normal HbA1C

Pria / wanita: Orang normal : 4,0 – 6,0 %


pH 7,35-7,45 DM terkontrol baik : kurang dari 7%
PaCO2 35-45 mmHg DM terkontrol lumayan : 7,0 – 8,0 %
PaO2 80 -100 mmHg DM tidak terkontrol : > 8,0 %
SaO2 95 % atau lebih
HCO3- 22-26 mEq/L
% Met Hb <2,0%
% CO Hb <3,0 %
Base Excess -2,0 s/d 2,0 mEq/L
CaO2 16-22 ml O2/dL

Nilai Normal CD4 Nilai Normal GFR (Glomerular Filtration Rate)

Pria / Wanita: 800 - 1050 (sel/mm3) Pria: 120 ± 25 ml/mnt


Wanita : 95 ± 20 ml/mnt
Nilai Normal HbsAg Nilai Normal PSA

Pria : negatif Umur 40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml


Wanita: negatif Umur 50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
DAFTAR TABEL KALORI & UNIT
Makanan Pokok Golongan A
Nama Masakan Berat (gr) Kalori Unit

Jagung Rebus 250 90,2 1


Kentang Rebus 200 166 2
Ketan Putih 120 217 2,75
Ketupat 160 32 0,5
Lontong 200 38 0,5
Nasi Putih 100 175 2,25
Nasi Putih Kentucky 225 349 4,25
Roti Tawar Serat Tinggi 60 149 1,75
Singkong Rebus 100 146 1,75
Talas Rebus 100 98 1,25
Ubi Rebus 100 125 1,5

Makanan Pokok Golongan B

Bubur 200 44 0,5


Crakers 50 229 2,75
Makaroni 25 91 1,25
Mie Instant 50 168 2
Nasi Tim 100 88 1
Nasi Uduk 200 506 6,25
Roti Tawar 50 128 1,5

Makanan Pokok Golongan C

Bihun Goreng 150 296 3,75


Bubur Ayam 200 165 2
Bubur Sum-Sum 100 178 2,25
Kentang Goreng 150 211 2,75
Mie Goreng 200 321 4
Nasi Goreng 100 267 3,25
Soun Goreng 100 263 3,25
Spaghetti 300 642 8
Tape singkong 150 260 3,25

Lauk Pauk Golongan A


Nama Masakan Berat (gr) Kalori Unit

Arsik 95 94,05 1
Ayam Bakar Bumbu Kuning 100 129,4 1,5
Ayam Panggang 100 164,3 3,25
Daging Panggang 70 150 1,75
Ikan Mas Pepes 200 143,5 1,75
Sambal Goreng Tempe 50 116 1,5
Telur Asin Rebus 75 138 1,75
Telur Ayam Rebus 60 97 1,25
Udang Rebus 100 91 1,25
Lauk Pauk Golongan B

Ati Ayam Goreng 50 98 1,25


Ayam Pop 200 265 3,25
Bakso Daging Sapi 100 260 3,25
Empal Daging 100 147 1,75
Ikan Bandeng Goreng 160 180,7 2,25
Ikan Baronang Goreng 120 107,5 1,25
Ikan Bawal Goreng 120 113,3 1,5
Ikan Ekor Goreng 100 107,8 1,25
Ikan Kembung Goreng 80 87,65 1
Ikan Lele Goreng 60 57,5 0,75
Ikan Patin Goreng 200 252,7 3
Ikan Selar Goreng 40 63,75 0,75
Ikan Tenggiri Goreng 60 85,3 1
Ikan Teri Goreng 50 66 0,75
Ikan Tuna Goreng 60 110 1,25
Kerang Rebus 100 59 0,75
Macaroni Schootel 50 177 2,25
Tahu Bacem 100 147 1,75
Telur Mata Sapi 60 40 1,75
Tempe Bacem 50 157 2
Tempe Goreng 50 118 1,5
Tenggiri Bumbu Kuning 90 94,4 1
Udang Goreng Besar 80 68,25 3,25

Lauk Pauk Golongan C

Abon Sapi 50 158 2


Ayam Goreng Kecap 75 358,8 4,5
Ayam Panggang 80 385,6 4,75
Chiken Wing / Sayap Ayam 50 63,6 0,75
Daging Balado 50 147 1,75
Dendeng Balado 40 338 4,25
Gulai Ayam 100 165,3 2
Gulai Cumi 100 183 2,25
Gulai Kepala Ikan Kakap 320 218,8 2,75
Gulai Limpa 60 294 3,5
Gulai Tunjang 80 251 3
Ikan Kembung Balado 125 236,7 3
Ikan Teri 50 213 2,75
Kakap Goreng Tepung 80 119 1,5
Kakap Panir 75 220 2,75
Keripik Tempe 25 68 0,75
Meat Ball / Daging Cincang
50 168 2
Bulat
Ayam Kentucky Paha Atas 150 194,5 2,5
Perkedel Jagung 50 108 1,25
Perkedel Kentang 50 123 1,5
Pu Yung Hai 50 114 1,5
Rendang Daging 75 285,5 3,5
Sate Ayam 100 466 6
Ayam Kentucky Sayap 150 116 1,5
Semur Ayam 50 177,8 2,25
Sambal Goreng Ati + Kentang 100 127 1,5
Sambal Goreng Tempe Teri 150 276 3,5
Sambal Goreng Ati Sapi 100 200 2,5
Sambal Goreng Udang +
100 123 1,5
Kentang
Sop Sapi 260 227 2,75
Tahu Goreng 100 111 1,5
Tahu Isi 150 124 1,5
Tahu Sumedang 100 113 1,5
Telur dadar 75 188 2,25

Sayuran Golongan A

Nama Masakan Berat(gr) Kalori Unit

Acar Kuning 75 53 0,5


Bening Bayam 50 18 0,25
Cah Labu Siam 100 41,6 0,5
Sayur Asam 100 88 1
Sop Ayam Kombinasi 100 95 1,25
Sop Bayam 50 78 1
Sop Kimlo 100 104 1,25
Sop Mutiara Jagung 100 113 1,5
Asop Oyong Misoa 100 106 1,25
Sop Telur Putuh 100 116 1,5

Sayuran Golongan B

Sayur Lodeh 100 61 0,75


Cah Jagung Putren 100 59 0,75
Cah Jkacang Panjang 100 72 1
Sop Oyong Telur Puyuh 100 134 1,75
Setup Kentang Buncis 100 95 1
Tumis Buncis 100 52 1,5
Tumis Daun Singkong 120 151 1,75
Tumis Kc. Panjang + Jagung 125 118 1,75

Sayuran Golongan C

Buntil 100 106 1,25


Gudeg 150 132 1,75

Minuman Golongan A
Nama Minuman Berat(gr) Kalori Unit

Te'h (Cangkir) 1 0,4 2,8


Kopi (Cangkir) 1 18 0,25
Juice Tomat (Gelas) 100 20 0,25
Juice Melon (Gelas) 150 35 0,5

Minuman Golongan B

Es Kelapa Muda (Gelas) 100 42 0,5


Es Cendol 100 168 2
Susu Skim 15 54 0,75
Coca Cola Diet (Kaleng) 1 1 0

Masakan Siap Saji Golongan A

Nama Masakan Berat(gr) Kalori Unit

Asinan 250 208 2,5


Toge Goreng 250 243 3

Masakan Siap Saji Golongan B

Gado – Gado 150 295 3,75


Ketoprak 250 153 2
Pempek 200 384 4,75
Rawon 160 331 4
Soto Ayam 100 101 1,25
Soto Padang 100 127 1,5
Tongseng 120 331 4

Masakan Siap Saji Golongan C

Hamburger 125 257 3,25

Kerupuk Palembang 50 168 2

Kerupuk Udang 20 72 1

Mie Bakso 200 302 3,75

Nasi Tim Ayam 420 588 7,25

Pizza 125 163 2

Sate Kambing 180 729 9

Sayur Krecek 175 249 3


Siomay 100 361 3,75

Soto Betawi 150 135 1,75

Soto Makasar 150 525 6,5

Soto Sulung 150 86 1

Buah -Buahan Golongan A

Nama Masakan Berat(gr) Kalori Unit

Apel 160 92 1
Apel Merah 140 82 1
Belimbing 160 80 0,75
Duku 200 81 1
Jambu Air 60 35,4 0,5
Jambu Biji 320 157 2
Jeruk Medan 140 46 0,5
Jeruk Pontianak 150 67 0,75
Jeruk Sunkist 200 40 0,5
Mangga Manalagi 100 72 1
Nanas 200 104 1,25
Pepaya 100 46 0,5
Pir 200 80 1
Pisang Rebus 125 136,5 1,75
Salak 150 63,6 0,75
Semangka 150 48 0,5

Buah - Buahan Golongan B

Alpukat 100 85 1

Anggur 125 60 0,75

Lengkeng 100 79 1
Melon 120 46 0,5

Mangga Harum Manis 300 90 1

Pir Hijau 200 105 1,25

Pisang Ambon 100 74,2 1

Pisang Barangan 200 236 3

Pisang Mas 125 11 1,5

Pisang Raja 150 126 1,5

Sirsak 125 55 0,25

Buah - Buahan Golongan C

Durian Montong 100 134 1,5

Rambutan 100 69 0,75

sawo 100 92 1,75


Makanan Ringan Golongan A

Nama Masakan Berat(gr) Kalori Unit

Arem - Arem 75 225 2,75


Bubur Kacang Ijo 100 102 1,25
Ketupat Ketan 120 216 2,75
Lemper 70 247 3
Lepet 120 210 2,5
Lepet Ketan 170 346 4,25

Makanan Ringan Golongan B

Bolu Gulung 110 300 3,75


Cakwee 50 143 1,75
Getuk Lindri 60 127 1,75
Hot Dog 100 285 3,5
Kerak Telur 120 599 7,5
Kue Nagasari 70 149 1,75
Kue Pancong 80 231 3
Mini Croissant 80 406 5
Sandwich 100 164 2
Serabi Pandan 60 137 1,75
Semar Mendem 100 247 3
Uli + Tape Ketan 160 559 7
Makanan Ringan Golongan C

Bakpia 25 68 1
Bakwan 100 270 3,25
Bika Ambon 50 99 1,25
Black Forrest 200 585 7,5
Cara Bikang 70 128 1,5
Cheese Cake 10 281 3,5
Dunkin Donat Keju 170 283 3,5
Emping Melinjo Asin 25 173 2,25
Kastengels (10 bh) 100 426 5,75
Keju Lembaran (1bh) 20 65 3,25
Kerupuk Mie 25 119 1,5
Klepon 60 68 0,75
Kroket Kentang 75 146 1,25
Kue Ape 60 151 2
Kue Cubit 60 183 2,25
Kue Cucur 90 152 2
Kue Ku 50 237 3
Kue Lumpur 80 232 3
Kue Pukis 40 181 2,25
Lapis Legit 50 307 3,75
Lemet/Timus 120 603 7,5
Lopis Ketan 125 350 4,25
Lumpia 60 76 1
Martabak Keju 100 265 .3.25
Martabak Mesir 100 200 2,5
Martabak Telur 95 196 2,5
Muffin Coklat 80 361 4,5
Muffin Keju 80 400 5
Nastar (7bh) 150 538 6,75
Onde - Onde 65 317 4
Pastel 75 302 3,75
Potato Chip 170 298 3,75
Putu Mayang 120 98 1,25
Rempeyek Kacang 50 250 3
Risol 100 247 3
Roti Coklat 100 240 3
Sosis Solo 50 191 2,25
Sus Vla 85 129 1,5
Talam Hijau 70 292 3,5

Anda mungkin juga menyukai