Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAPUSTAKA

2.1 Akustik Ruang

Akustik ruang adalah bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan
perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Setiap ruangan pasti memiliki bentuk yang berbeda-
beda, dan suara yang dihasilkan juga pasti akan berbeda. Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur
perlambatan energi akustik adalah ruangan itu sendiri. Oleh karna itu, pengetahuan tentang
fenomena suara yang terjadi dalam ruangan sangat menentukan pada saat di perlukan
pengendalian kondisi mendengar pada ruangan tersebut sesuai dengan fungsinya Misal, pada
gedung rapat harus dibangun sedemikian rupa agar suara dari pembicara terdengar jelas.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan perubahan suara karena adanya pantulan atau gaung,
kemudian gangguan suara dari luar ruangan dan sebaliknya dengan berbagai macam frekuensi
suara, serta gangguan suara dari getaran dinding dan lantai.
Untuk perambatan bunyi di medan bebas, energi bunyi yang diterima dipengaruhi oleh
jarak. Dimana, semakin jauh seseorang berada pada suatu sumber bunyi maka semakin lemah
bunyi yang di dengarnya. Peristiwa yang di alami tersebut terjadi bila tidak ada pemantulan.
Bunyi yang datang murni dari sumber suara. Ruang yang dapat dijumpai pada kondisi seperti
ini adalah ruang anechoic. Ruang semacam ini tentunya dibangun untuk melakukan suatu
percobaan-percobaan tertentu. Namun ruang yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari bukanlah ruang yang berwujud medan bebas, tetapi lebih ke medan reverberan yaitu
medan yang berwujud bunyi pantul. Pada medan ini bunyi yang diterima bukan hanya berasal
dari sumber langsung, tetapi juga ada bunyi yang diterima karena adanya pemantulan. Hal
tersebut akan sangat berguna karena orang yang duduk dibelakang akan menerima suara yang
sama dengan orang yang duduk didepan. Ruang dapat diatur sedemikian rupa paling tidak bisa
terdengar merata pada setiap bagian ruangan. Hal tersebut akan dibahas pada bunyi dalam
ruang.

2.2 Bunyi Dalam Ruang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering mendengar adanya bunyi. Bunyi terjadi
ketika adanya suatu benda yang bergetar yang menimbulkan gesekan dengan zat di sekitarnya.
Bila sebuah sumber bunyi memancarkan energi bunyi dalam ruang, maka gelombang bunyi
yang dihasilkan akan merambat lurus sampai gelombang tersebut membentur suatu permukaan
atau benda disekitarnya. Ada tiga syarat agar bunyi dapat terdengar, yaitu sumber bunyi,
medium atau zat perantara serta pendengar. Yang dimaksudkan dengan sumber bunyi apabila
semua getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi, kemudian terdapatnya medium, karena
bunyi dapat merambat melalui zat gas seperti udara, zat cair dan zat padat. Pada gambar 2.1
dapat dilihat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi ketika gelombang bunyi itu tiba pada
suatu permukaan. Antara lain adanya bunyi yang dipantulkan, bunyi yang diserap, bunyi yang
ditransmisikan dan bunyi yang di difraksikan. Bunyi Pemantulan dan penyerapan bunyi dalam
ruang dapat menentukan keadaan medan bunyi dalam ruang tersebut.
Gambar 2.1 Kelakuan bunyi dalam ruang tertutup: (1) bunyi langsung; (2) bunyi pantul; (3) bunyi
yang diserap oleh lapisan permukaan; (4) bunyi yang di sebar atau difus; (5) bunyi yang di
belokkan atau difraksi;(6) bunyi yang di transmisi; (7) bunyi yang hilang dalam struktur
bangunan; (8) bunyi yang di rambatkan oleh struktur bangunan. [Sumber: Leslie L. Doelle,
1985]

. Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia tidak hanya dari bunyi langsung, tetapi
juga dipengaruhi oleh bunyi pantul, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Fenomena suara dalam ruangan [Satwiko, 2009].

Bunyi langsung adalah suara yang sampai ke telinga pendengar langsung dari suatu sumber.
Besarnya energi suara yang sampai ketelinga dipengaruhi oleh jarak pendengar dari sumber
suara dan pengaruh penyerapan energi oleh udara. Kemudian untuk bunyi pantul, dapat
terdengar ke telinga pendengar setelah bunyi tersebut berinteraksi dengan permukaan ruangan
yang ada disekitar pendengar, misalnya dinding, lantai dan langit-langit. Bila permukaan dalam
ruangan tersebut dibuat menyerap, maka komponen bunyi yang sampai ke pendengar hanya
bunyi langsung saja. Sedangkan apabila permukaan bersifat sangat memantulkan energi, maka
komponen bunyi pantul akan jauh lebih dominan dibandingkan komponen langsungnya, dan
biasa disebut sebagai ruang dengung . Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah
mengendalikan komponen suara langsung dan pantul, dengan cara menentukan karakteristik
akustik permukaan dalam ruangan sesuai dengan fungsi ruangannya. Ada ruangan yang karena
fungsinya memerlukan lebih banyak karakteristik serap dan ada yang memerlukan gabungan
antara serap dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang kelas, dsb). Dengan
mengkombinasikan beberapa karakter permukaan ruangan, seorang desainer akustik dapat
menciptakan berbagai macam kondisi mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang
diwujudkan dalam bentuk parameter akustik ruangan.

2.3 Pemantulan dan Penyerapan Bunyi

Ketika dalam perambatan gelombang yang menghadapi medium berbeda maka akan
terjadi pemantulan bunyi dan transmisi gelombang. Banyak sedikitnya energi gelombang yang
dipantulkan, dipengaruhi oleh bahan dari suatu medium. Selain energi yang berubah atau
berkurang, pemantulan juga akan menyebabkan perubahan arah rambat suatu gelombang. Pada
hukum Snellius dijelaskan bahwa gelombang sudut datang sama dengan sudut pantul serta
gelombang pantul dan garis normal terletak dalam satu bidang datar yang sama. Terkecuali
apabila panjang gelombang bunyi lebih besar dari ukuran bidang pemantul. Ini berarti bahwa
pemantulan spekular hanya berlaku untuk bunyi dengan panjang gelombang yang pendek, atau
berarti untuk bunyi dengan frekuensi tinggi.

Gambar 2.3 Gelombang yang memenuhi hukum Snellius[American Society for Testing and Materials.2008]

Bunyi yang tidak dipantulkan akan diserap oleh suatu permukaan atau benda-benda
dalam ruangan tersebut. Dari energi yang diserap ini sebgaian akan diteruskan atau di
transmisikan ke sisi bahan lainya, sehingga yang diserap akan diubah menjadi energi panas.
Dari fenomena penyerapan bunyi dikenal adanya koefisien absorbsi bunyi. Koefisien absorbsi
bunyi adalah perbandingan antara energi yang diserap dengan energi yang datang. Koefisien
absropsi bunyi dilambangkan dengan α, dan secara matematis dapat ditulis :
𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒓𝒂𝒑
(2.1)
𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈

Besarnya tiap nilai α berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Jika
bahan yang digunakan mendekati nilai 1 maka bahan tersebut dalam kategori bahan absorbtif.
Sedangkan apabila bahan tersebut memiliki koefisien mendekati 0, maka bahan tersebut lebih
bersifat reflektif. Ada bahan yang lebih banyak menyerap bunyi berfrekuensi tinggi, sementara
bahan lain lebih suka menyerap bunyi berfrekuensi rendah. Pola penyerapan yang berbeda
tergantung pada struktur molekul bahan-bahan tersebut. Jadi tidak ada ketentuan bahwa makin
tinggi frekuensi bunyi maka penyerapan semakin banyak.

2.4 Pengertian speaker

Speaker adalah perangkat keras yang berfungsi mengeluarkan hasil pemrosesan oleh
CPU berupa audio/suara. Speaker juga bisa disebut sebagai alat bantu untuk menghasilkan
suara oleh perangkat musik seperti MP3 Player, DVD Player dan lain sebagainya. Gambar
3.1 menunjukkan contoh sebuah loudspeaker.

Gambar 3.1 Bentuk Speaker

Dalam konteks komputerisasi, speaker memiliki fungsi sebagai alat untuk mengubah
gelombang listrik yang mulanya dari perangkat penguat audio/suara. Proses berubahnya energi
listrik menjadi getaran kemudian menjadi suara umumnya dinamakan proses electro-mechano-
aocustic. Inti dari proses ini adalah perubahan energi electric menjadi mekanik yang kemudian
energi mekanik ini berubah menjadi energi akustik. Pertama, Proses dari perubahan gelombang
elektromagnet menuju ke gelombang bunyi tersebut bermula dari aliran listrik yang ada pada
penguat audio/suara kemudian dialirkan ke dalam kumparan, dan disini adalah perubahan
energi electric menjadi mekanik.Dalam kumparan tadi terjadilah pengaruh gaya magnet pada
speaker yang sesuai dengan kuat-lemahnya arus listrik yang diperoleh maka getaran yang
dihasilkan yaitu pada membran akan mengikuti.

2.5 Auditorium
DAFTAR PUSTAKA

American Society for Testing and Materials. 2008. “ASTM C423-08a: Standard Test
Method for Sound Absorption and Sound Absorption Coefficients by the
Reverberation Room Method”.
Long, Marshall. 2014. “Architectural Acoustics 2nd Edition”. USA: Elsevier Inc.
Mediastika, Christina E. 2005. “Akustik Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya
diIndonesia”. Jakarta: Erlangga.
Prasetio, Lea. 2003. “Akustik”. Surabaya: Diktat Fisika FMIPA ITS.
Ballou Glen.2009. Electroacoustic Devices :Microphones andLoudspeakers .Burlington
:Elsevier

Anda mungkin juga menyukai