Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari Bahasa Latin yaitu medius yang berarti

tengah, perantara atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa Arab, media

berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan

(Arsyad, 2015). Sementara Sundayana (2015) mengatakan pengertian media

dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual dan verbal. Visual artinya penyajian informasi

yang hanya bisa ditangkap oleh indera penglihatan, sedangkan verbal adalah

penyajian informasi yang hanya ditangkap oleh indera pendengaran.

Selain media pembelajaran, kata media juga digunakan dalam media

pendidikan. Media pendidikan adalah media yang menyampaikan pesan-

pesan atau informasi dengan tujuan instruksional atau mengandung maksud

pendidikan dalam pembelajaran. Media pendidikan meliputi perangkat keras

yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung

pesan. Sehingga, media tidak hanya berupa televisi, radio atau komputer,

tetapi bisa juga berupa manusia sebagai sumber belajar (Hamdani, 2011).

Beberapa pengertian media menurut para ahli dirangkum oleh Arsyad

(dalam Hamdani 2011) sebagai berikut :

9
10

a. Heldik mengemukakan istilah media sebagai perantara yang


mengantarkan informasi-informasi antara sumber dan
penerima,
b. Giagne dan Briggs, media adalah komponen atau sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar,
c. Hamidjojo dalam Latuheru, memberi batas media sebagai
semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau
pendapat sehingga ide atau gagasan atau pendapat yang
dikemukakan sampai kepada penerima,
d. Hamalik, media adalah alat bantu yang digunakan untuk
memperlancar komunikasi secara maksimal,
e. Denim, media pendidikan adalah seperangkat alat bantu
atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta
didik.

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat persamaan pendapat bahwa

media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran agar mudah dipahami dan ditangkap

maknanya oleh siswa sehingga akan meningkatkan motivasi dan hasil

belajar mereka.

2. Jenis-Jenis Media

Sadiman (2014) membagi media pembelajaran menjadi tiga macam

yaitu media grafis (meliputi gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart,

grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, dan papan buletin),

media audio (meliputi radio, alat perekam pita magnetik, dan laboratorium

bahasa), dan media proyeksi diam (meliputi film bingkai, film rangkai,

media transparansi/OHT, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film,

film gelang, televisi, video, permainan dan simulasi).


11

Sementara itu, Hamdani (2011) membagi media pembelajaran

menjadi beberapa jenis yaitu media grafis (meliputi gambar/ foto, sketsa,

diagram, bagan/ chart, dan grafik), teks, audio, grafik, animasi, dan video.

Sedangkan Kustandi dan Sutjipto (2013) membagi media pembelajaran

menjadi lima jenis, diantaranya adalah media audio (meliputi radio, tape

recorder, rekaman audio tape dan laboratorium bahasa), media proyeksi

(meliputi film bingkai, film rangkai, proyektor transparansi (OHP),

proyektor tak tembus pandang dan mikrofis), film dan video (meliputi film

gelang, dan televisi), komputer dan multimedia.

3. Fungsi dan Manfaat Media

Arsyad (2015) menyatakan bahwa ada dua unsur yang sangat penting

dalam proses belajar mengajar, yaitu metode mengajar dan media

pembelajaran. Kedua unsur saling berkaitan erat dimana pemilihan salah

satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang

sesuai. Adapun salah satu fungsi media pembelajaran menurut Arsyad

(2015) ialah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,

kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Dengan adanya media pembelajaran, kondisi belajar biasanya akan lebih

hidup dan konsep materi akan tersampaikan. Selain itu, Hamalik (dalam

Arsyad, 2015) menyatakan bahwa,

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar


dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses
12

pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat


itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Sementara Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2015) mengemukakan

bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat dalam

membuat pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan pembelajaran akan bermakna

lebih jelas sehingga lebih mudah untuk dipahami dan memungkinkan siswa

untuk menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, metode

mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan dan guru

tidak perlu mengulangi penjelasan materi yang sama kepada siswa. Bahkan,

siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak hanya

mendengarkan uraian dari gurunya tetapi juga melakukan aktivitas lain

seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan memerankan.

Sadiman (dalam Sundayana, 2015) menyatakan bahwa media

berfungsi untuk memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera, menimbulkan gairah

belajar, memungkinkan anak belajar mandiri, meningkatkan kualitas

pembelajaran, meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses

pembelajaran serta membuat pembelajaran lebih menarik. Sedangkan

Sundayana (2015) menyatakan bahwa media pembelajaran bisa berfungsi

baik bagi guru maupun siswa. Adapun fungsi media pembelajaran bagi

seorang guru ialah dapat memberikan pedoman dan arahan untuk mencapai
13

tujuan pembelajaran, membangkitkan rasa percaya diri dan meningkatkan

kualitas pelajaran. Sedangkan, fungsi media pembelajaran bagi siswa ialah

untuk meningkatkan motivasi belajar, memeberikan inti informasi dan

pokok-pokok secara sistematis, merangsang siswa untuk fokus dan

menganalisis, menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan dan

memahami materi pelajaran secara sistematis.

B. Film

1. Pengertian Film

Film pertama kali muncul pada pertengahan kedua abad 19, dibuat

dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh

percikan abu rokok sekalipun. Seiring berjalannya waktu, para ahli

berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah

diproduksi dan enak ditonton. Saat ini, ada tiga jenis film yang diproduksi

secara massal yaitu 35 mm, 16 mm, dan 8 mm. Angka-angka tersebut

menunjukkan lebar pita seluloid. Semakin lebar pita seluloid, maka semakin

baik pula kualitas gambar yang dihasilkan (Effendy, 2009). Film/ gambar

hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar

terlihat gambar yang hidup (Arsyad, 2015).

2. Jenis-Jenis Film

Terdapat beberapa jenis film seperti yang dikemukakan oleh Effendy

(2009) sebagai berikut:


14

a. Film Dokumenter

Dokumenter adalah sebutan untuk film pertama karya Lumiere

bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) tahun 1890-

an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata dokumenter kembali

digunakan oleh pembuat dan kritikus film asal inggris John Grierson

untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat

dokumenter merupakan cara kreatif untuk merepresentasikan realita.

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat

untuk berbagai macam tujuan. Namun, film dokumenter tidak pernah

lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi

orang atau kelompok tertentu.

Dengan demikian, film dokumenter adalah sebuah film yang

mengisahkan hal-hal senyata mungkin dengan tujuan tertentu. Tujuan

tersebut bisa berupa hiburan, pendidikan, atau informasi. Seiring dengan

perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter, misalnya

dokudrama. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan

estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun

demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama

biasanya tidak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi

yang utama.

b. Film Cerita Pendek (Short Film)

Cerita pendek biasanya berdurasi dibawah 60 menit. Di Jerman,

Australia, Kanada dan Amerika Serikat, cerita pendek dijadikan sebagai


15

laboratorium eksperimen atau batu loncatan bagi seseorang/ sekelompok

orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang.

c. Film Cerita Panjang ( Feature-length Films)

Film cerita panjang lazim berdurasi 90-100 menit, misalnya film-

film yang diputar di bioskop. Selain itu, film-film produksi India juga

termasuk cerita panjang karena rata-rata filmnya berdurasi 180 menit.

d. Fim-Film Jenis Lain

1) Profil Perusahaan

Film tentang profil perusahaan diproduksi untuk kepentingan

institusi tertentu yang berhubungan dengan usaha yang mereka

lakukan, misalnya tayangan”Usaha Anda” di SCTV.

2) Iklan Televisi

Iklan-iklan di televisi dipoduksi untuk kepentingan

menyebarkan informasi, baik tentang produk maupun berupa layanan

masyarakat.

3) Program Televisi

Program televisi diproduksi untuk konsumsi pemirsa yang

televisi terbagi menjadi dua, yaitu cerita dan noncerita. Jenis cerita

terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok fiksi dan kelompok

nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial, film televisi dan

film cerita pendek. Sedangkan, kelompok nonfiksi menggarap aneka

program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah

tertentu.
16

4) Video Klip (Music Video)

Video klip merupakan sarana bagi para produser musik untuk

memasarkan produknya melalui stasiun televisi. Video klip

dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981.

3. Kelebihan dan Kekurangan Film

Setiap media yang digunakan dalam proses belajar tentunya memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ialah kemampuan yang dimiliki atau

hal yang berhubungan dengan penguasaan. Sedangkan kekurangan ialah

kemampuan yang tidak dimiliki atau berkaitan dengan keterbatasan. Arsyad

(2015) menyatakan bahwa media film memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan. Adapun kelebihan dari media film ialah :

a. Film melengkapi pengalaman-pengalaman dasar siswa ketika


mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik. Film merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek
yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja
jantung ketika berdenyut,
b. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang
dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu,
misalnya langkah-langkah dan cara yang benar dalam
berwudhu,
c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film
sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan
yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare dapat
membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan
makanan dan lingkungan,
d. Film yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan,
film seperti slogan yang sering didengar dapat membawa
dunia ke dalam kelas,
e. Film dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bisa dilihat
secara langsung, seperti lahar gunung berapi atau perilaku
binatang buas,
f. Film dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun
perorangan,
17

g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame


demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan
waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua
menit. Misalnya kejadian mekarnya kembang mulai dari
lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar.

Sedangkan kekurangan media film ialah :

a. Pengadaan film umumnya memerlukan biaya mahal dan


waktu yang banyak,
b. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus
sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi
yang ingin disampaikan melalui film tersebut dan
c. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan kecuali film itu dirancang dan
diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Sementara Sadiman (2014) mengemukakan bahwa kelebihan dan

kekurangan media film ialah sebagai berikut :

a. Film merupakan suatu denominator belajar yang umum,


sehingga baik anak yang cerdas maupun yang lamban akan
memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan
membaca atau penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi
dengan menggunakan film,
b. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
Gerakan-gerakan lambat dan pengulangan-pengulanagan
akan memperjelas uraian dan ilustrasi,
c. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan
kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau,
d. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke
negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar
dapat dibawa masuk kelas,
e. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang
bersifat umum ke khusus atau sebaliknya,
f. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan
memperdengarkan suaranya di dalam kelas,
g. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak
lambat dan animasi untuk menampilkan butir-butir tertentu,
h. Film memikat perhatian anak,
i. Film lebih relistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai
dengan kebutuhan serta hal-hal yang abstrak menjadi jelas,
j. Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita
(penglihatan), dan
k. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
18

Sedangkan kelemahan media film antara lain harga/biaya produksi

relatif mahal, film tak dapat mencapai semua tujuan pembelajaran,

penggunaannya perlu ruangan gelap.

Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan film dokumenter

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya :

a. Dara (2016), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

siswa pada kelas eksperimen dan kontrol yaitu dengan skor rata-rata hasil

post-test kelas eksperimen 15,22 sedangkan kelas kontrol 13,76. Selain

itu, film dokumenter juga memberikan pengaruh sebesar 19,15 %

terhadap hasil belajar.

b. Maiyena (2016) yang menemukan bahwa penggunaan media film

menyebabkan nilai rata-rata hasil belajar IPA meningkat dimana kelas

eksperimen didapatkan nilai 59,88 sedangkan kelas kontrolnya 51,98.

4. Penulisan Naskah Film

Secara teoritis, penulisan naskah merupakan komponen dari

pengembangan media. Secara praktis, penulisan naskah merupakan

serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan

desain, pengembangan serta evaluasi. Tahap-tahap penulisan naskah film

menurut Sadiman (2014) adalah sebagai berikut:

a. Sinopsis

Sinopsis merupakan penggambaran tema atau pokok materi yang

akan disampaikan secara ringkas dan padat dengan tujuan mempermudah

penerima pesan untuk menangkap konsepnya, mempertimbangkan


19

kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapainya dan

menentukan persetujuannya. Berikut contoh sinopsis:

“Episode menggambarkan suatu kecelakaan kapal ‘Impian’.

Dua orang, seorang kakek dan cucu gadisnya berhasil

menyelamatkan diri ke pantai pulau karang”.

b. Treatment

Treatment merupakan uraian ringkas secara deskriptif tentang

bagaimana episode cerita atau rangkaian peristiwa instruksional akan

disampaikan sebagai ilustrasi pembanding. Dengan demikian, treatment

merupakan pengembangan peristiwa atau uraian cerita dari sinopsis.

Berikut adalah contoh treatment :

Cerita diawali dengan fajar menyingsing di ufuk timur


sebuah pulau karang yang sepi dan gersang. Di kejauhan
masih tampak samar-samar bangkai kapal “Impian” yang
terdampar. Dua sosok tubuh kelihatan bergelantungan pada
sebilah papan yang terapung-apung tidak jauh dari tempat
kejadian. Dengan susah payah mereka mulai berenang-renang
menempuh gelombang dan berjalan tersuruk-suruk menuju
pantai pulau karang yang gersang diiringi gemerciknya riak
gelombang air laut yang kini telah mulai reda, dan
seterusnya.

c. Storyboard

Stoyboard merupakan rangkaian kejadian seperti yang dilukiskan

dalam traetment kemudian divisualisasikan dalam perangkat gambar

atau sketsa sederhana pada kartu dengan ukuran 8 x 12 cm. Tujuan

pembuatan storyboard ialah untuk melihat kesesuaian antara tata urutan

peristiwa yang divisualisasikan dengan plot cerita maupun sekuen


20

belajarnya. Kemudian untuk melihat apakah kesinambungan arus

ceritanya sudah lancar.

d. Skrip atau Naskah Program

Skrip atau naskah program merupakan hasil penuangan atau

lanjutan dari storyboard. Dalam skrip akan dipaparkan gambar demi

gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan perilaku belajar

yang ingin dicapai. Format penulisan skrip untuk program film yaitu

dalam bentuk skontro atau halaman berkolom dua, sebelah kiri untuk

menampilkan bentuk visualisasinya dan sebelah kanan untuk segala

sesuatu yang berhubungan dengan suara seperti dialog, narasi, musik

maupun efek suara. Tujuan utama skrip ialah sebagai peta atau bahan

pedoman bagi sutradara dalam mengendalikan penyampaian isi materi

ke dalam suatu program.

e. Skenario

Skenario merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan

produksi atau pembuatan programnya. Skenario sangat bermanfaat bagi

teknisi dan kerabat produksi yang akan melaksanakannya dengan

tanggung jawab teknis operasional.

C. Ikan Hias

Berbagai jenis ikan hias mempunyai keindahan tersendiri. Parameter

keindahan dari masing-masing jenis ikan dapat diukur dari bentuk badan, fisik,

warna maupun tingkah lakunya. Keindahan pada setiap jenis ikan hias selalu

terdapat sentuhan seni di dalamnya sehingga membuat para konsumen ikan


21

hias memanfaatkannya sebagai hiasan yang didekorasi dalam akuarium

(Lesmana dkk. 2009).

Keindahan ikan hias memiliki daya tarik tersendiri bagi para konsumen.

Daya tarik ikan hias dapat diukur dari warna yang cemerlang, bentuk dan

kelengkapan fisik, perilaku serta kondisi kesehatan atau staminanya. Berikut

adalah contoh karakteristik ikan hias menurut Lesmana dkk. (2009) yang

menjadi faktor dipeliharanya ikan hias:

1. Warna-warni ikan yang cerah dan cemerlang, merupakan salah satu daya

tarik ikan hias yang paling utama. Warna warni pada ikan terbentuk karena

adanya sel pigmen (kromatofora) yang terdapat dalam dermis pada sisik,

di luar maupun di bawah sisik.

2. Setiap ikan hias memiliki bentuk fisik yang berbeda-beda dengan keunikan

dan daya tarik tersendiri. Misalnya ikan catfish mempunyai bentuk tubuh

yang pipih ke bawah dan posisi mulut di bawah karena hidup di daerah

bebatuan.

3. Setiap jenis ikan hias mempunyai gerakan atau perilaku yang khas untuk

menyesuaikan dengan habitat atau tempat tinggalnya. Misalnya ikan-ikan

kecil seperti tetra dan barbus mempunyai gerakan yang cukup lincah dan

gesit.

4. Ikan yang sehat akan tercermin dalam penampilannya, misalnya suka

berenang, cepat merespon ketika diberi pakan serta aktif bergerak. Secara

fisik, ikan yang sehat akan memiliki kulit atau sisik yang licin, mengilat

dan cemerlang.
22

a. Tinjauan tentang Identifikasi Ikan

Ikan merupakan salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi

sehingga harus dijaga kelestariannya. Sebagai langkah awal, diperlukan

kegiatan identifikasi terhadap organisme tersebut. Identifikasi menurut

Mayr (dalam Laily, 2006) adalah menempatkan atau memberikan identitas

suatu individu melalui prosedur deduktif ke dalam suatu takson dengan

menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah kunci jawaban

yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu. Proses

identifikasi meliputi:

1) Pengumpulan sampel ikan sebanyak mungkin dari berbagai tempat.

Pengumpulan sampel ini harus memperhatikan faktor geografis dan

ekologis. Spesimen ikan tersebut kemudian disimpan dalam larutan

formalin 4% selama 24 jam.

2) Labelisasi spesimen ikan. Pemberian label meliputi nama daerah,

nama penemu, tempat dan tanggal ditemukannya sampel ikan.

3) Identifikasi spesimen ikan. Identifikasi dapat dilakukan dengan

menggunakan buku panduan kunci determinasi untuk menentukan

ordo, famili, genus dan spesies. Selanjutnya dilakukan pencocokan

dengan katalog dan bibliografi yang diterbitkan paling mutakhir serta

deskripsi yang asli.

4) Penyajian hasil identifikasi. Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk

deskrpisi serta rumusan hasil sintesis. Pada pendeskripsian biasanya

menampilkan ciri-ciri morfologi ikan diantaranya bentuk tubuh,


23

macam sirip, bentuk sisik, perbandingan panjang dan lebar badan serta

perbandingan panjang kepala.

b. Klasifikasi

Klasifikasi ialah menetapkan definisi dari kelompok atau kategori

menurut skala hierarki. Tiap-tiap kategori tersebut meliputi satu atau

beberapa kelompok rendah yang terdekat, yang merupakan kategori lebih

rendah berikutnya (Saanin dalam Laily, 2006).

Menurut pedoman klasifikasi ikan oleh Sakurai et al. (dalam

Lesmana, 2009), ikan hias air tawar dibagi ke dalam beberapa kelompok

sebagai berikut :

1) Characoidea dengan famili terdiri dari delapan kelompok, yaitu

Citarinidae, Alestiidae, Curimatidae, Erythrinidae, Lebiasinidae,

Gasteropelecidae, Ctenolucidae, dan Characidae,

2) Cyprinid dengan famili terdiri dari dua kelompok, yaitu Cyprinidae

dan Cyprinus,

3) Loaches/ Cobtidae dengan famili terdiri dari tiga kelompok, yaitu

Cobtidae, Balitoridae, dan Gyrinochelidae,

4) Cichlid dengan famili Cichlidae,

5) Anabantoidae dan Luciocephalidae dengan famili terdiri dari lima

kelompok, yaitu Anabantidae, Belontidae, Helostomatidae,

Osphronomidae, dan Luciocephalidae,

6) Livebearer/ Poecilidae dengan famili terdiri dari dua kelompok, yaitu

Goodeidae, dan Poecilidae,


24

7) Catfishes/ Siluridae dengan famili terdiri dari sebelas kelompok, yaitu

Bagridae, Siluridae, Schilbeidae, Pangasidae, Sisoridae, Claridae,

Heteropneustidae, Chacidae, Malapteruridae, Ariidae, dan Plotosidae

8) Rainbow dan Ikan muara dengan famili terdiri dari 14 kelompok,

yaitu Batrachoididae, Atherinidae, Anabeplinae, Beloninae,

Hemirhampidae, Syngnathidae, Centropomidae, Ambassidae,

Toxotidae, Monodactylidae, Scattophagidae, Eleotridae, Gobiidae,

dan Tetrodontidae,

9) Killifishes dan Ancient Fish dengan famili terdiri dari 22 kelompok,

yaitu Aplocheilidae, Cyprinodontidae, Adrianichthyidae,

Potamotrygonidae, Acipenceridae, Polyodontida, Polypteridae,

Lepisosteidae, Amiidae, Osteoglossidae, Pantodontidae, Notopteridae,

Mormyridae, Gymnarchidae, Gymnotidae, Channidae, Achridae,

Ceratodontidae, Lepidosirenidae, Escocidae, Mastacembelidae, dan

Centrachidae.

c. Morfologi Ikan

Struktur tubuh ikan secara umum dapat diihat pada GAMBAR 2.1.

GAMBAR 2.1. Struktur anatomi luar ikan secara umum


Sumber : Kottelat et al., 1993.
25

Struktur morfologi ikan yang digunakan dalam identifikasi ikan

menurut Kottelat et al. (1993) adalah sebagai berikut:

1) Kepala: bagian dari ujung mulut terdepan hingga ujung tutup insang

paling belakang. Pada bagian ini terdapat mulut, rahang atas dan

bawah, gigi, hidung, mata, insang dan sebagainya. Beberapa tipe

utama posisi mulut ikan antara lain: terminal, sub terminal, inferior

dan superior.

GAMBAR 2.2. Tipe utama letak mulut. Keterangan: (a) terminal; (b)
sub terminal; (c) inferior; (d) superior
Sumber : Kottelat et al, 1993.

2) Badan: bagian badan mulai dari belakang tutup insang sampai

belakang anus. Bagian anggota badan antara lain: sirip, baik yang

tunggal maupun yang berpasangan. Sirip punggung, sirip ekor dan

sirip dubur disebut sirip tunggal. Sirip dada dan sirip perut disebut

sirip berpasangan. Pada ikan-ikan yang 13 memiliki dua sirip

punggung, bagian depannya terdiri dari duri dan yang kedua terdiri

dari duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari yang lunak dan

umumnya bercabang. Pada ikan bersirip punggung tunggal, jari-jari


26

bagian depan tidak bersekat dan mungkin mengeras, sedangkan jari-

jari di belakangnya lunak atau besekat dan umumnya bercabang.

GAMBAR 2.3. Sirip punggung ikan. Keterangan:


A. Bagian sirip punggung yang berpasangan
(a) sirip punggung I yang keras;
(b) bagian sirip punggung II yang lunak.
B. Bagian sirip punggung yang tunggal
(a) gabungan antara duri;
(b) gabungan antara jari-jari
Sumber : Kottelat et al, 1993.

Selain sirip, bagian anggota badan yang lain adalah sisik. Ada

dua macam sisik, yaitu sisik sikloid dan sisik stenoid. Pinggiran

belakang sisik stenoid halus, sedangkan pinggiran belakang sisik

sikloid bergerigi. Struktur lain yang dapat dilihat melalui kaca

pembesar adalah circuli atau radii (ruji), baik pada sebagian atau

seluruh sisik.

GAMBAR 2.4. Tipe sisik ikan. Keterangan:


27

(a) pinggiran sisik bergerigi (stenoid).


(b) pinggiran sisik halus (sikloid) menunjukkan ctenii,
circuli dan radii; anak panah mengarah kepala.
Sumber : Kottelat et al, 1993.

3) Ekor : bagian tubuh yang terletak di permulaan sirip dubur hingga

ujung sirip ekor terbelakang. Pada bagian ini terdapat anus, sirip dubur

dan sirip ekor. Adapun tipe-tipe utama sirip ekor ikan antara lain

bentuk membulat, bersegi, bentuk sabit, becagak dan meruncing.

GAMBAR 2.5. Tipe-tipe utama sirip ekor. Keterangan: (a) membulat;


(b) bersegi; (c) sedikit cekung; (d) bentuk sabit; (e)
bercagak; (f) meruncing; (g) lanset
Sumber : Kottelat et al, 1993.

D. Submateri Tingkat Keanekaragaman Hayati

Menurut Irnaningtyas (2013), keanekaragaman hayati atau biodiversitas

merupakan variasi organisme hidup pada tiga tingkatan, yaitu tingkat gen,

spesies dan ekosistem. Variasi yaitu keanekaragaman. Menurut UU No. 5

tahun 1994, keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman di antara makhluk

hidup dari semua sumber mencakup yang ada di daratan, lautan, dan ekosistem

akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari


28

keanekaragamannya, yang terdiri dari keanekaragaman dalam spesies,

antarspesies dengan ekosistem.

Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibagi menjadi

tiga macam, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan

keanekaragaman ekosistem.

1. Keanekargaman Gen

Keanekaragaman gen merupakan variasi atau perbedaan gen yang

terjadi dalam satu jenis (spesies) makhluk hidup. Misalnya, buah durian

(Durio zibethinus) ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah

tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil. Contoh lainnya

adalah varietas mangga (Mangifera indica), misalnya mangga gadung,

mangga gedong gincu, mangga golek, mangga apel, mangga kelapa dan

mangga madu. Pada GAMBAR 2.6. terlihat keanekaragaman mangga.

GAMBAR 2.6: Keanekaragaman gen penyandi warna buah pada Mangifera


indica.
Sumber : Hasanah, 2014

Contoh lainnya pada buah pisang (Musa paradisiaca) yang memiliki

ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan rasa daging buah yang berbeda-beda.
29

Pisang memiliki berbagai varietas, antara lain pisang raja sereh, pisang raja

uli, pisang raja molo, dan pisang raja jembe. Contoh keanekaragaman

genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada kucing (Felis

siveltris catus), yaitu ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, kuning dan

coklat (GAMBAR 2.7).

GAMBAR 2.7: Keanekaragaman gen penyandi warna rambut pada Felis


siveltris catus
Sumber : https://www.petnyaku.com

Adapun keanekaragaman ikan hias bisa ditemukan pada ikan mas

koki seperti GAMBAR 2.8.

GAMBAR 2.8: Keanekaragaman gen penyandi warna tubuh ikan mas koki
Sumber : http://budidayamaskoki.blogspot.co.id

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan

oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom yang dimilikinya.

Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya melalui pewarisan sifat.


30

Namun, ekspresi gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan tempat hidupnya. Contohnya bibit yang diambil dari batang

induk mangga yang memiliki sifat genetik berbuah besar, bila ditanam pada

lingkungan yang berbeda (misalnya tandus dan miskin unsur hara)

kemungkinan tidak menghasilkan buah mangga berukuran besar seperti sifat

genetik induknya.

Keanekaragaman gen dapat ditingkatkan melalui hibridisasi

(perkawinan silang) antarorganisme satu spesies tetapi berbeda sifat atau

melalui proses domestikasi atau budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh

manusia. Contohnya hibridisasi tanaman anggrek untuk mendapatkan bunga

anggrek dengan warna beraneka ragam, hibridisasi sapi Fries Holland

dengan sapi Bali dan hibridisasi berbagai jenis tanaman atau hewan tertentu

dengan spesies liar untuk mendapatkan jenis yang tahan terhadap penyakit.

2. Keanekaragaman Jenis (Spesies)

Keanekaragaman jenis merupakan perbedaan yang dapat ditemukan

pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu tempat.

Contohnya di suatu halaman terdapat pohon mangga, jeruk, bunga mawar,

melati, cempaka, jahe, kunyit, burung, lebah, dan cacing.

Beberapa jenis organisme ada yang memiliki ciri-ciri fisik yang

hampir sama. Misalnya tumbuhan kelompok palem (Palmae) seperti kelapa,

pinang, aren dan sawit yang memiliki daun seperti pita. Namun, tumbuh-

tumbuhan tersebut merupakan spesies yang berbeda, kelapa memiliki nama


31

spesies Cocos nucifera, pinang bernama Areca catechu, aren bernama

Arenga pinnata, dan sawit bernama Elaetis guineensis (GAMBAR 2.9).

GAMBAR 2.9: Keanekaragaman spesies pada tumbuhan palem


Sumber : Hasanah, 2014

Contoh lainnya, hewan dari kelompok genus Phantera juga terdiri

dari beberapa spesies, di antaranya adalah harimau (Panthera tigris), singa

(Panthera leo), macan tutul (Panthera pardus), dan jaguar (Panthera onca)

(GAMBAR 2.10).

GAMBAR 2.10. Keanekaragaman spesies kelompok Panthera


Sumber : Editing pribadi

Keanekaragaman jenis merupakan seluruh variasi pada makhluk

hidup yang berbeda jenisnya dan dapat diamati dengan mudah. Untuk

mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis, salah satu caranya adalah


32

dengan mengamati ciri- ciri fisiknya, misalnya bentuk dan ukuran tubuh,

warna, kebiasaan hidup, dan lain-lain (Budiati, 2009).

3. Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok spesies menyesuaikan

diri dengan lingkungannya, kemudian terjadi hubungan yang saling

mempengaruhi antara satu spesies dengan spesies lain, dan juga antara

spesies dengan lingkungan abiotik tempat hidupnya, misalnya suhu, udara,

air, tanah, kelembaban, cahaya matahari dan mineral. Ekosistem terdiri dari

ekosistem alami dan ekosistem buatan. Contoh ekosistem alami ialah hutan,

rawa, terumbu karang, laut dalam, padang lamun (antara terumbu karang

dengan mangrove), mangrove (hutan bakau), pantai pasir, pantai batu,

estuari (muara sungai), danau, sungai, padang pasir, dan padang rumput.

Adapun ekosistem buatan manusia, misalnya agroekosistem dalam bentuk

sawah, ladang dan kebun. Contoh keanekaragaman ekosistem alami dan

buatan dapat dilihat pada GAMBAR 2.11.

GAMBAR 2.11: Keanekaragaman ekosistem


Sumber : https://biologigonz.blogspot.co.id/
33

Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem berbeda-beda.

Misalnya, ekosistem hutan hujan tropis tersusun oleh pohon-pohon tinggi

berkanopi, rotan, anggrek, paku-pakuan, burung, harimau, monyet, orang

utan, kambing hutan, ular, rusa, babi, dan berbagai jenis serangga. Pada

ekosistem sungai terdapat ikan, kepiting, udang, ular, dan ganggang air

tawar. Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah ditentukan oleh

berbagai faktor, antara lain posisi tempat berdasarkan garis lintang,

ketinggian tempat, iklim, cahaya, matahari, kelembaban, suhu dan kondisi

tanah. Contohnya, Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan terletak

di garis khatulistiwa memiliki sekitar 47 macam ekosistem di laut maupun

di darat (Irnaningtyas, 2013).

Anda mungkin juga menyukai