Nama Kelompok :
1. Arian Handoko
2. Bagus Hartanto
3. Doni Ardiyanto
4. Dwi Enggar Widi Saptana
5. Harjanti
6. Herdiana Widyastuti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda dimana
perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia. Manusia akan
mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan
kerjanya mendukung. Manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila
ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai
lingkungan kerja yang baik apabila manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan
sehat, aman dan selamat. Ketidak beresan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu
yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu
yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien
dan produktif.
Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara
optimal dan produktif, oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan atau di desain sedemikian
sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang
aman dan nyaman. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan
mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.
Di dalam perencanaan dan perancangan sistem kerja perlu diperhatikan factor-faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja seperti, kebisingan, pencahayaan, suhu dan lain-lain.
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat
melaksanakan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang
bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya dalam jangka waktu tertentu.
Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia sebagai pekerja akan
mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang dihasilkan. Pengendalian dan penanganan faktor-
faktor lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu
masalah yang harus ditangani secara serius dan berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur
yang panas getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan salah satu
sumber yang mengakibatkan tekanan kerja dan penurunan produktivitas
kerja.(www.mercubuana.ac.id)
Kesehatan adalah factor sangat penting bagi produktifitas dan peningkatan produktifitas
tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk
meraih produktifitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktifitas kerja tinggi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau
gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan
pekerjaannya. Bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan ;penyakit akibat kerja
cendrung lebih sering terjadi pada populasi pekerja yang kurang memahami proses industry ditempat
kerja, atau tidak cukup dilatih dan dilindungi untuk mengatasi kemungkinan bahaya yang dapat
terjadi. Seorang dokter perusahaan bertanggung jawab untuk mendidik dan melatih pekerja untuk
menjadi pekerja yang terampil, efisien dan produktif. (Harrianto, 2010)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengelolaan lingkungan kerja di PT.Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja
di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja, dan
penyakit akibat kerja. di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang
Semarang
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada kesehatan
lingkungan kerja.
di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Hygiene perusahaan atau industri adalah spesialisasi ilmu hygiene beserta prakteknya yang
lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor
penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil
pengukuran dan evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna
pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja/ perusahaan.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja/masyarkat pekerja memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal
dimungkinkan; bila tidak cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan /atau lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit pada umumnya.
(Suma’mur, 2009)
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai suatu kesatuan upaya dengan tujuan
mewujudakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif dapat diterjemahkan dalam bahasa
asing sebagai Industrial Hygiene and Occupational Health, yang cendrung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi problematika kesehatan kerja secara menyeluruh.
Dalam rangka upaya menjadikan tenaga sumber daya manusia yang sehat dan produktif,
kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan
tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara
kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Maksud dan tujuan hygiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan atau industry dari resiko bahaya khususnya factor fisik, kimiawi dan biologis yang
mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran suatu kegiatan hygiene
perusahaan adalah factor lingkungan dengan jalan identifikasi bahaya dan pengukuran agar tahu
secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang di hadapi atau yang mungkin timbul, dan dengan
pengetahuan yang tepat tentang resiko faktor bahaya tersebut diselenggarakan tindakan korektif
yang merupakan prioritas utama waktu itu serta selanjutnya upaya pencegahan yang bersifat
menyeluruh.
Wewenang dan tanggung jawab dalam bidang hygiene industri perusahaan dibagi anatara
berbagai sektor yaitu pada sektor ketenagakerjaan atas dasar hygiene industri merupakan spesialisasi
dalam keselamatan dan kesehatan kerja, pada sektor kesehatan oleh alasan hygiene perusahaan
tidak berdiri sendiri melainkan banyak kaitannya dengan hygiene usaha umum serta pada lingkungan
hidup karena lingkungan kerja adalah satu aspek dalam lingkungan pemukiman.
Masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum harus dilindungi Dari pengaruh buruk
yang mungkin ditimbulkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Semua sektor penyebab gangguan
kesehatan dan penyakit serta gangguan umum lainnya yang mungkin mengenai pekerja dapat pula
menyebabkan hal serupa kepada masyarakat sekitar suatu perusahaan dan masyarakat umum.
Seperti hawa panas yang keluar dari pabrik atau asap yang mengandung aneka zat kimia melalui
cerobong asap. Hygiene industri dengan kompetensinya dalam hal identifikasi, pengukuran, evaluasi
dan pengendalian faktor yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis dapat sangat berperan dalam upaya
menyelenggarakan perlindungan kepada penduduk yang berada di luar perusahaan.
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik, mental,
dan atau social. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja berat seperti halnya buruh bongkar
muat barang dipelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental maupun sosial.
Berlainan dari itu adalah beban kerja seorang pengusaha atau manjemen, tanggung jawabnya
merupakan beban mental yang relati jauh lebih besar dari beban fisik yang dituntut oleh
pekerjaannya. Adapun petugas sosial misalnya penggerak lembaga swadaya masyarakat atau
gerakan mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi dan memikul beban kerja sosial
kemasyarakatan. setiap tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hal kapasitas dalam
menanggung beban kerjanya.
2. Beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja Ada lima fatkor penyebab
beban tambahan dimaksud ;
a) Faktor fisik yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara, atau luas lantai
kerja maupun hal-hal yang bersiat fisik seperti penerangan, suhu udara, kelembabab udara, tekanan
udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetik.
b) Faktor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan
salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap. Awan, cairan,
dan atau zat padat.
c) Faktor biologis, yaitu semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan
d) Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu interaksi antar faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya seperti kontruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara
kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia.
e) Faktor mental dan psikologis, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan
antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.
3. Kapasitas kerja
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat
bergantung kepada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian, ketrampilan,
kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran
antropometri tubuh serta reaksi kejiwaan.
Semakin tinggi mutu ketrampilan kerja yang dimiliki, kian efisien tenaga kerja bekerja sehingga
beban menjadi relative jauh lebih ringan. Tidak mengherankan angka kesakitan sangat kurang bagi
mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, lebih lagi bila mereka cukup termotivasi untuk
mendedikasikan hidupnya kepada pekerjaannya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja di tempat kerja, yaitu;
1. Pewarnaan
Warna ruang atau kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral
kerja, dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja, misalnya sebagai contoh, warna dinding yang
putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk ruangan yang sempit,
sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah menjadi lebih luas.
Menurut Sedarmayanti, menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan sebaik-
baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Sifat dan
pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat
warna dapat merangsang perasan amnusia.
Di bawah ini terdapat daftar beberapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan manusia.
Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya.
Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu sendiri. Sebenarnya
masalah pewarnaan tidak hanya pada pewarnaan dindingnya saja melainkan lebih luas lagi misalnya
pewarnaan mesin-mesin, pewarnaan peralatan, bahkan pewarnaan seragam kerja juga perlu
diperhatikan. Warna juga mempunyai efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat
memotivasi karyawan dalam bekerja, itulah sebabnya pemakaian warna perlu disesuaikan dengan
jenis pekerjaannya.
2. Penerangan
Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran
kerja, karena penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat mengganggu penglihatan
karyawan manjadi tidak jelas pada saat bekerja. Sehingga pekerjaan mereka akan menjadi
terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi kurang efisien di dalam melaksanakan dan
menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan
akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang cukup
terang dan tidak menyilaukan mata.
3. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Maksud tidak dikehendaki di sini
yaitu karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu, sehingga
pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau rusak.
Dengan demikian dalam jangka waktu yang panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan
bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam berkomunikasi dan akan berpengaruh
pada emosi karyawan yang bila tidak diantisipasi maka akan timbul stres kerja. Dalam melakukan
pekerjaan sangat dibutuhkan konsentrasi, maka sebaiknya ruang kerja dihindarkan dari segala
sesuatu yang dapat menimbulkan kebisingan. Sumber kebisngan dapa berasal dari dalam
kantor/industri maupun dari luar kantor.
4. Kebersihan
Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja yang bersih
akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan. Suatu perusahaan
yang baik akan memperhatikan hal ini, karena ketika karyawan sedang bekerja dan membutuhkan
konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruangan kerja kotor atau berantakan. Oleh karena
itu perlu diperhatikan kebersihan dalam lingkungan kerja,
5. Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran, sehingga
dapat menimbulkan semangat kerja seseorang.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman
merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar
tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat
kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar
selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
6. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, dan bau-bauan
yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition”
yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang
menggannggu di sekitar tempat kerja.
7. Temperatur
Menurut hasil penelitian,untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang
berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap pegawai karena kemampuan beradaptasi
tiap pegawai berbeda.
Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik dan emosi.
Temperatur antara 730F- 770F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25% hingga
50%. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi
karyawan.
8. Musik
Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap semangat kerja dan
peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat menurunkan tingkat absensi dan
mengurangi kelelahan dalam bekerja. Keefektifan musik yang digunakan dalam jam kerja,
bergantung pada jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu, penggunaan musik kerja perlu
disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.
Lingkungan tersebut di atas dapat menjadi Hazardous atau sumber bahaya yang mengakibatkan
penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja. Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, hal ini baru dapat
dicegah dan ditingkatkan bila upaya kesehatan lingkungan kerja / higiene perusahaan dapat
diintensifkan di dalam tempat kerja.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mempunyai komitmen dan kebijakan serta maklumat demi
tercapainya Keselamatan dan kesehatan kerja.
Udin Chen
General Manager
Anthoni Salim
Presiden Direktur
Standar umum yang dipergunakan adalah Title 21 Code of Federal Regulation (CFR) part 110 Good
Manufacturing Practices in Manufacturing, Packing, or Holding Human Food and General Principles
Food Hygiene, WHO/FAO International Code Practice. Standar ini adalah yang standar yang umum
diterapkan dalam industri yang makanan dan kemasan.
Implementasi yang efektif dari System Management dengan menerapkan konsep Hygiene &
Sanitation pada system Good Manufacturing Practices / GMP akan memberikan keyakinan dan
manfaat dalam usaha industri makanan dan industri kemasan terkait Yang bermanfaat
(1) Meningkatkan kepercayaan pelanggan;
(2) Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan/organisasi;
(3) Meningkatkan kesempatan perusahaan/organisasi untuk memasuki pasar global melalui
produk/kemasan yang bebas bahan beracun (kimia, fisika dan biologi);
(4) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk;
(5) Berpartisipasi dalam program keamanan pangan;
(6) Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu.
Dalam GMP di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dilakukan 6 (enam) prinsip Sanitasi Makanan,
yaitu :
1. Upaya pengamanan bahan makanan
2. Upaya pengumpulan/penyimpanan bahan makanan
3. Upaya pengolahan bahan makanan
4. Upaya pengangkutan makanan
5. Upaya penyimpanan makanan
6. Upaya penyajian makanan
Dimana setiap bangunan , karyawan dan proses produksi sesuai ketentuan untuk menjamin
produk yang dihasilkan agar mempunyai mutu yang baik , hygienis dan bebas dari cemaran mikrobia
atau cemaran lainnya. Hal-hal tersebut juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
712/MENKES/PER/IX/1986 Perundangan : UU Nomor 23/1992 tentang Kesehatan & Kepmenkes
Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan hygiene sanitasi Jasaboga.
Perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan, prinsip dasar persyaratan/peralatan dalam
pengolahan makanan adalah aman sebagai alat/perlengkapan pemroses makanan. Aman ditinjau dari
bahan yang digunakan dan juga dari desain perlengkapan tersebut.
Good Manufacturing Practices lebih berperan dalam proses produksi karena elemen-elemen
dalam GMP merupakan elemen-elemen dalam sistem produksi. Jika digambarkan dalam fishbone
diagram :
A. Pasokan air danes Monitoring kualitas air yang digunakan minimal 6 bulan 1 kali.
E. Kesehatan karyawan
Kondisi kesehatan karyawan dimonitor oleh perusahaan
Bagi karyawan yang menderita sakit dan diduga dapat mencemari produkdilarang bekerja di unit
proses
Dalam perencanaan sistem manajemen lingkungan dilakukan identifikasi aspek dan evaluasi dampak
dengan persyaratan persyaratan legal
UU No.23/ 1997 Tentang pengelolaan lingkungan hidup
UU No.4/1962 Tentang Ketentuan-2 pokok pengelolaan lingkung hidup
PP No.20/1990 Tentang pengendalian pencemaran air
PP No.51/1993 dan PP No.27/199 Tentang analisis dampak lingkungan (AMDAL)
PP No.19/ 1994 Tentang Pengelolaan limbah B3.
PENGELOLAAN LIMBAH
Guna memastikan agar limbah yang dihasilkan memenuhi baku mutu yang telah
dipersyaratkan, maka seluruh pabrik Indofood dilengkapi dengan dengan fasilitas pengolahan limbah.
Atas kontribusinya dalam pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, Perseroan telah mendapatkan
penghargaan dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) maupun pusat sebagai
perusahaan dengan predikat baik.
Pengendalian limbah sudah dilakukan dengan memisahkan dan memproses limbah cair dan
padat. Limbah cair sendiri didapat dari sisa hasil proses produksi untuk pembersihan IPA (instalasi
perairan air limbah). "Mesin-mesin produksi dengan nilai residu 5 tahun harus diganti dengan yang
baru, untuk menjaga rasa, kandungan gizi, dan kualitas dari makanan tersebut," .
Dalam proses produksi mie, Indofood menghasilkan beberapa jenis limbah yang dikelola dengan
proses yang bermanfaat.
a) Lembah cair diolah dikolam-kolam didepan pabrik, dan limbah tersebut disuling, dinetralkan kemudian
di salurkan ke toilet area pabrik sebagian dibuang dan di gunakan untuk perikanan.
b) Limbah mie yang rusak digunakan sebagai makanan ternak, dan terbukti ternak juga berkualitas
karena diberi pakan limbah tersebut.
c) Limbah B3 ( padat & cair ) dan B3 Medis yang dikelola bekerja sama dengan pihak ke tiga
yaitu melalui PT Teknotama Lingkungan Internusa ( PPLI Bogor ), Umbul Mulyo Semarang dan RS
Telogorejo Semarang, dalam pengelolaan limbah di awasi dan dilaporkan ke Kementerian Lingkungn
Hidup (KLH) Jakarta dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang, karena dalam
pengelolaannya berstandarisasi / bersertifikasi Proper
Pelatihan ( Training )
Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan menjamin persamaan persepsi dan awareness
seluruh karyawan mengenai pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja maka di PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk melakukan pelatihan - pelatihan antara lain :Training K3 bagi petugas K3 ,
Hiperkes bagi dokter dan paramedis, Pelatihan P3K industri bagi setiap pekerja disetiap area ,
Pelatihan pemadam kebakaran , Pelatihan tanggap darurat dan penaggulangan bencana serta
bahaya, Food Safety ,Konselor HIV / AIDS, Konselor ASI dan Pelatihan lain, Serta dilakukan
penyuluhan tiga (3) bulan sekali tentang Keamanan pangan , manajemen mutu , infeksi penyakit
menular seksual, bahaya narkoba , keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen resiko , pola hidup
sehat dan lain-lain.
Pelatihan dan penyuluhan ini dilakukan bekerja sama dengan dinas terkait baik swasta
maupun pemerintah
Fasilitas Umum Laboratorium harus dilengkapi dengan jenis peralatan yang dibutuhkan sesuai
dengan ruang lingkup aktifitas pengujian. Untuk menjamin keabsahan pada waktu digunakan,
peralatan harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Peralatan ditempatkan pada tempat yang
sesuai untuk masing-masing peralatan. Setiap peralatan dengan petunjuk penggunaan alat dan buku
catatan pemakaian. Setiap peralatan harus mempunyai tanggung jawab. Semua peralatan harus
dipelihara dengan baik dan prosedur pemeliharaan harus didokumentasikan. Semua jenis alat harus
dilengkapi dengan rekaman yang mencakup:
1. Nama peralatan
Nama pabrik,
identitas jenis dan nomor seri
Tanggal penerimaan dan tanggal mulai digunakan
Letaknya pada saat ini
Kondisi saat diterima
Buku instruksi data perusahaan pembuat alat
Tanggal hasil kalibrasi
Pemeliharaan secara rinci tanggal dan rencana pemeliharaan yang akan datang
Sejarah tentang kerusakan/reparasi
Media/Reagensia
Bahan media/reagen yang diperlukan dalam suatu laboratorium kebutuhan sperti pada metode
yang digunakan dan sebaiknya berasal dari pabrik yang telah dikenal reputasinya dengan ukuran
kemasan yang sesuai untuk penggunaan di laboratorium.
Catatan pengadaan bahan-bahan tersebut sebaiknya ada dan cara pengadaaanya diusahakan
sedemikian rupa agar dapat memperlancar dan tidak sampai kehabisan bahan. Pada waktu diterima
harus diperiksa seutuhnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan bahan kimia dan
reagensia antara lain:
1.Tempat penyimpanan
Label/tanda yang tertempel pada tombol reagensia/media
Etiket
Media dan reagensia ditempatkan di gudang atau lemari yang sesuai untuk menjaga agar
bahan media tersebut tidak rusak dan mudah dicari serta tidak mudah tercemar. Pada penyimpanan
juga diberikan tanda peringatan, tanda bahaya, termasuk toksisitasnya, sifat mudah terbakat
stabilitasnya terhadap panas, udara, cahaya, serta reaktifitasnya terhadap zat kimia lain.
Pereaksi/media yang sudah dibuat di laboratorium diberi etiket dengan jelas berisi informasi antara
lain: nama pereaksi, kadar, tanggal pembuatan, serta tanda bahaya bila ada . Prosedur penanganan,
penyimpanan media/reagensia pereaksi dan pembuangan limbah, ditulis dan didokumentasi.
Kaizen berasal dari bahasa Jepang "kai" yang artinya "perubahan" atau"perbaikan" dan "zen" yang
artinya : "baik".Kaizen merupakan sistem pengambangan produktivitas, kualitas, teknologi, proses
produksi, budaya kerja, keamanan kerja, dan kepemimpinan yang dilakukan terus menerus. Salah
satu metode perubahan dan perbaikan yang dilakukan banyak perusahaan adalah menerapkan 5S /
5R.
5S / 5R adalah cara untuk meningkatkan produktivitasdengan melakukan kegiatan menata
tempat kerja. Karena lingkungan kerja yang nyaman,dan teratur, dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas yang tinggi di perusahaan. 5S / 5R diatas merupakan urutan dalam menata tempat
kerja, yang merupakan tanggung jawab semua pekerja, mulai dari CEO sampai Cleaning Service.
Setiap pekerja bertanggung jawab melakukan penataan tempat kerja kearah yang lebih baik dan
harus menjadi budaya perusahaan. Di Jepang, cara ini sudah menjadi budaya kerja dandikenal
dengan 5S, sedangkan di Indonesia disebut 5R, yaitu :
Seiri. = Ringkas
Membuang barang barang yang tidak diperlukan, dan menyimpang barang yang diperlukan
dengan cara tertentu agar mudah diakses ketika dibutuhkan.
Langkah langkah Ringkas :
1. Cek barang di area kerja masing masing.
2. Tentukan kategori barang yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.
3. Beri label merah untuk barang yang tidak dibutuhkan.
4. Siapkan tempat untuk membuang barang barang yang tidak dibutuhkan.
5. Secara berkala, buanglah barang barang berlabel merah ke tempat yang telah
disiapkan.
Seiton. = Rapi
Adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalahseberapa cepat kita
menyimpan barang, dan seberapa cepat kita mengambilnyakembali ketika dibutuhkan.
Langkah-langkah Rapi :
1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga mudahdidapatkan
kembali saat dibutuhkan.
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah dirancangdan
disediakan.
3. Beri label/identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun pengembalian ke
tempat semula.
Seiso. = Resik
Adalah membersihkan tempat kerja/lingkungan kerja, mesin / peralatan, dan barang-barang
agar tidak terdapat debu dan kotoran. Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh tiap
karyawan.
Langkah-langkah Resik :
1. Sediakan sarana kebersihan
2. Pembersihan tempat kerja secara berkala
3. Peremajaan tempat kerja
4. PelestarianResik
Seiketsu = Rawat
Adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan
menstandarisasikannya.
Langkah Rawat :
1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, dan penataan
2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja.
Shitsuke = Rajin
Adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan meningkatkan apa yang
sudah dicapai. Rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja.
LangkahlangkahmelakukanRajin :
1. Tentukan Target bersama
2. Teladan atasan
3. Komunikasi di lingkungan kerja
(a) Acceptable level, artinya nilai batas dimana adanya kontaminan dalam produk tidak akan
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
(b) Control point, artinya suatu titik dalam proses produksi yang apabila terjadi lepas kontrol (out of
control) tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan yang berarti.
(c) Critical control point, artinya suatu titik dalam proses produksi yang harus dikontrol karena jika
terjadi out of control akan menyebabkan terjadi gangguan kesehatan.
(d) Critical limit, artinya nilai minimum atau maksimum tertentu untuk parameter biologi, kimia dan
fisika yang harus dikontrol untuk meminimasi resiko terjadinya kontaminasi produk.
(e) Deviation, artinya kegagalan dalam mengontrol critical limit pada critical control point.
(f) Hazard, parameter biologi, fisika dan kimia yang dapat menyebabkan resiko gangguan kesehatan
konsumen.
(g) Verification, artinya metode, prosedur dan pengetesan yang digunakan untuk menentukan apakah
pelaksanaan sistem HACCP sudah sesuai dengan yang direncanakan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Konsep dasar dari hygiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian
sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan
produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-konstruktif, antara
unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan dan lingkungan
kerja biasa dihindarkan, asal saja perusahaan, pimpinan atau manajemen perusahaan dan pekerja
serta serikat pekerja ada kemauan yang kuat untuk mencegahnya. Peraturan perundang-undangan
tidak akan ada faedahnya, apabila perusahaan tidak melaksanakan ketetapan yang berlaku
sebagaimana diatur oleh perundang-undangan, juga sama halnya apabila pengurus perusahaan dan
pekerja tidak mengambil peranan proaktif dalam menghindarkan terjadinya gangguan terhadap
kesehatan, daya kerja dan produktiitas tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bannet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dan Audit SMK3, Edisi I. Jakarta : Direktorat Pengawasan
Keselamatan Kerja
Silalahi, Bennet N.B dan Rumondang B. Silalahi. 1991. Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Jakarta : PPM.
Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan. Edisi
1, Yogyakarta.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT.
Bina Sumber Daya Manusia.
TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH HYGIENE LINGKUNGAN KERJA
Nama Kelompok :
1. Arian Handoko
2. Bagus Hartanto
3. Doni Ardiyanto
4. Dwi Enggar Widi Saptana
5. Harjanti
6. Herdiana Widyastuti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda dimana
perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia. Manusia akan
mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan
kerjanya mendukung. Manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila
ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai
lingkungan kerja yang baik apabila manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan
sehat, aman dan selamat. Ketidak beresan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu
yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu
yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien
dan produktif.
Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara
optimal dan produktif, oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan atau di desain sedemikian
sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang
aman dan nyaman. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan
mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.
Di dalam perencanaan dan perancangan sistem kerja perlu diperhatikan factor-faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja seperti, kebisingan, pencahayaan, suhu dan lain-lain.
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat
melaksanakan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang
bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya dalam jangka waktu tertentu.
Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia sebagai pekerja akan
mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang dihasilkan. Pengendalian dan penanganan faktor-
faktor lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu
masalah yang harus ditangani secara serius dan berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur
yang panas getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan salah satu
sumber yang mengakibatkan tekanan kerja dan penurunan produktivitas
kerja.(www.mercubuana.ac.id)
Kesehatan adalah factor sangat penting bagi produktifitas dan peningkatan produktifitas
tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk
meraih produktifitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktifitas kerja tinggi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau
gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan
pekerjaannya. Bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan ;penyakit akibat kerja
cendrung lebih sering terjadi pada populasi pekerja yang kurang memahami proses industry ditempat
kerja, atau tidak cukup dilatih dan dilindungi untuk mengatasi kemungkinan bahaya yang dapat
terjadi. Seorang dokter perusahaan bertanggung jawab untuk mendidik dan melatih pekerja untuk
menjadi pekerja yang terampil, efisien dan produktif. (Harrianto, 2010)
1.2 Batasan Masalah
a. Mengetahui pengertian dari Hygiene industri makanan
b. Mengetahui tentang konsep dasar dari Hygiene Industri makanan
c. Mengetahui tentang program - program Hygiene Industri makanan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengelolaan lingkungan kerja di PT.Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja
di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja, dan
penyakit akibat kerja. di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang
Semarang
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada kesehatan
lingkungan kerja.
di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Hygiene perusahaan atau industri adalah spesialisasi ilmu hygiene beserta prakteknya yang
lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor
penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil
pengukuran dan evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna
pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja/ perusahaan.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja/masyarkat pekerja memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal
dimungkinkan; bila tidak cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan /atau lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit pada umumnya.
(Suma’mur, 2009)
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai suatu kesatuan upaya dengan tujuan
mewujudakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif dapat diterjemahkan dalam bahasa
asing sebagai Industrial Hygiene and Occupational Health, yang cendrung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi problematika kesehatan kerja secara menyeluruh.
Dalam rangka upaya menjadikan tenaga sumber daya manusia yang sehat dan produktif,
kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan
tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara
kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Maksud dan tujuan hygiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan atau industry dari resiko bahaya khususnya factor fisik, kimiawi dan biologis yang
mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran suatu kegiatan hygiene
perusahaan adalah factor lingkungan dengan jalan identifikasi bahaya dan pengukuran agar tahu
secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang di hadapi atau yang mungkin timbul, dan dengan
pengetahuan yang tepat tentang resiko faktor bahaya tersebut diselenggarakan tindakan korektif
yang merupakan prioritas utama waktu itu serta selanjutnya upaya pencegahan yang bersifat
menyeluruh.
Wewenang dan tanggung jawab dalam bidang hygiene industri perusahaan dibagi anatara
berbagai sektor yaitu pada sektor ketenagakerjaan atas dasar hygiene industri merupakan spesialisasi
dalam keselamatan dan kesehatan kerja, pada sektor kesehatan oleh alasan hygiene perusahaan
tidak berdiri sendiri melainkan banyak kaitannya dengan hygiene usaha umum serta pada lingkungan
hidup karena lingkungan kerja adalah satu aspek dalam lingkungan pemukiman.
Masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum harus dilindungi Dari pengaruh buruk
yang mungkin ditimbulkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Semua sektor penyebab gangguan
kesehatan dan penyakit serta gangguan umum lainnya yang mungkin mengenai pekerja dapat pula
menyebabkan hal serupa kepada masyarakat sekitar suatu perusahaan dan masyarakat umum.
Seperti hawa panas yang keluar dari pabrik atau asap yang mengandung aneka zat kimia melalui
cerobong asap. Hygiene industri dengan kompetensinya dalam hal identifikasi, pengukuran, evaluasi
dan pengendalian faktor yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis dapat sangat berperan dalam upaya
menyelenggarakan perlindungan kepada penduduk yang berada di luar perusahaan.
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik, mental,
dan atau social. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja berat seperti halnya buruh bongkar
muat barang dipelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental maupun sosial.
Berlainan dari itu adalah beban kerja seorang pengusaha atau manjemen, tanggung jawabnya
merupakan beban mental yang relati jauh lebih besar dari beban fisik yang dituntut oleh
pekerjaannya. Adapun petugas sosial misalnya penggerak lembaga swadaya masyarakat atau
gerakan mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi dan memikul beban kerja sosial
kemasyarakatan. setiap tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hal kapasitas dalam
menanggung beban kerjanya.
2. Beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja Ada lima fatkor penyebab
beban tambahan dimaksud ;
a) Faktor fisik yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara, atau luas lantai
kerja maupun hal-hal yang bersiat fisik seperti penerangan, suhu udara, kelembabab udara, tekanan
udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetik.
b) Faktor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan
salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap. Awan, cairan,
dan atau zat padat.
c) Faktor biologis, yaitu semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan
d) Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu interaksi antar faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya seperti kontruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara
kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia.
e) Faktor mental dan psikologis, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan
antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.
3. Kapasitas kerja
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat
bergantung kepada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian, ketrampilan,
kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran
antropometri tubuh serta reaksi kejiwaan.
Semakin tinggi mutu ketrampilan kerja yang dimiliki, kian efisien tenaga kerja bekerja sehingga
beban menjadi relative jauh lebih ringan. Tidak mengherankan angka kesakitan sangat kurang bagi
mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, lebih lagi bila mereka cukup termotivasi untuk
mendedikasikan hidupnya kepada pekerjaannya.
a) Pemeliharaan tempat dan lingkungan kerja yang mendukung efisiensi dan produktifitas serta
kenyamanan kerja atau memungkinkan kondisi kerja berada dalam koridor yang aman menurut
standar hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomic.
b) Penyerasian pekerjaan dan lingkungan kerja kepada karakteristika faktor manusia serta penerapan
cara bekerja yang memenuhi syarat keselamatan, kesehatan, hygiene industri dan ergonomic.
c) Pelaksanaan program kedokteran-kesehatan kerja promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
sebagai perwujudan upaya kedokteran-kesehatan yang komprehensif antara lain pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum bekerja, pra penempatan, alih tugas, pasca
pelaksanaan suatu tugas, berkala, dan saat memasuki masa pensiun.
d) Penerangan, penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kesehatan dengan eisiensi dan
produktifitas kerja, serta upaya agar terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
e) Upaya kuratif (P3K, pengobatan dan perawatan, rehabilitasi medis) yang mengurangi secara
kuantitatif dan kualitatif absenteisme dan kecacatan akibat kerja.
f) Pengumpulan dan analisis data hubungan tingkat kesehatan dan produktifitas tenaga kerja dan juga
produktifitas perusahaan atas dasar angka sakit, absenteisme, tingkat keparahan penyakit dan
kecelakaan serta hasil pelaksanaan kerja.
g) Pembinaan fisik, mental dan social terhadap tenaga kerja secara luas yang menunjang kualitas
kesehatan dan efisiensi serta produktifitas kerja.
h) Penelitian dan upaya pengembangan dalam peningkatan program hygiene perusahaan dan kesehatan
kerja.
i) Pencegahan terhadap pencemaran lingkungan sebagai akibat beroperasinya industri atau juga
kegiatan lainnya.
2.4. Pelayanan kesehatan di perusahaan
Tujuan pelayanan kesehatan kerja didasarkan pada rekomendasi ILO No. 112 (1959) yang
didukung oleh Masyarakat ekonomi eropa (1962) dan Majelis eropa (1972). Tujuan itu didukung pula
oleh konvensi ILO 161 dan rekomendasi No. 171 (1985).
Tujuan itu adalah sebagai berikut ;
a. Melindungi pekerja dari bahaya kesehatan ditempat kerja
b. Menyesuaikan pekerjaan agar serasi dengan status kesehatan pekerja c. Menyumbang
pembangunan dan pemeliharaan kesejahteraan fisik dan mental yang setinggi-tingginya ditempat
kerja.
(Harrington, 2005)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja di tempat kerja, yaitu;
1. Pewarnaan
Warna ruang atau kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral
kerja, dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja, misalnya sebagai contoh, warna dinding yang
putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk ruangan yang sempit,
sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah menjadi lebih luas.
Menurut Sedarmayanti, menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan sebaik-
baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Sifat dan
pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat
warna dapat merangsang perasan amnusia.
Di bawah ini terdapat daftar beberapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan manusia.
Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya.
Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu sendiri. Sebenarnya
masalah pewarnaan tidak hanya pada pewarnaan dindingnya saja melainkan lebih luas lagi misalnya
pewarnaan mesin-mesin, pewarnaan peralatan, bahkan pewarnaan seragam kerja juga perlu
diperhatikan. Warna juga mempunyai efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat
memotivasi karyawan dalam bekerja, itulah sebabnya pemakaian warna perlu disesuaikan dengan
jenis pekerjaannya.
2. Penerangan
Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran
kerja, karena penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat mengganggu penglihatan
karyawan manjadi tidak jelas pada saat bekerja. Sehingga pekerjaan mereka akan menjadi
terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi kurang efisien di dalam melaksanakan dan
menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan
akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang cukup
terang dan tidak menyilaukan mata.
3. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Maksud tidak dikehendaki di sini
yaitu karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu, sehingga
pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau rusak.
Dengan demikian dalam jangka waktu yang panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan
bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam berkomunikasi dan akan berpengaruh
pada emosi karyawan yang bila tidak diantisipasi maka akan timbul stres kerja. Dalam melakukan
pekerjaan sangat dibutuhkan konsentrasi, maka sebaiknya ruang kerja dihindarkan dari segala
sesuatu yang dapat menimbulkan kebisingan. Sumber kebisngan dapa berasal dari dalam
kantor/industri maupun dari luar kantor.
4. Kebersihan
Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja yang bersih
akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan. Suatu perusahaan
yang baik akan memperhatikan hal ini, karena ketika karyawan sedang bekerja dan membutuhkan
konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruangan kerja kotor atau berantakan. Oleh karena
itu perlu diperhatikan kebersihan dalam lingkungan kerja,
5. Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran, sehingga
dapat menimbulkan semangat kerja seseorang.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman
merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar
tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat
kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar
selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
6. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, dan bau-bauan
yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition”
yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang
menggannggu di sekitar tempat kerja.
7. Temperatur
Menurut hasil penelitian,untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang
berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap pegawai karena kemampuan beradaptasi
tiap pegawai berbeda.
Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik dan emosi.
Temperatur antara 730F- 770F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25% hingga
50%. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi
karyawan.
8. Musik
Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap semangat kerja dan
peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat menurunkan tingkat absensi dan
mengurangi kelelahan dalam bekerja. Keefektifan musik yang digunakan dalam jam kerja,
bergantung pada jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu, penggunaan musik kerja perlu
disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.
Lingkungan tersebut di atas dapat menjadi Hazardous atau sumber bahaya yang mengakibatkan
penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja. Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, hal ini baru dapat
dicegah dan ditingkatkan bila upaya kesehatan lingkungan kerja / higiene perusahaan dapat
diintensifkan di dalam tempat kerja.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA
PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang
PT Indofood adalah perusahan memproduksi mie instan terbesar di dunia, dengan pabrik
dibeberapa negara selain Indonesia sendiri. Perusahaan yang juga beroperasi di Cina , Nigeria ,
Australia, Amerika, Sudan , Malaysia dan beberapa Negara lainnya, perusahaan ini menjual lebih dari
10 miliar paket mie instan tiap tahunnya yang sudah dikonsumsi 35 Negara. Disamping mie instan,
PT Indofood juga mengembangkan variasi produk ke ranah snack, kecap, bumbu penyedap,
makanan bayi, maupun soft drink. Cakupan bisnis perusahaan Indofood dan peningkatan pasar ke
depannya menyebabkan banyak sistem manajemen yang harus dilakukan.
PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi Noodle Semarang merupakan indusri makanan
mie instan yang mencakup area Jawa Tengah dan daerah istimewa Yogyakarta yang terletak di Jl
Tambak Aji II/8 Kelurahan. Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan Semarang Jawa tengah Telp. (024)
8664555 Fax. (024) 8662455 dengan jumlah Karyawan 827 Orang.
Mempunyai
Visi
( TO BECOME A TOTAL FOOD SOLUTIONS COMPANY )
Yaitu Menjadi perusahaan penyedia makanan bermerek dan bermutu bagi jutaan konsumen di
Indonesia dan juga di berbagai penjuru dunia.
Dan
Misi
1. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan kami, proses produksi kami, dan teknologi kami
2. Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau, yang merupakan
pilihan pelanggan
3. Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional
4. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang
nutrisi
5. Meningkatkan stakeholder’s value secara berkesinambungan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mempunyai komitmen dan kebijakan serta maklumat demi
tercapainya Keselamatan dan kesehatan kerja.
Udin Chen
General Manager
Anthoni Salim
Presiden Direktur
Standar umum yang dipergunakan adalah Title 21 Code of Federal Regulation (CFR) part 110 Good
Manufacturing Practices in Manufacturing, Packing, or Holding Human Food and General Principles
Food Hygiene, WHO/FAO International Code Practice. Standar ini adalah yang standar yang umum
diterapkan dalam industri yang makanan dan kemasan.
Implementasi yang efektif dari System Management dengan menerapkan konsep Hygiene &
Sanitation pada system Good Manufacturing Practices / GMP akan memberikan keyakinan dan
manfaat dalam usaha industri makanan dan industri kemasan terkait Yang bermanfaat
(1) Meningkatkan kepercayaan pelanggan;
(2) Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan/organisasi;
(3) Meningkatkan kesempatan perusahaan/organisasi untuk memasuki pasar global melalui
produk/kemasan yang bebas bahan beracun (kimia, fisika dan biologi);
(4) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk;
(5) Berpartisipasi dalam program keamanan pangan;
(6) Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu.
Dalam GMP di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dilakukan 6 (enam) prinsip Sanitasi Makanan,
yaitu :
1. Upaya pengamanan bahan makanan
2. Upaya pengumpulan/penyimpanan bahan makanan
3. Upaya pengolahan bahan makanan
4. Upaya pengangkutan makanan
5. Upaya penyimpanan makanan
6. Upaya penyajian makanan
Dimana setiap bangunan , karyawan dan proses produksi sesuai ketentuan untuk menjamin
produk yang dihasilkan agar mempunyai mutu yang baik , hygienis dan bebas dari cemaran mikrobia
atau cemaran lainnya. Hal-hal tersebut juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
712/MENKES/PER/IX/1986 Perundangan : UU Nomor 23/1992 tentang Kesehatan & Kepmenkes
Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan hygiene sanitasi Jasaboga.
Perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan, prinsip dasar persyaratan/peralatan dalam
pengolahan makanan adalah aman sebagai alat/perlengkapan pemroses makanan. Aman ditinjau dari
bahan yang digunakan dan juga dari desain perlengkapan tersebut.
Good Manufacturing Practices lebih berperan dalam proses produksi karena elemen-elemen
dalam GMP merupakan elemen-elemen dalam sistem produksi. Jika digambarkan dalam fishbone
diagram :
A. Pasokan air danes Monitoring kualitas air yang digunakan minimal 6 bulan 1 kali.
E. Kesehatan karyawan
Kondisi kesehatan karyawan dimonitor oleh perusahaan
Bagi karyawan yang menderita sakit dan diduga dapat mencemari produkdilarang bekerja di unit
proses
Dalam perencanaan sistem manajemen lingkungan dilakukan identifikasi aspek dan evaluasi dampak
dengan persyaratan persyaratan legal
UU No.23/ 1997 Tentang pengelolaan lingkungan hidup
UU No.4/1962 Tentang Ketentuan-2 pokok pengelolaan lingkung hidup
PP No.20/1990 Tentang pengendalian pencemaran air
PP No.51/1993 dan PP No.27/199 Tentang analisis dampak lingkungan (AMDAL)
PP No.19/ 1994 Tentang Pengelolaan limbah B3.
PENGELOLAAN LIMBAH
Guna memastikan agar limbah yang dihasilkan memenuhi baku mutu yang telah
dipersyaratkan, maka seluruh pabrik Indofood dilengkapi dengan dengan fasilitas pengolahan limbah.
Atas kontribusinya dalam pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, Perseroan telah mendapatkan
penghargaan dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) maupun pusat sebagai
perusahaan dengan predikat baik.
Pengendalian limbah sudah dilakukan dengan memisahkan dan memproses limbah cair dan
padat. Limbah cair sendiri didapat dari sisa hasil proses produksi untuk pembersihan IPA (instalasi
perairan air limbah). "Mesin-mesin produksi dengan nilai residu 5 tahun harus diganti dengan yang
baru, untuk menjaga rasa, kandungan gizi, dan kualitas dari makanan tersebut," .
Dalam proses produksi mie, Indofood menghasilkan beberapa jenis limbah yang dikelola dengan
proses yang bermanfaat.
a) Lembah cair diolah dikolam-kolam didepan pabrik, dan limbah tersebut disuling, dinetralkan kemudian
di salurkan ke toilet area pabrik sebagian dibuang dan di gunakan untuk perikanan.
b) Limbah mie yang rusak digunakan sebagai makanan ternak, dan terbukti ternak juga berkualitas
karena diberi pakan limbah tersebut.
c) Limbah B3 ( padat & cair ) dan B3 Medis yang dikelola bekerja sama dengan pihak ke tiga
yaitu melalui PT Teknotama Lingkungan Internusa ( PPLI Bogor ), Umbul Mulyo Semarang dan RS
Telogorejo Semarang, dalam pengelolaan limbah di awasi dan dilaporkan ke Kementerian Lingkungn
Hidup (KLH) Jakarta dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang, karena dalam
pengelolaannya berstandarisasi / bersertifikasi Proper
Pelatihan ( Training )
Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan menjamin persamaan persepsi dan awareness
seluruh karyawan mengenai pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja maka di PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk melakukan pelatihan - pelatihan antara lain :Training K3 bagi petugas K3 ,
Hiperkes bagi dokter dan paramedis, Pelatihan P3K industri bagi setiap pekerja disetiap area ,
Pelatihan pemadam kebakaran , Pelatihan tanggap darurat dan penaggulangan bencana serta
bahaya, Food Safety ,Konselor HIV / AIDS, Konselor ASI dan Pelatihan lain, Serta dilakukan
penyuluhan tiga (3) bulan sekali tentang Keamanan pangan , manajemen mutu , infeksi penyakit
menular seksual, bahaya narkoba , keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen resiko , pola hidup
sehat dan lain-lain.
Pelatihan dan penyuluhan ini dilakukan bekerja sama dengan dinas terkait baik swasta
maupun pemerintah
1. Nama peralatan
Nama pabrik,
identitas jenis dan nomor seri
Tanggal penerimaan dan tanggal mulai digunakan
Letaknya pada saat ini
Kondisi saat diterima
Buku instruksi data perusahaan pembuat alat
Tanggal hasil kalibrasi
Pemeliharaan secara rinci tanggal dan rencana pemeliharaan yang akan datang
Sejarah tentang kerusakan/reparasi
Media/Reagensia
Bahan media/reagen yang diperlukan dalam suatu laboratorium kebutuhan sperti pada metode
yang digunakan dan sebaiknya berasal dari pabrik yang telah dikenal reputasinya dengan ukuran
kemasan yang sesuai untuk penggunaan di laboratorium.
Catatan pengadaan bahan-bahan tersebut sebaiknya ada dan cara pengadaaanya diusahakan
sedemikian rupa agar dapat memperlancar dan tidak sampai kehabisan bahan. Pada waktu diterima
harus diperiksa seutuhnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan bahan kimia dan
reagensia antara lain:
1.Tempat penyimpanan
Label/tanda yang tertempel pada tombol reagensia/media
Etiket
Media dan reagensia ditempatkan di gudang atau lemari yang sesuai untuk menjaga agar
bahan media tersebut tidak rusak dan mudah dicari serta tidak mudah tercemar. Pada penyimpanan
juga diberikan tanda peringatan, tanda bahaya, termasuk toksisitasnya, sifat mudah terbakat
stabilitasnya terhadap panas, udara, cahaya, serta reaktifitasnya terhadap zat kimia lain.
Pereaksi/media yang sudah dibuat di laboratorium diberi etiket dengan jelas berisi informasi antara
lain: nama pereaksi, kadar, tanggal pembuatan, serta tanda bahaya bila ada . Prosedur penanganan,
penyimpanan media/reagensia pereaksi dan pembuangan limbah, ditulis dan didokumentasi.
Kaizen berasal dari bahasa Jepang "kai" yang artinya "perubahan" atau"perbaikan" dan "zen" yang
artinya : "baik".Kaizen merupakan sistem pengambangan produktivitas, kualitas, teknologi, proses
produksi, budaya kerja, keamanan kerja, dan kepemimpinan yang dilakukan terus menerus. Salah
satu metode perubahan dan perbaikan yang dilakukan banyak perusahaan adalah menerapkan 5S /
5R.
5S / 5R adalah cara untuk meningkatkan produktivitasdengan melakukan kegiatan menata
tempat kerja. Karena lingkungan kerja yang nyaman,dan teratur, dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas yang tinggi di perusahaan. 5S / 5R diatas merupakan urutan dalam menata tempat
kerja, yang merupakan tanggung jawab semua pekerja, mulai dari CEO sampai Cleaning Service.
Setiap pekerja bertanggung jawab melakukan penataan tempat kerja kearah yang lebih baik dan
harus menjadi budaya perusahaan. Di Jepang, cara ini sudah menjadi budaya kerja dandikenal
dengan 5S, sedangkan di Indonesia disebut 5R, yaitu :
Seiri. = Ringkas
Membuang barang barang yang tidak diperlukan, dan menyimpang barang yang diperlukan
dengan cara tertentu agar mudah diakses ketika dibutuhkan.
Langkah langkah Ringkas :
1. Cek barang di area kerja masing masing.
2. Tentukan kategori barang yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.
3. Beri label merah untuk barang yang tidak dibutuhkan.
4. Siapkan tempat untuk membuang barang barang yang tidak dibutuhkan.
5. Secara berkala, buanglah barang barang berlabel merah ke tempat yang telah
disiapkan.
Seiton. = Rapi
Adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalahseberapa cepat kita
menyimpan barang, dan seberapa cepat kita mengambilnyakembali ketika dibutuhkan.
Langkah-langkah Rapi :
1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga mudahdidapatkan
kembali saat dibutuhkan.
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah dirancangdan
disediakan.
3. Beri label/identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun pengembalian ke
tempat semula.
Seiso. = Resik
Adalah membersihkan tempat kerja/lingkungan kerja, mesin / peralatan, dan barang-barang
agar tidak terdapat debu dan kotoran. Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh tiap
karyawan.
Langkah-langkah Resik :
1. Sediakan sarana kebersihan
2. Pembersihan tempat kerja secara berkala
3. Peremajaan tempat kerja
4. PelestarianResik
Seiketsu = Rawat
Adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan
menstandarisasikannya.
Langkah Rawat :
1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, dan penataan
2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja.
Shitsuke = Rajin
Adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan meningkatkan apa yang
sudah dicapai. Rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja.
LangkahlangkahmelakukanRajin :
1. Tentukan Target bersama
2. Teladan atasan
3. Komunikasi di lingkungan kerja
(a) Acceptable level, artinya nilai batas dimana adanya kontaminan dalam produk tidak akan
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
(b) Control point, artinya suatu titik dalam proses produksi yang apabila terjadi lepas kontrol (out of
control) tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan yang berarti.
(c) Critical control point, artinya suatu titik dalam proses produksi yang harus dikontrol karena jika
terjadi out of control akan menyebabkan terjadi gangguan kesehatan.
(d) Critical limit, artinya nilai minimum atau maksimum tertentu untuk parameter biologi, kimia dan
fisika yang harus dikontrol untuk meminimasi resiko terjadinya kontaminasi produk.
(e) Deviation, artinya kegagalan dalam mengontrol critical limit pada critical control point.
(f) Hazard, parameter biologi, fisika dan kimia yang dapat menyebabkan resiko gangguan kesehatan
konsumen.
(g) Verification, artinya metode, prosedur dan pengetesan yang digunakan untuk menentukan apakah
pelaksanaan sistem HACCP sudah sesuai dengan yang direncanakan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Konsep dasar dari hygiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian
sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan
produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-konstruktif, antara
unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan dan lingkungan
kerja biasa dihindarkan, asal saja perusahaan, pimpinan atau manajemen perusahaan dan pekerja
serta serikat pekerja ada kemauan yang kuat untuk mencegahnya. Peraturan perundang-undangan
tidak akan ada faedahnya, apabila perusahaan tidak melaksanakan ketetapan yang berlaku
sebagaimana diatur oleh perundang-undangan, juga sama halnya apabila pengurus perusahaan dan
pekerja tidak mengambil peranan proaktif dalam menghindarkan terjadinya gangguan terhadap
kesehatan, daya kerja dan produktiitas tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bannet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dan Audit SMK3, Edisi I. Jakarta : Direktorat Pengawasan
Keselamatan Kerja
Silalahi, Bennet N.B dan Rumondang B. Silalahi. 1991. Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Jakarta : PPM.
Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan. Edisi
1, Yogyakarta.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT.
Bina Sumber Daya Manusia.