PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal
dengan batu ginjal. Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat
pengobatan secara dini yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai
dengan tidak berfungsinya ginjal.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang
kesehatan berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat
termasuk perubahan pola dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat
melihat dampak negatif yang bisa kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang
muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.
Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang
sehat adalah batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai
perawat kita ikut berperan dalam mengatasi masalah ini antara lain dengan
rasa memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan tentang urolithiasis dan vesikolithiasis/batu buli-buli
khususnya serta cara pencegahannya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang penyakit urolithiasis dan batu buli-buli
khususnya serta bagaimana cara mengatasi permasalahan yang dihadapi
pasien.
2. Dapat mengenal lebih dalam mengenai penyakit dan masalah yang
dihadapi sehingga dapat memberikan asuhan yang dihadapi pasien.
3. Memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan batu buli-
buli atau vesikolithiasis.
1
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini:
1. Membaca berbagai literatur studi kepustakaan untuk mencari keterangan
tentang bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien.
2. Pengamatan dan keterlibatan langsung dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
3. Pengumpulan data dengan cara wawancara kepada pasien untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lama BAB yaitu BAB
I terdiri dari pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, tujuan,
metode dan sistematika penulisan. BAB II terdiri dari tinjauan teoritis yang
terdiri dari konsep dasar medik dan konsep dasar keperawatan.
Dalam konsep dasar medik akan diuraikan tentang definisi penyakit
Urolithiasis, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test
diagnosa, pengelolaan medik dan komplikasi.
Sedangkan dalam konsep dasar keperawatan akan diuraikan tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. BAB III
tentang pengamatan kasus. BAB IV tentang pembahasan kasus dan ditutup
dengan BAB V tentang kesimpulan, kemudian diakhiri dengan daftar
kepustakaan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penyimpanan urine dan
mendorong urine keluar. Uretra adalah saluran kecil yang berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh yang disebut meatus uretra.
Ginjal berfungsi :
a. Memproduksi urine
b. Mengekskresi zat yang tidak berguna yaitu sisa metabolisme :
ureum, asam urat, kreatinin, zat-zat beracun dan obat-obatan.
c. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan asam basa.
d. Menghasilkan eritropoetin faktor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah oleh sumsum tulang.
4
3. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya batu adalah :
Infeksi /UTI terjadi peningkatan alkali urine.
Urine statis
Hiperkalsemia dan hiperkalsuria.
Intake cairan yang karang.
Suhu : tempat yang bersuhu panas mempermudah pengeluaran
keringat sehingga mengurangi produksi urine.
Pekerjaan yang lebih banyak duduk.
Keturunan.
Ras : lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
4. Patofisiologi
Pemeliharaan keenceran urine dan aliran yang bebas mengurangi resiko
terbentuknya batu berulang. Bila PH urine tinggi, calsium dan phospat
kurang dapat larut. PH yang rendah, asam urat dan cystine kurang dapat
larut. Faktor-faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu adalah
obstruksi batu sehingga urine menjadi statis dan infeksi saluran kemih
(proteus, Klebsiella, Pseudomonas dan beberapa spesies stapilokokkus).
Bakteri ini menyebabkan urine menjadi alkali dan membentuk batu
kalsium-magnesium, amonium phosphat. Bila batu yang terbentuk di
ginjal melalui ureter dan memetap di sudut ureteropelvik, atau sudut
uretero vesikal dapat menghambat aliran urine, batu yang berada di buli-
buli jarang menimbulkan nyeri kecuali bila batu menyumbat di muara
uretra.
Jenis-jenis batu :
♣ Batu Kalsium
Penyebab utamanya adalah hiperkalsemia.
♣ Batu Strutive (batu campuran)
Terdiri dari kalsium Fosfat, Magnesium Fosfat, Amonium Fosfat, PH
urine yang tinggi merupakan hal kritis dalam pembentukan batu.
♣ Batu cystine
Akibat error metabolisme kongenital yang diturunkan sebagai kelainan
resepsip autoimun, khas ditemukan pada masa anak dan remaja.
5
♣ Batu asam urat.
Disebabkan karena peningkatan asam urat, kekurangan cairan, PH
urine rendah, diit tinggi purin.
♣ Batu xantin
Akibat dari kondisi herediter dimana terjadi defisiensi oksidasi
xantine kristal. Batu ini jarang terjadi.
6. Test Diagnostik
a. Analisa Urine : warna urine mungkin kecoklatan, PH, berat jenis
urine, sel darah putih, sel darah merah, kristal.
b. Urine 24 jam : untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin,
natrium dapat meningkat.
c. Kultur urine : dapat di temukan UTI akibat infeksi oleh
stapgylococcus aureus, klebsiella, pseudomonas.
d. Darah lengkap : sel darh putih meningkat, menunjukkan terjadinya
infeksi.
e. USG : dapat melihat bayangan batu dan adanya tanda-tanda obstruksi
urine.
f. CT Scan : mengidentifikasi adanya batu dan masa yang lain.
g. IVP :
- menunjukkan secara jelas adanya batu pada saluran kemih.
- Menunjukkan ketidak normalan struktur anatomi.
6
b. Mengobati infeksi.
c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Mencegah kerusakan nefron.
Untuk mencapai hal tersebut langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah :
a. Antibiotik
b. Anti nyeri
c. Pembedahan
d. Diet
8. Komplikasi
Infeksi.
Pendarahan.
Obstruksi saluran kemih.
Perfosi renal pelvis.
Hilangnya frekmen batu.
7
d. Pola Aktifitas Latihan
- Pekerjaan yang memerlukan duduk lama.
- Suhu lingkaran
- Kebiasaan berolah raga
- Terganggu aktifitas karena nyeri.
e. Pola Persepsi Kognitif
- Rasa nyeri di pingang belakang (tidak pad semua pasien)
- Perasaan berat di regio suprapubik.
f. Pola Hubungan dan Peran
Riwayat keluarga : batu ginjal, gont atau masalah-masalah ginjal.
g. Pola Reproduksi Seksualitas
- Gambaran disfusi/gangguan seksual yang berhubungan dengan
UTI dan nyeri.
h. Pola Mekanisme Koping dan stres.
Dapat timbul cemas dan stres yang nyata.
2. Diagnosa Keperawatan
Sebelum Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi dari batu dan kontrol nyeri
inadekuat.
b. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.
c. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma atau
hambatan pada ureter/kandung kemih.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya bakteri pada
saluran kemih.
e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang proses
terjadinya batu.
Setelah Operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hemorrhagie atau hipovolemik.
b. Nyeri berhubungan dengan invisi bedah.
c. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan inversi
perkemihan sementaran(selang nefrostomi, kateter uretra,
intervensi pembedahan).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya kateter.
8
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi dari batu dan kontrol nyeri
inadekuat.
HYD : - Nyeri berkurang sampai dengan hilang
- Pasien tampak rilek
Rencana Tindakan :
Kaji lokasi nyeri, lamanya intensitas (1-10) dan penyebaran nyeri.
R/ Menentukan rencana tindakan yang tepat.
Anjurkan meningkatkan intake cairan 1000-1500 cc/hari.
R/ Meningkatkan lintasan batu, pengenceran urine dan
mengurangi resiko pembentukan batu tambahan.
Ajarkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam saat
nyeri.
R/ Untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.
Kolaborasi untuk pemberian obat nyeri (analgesik/narkotik).
R/ Mengurangi rasa nyeri.
9
R/ Memberi informasi tentang fungsi ginjal dan komplikasinya
misalnya infeksi.
Kaji pola BAK dan catat kelainannya.
R/ Batu dapat menyebabkan rangsang pada nervus untuk
berkemih.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake cairan 3-4 liter/hari.
R/ Membantu mengeluarkan bakteri dan memperlancar
perjalanan batu untuk turun.
Palpasi kandung kemih untuk mengetahui ketegangan suprapubik.
R/ Retensi urine menyebabkan distensi kandung kemih.
10
Beri informasi tentang diet (rendah purin, oksalat, kalium)
R/ Pengetahuan tentang diet dapat menjadi aspek yang penting
untuk mengontrol penyakit.
Jelaskan tentang tanda dan gejala yang timbul seperti nyeri,
hematuri, oliguri.
R/ Intervensi dapat diberikan dengan tepat sehingga komplikasi
dapat dihindarkan.
Setelah Operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
HYD : - Tanda-tanda vital stabil
- Kulit hangat dan kering
- Intake output seimbang
- Tidak perdarahan melalui selang.
Rencana Tindakan :
Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan
lapor ke dokter.
R/ Mengetahui adanya perdarahan
Pantau dan catat intake output tiap 4 jam dan laporkan bila terjadi
ketidakseimbangan.
R/ Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
Kaji tanda-tanda vital dan turgor kulit, suhu tiap 4-8 jam.
R/ Menunjukkan adanya dehidrasi atau kurang volume cairan.
11
Kaji insisi dari kemerahan, nyeri tekan, bengkak.
R/ Peradangan dapat menimbulkan bengkak, nyeri, kemerahan.
Anjurkan pasien menekan daerah insisi bila batuk dengan bantal.
R/ Mengurangi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk penghilang nyeri.
R/ Obat analgetik mengurangi/menghilangkan nyeri.
12
Kaji suhu tiap 4 jam.
R/ Peningkatan suhu menandakan adanya infeksi.
Anjurkan pasien menghindari/menyentuh insisi, balutan dan
drainage.
R/ Menghindari infeksi silang
Pertahankan teknik steril untuk mengganti balutan dan melakukan
perawatan luka.
R/ Menghindari infeksi silang.
13
DISCHARGE PLANNING
14
Patoflowdiagram
Perubahan PH
menjadi basa
Pembentukan batu
DP Cemas
DP Perubahan
pola eliminasi
Hidroneprosisi :
- tidak nafsu makan
- rasa berat di abdomen
Gagal ginjal
Kematian
15
BAB V
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M and Jacobs, Esther Matassarin. 1997. Medical Surgical Nursing
Clinical Management for Continuity of Care . Fifth Edition. Philadelphia : WB
Saunders Company.
17