FEMMI NORFAHMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
iii
Femmi Norfahmi
NIM H363110101
iv
v
RINGKASAN
Kata kunci: alokasi curahan kerja, non pertanian, pertanian, rumahtangga petani
padi, transformasi tenaga kerja
vii
SUMMARY
Increase formal and nor formal education are both needed to gain quality of
human resources so that farmer household can increase farmer force productivity
and non agricultural. In order to increase income wether farming force or non
agricultural for farmer household prosperity gain, those two components mention
above are should be required increase formal and nor formal education
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ix
FEMMI NORFAHMI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
x
1. Dr Ir Harianto, MS
2. Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua
Diketahui oleh
PRAKATA
Femmi Norfahmi
xiv
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 7
Kebaharuan Penelitian 7
2 TINJAUAN PUSTAKA 7
Kajian Transformasi Tenaga Kerja Pertanian 7
Alokasi Waktu Kerja Rumahtangga Petani 13
Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga 18
Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga 20
3 KERANGKA TEORITIS 22
Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Sektor Pertanian 22
Model Umum Ekonomi Rumahtangga 26
Transformasi Tenaga Kerja Rumahtangga Ke Non Pertanian 28
Kerangka Konseptual Transformasi Tenaga Kerja Rumahtangga 32
4 METODE PENELITIAN 37
Waktu dan Lokasi Penelitian 37
Metode Pengambilan Contoh 37
Analisis Data 38
Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga 38
Blok Transformasi Tenaga Kerja Rumahtangga ke Non Pertanian 38
Blok Curahan Kerja Rumahtangga Petani 38
Curahan Kerja Rumahtangga Petani pada Usahatani 38
Blok Curahan Kerja Rumahtangga Petani di Non Pertanian 41
Blok Produksi 44
Blok Permintaan Input Produksi 44
Blok Pendapatan 46
Blok Pengeluaran Rumahtangga Petani 47
Identifikasi dan Metode Pendugaan Model 48
Validasi Model 49
Simulasi Model 50
xv
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN 102
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Program pendugaan model dan hasil untuk setiap peubah endogen pada
persamaan simultan two Stage Least Square 105
2. Hasil estimasi pendugaan model two Stage Least Square 110
3. Program validasi model ekonomi rumahtangga petani 113
4. Hasil validasi model ekonomi rumahtangga petani 132
5. Program simulasi model ekonomi rumahtangga petani 136
6. Hasil simulasi model ekonomi rumahtangga petani 141
xviii
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian tidak dapat
dihindarkan bagi negara-negara berkembang. Hal ini karena konsep pembangunan di
negara berkembang yang menekankan adanya perubahan struktural dari perekonomian
subsisten ke perekonomian kapitalis dan berbasis industri. Transformasi struktural
ditandai oleh menurunnya share pertanian dan meningkatnya share industri yang
diikuti dengan meningkatnya share jasa. Perubahan pada struktur tenaga kerja juga
mengikuti perubahan dari pertanian ke industri dan ke jasa (Reddy et al. 2014).
Timmer (2009) menambahkan bahwa semakin cepat transformasi struktural, semakin
cepat penurunan share pertanian dalam ekonomi dan total tenaga kerja.
Transformasi secara makro ditunjukkan oleh (1) peningkatan produktivitas
sektor non pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian (Deiningerb et
al. (2012), (2) perubahan kesempatan kerja disektor industri (Mu dan Walle 2011), (3)
peningkatan investasi baik modal fisik dan manusia serta meningkatnya penggunaan
padat modal (Chenery dan Srinivasan 1992), (4) menurunnya pangsa pertanian dalam
output ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatnya populasi pangsa di daerah
perkotaan, dan peningkatan kontribusi industri dan jasa terhadap pertumbuhan
ekonomi (Kolavalli 2012).
Transformasi terjadi pada umumnya di negara sedang berkembang yaitu
perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri atau dari tradisional menjadi modern
yang erat hubungaannya dengan penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan
faktor lainnya yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita (Chenery 1992).
Ketika kontribusi tenaga kerja sektor pertanian menurun, kontribusi tenaga kerja
sektor industri pengolahan dan sektor lain meningkat. Terdapat perubahan penyerapan
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain terlebih dulu karena produktivitasnya
tidak jauh berbeda. Pada tahap selanjutnya terjadi penyerapan tenaga kerja dari sektor
lain ke sektor industri setelah melalui pendidikan dan pelatihan. Mulai dari kondisi
tenaga kerja yang tidak berkeahlian menjadi kondisi tenaga kerja cukup berkeahlian
dan berpendidikan (Dirgantoro 2010).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang juga mengalami
tansformasi. Saat ini, telah terjadi perubahan penting pada ekonomi Indonesia,
walaupun sektor pertanian memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan
nasional yaitu sebagai penyedia pangan, sumber penghidupan bagi sebagian besar
penduduk Indonesia dan sumber pendapatan ekspor (devisa) negara. Namun
kontribusi pertanian selama tahun 2004-2012 dalam Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia sebesar 14 persen, menempati urutan ketiga terbesar setelah sektor Industri
Pengolahan sebesar 27 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15
persen (Bappenas 2014).
2
kegiatan investasi dan tabungan sehingga perlunya dikaji tentang faktor-faktor yang
memengaruhi produksi, konsumsi, penggunaan tenaga kerja, investasi, tabungan dan
dampaknya terhadap kesejahteraan rumahtangga petani.
Perumusan Masalah
Kehutanan, 3.51%
Sektor Lain,
Perikanan, 6.10% 64.01%
Sektor Lain Perikanan
Kehutanan Peternakan dan Hasil-hasilnya
Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan
banyak penelitian yang dilakukan mengenai dampak transformasi terhadap petani dan
tenaga kerja pertanian. Objek penelitian yang tepat digunakan dalam mengevaluasi
transformasi tenaga kerja ini adalah rumahtangga petani, yang memberikan akses
untuk aspek-aspek sosial dan ekonomi dari transformasi tenaga kerja.
Pendekatan rumahtangga petani adalah penting sebagai unit pengamatan dimana
penggunaan tenaga kerja berlangsung, dan sebagai obyek kajian karena rumahtangga
sendiri mengalami perubahan dengan terjadinya transformasi tenaga kerja. Ini penting
dilakukan, diduga akan memengaruhi kesejahteraan rumahtangga petani karena akan
berdampak pada eksistensi pertanian wilayah pedesaan. Adapun masalah dalam
penelitian ini sebagai isu utama adalah bagaimana rumahtangga petani
mengalokasikan waktu kerjanya untuk kegiatan produksi, pengeluaran, dan investasi
akibat adanya transformasi tenaga kerja rumahtangga pertanian ke non pertanian?
Bagaimana dampak transformasi tenaga kerja rumahtangga pertanian ke non pertanian
terhadap kesejahteraan rumahtangga petani?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mempelajari perilaku ekonomi
rumahtangga petani dalam kegiatan ekonomi diSulawesi Tengah. Tujuan penelitian
secara khusus adalah untuk:
1. Mengukur transformasi tenaga kerja pertanian ke non pertanian pada
rumahtangga petani
2. Menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga petani akibat adanya transformasi
tenaga kerja rumahtangga pertanian ke non pertanian
3. Menganalisis dampak transformasi tenaga kerja rumahtangga pertanian ke non
pertanian terhadap kesejahteraan rumahtangga petani
Manfaat Penelitian
Kebaharuan Penelitian
Penelitian terdahulu terkait dengan isu transformasi tenaga kerja yang dilakukan
dengan pendekatan makroekonomi dengan data pada tingkat nasional. Penelitian ini
dilakukan pada tingkat mikroekonomi melalui pendekatan rumahtangga petani yang
menggunakan data panel dengan menggunakan dua titik waktu data cross section
tahun 2008 dan 2015, terdiri atas data kegiatan alokasi curahan tenaga kerja
rumahtangga petani, kegiatan produksi, dan pengeluaran rumahtangga. Penelitian ini
menjelaskan transformasi tenaga kerja dengan menggunakan indikator rasio
perubahan alokasi curahan tenaga kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian
terhadap kegiatan usahatani dalam rumahtangga petani yang terjadi pada dua titik
waktu tersebut dan menganalisis prilaku ekonomi rumahtangga petani akibat adanya
transformasi tenaga kerja rumahtangga petani ke non pertanian terhadap kesejahteraan
rumahtangga petani. Adapun hasil analisis dampak kebijakan dapat dijadikan sebagai
dasar penyusunan kebijakan di sektor pertanian khususnya untuk rumahtangga petani
pada usahatani padi.
2 TINJAUAN PUSTAKA
menunjukkan adanya pergerakan sekuler tenaga kerja keluar dari pertanian dengan
perkembangan ekonomi. Seluruh kondisi ini menyatakan adanya potensi untuk
transfer berbasis pasar untuk memperbaiki efisiensi alokatif dan perkembangan
ekonomi pedesaan sesegera mungkin. Kelembagaan memengaruhi arah dan kecepatan
transformasi struktur pedesaan dan produktivitas serta membantu mendesain
kebijakan yang bisa mencegah terjadinya kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan.
Transformasi ekonomi menciptakan kesempatan kerja baru ke non pertanian
untuk beberapa wanita di pedesaan, terutama mereka yang bermigrasi. Wanita non
migran yang tertinggal di pedesaan lebih banyak melakukan kerja di pertanian.
Transformasi lebih banyak dilakukan pada wanita muda dibanding dengan berusia
muda. Total jam kerja pria non migran cenderung lebih sedikit bekerja di pertanian
dibanding wanita dan lebih banyak bekerja pada kegiatan bisnis keluarga dan upah
non pertanian. Petani memilih untuk tidak bermigrasi karena kesempatan kerja lokal
yang baik, sementara wanita tinggal di daerah pedesaan sebagian besar bertanggung
jawab pada pekerjaan di pertanian dan produksi rumahtangga (Mu dan Walle 2011).
Transformasi menghubungkan sektor pertanian dan industri. Transformasi
tergantung pada kombinasi peningkatan investasi baik modal fisik dan manusia serta
meningkatnya penggunaan ekstra modal. Tujuan ganda ini dicapai dengan: (1)
tabungan yang digunakan untuk membayar ekstra modal, pendidikan, (2) migrasi,
menempatkan orang yang produk sosialnya lebih tinggi; dan (3) sifat dan arah
kemajuan teknis yang meningkatkan return to savings, skill and migrasi tetapi
dengan tingkatan yang berbeda-beda (Chenery dan Srinivasan 1992).
Gollin, Mugyenyi dan Sen (2016) dari hasil penelitian menjelaskan tentang
hubungan pertumbuhan perkotaan dan pedesaan, dan industrialisasi dengan
transformasi pertanian. Transformasi mendorong kehidupan pedesaan, dan
menciptakan lapangan kerja produktif di perkotaan. Produktivitas dari tenaga kerja
sektor pertanian secara signifikan relatif lebih rendah dari tenaga kerja di non sektor
pertanian. Realokasi tenaga kerja untuk sektor-sektor yang lebih produktif dapat
berkontribusi untuk peningkatan yang signifikan dalam output agregat.
Kolavalli (2012) dalam pada hasil pebelitiannya menjelaskan bahwa
transformasi ekonomi mengakibatkan menurunnya pangsa pertanian dalam output
ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatnya populasi pangsa di daerah perkotaan,
dan peningkatan kontribusi industri dan jasa terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktural dalam hal kesempatan kerja pada non pertanian dan pilihan mata
pencaharian rumahtangga masih didominasi oleh pengembangan jasa. Selanjutnya
(Reardon et al. 2009) dalam hasil kajiannya menjelaskan bahwa transformasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio-ekonomi seperti peningkatan pendapatan,
urbanisasi dan perubahan kebijakan
Sujatha dan Sivarajan (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa sektor
non pertanian memiliki peranan penting dalam perkembangan daerah pedesaan di
india. Dimana pada saat sektor pertanian mengalami penurunan, sektor non pertanian
di pedesaan dapat menyuplai lapangan kerja dan pendapatan untuk banyak masyarakat
desa. Selanjutnya hasil penelitian Kumar et al. (2014) menyebutkan bahwa
9
pertumbuhan relatif lebih cepat di sektor non pertanian dibandingkan sektor pertanian
di daerah pedesaan. Diversifikasi dalam struktur lapangan kerja di pedesaan
memegang kunci untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Hal ini terkait
dengan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Kebijakan pemerintah memengaruhi sifat transformasi industri pangan dan
pengaruh pelibatan petani kecil berimplikasi bahwa meski terdapat situasi dimana
pengaruh transmisi dari transformasi industri pangan terhadap petani, dampaknya
belum kelihatan di Cina namun sudah mulai terlihat di sejumlah negara. Meski petani
besar/menengah lebih siap menghadapi transformasi, namun petani kecil dapat
dilibatkan dan meningkatkan kontribusinya melalui modernisasi pasar, tetapi aksesnya
terhadap aset non lahan seperti irigasi, akses jalan, ke asosiasi petani, rumah kaca
adalah penting untuk pelibatan ini. Pemerintah seharusnya memiliki peran penting
dalam menyediakan aset-aset tersebut bagi petani agar partisipasi petani kecil berhasil
dalam mentransformasikan ekonomi pangan (Reardon et al. 2009).
Instrumen yang digunakan pemerintah Ethiopia untuk mendorong petani kecil
bertransformasi ke sistem pertanian berbasis pasar yang akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan adalah membangun jalan dari farm ke
pasar, pembangunan pasar kredit pertanian, layanan penyuluhan khusus untuk
beragam zona pertanian dan tipe pertanian komersil, pembangunan rencana bisnis
nasional dan paket untuk tanaman ekspor (rempah, bunga potong buah dan sayur),
mendorong irigasi skala kecil dan irigasi umum melalui pembangunan dam,
meningkatkan jaminan akan keamanan lahan, menyediakan lahan untuk usahatani
komersil skala besar, reformasi untuk meningkatkan ketersediaan pupuk dan benih,
pasar pertanian yang berfungsi lebih baik untuk input dan output, institusi, termasuk
arus informasi, dukungan kualitas dan standar serta koperasi yang memperkuat posisi
petani di pasar (Balcha 2013).
Transformasi pertanian telah menghasilkan peningkatan pendapatan usahatani
dimana rumahtangga mengalokasikan surplus pendapatan untuk investasi perbaikan
kesejahteraan anggota dalam rumahtangga (pendidikan, kesehatan, aset bangunan) dan
menjadi gerbang dalam mencapai mata pencaharian berkelanjutan. Di sisi lain,
transformasi pertanian berperan penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan
petani skala kecil melalui penciptaan pendapatan, pengentasan kemiskinan dan
kelaparan karena rumahtangga mau berinvestasi lebih banyak untuk modal sosial dan
lingkungan yang pada gilirannya akan menghasilkan pembangunan pedesaan
berkelanjutan (Balcha 2013).
Devendra (2016) dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pendapatan non
farm merupakan sumber yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga
pedesaan. Perempuan semakin terlibat dengan kegiatan non pertanian. Pendapatan
nonfarm ditentukan oleh faktor-faktor seperti ukuran lahan, keterbatasan sumber daya
dan tingkat intensifikasi. Memungkinkan diversifikasi pendapatan sepanjang tahun
dan mengurangi risiko musiman pada usahatani.
Transformasi penting untuk mencegah kekurangan pangan yang signifikan.
Pertanian harus tumbuh sejalan dengan bertambahnya populasi manusia,
menghasilkan devisa, menyediakan tenaga kerja untuk memperluas lapangan kerja di
sektor industri dan jasa, dan menyediakan pasar untuk pertumbuhan produksi
10
manufaktur. Untuk melakukan hal ini, sektor pertanian itu sendiri harus berubah.
teknologi pertanian harus dimodernisasi, komersialisasi meningkat, dan kegiatan
pedesaan nonpertanian dibuat lebih produktif sehingga mereka dapat meningkatkan
pendapatan rumahtangga pedesaan (USAID 2014).
Jaimovich (2015) menganalisis secara empiris proses transformasi pada
masyarakat pedesaan menggunakan sudut pandang jejaring kerja (network
perspective). Mengkaji bagaimana rumahtangga yang memiliki link dengan pihak luar
(pendekatan untuk koneksi pasar) bersikap terhadap lahan, tenaga kerja, input dan
kredit. Hasil kajian menunjukkan bahwa dari spesifikasi ekonometrika pada level
rumahtangga memberikan bukti yang mendukung prediksi proses transformasi yaitu:
(1) rumahtangga dengan link ekonomi eksternal kurang kemungkinannya terlibat
dalam interaksi ekonomi di desa; dan (2) rumahtangga dengan link ekonomi eksternal
kurang kemungkinannya terlibat dalam pertukaran berulang dengan penduduk desa
lainnya. Transformasi masyarakat pedesaan menggunakan prespektif jejaring
berpotensi dapat meningkatkan pemahaman seluruh proses pembangunan ekonomi.
Jika program pembangunan pedesaan yang bertujuan meningkatkan interaksi pasar
dijalankan, ukuran dasar dari jejaring pertukaran dapat memberikan informasi
mengenai jumlah link di luar desa dan bagaimana perubahannya setelah program
dijalankan.
Transformasi yang sedang berlangsung di pedesaan-pedesaan Asia akan
memengaruhi pertanian di Asia. Hasil penelitian ini memaparkan tantangan
transformasi pedesaan di Asia bagi kebijakan pembangunan pertanian dengan
memfokuskan pada isu keberlanjutan produktivitas, transformasi teknologi, batasan
lingkungan pada pembangunan pertanian, implikasi perubahan ekonomi pedesaan di
Asia dan time-frame dari kebijakan pembangunan pertanian (Koppel and Zurick 1988).
Goldman dan Smith (1995) mengkaji revolusi hijau di empat wilayah pedesaan
yaitu di utara dan selatan India dan dua di Nigeria. Transformasi pertanian bukan
hanya melibatkan tanaman baru tetapi mendorong perubahan pada kegiatan pertanian
yang mencakup komponen teknologi baru, perubahan pola penggunaan lahan dan
perubahan pada ekonomi tenaga kerja. Produksi yang berorientasi pasar berperan
penting bagi transformasi pertanian. Transformasi pertanian tidak sama secara
geografis. Hal tersebut disebabkan variabel bio-fisik dan sosio-ekonomi, termasuk
kondisi tanah dan iklim yang tidak sama, tingginya kerentanan terhadap kekeringan,
terbatasnya akses jalan dan/atau tidak adanya irigasi, kerapatan penduduk yang sangat
rendah atau tinggi, kebijakan pemerintah yang tidak mendukung sektor pertanian,
tidak adanya riset dan penyuluhan teknologi baru atau kendala budaya dan etnik
terhadap aspek-aspek dari perubahan tersebut.
Chenery dan Srinivasan (1988) mengkaji kerja wanita dan transformasi dalam
produksi pertanian di sejumlah wilayah di Hungaria. Meskipun pria melakukan
pekerjaan pembersihan lahan dan persiapan lahan, wanita yang menanam, menyiangi
dan memanen tanaman. Wanita terlibat dalam beragam tugas kecuali membajak,
persiapan lahan, mengangkut hasil panen ke tempat penyimpanan di rumah. Wanita
juga bertanggungjawab dalam pekerjaan rumahtangga dan mengurus anak.
Pembangunan koperasi menghasilkan mekanisasi dan modernisasi bagian-
bagian penting dari produksi pertanian. Disini kebutuhan tenaga kerja terlatih diisi oleh
pria sedangkan wanita terus bekerja di pekerjaan tradisional yang membutuhkan
tenaga kerja manual. Lapangan kerja wanita mengecil melalui teknologi. Bagi wanita
11
yang memiliki pendidikan lebih tinggi, mereka menyerap tugas-tugas baru dan
menggunakan teknologi baru ketika suaminya tidak melakukan pekerjaan pertanian.
Jika suatu aktivitas menjadi semakin penting secara ekonomi, maka akan diambil alih
oleh pria seperti keterlibatan pria dalam produksi dan marketing serta tanggung jawab
pria dalam usahatani kecil yang berorientasi pasar pada kegiatan pertanian di Hungaria
(Chenery dan Srinivasan 1988).
Transformasi struktural di Amerika Serikat terjadi karena penurunan sektor
pertanian sebagai sektor yang mendominasi. Sebagian besar konvergensi daerah
disebabkan oleh struktur transformasi, konvergensi nasional upah pertanian untuk
upah non pertanian dan tingkat transisi tenaga kerja yang lebih cepat dari pekerjaan
pertanian ke non pertanian. Penelitian dimulai dari angkatan kerja tidak terampil dan
lebih rendah pendapatan per kapita. Seiring waktu, pendidikan menurun atau biaya
pelatihan menginduksi meningkatkan proporsi angkatan kerja untuk pindah dari
(kurang terampil) sektor pertanian dan ke dalam (terampil) non agri-sektor budaya.
Penjelasan tradisional dari transformasi struktural yaitu: (1) elastisitas pendapatan dari
permintaan produk pertanian kurang dari satu; dan (2) faktor jumlah pertumbuhan
produktivitas pertanian relatif lebih cepat ke sektor lain dalam perekonomian.
Mekanisme pertama menyiratkan bahwa sebagai ekonomi tumbuh, permintaan untuk
barang-barang pertanian sehingga buruh tani menurun. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa: (1) elastisitas pendapatan kurang dari satu terhadap permintaan
produk pertanian; (2) total produktivitas di bidang pertanian pertumbuhannya lebih
cepat dibanding sektor lainnya. Transformasi struktural pada peningkatan ketersediaan
dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan. Teknologi transportasi yang lebih
baik telah menurunkan biaya pendidikan dan tenaga kerja akan berkurang terutama di
pertanian (Caselli 2001).
Aykac (2007) menggunakan rumahtangga sebagai alat analisis untuk mengkaji
bagaimana proses transformasi tenaga kerja pada industri pariwisata di tiga kota pantai
di Turki Fethiye, Belek dan Kemer. Analisis komparatif transformasi tenaga kerja
dalam industri pariwisata menunjukkan suatu perubahan yang kompleks yang paling
nyata nampak dalam rumahtangga. Rumahtangga adalah penting sebagai unit
pengamatan dimana pengalaman tenaga kerja berlangsung dan sebagai objek kajian
karena rumah tangga sendiri mengalami perubahan dengan terjadinya transformasi
tenaga kerja.
Tempat terbaik dalam mengevaluasi pola transformasi tenaga kerja adalah
rumahtangga yang memberikan akses untuk aspek-aspek sosial dan ekonomi dari
transformasi tenaga kerja. Analisis rumahtangga menjelaskan kompleksitas
transformasi tenaga kerja karena keberadaan bentuk-bentuk produksi tradisional dan
ekonomi pasar. Meskipun pekerja industri pariwisata menjadi pekerja upahan di sektor
jasa modern, tetapi tetap mempertahankan koneksi pedesaannya baik dengan bekerja
di pertanian selama musim sepi pariwisata atau menjaga pertanianan subsisten
bersamaan dengan bekerja di sektor pariwisata. Struktur rumahtangga, pembagian
tenaga kerja berbasis gender, usahatani subsisten dan beragam cara dalam reproduksi
tenaga kerja terdapat bersama-sama. Transformasi tenaga kerja dalam pariwisata
sangat mewakili transformasi tenaga kerja kontemporer (Aykac 2007).
12
antara perubahan dalam waktu kerja dan waktu sengggang. Besarnya penurunan waktu
kerja sepadan dengan besarnya peningkatan waktu senggang orang Prancis. Pada pasar
kerja dengan populasi per usia kerja menurun dan waktu libur meningkat dimana
waktu yang didedikasikan ke produksi rumahtangga tidak berubah banyak. Perubahan
jam kerja dan waktu libur lima kali lebih besar di negara Prancis dibanding Amerika.
Hubungan antara peningkatan pendapatan dan penurunan harga sangat penting bagi
alokasi waktu orang Prancis (Duernecker dan Herrendorf 2014).
Bagamba et al. (2009) menjelaskan bahwa ada dua pendekatan dasar untuk
analisis alokasi waktu: (1) strategi menggunakan pasar tenaga kerja, diasumsikan
bahwa terpisahnya antara keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga (Ahn et al.
1981; Barnum dan Squire 1979; Rosenzweig 1980); dan (2) strategi menggunakan
pasar tenaga kerja yang hilang atau kendala di pasar tenaga kerja, yang
mengasumsikan tidak terpisah antara keputusan produksi dan konsumsi. Pada
pendistribusian tenaga kerja, penghasilan rumahtangga tidak bisa lagi ditentukan oleh
keuntungan dari produksi saja tapi harus mencakup kondisi di pasar tenaga kerja non-
pertanian. Utilitas petani dilakukan dengan memaksimalkan konsumsi barang dan
rekreasi, konsumsi rumahtangga, membatasi konsumsi barang untuk kebutuhan yang
lain sehingga adanya maksimisasi utilitas.
Berdasarkan hasil survei internasional meliputi 15 negara Eropa bahwa
seseorang memiliki rata rata 4-6 jam waktu senggang per sehari. Ketersediaan tenaga
kerja paruh waktu dan alokasi waktu pada pekerjaan rumahtangga kontribusinya
bervariasi terhadap waktu senggang dan alokasi waktu secara keseluruhan negara
dipengaruhi komposisi usia. Jumlah keseluruhan waktu yang dialokasikan terhadap
pekerjaan rumahtangga ditentukan oleh standar kehidupan dan peran gender di
masyarakat. Dibelahan Eropa bagian selatan bahwa pekerjaan rumahtangga adalah
tanggung jawab wanita, pria kurang terlibat dalam urusan rumahtangga, alokasi waktu
untuk kegiatan senggang wanita menunjukan gambaran keberagaman yang lebih besar
dibandingkan pria. Salah satu alasannya adalah perbedaan gaji tenaga kerja, pekerjaan
mingguan dan waktu yang dihabiskan pada pekerjaan rumahtangga (Monostori 2009).
Barnum (1978) menjelaskan model ekonometrika dalam keputusan produksi,
konsumsi dan suplai tenaga kerja rumahtangga semi komersial di Malaysia pada pasar
bersaing. Diestimasi dari data cross section dengan menganalisis dampak migrasi,
harga output dan perubahan teknologi pertanian. Jika salah satu dari elastisitas
pengeluaran tinggi atau jika efek produksi lebih dominan, produksi memiliki pengaruh
terhadap konsumsi melalui elastisitas pengeluaran. Manfaat kenaikan harga hasil
pertanian dan perbaikan teknologi didistribusikan melalui pasar tenaga kerja yang
sangat bergantung pada upah kerja sebagai sumber pendapatan utama
Penelitian Benjamin (1992) menjelaskan bahwa komposisi rumahtangga
merupakan faktor penting penentu dari penggunaan tenaga kerja pertanian. Hasil
analisis menunjukkan bahwa petani beralih dari pertanian untuk bekerja ekstra dan 40
persen dari rumahtangga yang tidak memiliki lahan.
Penelitian dilakukan di sekitar hutan Kakamega di Bagian Barat Kenya untuk
melihat faktor-faktor yang memengaruhi alokasi tenaga kerja rumahtangga terhadap
kegiatan pertanian, kehutanan dan non pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
upah masing-masing kegiatan secara positif memengaruhi alokasi tenaga kerja.
Tingkat pendidikan kepala rumahtangga memiliki pengaruh negatif terhadap
pembagian tenaga kerja kehutanan dan non pertanian serta berpengaruh positif pada
16
pembagian tenaga kerja di pertanian. Ukuran lahan dan jumlah anggota keluarga
memengaruhi keputusan alokasi tenaga kerja. Tingkat pengembalian tinggi dari
kegiatan kehutanan meningkatkan sumber daya tenaga kerja dan mengurangi kerja
nonpertanian. Jika upah meningkat maka rumahtangga akan melakukan pembagian
tenaga kerja lebih besar pada pekerjaan non pertanian (Sikei 2009).
Studi Bedemo (2013) mempelajari faktor-faktor penentu permintaan dan
penawaran tenaga kerja rumahtangga di pedesaan Etiopia Barat menggunakan data
survei rumahtangga. Sampel dikumpulkan selama musim pertanian. Permintaan untuk
pekerja pertanian secara signifikan dipengaruhi oleh atribut pertanian, pendapatan off-
farm dan komposisi keluarga. Penyediaan tenaga kerja pertanian memengaruhi ke
buruh pertanian dan meningkatkan kesempatan kerja pada off-farm serta peningkatan
penggunaan pekerja upahan di pertanian. Penawaran tenaga kerja pertanian terutama
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, komposisi keluarga dan lokasi lahan
pertanian. Permintaan untuk mempekerjakan pekerja terutama dipengaruhi oleh
pengeluaran input pertanian, luas lahan, penghasilan off-farm, jumlah tanggungan
pendidikan dan ukuran keluarga. Pengeluaran lebih tinggi pada input pertanian
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penggunaan pekerja sewa. Pendapatan
off-farm yang lebih tinggi mengarah ke peningkatan penggunaan pekerja sewaan.
Peningkatan penggunaan input (pupuk) dapat meningkatkan tenaga kerja ke on-farm
(permintaan tenaga kerja sewaan) sehingga dapat membantu untuk menyerap tenaga
kerja keluarga di sektor pertanian.
Pada dasarnya tujuan seseorang untuk melakukan suatu jenis pekerjaan adalah
untuk mendapatkan penghasilan dari suatu jenis pekerjaan atau kegiatan tertentu. Hal
ini dipengaruhi oleh: (1) jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut dan (2) upah tenaga kerja perjam yang diterima pekerja (buruh tani).
Pada dasarnya, di negara berkembang seperti Indonesia, keputusan konsumsi sangat
menentukan keputusan dalam produksi suatu komoditas. Terdapat kendala dalam
rumahtangga berupa anggaran rumahtangga yang membatasi konsumsi, dimana: (1)
waktu terbatas pada periode tertentu dan (2) jumlah anggota keluarga dalam
rumahtangga yang ditawarkan terbatas (Susetyanto 2012).
Salah satu karakteristik pekerjaan pada usahatani yaitu adanya masa menunggu
hasil panen tiba, sehingga memungkinkan rumahtangga petani memanfaatkan waktu
luangnya untuk melakukan kegiatan di luar usahatani ke luar sektor pertanian. Hal
yang memengaruhi pasar tenaga kerja sehubungan dengan pola musim tanam utama
yang diusahakan pada rumahtangga petani yaitu adanya masa kekurangan pekerjaan
atau sepinya didalam kegiatan pertanian, sehingga pada masa ini kegiatan non
pertanian akan semakin menonjol. Sebaliknya pada masa sibuk pada kegiatan
pertanian maka permintaan akan tenaga kerja tinggi seiring dengan meningkatnya
upah kerja (Sawit 1986).
Secara teori, tiap anggota rumahtangga akan menyediakan jasanya untuk bekerja
jika upah yang akan diterima cukup menarik baginya. Namun, untuk kebutuhan yang
mendesak terutama pada rumahtangga miskin, tidak jarang mereka menerima
berapapun upah yang ada daripada menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali.
Proses pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga akan menentukan pilihan
seseorang akan bekerja mencari nafkah di pasar kerja atau memilih antara bekerja pada
kegiatan produksi di rumahtangga dan menikmati waktu luang (Mangkuprawira 1985).
17
pendapatan (yang diproksi dengan pengeluaran total) yang dibelanjakan untuk pangan
dari suatu rumahtangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan
rumahtangga tersebut. Semakin tinggi pangsa pengeluaran pangan, berarti semakin
kurang sejahtera rumahtangga yang bersangkutan. Sebaliknya, semakin kecil pangsa
pengeluaran pangan maka rumahtangga tersebut semakin sejahtera (Purwantini dan
Ariani 2008).
Pendapatan petani ditentukan oleh besarnya produksi yang dihasilkan petani,
sedangkan besarnya produksi tersebut dipengaruhi oleh penguasaan lahan yang
dikuasai dan produktivitas usahatani. Kaitannya dengan lahan pertanian, data
menunjukkan ketersediaan lahan pertanian per kapita mengalami penurunan akibat
peningkatan jumlah penduduk dan kecenderungan konversi lahan, terutama untuk
lahan sawah (Dirjen Pangan dan Pertanian 2013). Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
banyak faktor yang memengaruhi pendapatan dan pola konsumsi rumahtangga petani.
Menurut sisi pendapatan, tingkat pendapatan petani dapat dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu: (a) pendapatan dari usahatani (on-farm); (b) pendapatan dari kegiatan bidang
pertanian di luar usahatani (off-farm) seperti sebagai buruh tani, buruh dibidang usaha
pasca panen pertanian; dan (c) pendapatan dari usaha di luar kegiatan pertanian seperti
pegawai negeri, buruh non-farm, kegiatan dagang, jasa, dan lain-lain.
Tingkat kehidupan suatu masyarakat dapat dicerminkan oleh pola pengeluaran
rumahtangga. Tinggi rendahnya pendapatan rumahtangga akan berpengaruh terhadap
pola pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran rumahtangga dibedakan atas pengeluaran
untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan bukan pangan. Bagi keluarga yang
berpendapatan terbatas/rendah, maka proporsi pendapatannya akan lebih banyak
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan berupa bahan makanan dan minuman.
Sebaliknya bagi rumahtangga yang berpenghasilan tinggi, proporsi pendapatannya
sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier di luar
bahan makanan dan minuman. Oleh karena itu, pola pengeluaran rumahtangga dapat
dijadikan indikator kesejahteraan yang mencerminkan tingkat kehidupan rumahtangga
(Novita dan Muhyar 2011).
Peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola
pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan dan
peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan pangan. Pergeseran
komposisi atau pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan
terhadap pangan pada umumnya rendah, sementara elastisitas permintaan terhadap
barang bukan pangan pada umumnya tinggi. Keadaan ini semakin jelas terlihat pada
kelompok penduduk yang tingkat konsumsi pangannya sudah mencapai titik jenuh
(saturation point), sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan barang bukan pangan atau ditabung (Novita dan Muhyar 2011).
Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi
pergeseran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan atau
peningkatan porsi yang dibelanjakan bukan untuk makanan. Menurut uraian di atas
dapat dinyatakan bahwa pola pengeluaran dapat dipakaisebagai salah satu alat untuk
menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk dan perubahan komposisinya
sebagai indikasi perubahan tingkat kesejahteraan (BPS Sulteng 2013).
20
Kinerja PIR kelapa-sawit di Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Bakir (2007)
adalah dengan menganalisis pola kemitraan dan pengaruhnya terhadap ekonomi
rumahtangga petani. Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam
menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kabupaten Bandung yang dianalisis
oleh Fariyanti (2007) juga menggunakan analisis model ekonomi rumahtangga dengan
persamaan simultan.
Priyanti (2007) meneliti tentang dampak pogram sistem integrasi tanaman-
ternak terhadap alokasi waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani
dengan model simultan. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa penggunaan tenaga
kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan
anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya sendiri. Kontribusi
pendapatan usaha integrasi tanaman-ternak (padi, sapi dan kompos) terhadap
pendapatan total rumahtangga petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi
pengeluaran dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. Alokasi penggunaan
tenaga kerja keluarga, kontribusi pendapatan dan alokasi pengeluaran rumahtangga
petani sistem integrasi tanaman-ternak relatif lebih besar dibandingkan dengan petani
non sistem integrasi. Keputusan petani untuk mengadopsi program sistem integrasi
tanaman-ternak cenderung lebih dipengaruhi oleh usaha sapi. Faktor-faktor yang
memengaruhi keputusan tersebut adalah penggunaan kompos, alokasi penggunaan
tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi dan pendapatan usaha sapi serta frekuensi
keikutsertaan anggota rumahtangga petani dalam kegiatan organisasi tani.
Keputusan produksi padi dan sapi dipengaruhi oleh penggunaan sarana masing-
masing produksi seperti jumlah benih atau bibit, jumlah pupuk, jumlah pakan serta
penggunaan tenaga kerja keluarga dan pendapatan usahatani. Terdapat keterkaitan
keputusan dalam hal alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi dan
usaha sapi serta curahan tenaga kerja keluarga di luar usahataninya sendiri. Alokasi
pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi dan investasi dipengaruhi utamanya
oleh pendapatan total rumahtangga petani. Kombinasi kenaikan harga output dan
harga input produksi berdampak positif terhadap peningkatan penggunaan waktu kerja,
pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani. Kenaikan harga output secara efektif
dapat mengompensasi kenaikan harga input produksi dan berdampak pada
peningkatan pendapatan total rumahtangga petani (Priyanti 2007).
Elly (2008) menjelaskan bahwa rumahtangga membutuhkan pendapatan untuk
dialokasikan sebagai pengeluaran baik untuk kebutuhan pokok, non pokok maupun
proses usaha kelapa. Total pengeluaran dihitung dari total pengeluaran rumahtangga
untuk konsumsi pangan, non pangan dan investasi pendidikan. Semakin tinggi total
pendapatan rumahtangga petani peternak sapi maka konsumsi non pangan semakin
meningkat. Apabila tingkat pendapatan rumahtangga semakin tinggi, mereka dapat
mengalokasikannya untuk pengeluaran konsumsi non pangan.
Susetyanto (2012) menganalisis model ekonomi rumahtangga petani kedelai di
Indonesia dan dalam hasil penelitiaannya menyebutkan bahwa model ekonomi
rumahtangga yang dirumuskan dalam penelitian menjelaskan perilaku keputusan
produksi dan konsumsi rumahtangga petani kedelai di Indonesia. Keputusan
penggunaan input teknologi produksi (benih, pupuk, obat atau pestisida) dipengaruhi
oleh harga input itu sendiri, harga output, harga benih, harga pupuk (Urea, SP36/TSP,
KCL/ZA), harga pestisida (obat atau pestisida, ZPT, rhizoplus), penerimaan usahatani
kedelai dan pendapatan rumahtangga. Sedangkan keputusan pengeluaran konsumsi
dan investasi dipengaruhi oleh harga output, harga substitusi atau komplemen,
22
pendapatan rumahtangga, jumlah anggota keluarga dan aset total. Keputusan produksi
dan konsumsi ini juga bersinergi dengan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran
serta tabungan dan kredit pertanian. Jumlah obat atau pestisida dipengaruhi oleh harga
obat atau pestisida dan harga rhizoplus. Jumlah ZPT dipengaruhi oleh harga rhizoplus.
Pengeluaran investasi pendidikan dipengaruhi oleh investasi produksi pertanian dan
investasi rumahtangga. Pengeluaran investasi kesehatan dipengaruhi oleh investasi
produksi pertanian dan investasi rumahtangga, sedangkan tabungan dipengaruhi oleh
pendapatan disposible.
3 KERANGKA TEORITIS
produksi bernilai nol. Ketika input tenaga kerja ditambah terus, jumlah output yang
dihasilkan akan meningkat dengan tingkat pengembalian yang juga semakin
meningkat sampai titik K. Setelah tingkat penggunaan input K, setiap penambahan
input akan menghasilkan tingkat output yang semakin meningkat namun dengan
tingkat pengembalian semakin menurun hingga titik J. Setelah titik J, setiap
penambahan input justru akan menurunkan jumlah output yang dihasilkan. Hal
tersebut dapat terjadi karena tenaga kerja yang digunakan mungkin terlalu banyak
sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan output yang dihasilkan tidak optimal.
Tingkat penambahan output yang semakin menurun dari setiap penambahan input
variabel terhadap suatu input yang tetap dapat dikatakan sebagai hukum pengembalian
hasil yang semakin menurun (the law of diminishing returns). Yang perlu digaris
bawahi disini, pengembalian hasil yang semakin menurun tersebut menunjukkan
produk marjinal dari faktor produksi tenaga kerja yang semakin menurun. Hukum
pengembalian hasil yang semakin berkurang dapat terlihat pada negara yang memiliki
pertumbuhan populasi yang sangat tinggi dengan sumberdaya alam yang tetap.
Jumlah Output
π = TR − TC (1)
atau
π′ = MR − MC = 0 (3)
MR = MC (4)
Jika fungsi produksi yang dihadapi oleh rumahtangga adalah Q = f(l), dengan l sebagai
input tenaga kerja, harga input tenaga kerja w, dan harga output p. Fungsi penerimaan
menjadi: TR = p x f(l), dan fungsi biaya menjadi TC = w x l, maka fungsi keuntungan
menjadi:
π = TR − TC (5)
π = p. f(l) − w. l (6)
ϑπ ϑf(l) ϑl
= p. − w. ϑl = 0 (7)
ϑl ϑl
p. MP − w = 0 (8)
p. MP = w (9)
w
MP = (10)
p
Ketika petani telah mencapai titik optimal tersebut, maka petani telah mencapai
efisiensi harga atau efisiensi alokatif. Konsep efisiensi inilah yang dapat menjadi
sumber pertumbuhan ekonomi yang mengiringi transformasi ekonomi (Norton et.al.
2010).
25
Pertumbuhan populasi di satu sisi dapat menjadi sumberdaya bagi suatu negara
untuk meningkatkan total output nasionalnya. Namun demikian, jika pertambahan
penduduk tersebut tidak diiringi dengan ketersediaan lahan dan modal yang bertambah,
maka dapat berdampak justru pada menurunnya produktivitas. Agar suatu negara
dapat mengalami pertumbuhan ekonomi, produktivitas tenaga kerja pertanian di
negara tersebut harus ditingkatkan. Jika produktivitas tenaga kerja dan faktor lainnya
meningkat, maka sektor lainnya akan berkembang. Peningkatan produktivitas tenaga
kerja dapat dilakukan melalui melalui investasi dalam bidang pendidikan dan
kesehatan. Dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan efisiensi,
dan berkontribusi terhadap perbaikan teknologi di negara tersebut. Selain
meningkatkan produktivitas tenaga kerja atau sumberdaya manusia, peningkatan total
output nasional dapat juga dilakukan dengan mengubah kombinasi penggunaan faktor
produksinya sehingga dapat menghasilkan lebih banyak output melalui: (1)
spesialisasi; (2) meningkatkan efisiensi; dan (3) perbaikan teknologi produksi.
Dengan meningkatnya produktivitas sumberdaya manusia serta perbaikan
teknologi, pertumbuhan ekonomi dapat berjalan dengan baik. Seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi, transformasi dari sektor pertanian ke non
pertanian juga terjadi. Menurut Norton et.al. (2010) terdapat empat faktor yang dapat
menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi mengiringi proses transformasi yang
terjadi dari sektor pertanian ke non pertanian. Faktor pertama, meningkatnya
pendapatan akibat meningkatnya produktivitas akan meningkatkan permintaan akan
produk non-pangan. Pergeseran permintaan terhadap produk non pangan akibat
peningkatan pendapatan disebabkan oleh nilai elastisitas permintaan pangan akibat
pendapatan yang lebih kecil dari satu, sehingga semakin tinggi pendapatan, konsumsi
pangan justru semakin turun.
Adanya pergeseran permintaan terhadap sektor non pangan menunjukkan bahwa
semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, akan semakin banyak tenaga
kerja dan input lainnya yang digunakan untuk sektor non pertanian. Faktor kedua, nilai
elastisitas permintaan akibat harga dari bahan pangan inelastis atau kurang dari satu.
Hal ini mengindikasikan bahwa ketika produktivitas pertanian semakin meningkat,
output yang dihasilkan semakin banyak, persentase penurunan harga yang dirasakan
oleh petani lebih tinggi daripada peningkatan permintaannya. Turun drastisnya harga
output pertanian akan memotivasi petani untuk mengalihkan sumberdayanya dari
pertanian ke non pertanian. Faktor ketiga, seiring dengan berkembangnya
perekonomian, peluang pasar dan ketersediaan modal akan mempermudah orang
untuk melakukan spesialisasi. Dengan kata lain, produsen akan lebih fokus untuk
menghasilkan suatu komoditi yang dikuasainya dan menukarnya dengan barang lain
yang dapat diperolehnya di pasar. Hal ini akan mendorong semakin berkembangnya
sektor lain di luar pertanian. Terakhir, transformasi dapat terjadi karena ketersediaan
lahan tetap, sementara itu, bentuk modal lainnya dapat terus bertambah. Seiring
dengan meningkatnya tabungan, petani bisa saja merasa bahwa tidak banyak
sumberdaya yang harus dialokasikan untuk lahannya yang terbatas, sehingga akhirnya
menginvestasikan hasil tabungannya untuk usaha lain seperti berdagang atau jasa
lainnya (Norton et.al. (2010) .
26
I = ∑ Px Nx (12)
i=1
dimana:
I = kendala anggaran rumahtangga
Pn = harga masing-masing barang
Xn = jumlah masing-masing barang
Full income dalam hal ini merupakan total penerimaan rumahtangga sama
dengan nilai dari waktu yang tersedia ditambah dengan nilai produksi rumahtangga
dikurangi nilai dari input variabel yang dibutuhkan untuk produksi output ditambah
dengan penerimaan bukan dari produksi rumahtangga selain upah seperti yang terlihat
pada persamaan berikut:
M N
Y = ww nw + wp np q jQ j q i Vi p w L w p l L l E (13)
j1 i 1
dimana:
w = upah tenaga kerja di luar pertanian, w = wanita, p = pria
n = tenaga kerja di luar pertanian
Qj = output untuk j = 1, .............., M
Vi = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1, .............., N
Lw = permintaan tenaga kerja wanita
Lp= permintaan tenaga kerja pria
qj = harga Qj
qi = harga Vi
Pw = harga Lw
Pp = harga Lp
E = pendapatan keluarga diluar upah (sewa, bunga, dll)
Fungsi produksi untuk menghasilkan komoditas utama pada usahatani (Qp) dan
komoditas dari usahatani lainnya (Qutl)dan semua barang yang dapat dijual di pasar,
rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input tetap
(K)sebagai berikut:
27
dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi
tersebut harus sama dengan 0, sehingga turunan parsialnya sebagai berikut:
£ Up
U p p p 0 U p p p (16)
Xp pp
£ Uw
U w p w 0 U w p w
X w xw (17)
£ Ul
U l p l 0 U l p l (18)
X l Pl
£ Um
U m p m 0 U m p m (19)
X m Pm
∂£
= (Pp Qnp + nPutl Qutnl -Pv V-Pw Lw -Pl Ll ) +(Ww Nw + Wl Nl )+ E-Pp Xp
∂
- Pi Xi - Pm Xm = 0 (20)
£ 1 £
p p G p 0 atau pp G p = 0 (21)
Q p Q p
£ 1 £
p utl G utl 0 atau p utl G utl = 0 (22)
Q utl Q utl
£ 1 £
p Lw G L w 0 atau p w G w = 0 (23)
L w L w
£ 1 £
pl G L l 0 atau pl Gl = 0 (24)
Ll Ll
£ 1 £
p v G v 0 atau p v Gv = 0 (25)
V V
28
∂£
= G (Qp , Qutl - Lw - Ll , V, K) (26)
∂μ
Fungsi permintaan konsumsi barang yang dibeli di pasar (Xm), barang pertanian
yang diproduksi di rumahtangga (Xp) dan konsumsi waktu santai (Xw,Xl), diperoleh
dari persamaan (21) hingga (26) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan
secara simultan yaitu:
tenaga kerja (M), di rumahtangga (H), dan untuk waktu luang (L). Penggunaan waktu
di pasar tenaga kerja yaitu penggunaan waktu kerja untuk kegiatan non pertanian atau
untuk mendapatkan upah (non-farm). Penggunaan waktu pada produksi rumahtangga
diasumsikan sebagai penggunaan waktu untuk bekerja dalam aktivitas produksi
rumahtangga, termasuk di antaranya mencuci, memasak, dan berkebun. Namun
demikian, pada disertasi ini, rumahtangga dengan satu individu yang bekerja ini tidak
melakukan kegiatan produksi rumahtangga tersebut tetapi kegiatan produksi
rumahtangga untuk kegiatan pertanian di lahannya sendiri (on-farm). Dengan
demikian, dalam satu periode misalnya satu hari, satu minggu, atau satu tahun, total
alokasi waktu rumahtangga (T) dapat dirumuskan menjadi:
T=M+H+L
yang tidak digunakan untuk bekerja baik di on-farm maupun off-farm. Dengan
demikian, fungsi utilitas yang dihadapi oleh rumahtangga adalah: U = u(C, G, L).
Namun demikian, untuk memudahkan penjelasan dalam bentuk grafik, rumahtangga
diasumsikan hanya mengkonsumsi dua barang yaitu barang dan jasa yang diperoleh
sendiri dan dari luar rumahtangga (C+G), dan waktu luang (L). Dengan kata lain,
fungsi utilitas yang dihadapi oleh rumahtangga adalah: U = u(C+G, L). Barang dan
jasa tersebut, selain diperoleh dari kegiatan pertanian dan non pertanian, juga diperoleh
dari pendapatan rumahtangga di luar kegiatan tersebut (non-labor income) seperti
pendapatan dari sewa atau kiriman dari saudara atau anak-anaknya.
Gambar 3 menunjukkan pengaruh perubahan pada upah non pertanian terhadap
alokasi waktu untuk bekerja di pertanian dan non pertanian. Fungsi produksi yang
dihadapi oleh rumahtangga adalah VPA. Upah awal yang dihadapi individu saat itu
adalah w dan produktivitas pasar saat itu diwakili oleh slope DE atau w/p. Pada
awalnya, rumahtangga memaksimalkan kepuasannya pada titik P, dimana individu
hanya bekerja di sektor pertanian saja, sehingga hanya menggunakan OLp jam per hari
untuk bekerja di kegiatan pertanian dan sisanya (LpT) untuk aktivitas leisure. Saat itu,
rumahtangga petani tidak memutuskan untuk bekerja di sektor non pertanian karena
tambahan output yang dihasilkan dari kegiatan pertanian tidak lebih besar dari
tambahan output kalau bekerja di sektor non pertanian gH = w/p. Dengan kata lain,
tingkat upah yang berlaku saat itu tidak dapat mendorong rumahtangga untuk bekerja
di sektor non pertanian. Pada titik tersebut, rumahtangga telah memaksimumkan
kepuasannya dengan mengkonsumsi sebanyak V dari pendapatan non-labor dan W-V
dari kegiatan di pertanian (rumahtangga), serta leisure sebanyak LpT. Dengan
demikian, pada titik tersebut, Ul/Ug = w/p = gH.
Adanya kenaikan upah di non pertanian dari w ke w’, akan menyebabkan tingkat
upah riil atau produktivitas pasar individu, w’/p, menjadi berubah. Hal ini akan
merubah DP yang semula memiliki slope w/p menjadi D’E dengan slope w’/p.
Pertama, hal ini akan mengubah hubungan antara produktivitas rumahtangga, gh, dan
produktivitas pasar, w’/p. Terjadinya kenaikan pada w, jumlah barang yang dapat
dibeli individu dengan jam pertama yang digunakan dalam bekerja pada tingkat harga
p yang sama, menjadi lebih besar dibandingkan jumlah barang yang dapat diperoleh
sebelum adanya kenaikan upah. Dengan demikian, pada titik P tidak berlaku lagi gH|P
= w/p, tetapi menjadi gH|P < w’/p. Dengan demikian, dengan jumlah jam kerja yang
sama, rumahtangga dapat memiliki lebih banyak barang jika bekerja tidak hanya di
kegiatan pertanian, tetapi juga di non pertanian. Hal ini ditandai dengan berkurangnya
waktu kerja di pertanian dari OLp menjadi OHe, dan rumahtangga mulai beralih
bekerja di non pertanian sebanyak HeLp. Sementara itu, waktu luang yang dimiliki
tetap sebesar LpT. Efek ini disebut efek substitusi produksi.
Ketika upah meningkat dari w/p ke w’/p, harga leisure menjadi relatif lebih
mahal terhadap harga barang. Ketika rumahtangga menginginkan untuk memiliki
kepuasan maksimal yang sama dengan sebelum adanya peningkatan upah, maka
rumahtangga akan mensubtitusi barang yang harganya lebih murah dengan leisure
yang harganya lebih mahal. Dengan demikian, terjadi efek substitusi konsumsi yaitu
31
berkurangnya konsumsi leisure dari LpT menjadi LqT dan kepuasan maksimal
rumahtangga pada titik Q. Titik Q ini terletak pada persinggungan antara garis bantu
JJ yang sejajar dengan garis upah riil yang baru D’E dan kurva indiferen awal Uo.
Efek subtitusi total dari peningkatan upah non pertanian adalah penjumlahan dari efek
subtitusi produksi dan efek subtitusi konsumsi.
T
D’
U1
C+G U0 J
R
D
Q
P
E
J A
V B
0
He Lp Lr Lq T
On Farm Leisure
Efek total kenaikan upah non pertanian terhadap alokasi waktu merupakan
penjumlahan dari efek substitusi produksi, efek subtitusi konsumsi, dan efek
pendapatan.Kedua efek subtitusi mengakibatkan terjadi peningkatan jam kerja di luar
aktivitas rumahtangga sedangkan efek pendapatan mengakibatkan jam kerja menurun,
sehingga efek total upah bisa positif maupun negatif, tergantung pada besar kecilnya
masing-masing efek yang ditimbulkan. Kurva penawaran tenaga kerja bisa positif
seperti umumnya (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja
meningkat) atau backward bending dan bisa juga negatif (dengan tingkat upah yang
tinggi, penawaran tenaga kerja rendah). Efek total kenaikan non pertanian pada
Gambar 2 menunjukkan bahwa kenaikan upah non pertanian telah mendorong
rumahtangga untuk mengurangi waktu kerja di kegiatan pertanian dari OLp menjadi
OHe, mulai beralih untuk bekerja di kegiatan non pertanian yang ditunjukkan oleh
HeLr, dan berkurangnya waktu luang dari TLp menjadi TLr.
luasannya menjadi berkurang. Jumlah tenaga kerja pertanian akan bervariasi dengan
ukuran rumahtangga yang cenderung berkurang seiring dengan perubahan waktu dan
peningkatan penghasilan rumahtangga.
Adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh setiap anggota rumahtangga
maka curahan kerja setiap anggota rumahtangga akan dialokasikan untuk kegiatan
produktif di pasar tenaga kerja, kegiatan di usahatani, luar usahatani maupun di luar
pertanian sehingga terjadi perbedaan jumlah jam kerja dalam mencurahkan tiap
aktivitas dan penerimaan yang dihasilkan oleh anggota rumahatangga yang bekerja di
usahatani maupun di luar pertanian. Merujuk pada alokasi curahan kerja rumahtangga
maka mengetahui perbedaan curahan kerja yang dilakukan setiap anggota
rumahtangga baik curahan kerja pria, wanita dan anggota lain dalam satu rumahtangga.
Berdasarkan masing-masing peran untuk setiap anggota rumahtangga tersebut maka
akan dihasilkan pendapatan dari masing-masing anggota rumahtangga yang pada
akhirnya digunakan untuk kebutuhan seluruh anggota rumahtangga berupa
pemenuhan konsumsi rumahtangga.
Transformasi diduga ada hubungannya dengan efek total jam kerja baik alokasi
waktu untuk bekerja di pasar kerja, alokasi waktu kerja untuk produksi rumahtangga
maupun penggunaan waktu luang dalam rumahtangga petani. Alokasi curahan kerja
untuk kegiatan produktif di non pertanian akan memengaruhi alokasi curahan kerja
pada kegiatan pertanian dan terjadi sebaliknya, baik dari segi partisipasi maupun jam
kerja. Transformasi merupakan perubahan curahan kerja anggota rumahtangga dari
aktivitas kerja di pertanian ke aktivitas kerja non pertanian. Ukuran yang digunakan
adalah perubahan rasio alokasi curahan kerja rumahtangga petani pada kegiatan non
pertanian terhadap kegiatan di usahatani pada titik tertentu.
Adanya perubahan tersebut diduga akan berpengaruh terhadap penggunaan
tenaga kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani. Oleh karena itu,
penelitian ini perlu dikaji lebih mendalam bagaimana gambaran umum transformasi
yang terjadi pada rumahtangga petani, bagaimana perilaku ekonomi rumahtangga
petani padi akibat adanya transformasi tenaga kerja rumahtangga pertanian ke non
pertanian dan bagaimana dampak transformasi tersebut terhadap dalam rangka
peningkatan kesejahteraan rumahtangga petani padi karena akan berdampak pada
eksistensi pertanian wilayah pedesaan.
Tempat terbaik dalam mengevaluasi transformasi tenaga kerja ke non pertanian
ini adalah dengan menggunakan pendekatan rumahtangga, yang memberikan akses
aspek-aspek sosial dan ekonomi dari transformasi tenaga kerja. Berperan penting
sebagai unit pengamatan terhadap pemnggunaan alokasi curahan tenaga kerja
berlangsung karena rumahtangga sendiri mengalami perubahan dengan terjadinya
transformasi. Diargumentasikan bahwa perkembangan pada pekerjaan non pertanian
banyak menyerap tenaga kerja dari pertanian dengan adanya faktor pendorong dan
penarik yang menghasilkan transformasi tenaga kerja.
Perubahan alokasi waktu tenaga kerja rumahtangga pada kegiatan pertanian ke
non pertanian diukur berdasarkan perubahan rasio dari alokasi tenaga kerja
rumahtangga pertanian ke non pertanian. Transformasi terjadi ketika perubahan rasio
jumlah alokasi curahan kerja rumahtangga yang bekerja di non pertanian meningkat
terhadap kegiatan di pertanian. Perubahan ini diduga akan berdampak pada perubahan
pada kegiatan produksi, pendapatan. dan pengeluaran rumahtangga petani. Kerangka
pemikiran transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian disajikan pada
Gambar 4.
36
Konsumsi
Upah di Pertanian Pendapatan (Konsumsi Pangan dan
Disposible Non pangan)
Investasi
Total Pengeluaran
Tabungan Rumahtangga
4 METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel pada dua titik
waktu yaitu 2008 dan 2015. Data tahun 2015 merupakan data primer (cross section)
yang digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian mengenai fakta-fakta
yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan dari berbagai sumber
(responden). Data primer tersebut diperoleh melalui wawancara langsung
menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.
Data tahun 2008 merupakan data cross section sebagai data sekunder yang
dijadikan sebagai pelengkap dari data primer untuk penelitian transformasi tenaga
kerja rumahtangga ke non pertanain. Data sekunder juga diinventarisasi dan ditelusuri
dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian,
dan Dinas/Instansi khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah dan literatur-literatur yang
relevan dengan penelitian.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode survey.
Penentuan sampel lokasi dan responden dilakukan dengan metode purposive sampling
dengan pertimbangan bahwa lokasi dan responden yang diambil harus sama dengan
penelitian sebelumnya pada tahun 2008 yaitu sebanyak 100 sampel rumahtangga
petani padi. Responden petani padi diambil karena sebagian besar responden Sampel
dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani padi di lahan sawah. Petani padi
dijadikan sebagai sampel responden karena sebagian besar rumahtangga petani di
lokasi penelitian memiliki isahatani padi dengan pola tanam padi–padi–bera.
Responden yang akan diwawancara adalah petani yang merupakan anggota
rumahtangga yang memenuhi kualifikasi sebagai sumber informasi keadaan ekonomi
rumahtangga tersebut.
Pengambilan contoh lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive
sedangkan pengambilan contoh responden dilakukan secara, dengan responden
rumahtangga petani. Sampel dari desa-desa tersebut diambil secara acak pada
responden rumahtangga petani yang sama yang sesuai dengan yang dilakukan pada.
Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan karena responden merupakan
rumahtangga petani yang memiliki perilaku ekonomi yang relatif sama (homogen).
Populasi yang relatif homogen tersebut akan terdistribusi mendekati normal, untuk
ukuran sampel yang cukup besar, (n ≥ 30), rata-rata sampel akan terdistribusi di sekitar
rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory 1996).
38
Analisis Data
Analis data yang dilakukan dalam penelitian dibagi menjadi tiga bagian. Pertama,
analisis deskriptif transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian. Kedua,
analisis model ekonomi rumahtangga petani dilakukan dengan persamaan simultan
untuk menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga petani pada alokasi curahan kerja,
pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat adanya transformasi tenaga kerja
rumahtangga ke non pertanian. Ketiga, menganalisis dampak transformasi tenaga kerja
rumahtangga pertanian ke non pertanian terhadap kesejahteraan rumahtangga petani
dengan simulasi.
Menurut Sinaga (2006) bahwa model persamaan simultan adalah spesifikasi
model dari suatu permasalahan sebagai suatu sistem persamaan, yaitu berbagai aspek
yang saling terkait dan saling memengaruhi diformulasikan dalam suatu persamaan
simultan.
Dimana:
TRANSF : transformasi tenaga kerja rumahtangga petani ke non pertanian
CKRTNP2 : curahan kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian pada tahun 2015
(HOK/tahun)
CKRTUT2 : curahan kerja rumahtangga pada kegiatan pertanian pada tahun 2015
(HOK/tahun)
CKRTNP1 : curahan kerja rumahtangga pada kgiatan non pertanian pada tahun 2008
(HOK/tahun)
CKRTUT1 : curahan kerja rumahtangga pada kegiatan pertanian pada tahun 2008
(HOK/tahun)
Curahan tenaga kerja pada kegiatan usahatani adalah merupakan jumlah hari
orang kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga pada usahatani pada kegiatan
usahatani pada tahun 2008 dan 2015. Curahan kerja pada usahatani dibagi menjadi
39
curahan kerja anggota rumahtangga pria dalam rumahtangga dan curahan kerja
anggota rumahtangga wanita dalam rumahtangga. Curahan kerja pria dalam
rumahtangga pada usahatani pada tahun 2008 dipengaruhi oleh curahan kerja pria pada
kegiatan non pertanian, luas lahan, curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada
kegiatan usahatani, dan total penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Curahan kerja
wanita dalam rumahtangga pada usahatani pada tahun 2008 dipengaruhi oleh curahan
kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian, luas lahan, curahan
kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan usahatani, jumlah anak balita, dan tenaga
kerja wanita luar keluarga. Curahan kerja pria dalam rumahtangga pada usahatani pada
tahun 2015 dipengaruhi oleh, upah tenaga kerja di non pertanian, luas lahan, tenaga
kerja pria luar keluarga, curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan
usahatani. Curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada usahatani pada tahun 2015
dipengaruhi oleh upah tenaga kerja di non pertanian, luas lahan, tenaga kerja wanita
luar keluarga, curahan kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan usahatani, dan total
pengeluaran rumahtangga. Total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani
adalah penjumlahan dari curahan kerja pria dalam rumahtangga dan curahan kerja
wanita dalam rumahtangga pada usahatani masing-masing pada tahun 2008 dan tahun
2015.
dimana:
CKPUT1 : curahan kerja pria dalam rumahtangga pada usahatani tahun 2008 (HOK/
tahun)
CKPNP1 : curahan kerja pria dalam rumahtangga pada non pertanian tahun 2008
(HOK/ tahun)
LL1 : luas lahan (meter persegi) tahun 2008
CKWUT1 : curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada usahatani tahun 2008
(HOK/ tahun)
TKLK1 : total penggunaan tenaga kerja luar rumahtangga pada usahatani tahun
2008 (HOK/ tahun)
dimana:
40
CKWUT1 : curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada usahatani tahun 2008
(HOK/ tahun)
CKPNP1 : curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada non pertanian tahun 2008
(HOK/ tahun)
JAB : jumlah anak balita dalam rumahtangga petani (orang)
TKLKW1 : total curahan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani tahun
2008 (HOK/ tahun)
Curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani tahun 2008 adalah jumlah
dari curahan kerja pria dalam rumahtangga pada usahatani, curahan kerja wanita dalam
rumahtangga pada usahatani masing-masing di tahun 2008.
Persamaan total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani tahun 2008
adalah:
dimana:
CKRTUT1 : total curahan kerja rumahtangga pada usahatani tahun 2008 (HOK/tahun)
dimana:
CKPUT2 : curahan kerja pria dalam rumahtangga pada usahatani tahun 2015 (HOK/
tahun)
UPNPr2 : upah pria di non pertanian tahun 2015 (Rp/HOK)
LL2 : luas lahan (meter persegi) tahun 2015
TKLK2 : total tenaga kerja luar keuarga pada usahatani tahun 2015 (HOK/ tahun)
CKWUT2 : curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada usahatani tahun 2015
(HOK/ tahun)
Curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani adalah jumlah dari curahan
kerja pria dalam rumahtangga pada usahatani, curahan kerja wanita dalam
rumahtangga pada usahatani tahun 2015.
Persamaan total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani tahun 2015
adalah:
dimana:
CKRTUT2 : total curahan kerja rumahtangga pada usahatani tahun 2015
(HOK/tahun)
Persamaan curahan kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian
pada tahun 2008 adalah:
dimana:
CKWNP1 : curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian
tahun 2008 (HOK/ tahun)
UWNPr1 : upah wanita pada kegiatan non pertanian (Rp/HOK)
PW1 : pendidikan wanita tahun 2008 (tahun)
Persamaan total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian tahun
2008 adalah:
dimana:
CKRTNP1 : total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian tahun 2008
(HOK/tahun)
Persamaan curahan kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian
2015 adalah :
dimana:
CKPNP2 : curahan kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan non pertaniani
tahun 2015 (HOK/ tahun)
UPNPr2 : upah pria pada kegiatan non pertanian tahun 2015 (Rp/HOK)
dimana:
CKWNP2 : curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian
tahun 2015 (HOK/ tahun)
Total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian tahun 2015 adalah
jumlah dari curahan kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian,
curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian tahun 2015.
43
Persamaan total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian tahun
2015 adalah:
dimana:
CKRTNP2 : total curahan kerja rumahtangga pada kegiatan non pertanian
tahun2015 (HOK/tahun)
Permintaan tenaga kerja luar rumahtangga tahun 2015 terdiri dari alokasi tenaga
kerja pria luar keluarga dan alokasi tenaga kerja wanita luar keluarga. Penggunaan
tenaga kerja luar keluarga pria dipengaruhi oleh upah di pertanian, upah pria di non
pertanian, alokasi tenaga wanita luar keluarga pada usahatani, luas lahan, dan
transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian. Alokasi tenaga kerja wanita
luar keluarga dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga, luas lahan,
transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian. Sedangkan total permintaan
input tenaga kerja luar keluarga yaitu penjumlahan dari alokasi tenaga kerja luar
keluarga pria dan alokasi tenaga kerja luar keluarga wanita.
dimana :
UTKPr2 : upah tenaga kerja pria di pertanian tahun 2015 (Rp/tahun )
Blok Produksi
Produksi padi tahun 2015 dipengaruhi oleh luas lahan usahatani, jumlah
penggunaan benih, curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada usahatani, jumlah
penggunaan tenaga kerja luar rumahtangga.
dimana:
PROD2 : produksi padi tahun 2015 (Kg/tahun)
JB2 : jumlah penggunaan benih padi tahun 2015 (Kg/tahun)
Permintaan input pada usahatani pada tahun 2015 meliputi penggunaan benih,
penggunaan pupuk urea, dan penggunaan obat-obatan (herbisida) pada usahatani padi
masing-masing tahun 2015.
Penggunaan benih pada usahatani tahun 2015 dipengaruhi oleh harga benih, luas
lahan dan pendapatan rumahtangga petani dari usahatani.
dimana:
JB2 : jumlah penggunaan benih tahun 2015 (kg/tahun)
HBr 2 : harga benih tahun 2015 (Rp/kg)
PDRTU2 : pendapatan rumahtangga dari usahatani tahun 2015 (Rp/tahun)
Penggunaan pupuk urea pada tanaman padi tahun 2015 dipengaruhi oleh harga
pupuk urea, luas lahan, total pengeluaran rumahtangga petani. Harga pupuk urea yang
digunakan dalam persamaan ini adalah harga pupuk urea.
dimana:
JP2 : jumlah penggunaan pupuk urea tahun 2015 (Kg/tahun)
HPr2 : harga pupuk urea tahun 2015 (Rp/kg)
BPLr2 : biaya pupuk lain tahun 2015 (Rp/tahun)
dimana:
JR2 : jumlah penggunaan racun/obat-obatan gulma tahun 2015 (Kg/tahun)
HRr2 : harga racun/obat-obatan tahun 2015 (Rp/kg)
PND2 : pendapatan yang siap dibelanjakan tahun 2015 (Rp/tahun)
dimana:
BTKr2 : biaya tenaga kerja tahun 2015 (Rp/tahun)
UTKPr2 : upah tenaga kerja tahun 2015 di pertanian (Rp/tahun)
dimana:
BPUT2 : biaya produksi padi tahun 2015 (Rp/tahun)
BBH2 : biaya benih padi tahun 2015 (Rp/tahun)
TBP 2 : biaya pupuk urea tahun 2015 (Rp/tahun)
TBR2 : biaya racun/obat-obatan gulma tahun 2015 (Rp/tahun)
46
Blok Pendapatan
Pendapatan dari usahatani padi tahun 2015 adalah penerimaan dari usahatani
dikurangi biaya produksi usahatani. Penerimaan usahatani adalah perkalian dari
produksi usahatani dengan harga jual gabah.
dimana:
BPUT2 : biaya usahatani tahun 2015 (Rp/tahun)
HJPr2 : harga jual gabah tahun 2015 (Rp/tahun)
PDRTU2 : pendapatan rumahtangga pada usahatani tahun 2015 (Rp/ tahun)
PNRTU2 : penerimaan rumahtangga pada usahatani tahun 2015 (Rp/ tahun)
Pendapatan rumahtangga dari non pertanian tahun 2015 dipengaruhi oleh upah
pria di non pertanian, upah wanita di non pertanian, transformasi tenaga kerja
rumahtangga ke non pertanian, pendidikan pria, pendidikan wanita
dimana:
PDTNP2 : pendapatan total rumahtangga pada non pertanian tahun 2015 (Rp/tahun)
dimana:
PBDB2 : pajak bumi dan bangunan tahun 2015 (Rp/tahun)
dimana:
KP2 : konsumsi pangan tahun 2015 (Rp/tahun)
INV2 : investasi tahun 2015 (Rp tahun)
JAR2 : jumlah anggota rumahntangga tahun 2015 (orang)
dimana:
KNP2 : konsumsi non pangan (Rp/tahun)
dimana:
KTL2 : konsumsi total tahun 2015 (Rp/tahun)
48
dimana:
INV2 : investasi (Rp/ tahun)
dimana:
TAB2 : tabungan rumahtangga tahun 2015 (Rp/ tahun)
Metode penggunaan model yang digunakan adalah metode Two Stage Least
Squares (2 SLS) karena semua persamaan overidentified. Metode ini memiliki tingkat
ketelitian yang cukup tinggi dan proses pengolahan data yang efisien dalam
penggunaan waktu (Koutsoyiannis 1977). Pengolahan data dilakukan dengan program
computer Statistical Analysis System (SAS).
Model penelitian dibangun dalam bentuk sistem persamaan simultan yang terdiri
18 persamaan struktural dan 19 persamaan identitas, dengan 37 variabel endogen dan
22 variabel eksogen. Jumlah maksimum variabel dalam persamaan struktural
sebanyak 6 variabel. Berdasarkan kriteria identifikasi model dengan syarat keharusan
(order condition) di atas maka setiap persamaan struktural adalah merupakan
identifikasi berlebih (over indentified).
Validasi Model
1 (Pi-Ai )2
RMSPE=100*√(n) * ∑nt=1 Ai
1
√( )* ∑nt=1 ((Pi -Ai)2
n
U=
√(1)* ∑nt=1 (Pi)2 + √(1)* ∑nt=1 (Ai)2
n n
dimana:
n : jumlah observasi
Pi : nilai pendugaan model (predicted)
Ai : nilai pengamatan contoh
Nilai RMPSE merupakan ukuran devisiasi dari nilai simulasi suatu variabel
endogen terhadap nilai aktualnya dalam persen. Semakin kecil nilai U-Theil, semakin
baik pendugaan modelnya. Adapun kriteria statistika U-Theil yang digunakan dalam
penelitian ini adalah antara 0.0 dan 1.0 (Pindyck dan Rubinfeld 1991). Jika nilai U =
0, pendugaan modelnya bagus, jika nilai U = 1, berarti salah dan naif.
Proporsi inequality dibagi menjadi tiga komponen yaitu proporsi bias Um,
proporsi varian Us dan proporsi kovarian Uc yang jumlahnya adalah satu. Idealnya,
validasi model menghasilkan Um = Us = 0 dan Uc = 1. Komponen proporsi bias Um,
proporsi regresi Ur dan proporsi varian residual Ud dengan jumlahnya adalah satu
dinyatakan untuk kesalahan rata-rata kuadrat terkecil. Model yang baik nilai Um dan
Ut kecil dan Ud mendekati satu sehingga tidak bias.
Validasi model juga didasarkan pada koefisien determinasi (R2). Semakin tinggi
nilai R2, semakin besar variasi perubahan peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh
peubah pre-determined. Koefisien determinasi yang disesuaikan (Adj-R2) dikatakan
baik jika nilainya mendekati koefisien determinasi (R2). Validasi dan simulasi model
kebijakan dalam penelitian ini menggunakan metode solusi Newton (SAS).
50
Simulasi Model
Keterangan: Endogen
Exogen
Gambar 5 Keterkaitan antar variable dalam model Ekonomi Rumahtangga Petani
52
salah satu pekerjaan yang relatif mudah diakses oleh semua tenaga kerja karena untuk
masuk pada jenis pekerjaan ini tidak memerlukan syarat khusus/tingkat pendidikan
tinggi. Sedangkan wanita lebih banyak bekerja pada jenis pekerjaan sebagai karyawan.
Jenis pekerjaan yang dilakukan di non pertanian ini yang tentunya berdasarkan tingkat
pendidikan yang dimiliki.
Pendapatan rumahtangga diperoleh dari hasil pada kegiatan usahatani dan non
pertanian. Aktivitas tenaga kerja rumahtangga yang bekerja di non pertanian yang
sifatnya non formal yang cenderung tidak memerlukan persyaratan pendidikan tinggi,
namun ada juga yang bekerja sebagai karyawan di bidang pekerjaan yang lebih formal
yang tentunya memerlukan persyaratan tingkat pendidikan tertentu.
57
upah tenaga kerja per-jam yang diterima pekerja (buruh tani). Pada dasarnya, di negara
berkembang seperti Indonesia, keputusan konsumsi sangat menentukan keputusan
dalam produksi suatu komoditas
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa terjadinya transformasi ke non pertanian
ditandai dengan adanya perubahan pengeluaran rumahtangga, baik untuk konsumsi
pangan maupun non pangan dan terjadi peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2015.
Pengeluaran yang digunakan unrtuk konsumsi pangan cenderung lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pengeluaran untuk konsumsi non pangan. Pengeluaran
rumahtangga yang semakin meningkat bisa menjadi pendorong rumahtangga untuk
melakukan transformasi ke non pertanian, namun juga dapat menjadi dampak dari
meningkatnya pendapatan rumahtangga.Pengeluaran rumahtangga meningkat seiring
dengan perubahan waktu. Perubahan proporsi konsumsi ini diduga karena adanya
kebutuhan rumahtangga terhadap konsumsi makin meningkat terutama pada
kebutuhan konsumsi pangan. Hal ini diduga ada hubungannya dengan jumlah total
anggota rumahtangga. Makin besar jumlah anggota rumahtangga maka jumlah
tanggungan rumahtangga untuk kebutuhan konsumsi juga akan semakin besar.
Dengan meningkatnya pengeluaran rumahtangga maka rumahtangga terdorong untuk
melakukan transformasi dengan tujuan untuk menambah penghasilan rumahtangga
untuk memenuhi seluruh tanggungan hidup dalam rumahtangga
Hasil dugaan parameter persamaan curahan kerja pria dalam rumahtangga pada
kegiatan usahatani tahun 2008 (CKPUT1) pada Tabel 6 menjelaskan bahwa tanda
dugaan parameter variabel penjelas pada persamaan tersebut sesuai dengan yang
diharapkan. Koefisien determinasi yang dihasilkan cukup baik yaitu sebesar 0.58750
atau keragaman curahan tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani hanya sebesar 58.75
persen yang dapat dijelaskan oleh curahan kerja pria pada non pertanian (CKPNP1),
luas lahan (LL1), curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada usahatani
(CKWUT1), dan total curahan tenaga kerja luar rumahtangga pada usahatani
(TKLK1).
Tabel 6 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja pria dalam
rumahtangga di usahatani tahun 2008
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 87.99543 5.006969 <.0001*** Intercept
ckpnp1 -0.09612 0.028047 0.0009*** -0.0961 Curahan kerja pria pada non petanian 2008
LL1 0.00501 0.000530 <.0001*** 0.0050 Luas lahan 2008
ckwut1 -0.52861 0.105200 <.0001*** -0.5286 Curahan kerja wanita pada usahatani 2008
TKLK1 -0.48773 0.075928 <.0001*** -0.4877 Curahan tenaga kerja luar keluarga 2008
Data pada Tabel 6 menjelaskan bahwa variabel curahan keja pria dalam
rumahtangga pada kegiatan non pertanian (CKPNP1) berhubungan dan berpengaruh
negatif terhadap alokasi curahan kerja pria dalam rumahtangga untuk kegiatan
usahatani. Hal ini berarti dengan meningkatnya curahan kerja pria di non pertanian
maka akan menurunkan aktivitas kerja pria dalam rumahtangga untuk bekerja di
usahatani. Pria dalam rumahtangga selain bekerja di usahatani juga melakukan
pekerjaan non pertanian untuk menambah penghasilan rumahtangga untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Curahan kerja pria pada kegiatan usahatani dipengaruhi dan berhubungan positif
oleh luas lahan usahatani (LL1), hal ini dapat diartikan bahwa dengan luasnya
kepemilikan lahan oleh rumahtangga petani maka cenderung untuk meningkatkan
curahan kerjanya pada kegiatan usahatani. Sebaliknya bagi rumahtangga petani yang
memiliki lahan sempit maka alokasi curahan kerja di usahatani ralatif rendah jika
dibanding petani yang memiliki lahan yang luas. Variabel curahan kerja wanita dalam
rumahtangga (CKWUT1) berhubungan dan berpengaruh negatif terhadap alokasi
curahan kerja pria dalam rumahtangga. Hal ini berarti dengan meningkatnya curahan
kerja wanita di usahatani maka akan menurunkan aktivitas kerja pria dalam
rumahtangga untuk bekerja di usahatani sehingga anggota rumahtangga khususnya
pria dapat melakukan aktivitas lain selain kegiatan di usahatani. Hubungan seperti ini
dapat disebut dengan substitusi negatif antara curahan kerja wanita dalam
rumahtangga dengan curahan kerja pria dalam rumahtangga untuk bekerja di usahatani.
61
Tabel 7 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja wanita dalam
rumahtangga di usahatani tahun 2008
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 59.13902 8.879463 <.0001*** Intercept
Curahan kerja wanita pada non pertanian
ckwnp1 -0.01904 0.033498 0.5712 -0.0961
2008
LL1 0.00463 0.000553 <.0001*** 0.0050 Luas lahan 2008
ckput1 -0.60547 0.134848 <.0001*** -0.5286 Curahan kerja pria pada usahatani 2008
JAB1 -14.19390 3.754698 0.0003*** -0.4877 Jumlah anak balita 2008
Curahan tenaga kerja wanita luar keluarga
TKLKW1 -0.89302 0.134237 <.0001***
2008
substitusi negatif dengan tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani. Ketika curahan
kerja pria dalam rumahtangga lebih banyak untuk kegiatan usahatani maka wanita
dalam rumahtangga akan mengurangi atau tidak melakukan kegiatan usahatani karena
digantikan oleh tenaga pria dalam rumahtangga untuk bekerja lebih banyak usahatani.
Jumah anggota rumahtangga (JAB1) berhubungan dan berpengaruh secara
negatif terhadap alokasi curahan kerja wanita dalam rumahtangga untuk bekerja pada
kegiatan usahatani. Hal ini dapat diartikan bahwa meningkatnya jumlah anak balita
dalam rumahtangga maka akan menurunkan curahan kerja wanita dalam rumahtangga
untuk bekerja di usahatani, hal ini dapat terjadi ketika peningkatan jumlah
rumahtangga itu disebabkan adanya anggota rumahtangga yang baru lahir, dengan
adanya balita dalam rumahtangga maka cenderung wanita dalam rumahtangga
khususnya isteri akan mengurangi alokasi curahan kerjanya untuk kegiatan usahatani
dan digantikan oleh tenaga kerja luar keluarga yang disewa untuk membantu dalam
kegiatan usahatani. Wanita (isteri) lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk
kegiatan dalam rumahtangga antara lain mengasuh anak.
Berdasarkah Tabel 7 menjelaskan bahwa variabel peubah penjelas tenaga kerja
wanita luar keluarga (TKLKW1) berhubungan dan berpengaruh negatif terhadap
curahan kerja wanita dalam rumahtangga untuk kegiatan usahatani. Hal ini
mengandung pengertian bahwa penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada
usahatani terhadap curahan kerja wanita dalam rumahtangga bersifat substitusi yaitu
tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam pekerjaan usahatani untuk menggantikan
wanita dalam rumahtangga untuk melakujkan pekerjaan pada kegiatan usahatani.
Hasil dugaan parameter persamaan curahan kerja pria pada kegiatan usahatani
tahun 2015 (CKPUT2) pada Tabel 8 menjelaskan bahwa tanda dugaan parameter
variabel penjelas pada persamaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Koefisien
determinasi yang dihasilkan relatif kecil sebesar 0.27253 atau keragaman curahan
tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani hanya sebesar 27.25 persen yang dapat
dijelaskan oleh upah tenaga kerja pria di non pertanian (UPNPr2), luas lahan (LL2),
total curahan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani (TKLKP2), dan curahan kerja
wanita pada usahatani (CKWUT2).
Upah tenaga kerja pria di non pertanian (UPNPr2) berpengaruh dan berhubungan
negatif terhadap curahan kerja pria dalam rumahtangga pada kegiatan usahatani. Ada indikasi
bahwa dengan meningkatnya upah di non pertanian maka akan menurunkan curahan kerja pria
dalam rumahtangga pada kegiatan usahataninnya. Upah non pertanian merupakan faktor
penarik bagi rumahtangga untuk bekerja ke non pertanian. Hal ini bertujuan untuk
menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun jika desakan
kebutuhan hidup sehari-hari maka tidak jarang anggota rumahtangga juga bersedia di
gaji dengan upah berapapun untuk memperoleh pendapatan. Hal ini sejalan yang di
jelaskan secara teori, tiap anggota rumahtangga akan menyediakan jasanya untuk
bekerja jika upah yang akan diterima cukup menarik baginya. Namun, untuk
kebutuhan yang mendesak terutama pada rumahtangga miskin, tidak jarang mereka
menerima berapapun upah yang ada daripada menganggur dan tidak ada penghasilan
sama sekali. Proses pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga akan
menentukan pilihan seseorang akan bekerja mencari nafkah di pasar kerja atau
memilih antara bekerja pada kegiatan produksi di rumahtangga dan menikmati waktu
luang (Mangkuprawira 1985).
63
Tabel 8 Hasil estimasi parameter persamaan curahan kerja pria dalam rumahtangga
pada padi usahatani tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 58.4425 5.7217 <.0001*** Intercept
upnpr2 -0.0001 0.0001 0.2988 -0.0567 Intercept
LL2 0.0027 0.0006 <.0001*** 0.3524 Upah riil pria non pertanian 2015
TKLKP2 -0.1846 0.1221 0.1342 0.1884 Luas lahan 2015
Curahan tenaga kerja pria luar keluarga
ckwut2 -0.3953 0.1537 0.0118** -0.1020
2015
kerja wanita di non pertanian (UWNPr2), luas lahan (LL2), dan curahan kerja wanita
luar keluarga pada usahatani (TKLKW2), total curahan tenaga pria dalam
rumahtangga pada usahatani (CKPUT2), dan total pengeluaran rumahtangga (PGTK2).
Tabel 9 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja wanita dalam
rumahtangga di usahatani tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 32.5273 15.5403 0.0392** Intercept
uwnpr2 -3.87E-06 3.92E-06 0.3266 -0.0221 Upah riil wanita non pertanian 2015
LL2 0.0021 0.0007 0.0016*** 1.0669 Luas lahan 2015
Curahan tenaga kerja wanita luar keluarga
TKLKW2 -0.5376 0.1664 0.0017*** -0.7762
2015
ckput2 -0.5837 0.1713 0.0010*** -2.2626 Curahan kerja pria pada usahatani 2015
PGTK2 8.73E-07 9.15E-07 0.3426 0.8462 Pengeluaran total rumahtangga 2015
ini dapat diartikan bahwa tenaga kerja pria dalam usahatani bersubstitusi secara negatif
dengan tenaga kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan usahatani.
Curahan kerja wanita pada kegiatan usahatani (CKWUT2) dipengaruhi dan
berhubungan positif oleh total pengeluaran rumahtangga petani (PGTK2), hal ini
dapat diartikan bahwa dengan meningkatnya total pengeluaran rumahtangga maka
maka cenderung untuk meningkatkan curahan kerjan wanita pada kegiatan usahatani.
Ada indikasi bahwa untuk menekan total pengeluaran rumahtangga maka wanita
dalam rumahtangga turut bekerja pada kegiatan usahatani untuk mengurangi
penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang disewa dalam kegiatan usahatani untuk
mengurangi biaya total dari usahatani.
Permintaan terhadap tenaga kerja luar keluarga untuk usaha padi (TKLKP2)
dipengaruhi oleh upah di pertanian (UTKPr2), upah pria di non pertanian (UPNPr2),
alokasi tenaga kerja wanita luar keluarga (TKLKW2), dan luas lahan usahatani (LL2).
Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.42699, ini berarti bahwa keragaman
pengunaan tenaga kerja pria luar keluarga untuk kegiatan usahatani sebesar 42.70
persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelas yang ada dalam persamaan curahan
kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani seperti tertera pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil estimasi parameter pada persamaan permintaan input tenaga kerja pria
luar keluarga tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 97.6933 47.9559 0.0446** Intercept
UTKPr2 -0.0016 0.0010 0.1212 -1.1439 Upah riil pria di usahatani 2015
upnpr2 0.0002 0.0001 0.1544 0.1190 Upah riil pria non pertanian 2015
Curahan tenaga kerja wanita luar keluarga
TKLKW2 -0.6595 0.2688 0.0161** -0.2407
2015
LL2 0.0047 0.0007 <.0001*** 0.5955 Luas lahan 2015
Transformasi tenaga kerja rumahtangga ke
TRANSF 1.2604 3.0213 0.6775 0.0373
non pertanian
sebesar 0.23257 atau keragaman curahan tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani
hanya sebesar 23.26 persen yang dapat dijelaskan oleh variabel alokasi tenaga kerja
pria dari luar rumahtangga pada usahatani, luas lahan, dan transformasi tenaga kerja
ke non pertanian.
Tabel 11 Hasil estimasi parameter pada persamaan permintaan input tenaga kerja
wanita luar keluarga
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 5.5250 6.2306 0.3775 Intercept
Curahan tenaga kerja pria luar keluarga
TKLKP2 -0.1938 0.1169 0.1008 -0.5310
2015
LL2 0.0028 0.0006 <.0001*** 0.9758 Luas lahan 2015
Transformasi tenaga kerja rumahtangga ke
TRANSF 3.7312 1.8676 0.0487** 0.3024
non pertanian
Data pada Tabel 11 menjelaskan bahwa curahan tenaga kerja wanita luar
keluarga (TKLKW2) dipengaruhi dan berhubungan negatif terhadap curahan kerja
pria luar keluarga (TKLKP2). Hal ini dapat diartikan bahwa dengan meningkatnya
penggunaan tenaga kerja luar wanita keluarga maka akan menurunkan permintaan
tenaga kerja pria luar keluarga untuk membantu dalam kegiatan usahatani. Pada
umumnya permintaan tenaga kerja luar keluarga tergantung dari jenis pekerjaan atau
tahap kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan di usahatani.
Curahan kerja wanita luar keluarga pada kegiatan usahatani dipengaruhi dan
berhubungan positif oleh luas lahan usahatani (LL2), hal ini dapat diartikan bahwa
dengan luasnya kepemilikan lahan oleh rumahtangga petani maka cenderung untuk
meningkatkan curahan kerjanya pada kegiatan usahatani sehingga membutuhkan
tenaga kerja wanita luar keluarga untuk membantu dalam kegiatan usahatani yang
tentunnya sesuai dengan kebutuhan dari tahap proses produksi yang dilakukan pada
usahatani tersebut, terutama digunakan pada saat penanaman, dan panen.
Hasil parameter estimasi pada persamaan curahan tenaga kerja wanita luar
keluarga berhubungan dan dipengaruhi secara positif oleh transformasi tenaga kerja
rumahtangga ke non pertanian. Hal ini berarti bahwa adanya curahan kerja wanita luar
keluarga yang membantu rumahtangga pada kegiatan usahatani maka rumahtangga
cenderung melakukan transformasi tenaga kerja ke non pertanian. Transformasi tenaga
kerja rumahtangga ke non pertanian cenderung akan meningkatkan penggunaan tenaga
kerja luar keluarga untuk membantu pada kegiatan usahatani dalam menyelesaikan
proses produksi dari pengolahan lahan hingga panen.
Hasil dugaan parameter persamaan curahan kerja pria pada kegiatan non
pertanian (CKPNP1) untuk masing - masing tahun pada Tabel 12 menjelaskan bahwa
tanda dugaan parameter variabel penjelas pada persamaan tersebut sesuai dengan yang
diharapkan. Koefisien determinasi yang dihasilkan untuk CKPNP1 sebesar 0.22116
68
atau keragaman curahan tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani hanya sebesar 22.12
persen yang dapat dijelaskan oleh upah pria pada kegiatan non pertanian (UPNPr1),
pendidikan pria (PP1), dan total curahan kerja rumahtangga pada usahatani
(CKRTUT1).
Tabel 12 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja pria dalam keluarga
di non pertanian tahun 2008
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 121.5339 48.1323 0.0133** Intercept
upnpr1 0.0007 0.0002 0.0029*** 0.3017 Upah riil pria non pertanian 2008
PP1 4.5486 2.7397 0.1003 0.4867 Pendidikan pria 2008
**
CKRTUT1 -0.9205 0.3263 0.0059 -1.1404 Curahan kerja rumahtangga usahatani 2008
indikasi bahwa semakin tinggi curahan kerja pria pada kegiatan non petanian maka
semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non pertanian
namun total curahan kerja rumahtangga untuk pekerjaan di usahatani akan menurun
karena pria rumahtangga lebih banyak mengalokasikan waktu untuk bekerja di non
pertanian.
Hasil dugaan parameter persamaan curahan kerja wanita pada kegiatan non
pertanian (CKWNP1) pada Tabel 13 menjelaskan bahwa tanda dugaan parameter
variabel penjelas pada persamaan masing- masing tahun tersebut sesuai dengan yang
diharapkan. Data pada Tabel 13. menjelaskan bahwa hasil dugaan parameter pada
persamaan curahan kerja wanita dalam rumahtangga pada kegiatan non pertanian
(CKWNP1) dengan koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.74664 atau
keragaman curahan tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani hanya sebesar 74.66
persen yang dapat dijelaskan oleh upah wanita di non pertanian (UWNPr1), pendidkan
wanita (PW1), dan total curahan kerja rumahtangga pada usahatani (CKRTUT1).
Tabel 13 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja wanita dalam
rumahtangga di non pertanian tahun 2008
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 10.3394 19.1584 0.5907 Intercept
uwnpr1 0.0026 0.0002 <.0001*** 0.7644 Upah riil wanita non pertanian 2008
PW1 2.0176 1.2325 0.1050 0.8320 Pendidikan wanita 2008
*
CKRTUT1 -0.2098 0.1165 0.0750 -1.0694 Curahan kerja rumahtangga usahatani 2008
dengan curahan kerja wanita dalam rumahtangga untuk pekerjaa di non pertanian. Ada
indikasi bahwa semakin tinggi curahan kerja wanita pada kegiatan non petanian maka
semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non pertanian
namun total curahan kerja rumahtangga untuk pekerjaan di usahatani akan menurun
karena wanita dalam rumahtangga lebih banyak mengalokasikan waktu untuk bekerja
di non pertanian.
Koefisien determinasi yang dihasilkan untuk curahan kerja pria dalam
rumahtangga di non pertanian (CKPNP2) sebesar 0.20782 atau keragaman curahan
tenaga kerja pria pada kegiatan non pertanian sebesar 20.78 persen yang dapat
dijelaskan oleh upah pria pada kegiatan non pertanian (UPNPr2), pendidikan pria
(PP2), dan curahan kerja rumahtangga usahatani 2015 (Tabel 14).
Tabel 14 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja pria dalam
rumahtangga di non pertanian tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 84.5061 66.5124 0.2071 Intercept
upnpr2 0.0011 0.0004 0.0043*** 0.3663 Upah riil pria non pertanian 2015
PP2 10.0111 3.2956 0.0031*** 0.7203 Pendidikan pria 2015
CKRTUT2 -1.3127 0.6938 0.0616* -0.6760 Curahan kerja rumahtangga usahatani 2015
Upah pria pada kegiatan non pertanian (UPNPr2) berpengaruh dan berhubungan
positif terhadap curahan kerja pria pada kegiatan non pertanian. Ada indikasi bahwa
dengan meningkatnya upah di non pertanian maka akan meningkatkan curahan kerja
pria dalam rumahtangga untuk melakukan pekerjaan di non pertanian. Curahan kerja
pria pada kegiatan non pertanian merespon secara positif terhadap upah pria di non
pertanian, hal ini dapat diartikan bahwa tenaga kerja pria dalam rumahtangga bekerja
pada kegiatan non pertanian karena upah merupakan daya tarik untuk bekerja di non
pertanian karena di duga bekerja di non pertanian akan mendapatkan upah yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan bekerja di usahatani.
Pendidikan pria (PP2) berhubungan positif dan berpengaruh berpengaruh
terhadap curahan kerja pria pada kegiatan non pertanian. Semakin tinggi tingkat
pendidikan pria dalam rumahtangga maka akan meningkatkan curahan kerjanya pada
kegiatan non pertanian. Ada indikasi bahwa tenaga kerja pria dalam rumahtangga lebih
memilih untuk bekerja pada kegiatan non pertanian dan alokasi waktunya lebih besar
pada kegiatan non pertanian dibandingkan pada pekerjaan usahataninya.
Curahan kerja total rumahtangga (CKRTUT2) berhubungan negatif dan
berpengaruh terhadap curahan kerja pria pada kegiatan non pertanian. Ada saling
keterkaitan antara total curahan kerja rumahtangga pada pekerjaan di usahatani padi
dengan curahan kerja pria dalam rumahtangga untuk pekerjaa di non pertanian. Ada
indikasi bahwa semakin tinggi curahan kerja pria pada kegiatan non pertanian maka
semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non pertanian
namun total curahan kerja rumahtangga untuk pekerjaan di usahatani akan menurun
karena pria rumahtangga lebih banyak mengalokasikan waktu untuk bekerja di non
pertanian.
71
Tabel 15 Hasil estimasi parameter pada persamaan curahan kerja wanita dalam
rumahtangga di non pertanian tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 6.4127 56.6722 0.9102 Intercept
uwnpr2 2.80E-05 1.70E-05 0.1078 0.0472 Upah riil wanita non pertanian 2015
PW2 7.5755 3.0027 0.0134** 1.3505 Pendidikan wanita 2015
CKRTUT2 -0.3631 0.5719 0.5271 -0.5220 Curahan kerja rumahtangga usahatani 2015
Tabel 17 Hasil estimasi parameter pada persamaan permintaan jumlah pupuk urea
tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 158.7450 79.3071 0.0483** Intercept
HPr2 -0.0693 0.0586 0.2398 -0.5758 Harga riil pupukk 2015
LL2 0.0015 0.0077 0.8513 0.0708 Luas lahan 2015
PDRTU2 8.58E-06 5.38E-06 0.1145 0.4921 Pendapatan rumahtanggausahatani 2015
Luas lahan usahatani (LL2) berpengaruh sangat nyata dan berhubungan secara
positif terhadap penggunaan jumlah pupuk. Ada indikasi bahwa semakin luas lahan
yang dimiliki oleh rumahtangga petani, makin meningkatkan jumlah pupuk yang
digunakan pada lahan tersebut. Pemberian pupuk secara berimbang sangat bermanfaat
dalam budidaya tanaman dengan tujuan untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan
semua unsur hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman khususnya pada usahatani padi. Jumlah pupuk merespon luas lahan
yang digunakan dalam usahatani, hal ini berarti dengan kepemilikan lahan yang luas
maka kebutuhan akan pupuk juga akan semakin banyak dengan tujuan untuk
kesubuhan tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi usahatani.
Penggunaan jumlah pupuk urea dipengaruhi dan berhubungan positif oleh
pendapatan rumahtangga yang berasal dari usahatani (PDRTU2), hal ini bermakna
pendapatan rumahtangga dari usahatani digunakan untuk membeli input - input
produksi seperti bunih, pupuk, obat - obatan yang akan dibutuhkan dalam kegiatan
usahatani. Semakin besar pendapatan yang diperoleh dai kegiatan usahatani maka
petani akan dapat membeli pupuk yang digunakan sesuai anjuran, hal ini bertujuan
untuk peningkatan kesuburan tanaman yang dibudidayakan. Dengan meningkatnya
kesuburan, diharapkan dapat meningkatkan produksi dari usahatani tersebut.
Hasil dugaan parameter persamaan jumlah racun atau obat-obatan gulma (JR2)
pada Tabel 18 menjelaskan bahwa tanda dugaan parameter variabel penjelas pada
persamaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Koefisien determinasi yang
dihasilkan sebesar 0.61445 atau keragaman curahan tenaga kerja pria pada kegiatan
usahatani hanya sebesar 61.45 persen yang dapat dijelaskan oleh variabel harga racun
(HRr2), luas lahan (LL2), pendapatan rumahtangga yang siap dibelanjakan (PND2).
Data pada Tabel 18 menjelaskan bahwa jumlah racun/obat-obatan dipengaruhi
dan berhubungan negatif oleh harga racun (HRr2) yang bermakna bahwa ketika harga
racun/obat-obatan tinggi maka petani akan mengurangi jumlah yang digunakan untuk
tanaman yang dibudidayakan.
Tabel 18 Hasil estimasi parameter pada persamaan permintaan jumlah racun atau
obat-obatan gulma tahun 2015
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 4.7802 1.5643 0.0029*** Intercept
HRr2 -5.00E-05 1.30E-05 0.0002*** -3.2634 Harga riil racun 2015
LL2 0.0003 4.30E-05 <.0001*** 1.2528 Luas lahan 2015
PND2 1.07E-08 1.73E-08 0.5376 0.1377 Pendapatan siap dibelanjakan 2015
74
Luas areal (LL2) berhubungan dan berpengruh positif terhadap jumlah racun
yang digunakan dalam usahatani. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin luas
areal pertanian yang diusahakan suatu rumahtangga secara langsung meningkatkan
penggunaan jumlah racun/obat-obatan dalam budidaya tanaman di usahatani. Hal ini
berarti bahwa penggunaan input produksi merupakan fungsi dari permintaan input
yang dipengaruhi oleh harga inputnya sendiri.
Pendapatan rumahtangga yang siap dibelanjakan (PND2) berpengaruh dan
berhubungan secara positif terhadap penggunaan jumlah racun/obat-obatan pada
kegiatan usahatani. Hal ini mengandung arti bahwa pendapatan rumahtangga yang
siap dibelanjakan dimiliki oleh rumahtangga petani juga digunakan untuk membeli
kebutuhan sarana produksi untuk kegiatan di usahatani.
Konsumsi Pangan
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 6697512 674486.8 <.0001*** Intercept
PND2 0.0556 0.0262 0.0367** 0.1404 Pendapatan siap dibelanjakan 2015
INV2 -0.4176 0.7616 0.5848 -0.0297 Investasi 2015
Transformasi tenaga kerja rumahtangga ke
TRANSF 369349.9 249902.7 0.1428 0.0792
non pertanian
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tujuan memaksimalkan kepuasan
(Bryant 1990), selanjutnya disebutkan bahwa faktor yang memengaruhi konsumsi
rumahtangga yaitu pendapatan, ukuran (besar rumahtangga), komposisi rumahtangga,
dan harga. Sedangkan pendapatan rumahtangga dibedakan menjadi dua, yaitu
pendapatan permanen, yang berasal dari pekerjaan pokok/utama dan pendapatan
sementara, yang berasal dari pekerjaan sampingan. Pendapatan permanen maupun
pendapatan sementara memberikan pengaruh yang positif terhadap tabungan
rumahtangga dengan proporsi yang berbeda pada jenis pekerjaan yang berbeda.
Investasi berhubungan dan berpengaruh secara negatif terhadap konsumsi
pangan dalam rumahtangga. Hal ini berarti bahwa makin tinggi investasi yang
dilakukan oleh rumahtangga maka cenderung akan menekan total pengeluaran
rumahtangga berupa konsumsi pangan. Rumahtangga melakukan pengeluaran untuk
membeli pangan dan menyediakan pangan adalah merupakan hal penting bagi
kebutuhan rumahtangga petani, walaupun terkadang membeli pangan dengan kualitas
yang relatif rendah agar tetap dapat berinvestasi.
Transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian berhubungan dan
berpengaruh secara positif terhadap konsumsi pangan. Ada indikasi bahwa dengan
terjadinya transformasi tenaga kerja rumahatangga ke non pertanian maka kosnsumsi
pangan cenderung dapat terpenuhi dengan baik sebagai kebutuhan hidup sehari-hari.
Transformasi ke non pertanian turut memainkan peranan penting bagi untuk untuk
menambah penghasilan tambahan. Rumahtangga terdorong untuk mencari alternatif
pekerjaan yang dapat menambah pendapatan dengan melakukan aktivitas untuk
bekerja ke non pertanian. Namun tidak menutup kemungkinan bagi rumahtangga yang
melakukan aktivitas ke non pertanian karena adanya kesempatan kerjadi non pertanian
karena ditunjang oleh konektivitas dan aksesibilitas yang menunjang rumahtangga
untuk melakukan pekerjaan di non pertanian.
Parameter Standard
Variabel Pr > |t| Elastisitas Variable Label
Estimasi Error
Intercept 4812093 462583.4 <.0001*** Intercept
PND2 0.0539 0.0182 0.0039*** 0.1933 Pendapatan siap dibelanjakan 2015
IPENr2 -1.0306 0.7518 0.1738 -0.0466 Investasi riil pendidikan 2015
Transformasi tenaga kerja rumahtangga ke
TRANSF 88768.6 180860.8 0.6247 0.0270
non pertanian
Konsumsi non pangan dipengaruhi dan berhubungan oleh pendapatan yang siap
dibelanjakan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendapatan rumahtangga yang siap
dibelanjakan dimiliki oleh rumahtangga petani meningkat, cenderung meningkatkan
79
konsumsi non pangan. Dengan adanya pendapatan yang siap dibelanjakan maka
rumahtangga dapat membeli barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidup dengan tujuan memaksimalkan kepuasan.
Investasi pendidikan berhubungan dan berpengaruh secara negatif terhadap
konsumsi non pangan dalam rumahtangga. Hal ini berarti bahwa makin tinggi investasi
pendidikan yang dilakukan oleh rumahtangga maka cenderung akan menekan
pengeluaran berupa konsumsi non pangan. Perhitungan elastisitas menunjukkan
bahwa investasi pendidikan bersifat in-elastis terhadap konsumsi non pangan.
Transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian berhubungan dan
berpengaruh secara positif terhadap konsumsi non pangan (KNPr2). Ada indikasi
bahwa dengan terjadinya transformasi tenaga kerja rumahatangga ke non pertanian
maka kosnsumsi non pangan cenderung meningkat. Rumahtangga terdorong untuk
menambah penghasilan rumahtangga dengan melakukan aktivitas untuk bekerja ke
non pertanian, semakin tinggi konsumsi non pangan yang dilakukan oleh rumahtangga
petani maka makin meningkat curahan kerja rumahtangga untuk bekerja ke non
pertanian. Namun tidak menutup kemungkinan bagi rumahtangga yang melakukan
aktivitas ke non pertanian karena adanya kesempatan kerjadi non pertanian karena
ditunjang oleh konektivitas dan aksesibilitas yang menunjang rumahtangga untuk
melakukan pekerjaan di non pertanian.
Investasi Pendidikan
Langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui apakah model yang dibangun
pada tahap estimasi yang menghasilkan nilai dugaan dapat menggambarkan keadaan
aktual atau mendekati keadaan sebenarnya sehingga perlu dilakukan validasi. Pada
validasi ini, nilai-nilai dugaan dari peubah endogen dalam model dibandingkan dengan
nilai aktualnya. Validasi model penting dilakukan untuk mengetahui keragaan
kebaikan model ekonometrik. Model yang baik adalah model yang mampu
menjelaskan fenomena dari dunia nyata yang disederhanakan, atau suatu model yang
dapat merepresentasikan fenomena di dunia nyata, sehingga validasi model sebaiknya
menghasilkan nilai-nilai prediksi yang makin mendekati nilai aktualnya.
Ukuran kesalahan (error) ditunjukkan dari adanya selisih antara nilai prediksi
dengan nilai aktualnya. Keragaan prediktif model dianalisis dengan menggunakan
statistik validasi root mean square percent error (RMSPE) dan Theil’s Inequality
Coeficient (U-Theil) yang selanjutnya digunakan untuk menganalisis dampak
perubahan variabel yang dianggap penting yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan ekonomi rumahtangga petani. Adapun data hasil validasi seperti yang
tertera pada Tabel 24. Kriteria U-Theil yang baik adalah ditunjukkan dengan adanya
nilai koefisien U-Theil yang mendekati nol. Nilai RMSPE mengindikasikan besarnya
simpangan antara nilai prediksi terhadap nilai aktualnya. Adanaya nilai RMSPE yang
besar, diduga terkait dengan besarnya variasi antara data aktual untuk analisis tersebut.
Kriteria validasi yan dietapkan dalam model penelitian ini adalah Root Mean
Square Persentage Error (RMSPE) dan U-Theil (nilai koefisien ketidaksamaan) yang
berkisar 0 -1. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U = 1 maka
pendugaan model tersebut salah atau naif. U-Theil yang baik adalah yang memiliki
nilai yang mendekati nol. Nilai dari U-Theil yang dipeloeh pada umumnya variabel
memiliki nilai < 0.5. Sedangkan nilai RMSPE yang diperoleh dari hasil validasi
menunjukkan bahwa terdapat 17 variabel yang berada dibawah kisaran ≤ 50 persen
dan terdapat 3 variabel yang berada ≥ 50 persen. Terdapat tujuh variabel endogen
yang hasil validasinya tanda titik (.), diduga karena pada salah satu atau lebih observasi
terdapat nilai aktual yang sangat kecil atau mendekati nilai nol untuk menghitung
persentase kesalahan.
81
Berdasarkan hasil dari U-Theil dan RMSPE dapat disimpulkan bahwa model
dugaan yang dibangun yang menjelaskan tentang perilaku ekonomi rumahtangga
petani terkait transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian, produksi
usahatani, permintaan input produksi dalam usahatani, pendapatan rumahtangga non
pertanian, dan pengeluaran rumahtangga, sehingga model tersebut dapat digunakan
untuk melakukan analisis dampak perubahan kebijakan dan variabel penting yang
dianalisis yaitu: kenaikan transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian,
penurunan transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian, kenaikan harga
gabah, kombinasi kenaikan transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian
dan kenaikan harga gabah
82
+ 5 % Tingkat pendidikan
Variabel Endogen
Simulasi
Nilai basis
% perubahan
TRANSF : transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non 1.573 4.72
pertanian
CKPUT1 : curahan kerja pria pada usahatani 2008 80.5494 0.00
CKPUT2 : curahan kerja pria pada usahatani 2015 58.6044 0.11
CKWUT1 : curahan kerja wanita di usahatani 2008 30.8191 0.00
CKWUT2 : curahan kerja wanita di usahatani 2015 15.4658 -0.74
TKLKP2 : tenaga kerja pria luar keluarga 2015 60.0374 -0.17
TKLKW2 : tenaga kerja wanita luar keluarga 2015 21.0953 1.41
TKLK2 : total tenaga kerja luar keluarga 2015 81.1327 0.24
CKRTUT1 : total curahan kerja rumahtangga di usahatani 2008 111.4 0.00
CKRTUT2 : total curahan kerja rumahtangga di usahatani 2015 74.0703 -0.07
CKPNP1 : curahan kerja anggota rumahtangga pria di non 89.8905 0.00
pertanian 2008
CKWNP1 : curahan kerja anggota rumahtangga wanita di non 21.8548 0.00
pertanian 2008
CKPNP2 : curahan kerja anggota pria rumahtangga di non 143.1 3.63
pertanian 2015
CKWNP2 : curahan kerja anggota rumahtangga wanita di non 51.3055 0.04
pertanian 2015
CKRTNP1 : total curahan kerja rumahtangga di non pertanian 111.7 0.00
2008
CKRTNP2 : total curahan kerja rumahtangga di non pertanian 194.4 2.73
2015
JB2 : jumlah benih tahun 2015 33.5511 -0.03
BBH2 : biaya benih tahun 2015 147703 -0.04
JP2 : jumlah pupuk tahun 2012 156.7 -0.06
TBP2 : total biaya pupuk urea tahun 2015 261723 -0.06
JR2 : jumlahracun tahun 2015 1.7286 0.35
TBR2 : total biaya racun/obat-obatan tahun 2015 168483 0.38
BTKr2 : biaya tenaga kerja luar keluarga tahun 2015 3356960 0.24
BPUT2 : total biaya usahatani tahun 2015 3934868 0.22
PROD2 : produksi padi tahun 2015 3926.1 -0.03
PNRTU2 : penerimaan dari usahatani tahun 2015 12926079 -0.03
PDRTU2 : pendapatan dari usahatani tahun 2015 8991211 -0.14
PDTNP2 : pendapatan dari non pertanian tahun 2015 11133461 5.11
PDTRT2 : pendapatan total rumahtangga tahun 2015 20124672 2.76
PND2 : pendapatan siap dibelanjakan tahun 2015 20108386 2.77
KPr2 : konsumsi pangan tahun 2015 8151263 0.71
KNPr2 : konsumsi non pangan tahun 2015 5765929 0.63
KTL2 : konsumsi total rumahtangga tahun 2015 13917192 0.68
IPENr2 : investasi pendidikan tahun 2015 262342 0.13
INV2 : investasi tahun 2015 587820 0.06
PGTK2 : total pengeluaran rumahtangga tahun 2015 14505012 0.65
TAB2 : tabungan rumahtangga tahun 2015 5603374 8.24
85
Data pada Tabel 27 menunjukkan bahwa kenaikan upah tenaga kerja di non
pertanian menyebabkan terjadinya peningkatan transformasi tenaga kerja
rumahtangga ke non pertanian baik anggota rumahtangga pria maupun wanita.
Transformasi dikaitkan dengan realokasi tenaga kerja wanita pada pertanian
tradisional yang melakukan jauh lebih sedikit dan lebih tua perempuan muda banyak
lagi. Secara keseluruhan akan meningkatkan total curahan kerja rumahtangga pada
kegiatan non pertanian. Mu and walle (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan
produktivitas di non pertanian lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian
menunjukkan adanya pergerakan tenaga kerja karena adanya konsentrasi pada sektor
industri, kecilnya ukuran lahan pertanian, jumlah petani yang banyak dan dinamika
generasi yang disebabkan oleh cepatnya populasi pedesaan menjadi tua).
Kenaikan upah di non pertanian akan menurunkan alokasi curahan kerja
rumahtangga pada kegiatan usahatani yang selanjutnya akan menurunkan total
curahan kerja rumahtangga pada kegiatan usahatani. Kenaikan transformasi tenaga
kerja rumahtangga ke non pertanian akan menurunkan penggunaan input produksi,
terutama penggunaan jumlah benih dan jumlah pupuk sehingga akan menurunkan
produksi di usahatani. Dengan menurnnya produksi yang dihasilkan oleh rumahtangga
dari kegiatan di usahatani maka akan menurunkan pendapatan rumahtangga pada
kegiatan usahatani.
Kenaikan upah di non pertanian akan meningkatkan pendapatan rumahtangga
petani dari kegiatan non pertanian dan akan meningkatkan pendapatan total
rumahtangga, pendapatan rumahtangga siap dbelanjakan, dan terjadi peningkatan
tabungan rumahtangga petani. Goldman (1995) menjeaskan bahwa besarnya
permintaan akan tenaga kerja adalah alasan utama mengapa petani miskin sangat
diuntungkan dengan adanya transformasi. Tingginya upah dan meningktnya lapangan
kerja berupah menghasilkan lebih tingginya pendapatan bagi petani.
Ketika upah di non pertanian yang diterima oleh rumahtangga tinggi maka
rumahtangga sebagai pemilik tenaga kerja akan menyediakan jasa untuk bekerja di
non pertanian, hal ini merupakan ekspektasi rumahtangga petani dengan tingkat upah
yang diterima lebih tinggi maka penghasilan yang diperoleh juga akan makin tinggi
sehingga kondisi perekonomian dalam suatu rumahtangga akan lebih baik dari
sebelumnya terutama bagi anggota rumahtangga yang memiliki keterampilan dan
pendidikan yang tinggi. Faktor penarik, selain dipengaruhi oleh umur produktif, jenis
kelamin, dan tingkat pendidikan tinggi juga karena adanya aksesibilitas dan
konektivitas yang menunjang untuk bekerja ke non pertanian. Reddy et al. (2014)
menjelaskan bahwa rumahtangga pedesaan dapat menjalan beragam aktivitas, bagi
rumahtangga umumnya melakukan diversifikasi pekerjaan, dengan kata lain bahwa
petani mengerjakan sendiri pertaniannya sekaligus menjalankan aktivitas non
pertanian atau bekerja musiman sebagai tenaga kerja upahan di sektor non pertanian.
88
pertanian, hal ini akan menurunkan total pendapatan rumahtangga yang tentunya akan
menurunkan pendapatan rumahtangga yang siap dibelanjakan, sehingga akan
menurunkan total pengeluaran rumahtangga yang digunakan untuk konsumsi pangan,
konsumsi non panga, dan tabungan rumah tangga. Hal demikian akan menurunkan
kesejahteraan rumahtangga petani.
tinggi sehingga kondisi perekonomian dalam suatu rumahtangga akan lebih baik dari
sebelumnya terutama bagi anggota rumahtangga yang memiliki keterampilan dan
pendidikan yang tinggi. Faktor penarik, selain dipengaruhi oleh umur produktif, jenis
kelamin, dan tingkat pendidikan tinggi juga karena adanya aksesibilitas dan
konektivitas yang menunjang untuk bekerja ke non pertanian.
Sehubungan dengan adanya faktor pendorong dan penarik yang dapat
menyebabkan terjadinya transformasi. Hal ini dapat memengaruhi partisipasi tenaga
kerja baik di pasar tenaga kerja maupun dalam kegiatan produksi. Kondisi tersebut
menyebabkan alokasi tenaga kerja rumahtangga mengalami perubahan yang cukup
nyata baik di usahatani maupun non pertanian. Adanya persaingan dalam alokasi
waktu untuk kegiatan pertanian yang disumbangkan oleh tenaga kerja rumahtangga
dapat memengaruhi produktivitas usahatani. Jika pendapatan yang diperoleh dari luar
usahatani lebih besar, menyebabkan meningkatnya ketergantungan pada pekerjaan
tersebut sehingga akan mengurangi waktu dan produktivitas yang dialokasikan untuk
mengelola usahataninya sendiri (Rios et al. 2008).
Terjadinya transformasi tenaga kerja rumahtangga ke non pertanian menurunkan
alokasi waktu kerjanya pada kegiatan usahatani sehingga rumahtangga berupaya untuk
menyewa tenaga kerja luar keluarga untuk membantu dalam kegiatan usahatani yang
tentunya sesuai dengan kebutuhan dari tahap proses produksi yang dilakukan pada
usahatani tersebut. Banyaknya tenaga kerja rumahtangga petani mengalokasikan
waktunya pada kegiatan non pertanian cenderung akan menurunkan alokasi curahan
kerja pada kegiatan usahatani, sehingga rumahtangga menyewa tenaga kerja luar
keluarga sehingga akan meningkatkan total penggunaan tenaga kerja luar keluarga
baik tenaga kerja pria maupun wanita, permintaan tenaga kerja luar keluarga pada
umumnya tergantung dari tahap-tahap kegiatan produksi yang dilakukan dalam
usahatani. Ada indikasi bahwa peningkatan penggunaan tenaga kerja luar keluarga
terjadi substitusi dengan tenaga kerja pria dalam keluarga yang bekerja diusahatani,
sehingga anggota rumahtangga petani dapat melakukan pekerjaan diluar usahataninya.
Transformasi ke non pertanian berdampak pada peningkatan total pendapatan
rumahtangga karena adanya pendapatan yang berasaldari kegiatan non pertanian selain
dari penghasilan rumahtangga selain dari usahataninya. Hal ini juga dapat
meningkatkan pendapatan rumahtangga yang siap untuk dibelanjakan yang digunakan
rumahtangga petani untuk pencapaian kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan.
Adanya peningkatan kansumsi rumahtangga berasal dari konsumsi pangan dan pangan
dapat meningkatkan total pengeluaran rumahtangga. Selain adanya pengeluaran
rumahtangga berupa konsumsi pangan dan non pangan, juga adanya pengeluaran
untuk investasi dan tabungan. Dengan meningkatnya total pendapatan rumahtangga
diharapkan akan dapat meningkatkan investasi dan tabungan dalam rumahtangga
petani.
Peningkatan total pendapatan rumahtangga juga dapat mendukung pekerjaan
pertanian yang dilakukan sehingga akan berdampak pada eksistensi pertanian wilayah
pedesaan terutama di lokasi penelitian dilakukan. dan dapat memberikan dampak
meningkatnya kesejahteraan rumahtangga petani. Meningkatnya pendapatan yang siap
dibelanjakan dalam rumahtangga akan dapat memicu adanya permintaan terhadap
produk barang dan jasa (daya beli terhadap barang non pangan menjadi lebih tinggi),
ada kecenderungan makin rendah proporsi pengeluaran rumahtngga terhadap
konsumsi pangan). Mangkuprawira (1985) menjelaskan bahwa pendapatan
rumahtangga dipakai untuk kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan, serta
94
pengeluaran untuk investasi dan tabungan. Proporsi pendapatan yang digunakan untuk
konsumsi dapat dipakai sebagai ukuran kesejahteraan rumahtangga. Singh et al (1986)
menambahkan bahwa secara teoritis, kesejahteraan rumahtangga petani dapat diukur
dari jumlah barang yang dikonsumsi, baik barang yang dikonsumsi yang dibeli di
pasar, maupun barang yang dihasilkan dari usahataninya sendiri dan waktu yang
dgunakan dalam rumahtangga. Newman dan Kingham (2015) menyebutkan bahwa
indikator kesejahtraan dapat dilihat dari belanja/konsumsi non pangan dan aset yang
dimiliki oleh rumahtangga.
Simpulan
1. Transformasi dari sektor pertanian ke non pertanian merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Jika pemerintah ingin tetap meningkatkan kesejahteraan
rumahtangga petani, hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan upah
sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga dari usahatani padi,
dan tentunya akan meningkatkan total pendapatan rumahtangga dan pendapatan
yang siap dibelanjakan. Dengan meningkatnya pendapatan siap dibelanjakan akan
95
DAFTAR PUSTAKA
Adeyonu AG dan Oni OA. 2014. Gender Time Allocation and Farming Households
Poverty in Rural Nigeria. World Journal of Agricultural Sciences; 2(5):123-126.
Anim FD. 2011. Factor Affecting Rural Household Farm Labour Supply in Farming
Communities of South Africa. J Human Ecology; 34(1):23-28.
Asmarantaka RW. 2007. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Di Tiga
Desa Pangan dan Perkebunan Di Provinsi Lampung [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Aubert P and B Crépon. 2007. Are Older Workers Less Productive?Firm- Level
Evidence on Age-Productivity and Age-Wage Profiles. JEL classification: J24,
J31.
Aykac A. 2007. Labor Transformation through the Prism of the Household: Evidence
from the Turkish Tourism Industry. New Perspectives on Turkey; (37):87-113.
Bagamba F, Burger K, Kuyvenhoven A. Agst 2009. Determinant of Smallholder
Farmer Labor Allocation Decisions in Uganda. IFPRI, forthcoming.
Balcha Y. 2013. Prospects Of Transforming Subsistence Agriculture Into Sustainable
Livelihoods: A Case-Study Of The Ribb Sub-Catchment, Ethiopia [tesis].
Ethiopia (ET): Uppsala University.
[Bapennas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Memantapkan
Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Yang
Berkeadilan. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta (ID):
Bapennas.
Barrett CB, Christiaensen L, Sheahan M dan Shimeles A. 2015. The Structural
Transformation of Rural Africa: on the Current State of African Food System
and Rural Non-Farm Economies. The African Economic Research Consortium’s
Biannual Research Workshop; 2015 Nov; Addis Ababa, Ethiopia;1-20.
Barnum HN dan Squire L. 1978. An Econometric Application of the Theory of the
Farm-Household. Journal of Development Economics; 6:79-102.
96
Becker GS. 1965. A Theory of the Allocation of Time. The Economic Journal;
75(2):493-517.
__________. 1976.The Economic Approach to Human Behavior. Chicago (US): The
University of Chicago Press.
__________. 1985. Human Capital, Effort and the Sexual Division of Labor. Journal
of Labor Economics; 3(1):33-58.
Bedemo A, Getnet K dan Kassa B. 2013. Determinants of Household Demand for and
Supply of Farm Labour in Rural Ethiopia. Australian Journal of Labour
Economics; 16(3):351-367.
Benjamin D. 1992. Household Composition, Labor Markets, and Labor Demand:
Testing for Separation in Agricultural Household Models. Econometrica;
60(2):287-322.
Bignebat C, Bosc P dan Perrier-Cornet P. 2015. A Labour-Based Approach to the
Analysis of Structural Transformation: Application to French Agricultural
Holding 2000. De la Societe Francaise d’Economie Rurale; 2015 Feb 12-13;
Rennes, Perancis; 1-19.
[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2011. Rencana
Strategis Tahun 2010 – 2014 Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian. Jakarta (ID): BPPSDMP.
[BPS] Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2013. Hasil Sensus Pertanian ST2013.
Palu (ID): BPS.
____. 2012. Indikator Tenaga Kerja Sulawesi Tengah. Palu (ID): BPS.
____. 2013. Indikator Tenaga Kerja Sulawesi Tengah. Palu (ID): BPS.
____. 2013. Sulawesi Tengah dalam Angka. Palu (ID): BPS.
____. 2013. Indeks Tendensi Konsumen Sulawesi Tengah. Palu (ID): BPS.
____. 2013. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sulawesi Tengah. Palu (ID): BPS.
____. 2013. Statistik Tanaman Pangan Sulawesi Tengah. Palu (ID): BPS.
____. 2014. Statistik Daerah Kabupaten Sigi. Palu (ID): BPS.
Bustos P, Caprettini B dan Ponticelliy J. 2014. Agricultural Productivity and Structural
Transformation. Evidence from Brazil. American Economic Review; 106(6):14-
16.
Bryant WK. 1990. The Economic Organization of The Household. New York (US):
Cambridge University Press.
Bryceson DF, Kay C dan Mooij J. 2000. African Peasants’ Centrality and Marginality:
Rural Labour Transformations. IT Publications; 37-63.
Caselli F dan II WJC. 2001. The U.S. Structural Transformation and Regional
Convergence: A Reinterpretation.Journal of Political Economy; 109(3): 584-
616.
Chang YM, Huang BW dan Chen YJ. 2012 ,Labor Supply, Income, and Welfare of
the Farm Household. Labour Economics; 19(3):427-437.
97
Annual Conference of the Indian Society of Labour Economics (ISLE); 2014 Des
17; Ranchi, Jharkhand.
Kusnadi N. 2005. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani dalam Pasar Persaingan
Tidak Sempurna Di Beberapa Provinsi di Indonesia [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga
dalam Kegiatan Kegiatan Ekonomi Rumahtangga: Studi Kasus di Dua Tipe Desa
di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Matshe Idan Young T. 2004. Off-Farm Labour Allocation Decisions in Small-
ScaleRural Households in Zimbabwe. Agricultural Economics;(30):175-186.
Mishra AK, Goodwin BK. 1997. Farm Income Variability and The Supply of Off-
Farm Labor. American Journal of Agricultural Economics;79:880-887.
Monostori J. 2009. Work, Leisur, Time Allocation. Tárki European Social Report;
83-96.
Mu R dan van de Walle D. 2011. Left Behind to Farm?Women’s Labor Re-Allocation
in Rural China.Labour Economics; 18:83-97.
Nakajima C. 1986. Subjective Equilibrium Theory of The Farm Household.
Amsterdam (EN): Elsevier Science Publisher.
Newman C dan Kinghan C. Agus 2015. Economic Transformation and the
Diversification of Livelihoods in Rural Viet Nam. WIDER, forthcoming.
Norton GW, Alwang J dan Masters WA. 2010. Economics of Agricultural
Development.World Food System and Resource Use. New York (US):
Routledge.
Novita S dan Mukhyar F. 2011. Kajian: Pola Pengeluaran Pangan Rumahtangga Petani
Padi Sawah di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis
Perdesaan; 1(4):275-284.
Peou C. 2016. Negotiating Rural-Urban Transformaton and Life Course Fluidity:
Rural Young People and Urban Sojourn in Contemporary Cambodia. Journal of
Rural Studies; 44: 177-186.
Pindyck RS dan Rubinfiend DL. 1991. Econometric Models and Economic Forecast.
Third Edition.Singapura (SG): Mc Gram Hill International Book Editions.
[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Statistik SDM Pertanian
dan Kelembagaan Petani. Jakarta (ID):Pusat Data dan Sistem Informasi
PertanianSekretaris Jenderal – KementerianPertanian.
Purwantini TB dan Ariani M. 2008. Pola Pengeluaran dan Konsumsi Pangan pada
Rumahtangga Petani Padi.Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan:
Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani; 2008 Nov 19;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Departemen Pertanian;1-16.
100
LAMPIRAN
103
Lampiran 1 Program Pendugaan model dan hasil untuk setiap peubah endogen pada
persamaan simultan 2 SLS
Option nodate nonumber;
Proc import datafile="c:/Users/Sony/Documents/dataDdiVIoEMY/REV27517/27517.xls"
Out =simultan
Dbms =excel
Replace;
Sheet ='27mei';
Getnames=yes;
Run;
Data model2;
Set simultan;
CKRTUT1 = CKPUT1+CKWUT1;
CKRTUT2 = CKPUT2+CKWUT2;
CKRTNP1 = CKPNP1+CKWNP1;
CKRTNP2 = CKPNP2+CKWNP2;
RCKRTNP1 = CKRTNP1/CKRTUT1;
RCKRTNP2 = CKRTNP2/CKRTUT2;
TRANSF = RCKRTNP2-RCKRTNP1;
CKUT1 = CKRTUT1+TKLK1;
CKUT2 = CKRTUT2+TKLK2;
BBH1 = JB1*HBr1;
TBP1 = JP1*HPr1;
TBR1 = JR1*HRr1;
BBH2 = JB2*HBr2;
TBP2 = JP2*HPr2;
TBR2 = JR2*HRr2;
BSPR1 = BBH1+TBP1+TBR1;
BSPR2 = BBH2+TBP2+TBR2;
BTKr1 = TKLK1*UTKPr1;
BTKr2 = TKLK2*UTKPr2;
BPUT1 = BTKr1+BSPR1;
BPUT2 = BTKr2+BSPR2;
PNRTU1 = PROD1*HJPr1;
PNRTU2 = PROD2*HJPr2;
PDRTU1 = PNRTU1-BPUT1;
PDRTU2 = PNRTU2-BPUT2;
PDTNP1 = PPNPr1+PWNPr1;
PDTNP2 = PPNPr2+PWNPr2;
PDTRT1 = PDRTU1+PDTNP1;
PDTRT2 = PDRTU2+PDTNP2;
PND1 = PDTRT1-PBDBr1;
PND2 = PDTRT2-PBDBr2;
KTL1 = KPr1+KNPr1;
KTL2 = KPr2+KNPr2;
INV1 = IPROr1+IPENr1;
INV2 = IPROr2+IPENr2;
PGTK1 = KTL1+INV1;
PGTK2 = KTL2+INV2;
TAB1 = PND1-PGTK1;
TAB2 = PND2-PGTK2;
Instruments UPNPr1 UPNPr2 UWNPr1 UWNPr2 LL1 LL2 PP1 PP2 PW1 PW2 HBr2 HPr2 HRr2 HJPr2
IPROr2 UTKPr2 JAB1 JAB2 JAS2 PBDBr2 TKLK1 TKLKW1;
/*persamaan struktural*/
/*Blok Transformasi Tenaga Kerja Ke Non Pertanian*/
Identity TRANSF = TRANSF+0;
/*Blok Penawaran/Curahan Kerja Dalam Rumahtangga Usahatani Padi*/
Eq1: model CKPUT1 = CKPNP1 LL1 CKWUT1 TKLK1/DW;
Eq2: model CKWUT1 = CKWNP1 LL1 CKPUT1 JAB1 TKLKW1/DW;
106
Model
EQ1
Dependent Variable ckput1
Label Curahan kerja pria pada usahatani 2008
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr
> F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.273657
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.294129
111
Model
EQ2
Dependent Variable
ckwut1
Label Curahan kerja wanita pada usahatani 2008
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr
> F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.822259
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.084825
112
Model
EQ3
Dependent Variable
ckput2
Label Curahan kerja pria pada usahatani 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.232847
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation -0.12263
113
Model
EQ4
Dependent Variable
ckwut2
Label Curahan kerja wanita pada usahatani 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.091891
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation -0.05516
114
Model
EQ5
Dependent Variable
TKLKP2
Label Curahan tenaga kerja pria luar keluarga
2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F
Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.583372
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.206312
115
Model
EQ6
Dependent Variable
TKLKW2
Label Curahan tenaga kerja wanita luar keluarga
2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.50462
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.241877
116
Model
EQ7
Dependent Variable
ckpnp1
Label Curahan kerja pria pada non petanian 2008
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Parameter Standard
Variable
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label
Durbin-Watson 1.500488
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.248804
117
Model
EQ8
Dependent Variable
ckwnp1
Label Curahan kerja wanita pada non pertanian 2008
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.78605
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.10584
118
Model
EQ9
Dependent Variable Curahan Kerja Pria Non Pertanian
2015
Label
ckpnp2
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.447135
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.273552
119
Model
EQ10
Dependent Variable
ckwnp2
Label Curahan kerja wanita pada non pertanian 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.598418
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.199203
120
Model EQ11
Dependent Variable PROD2
Label Produksi usahatani 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F
Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.969372
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.014699
121
Model EQ12
Dependent Variable JB2
Label Jumlah benih 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F
Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.715421
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.138185
122
Model EQ13
Dependent Variable JP2
Label Jumlah pupuk 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value
Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.34517
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation -0.19821
123
Model EQ14
Dependent Variable JR2
Label Jumlah racun 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F
Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.065185
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation -0.03476
124
Model
EQ15
Dependent Variable
PDTNP2
Label Pendapatan total rumahtangga non pertanian 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr
> F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.88282
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.054836
125
Model
EQ16
Dependent Variable KPr2
Label Konsumsi riil pangan 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F
Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.601441
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.197161
126
Model
EQ17
Dependent Variable KNPr2
Label Konsumsi riil non pangan 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F
Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.912733
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation 0.038582
127
Model
EQ18
Dependent Variable IPENr2
Label Investasi riil pendidikan 2015
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr
> F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.105827
Number of Observations 96
First-Order Autocorrelation -0.05379
128
Instruments UPNPr1 UPNPr2 UWNPr1 UWNPr2 LL1 LL2 PP1 PP2 PW1 PW2 HBr2 HPr2 HRr2 HJPr2 IPROr2
UTKPr2 JAB1 JAB2 JAS2 PBDBr2 TKLK1 TKLKW1;
PARM
a0 87.99543 a1 -0.09612 a2 0.005015 a3 -0.52861 a4 -0.48773
b0 59.13902 b1 -0.01904 b2 0.004627 b3 -0.60547 b4 -14.1939 b5 -0.89302
c0 58.44249 c1 -0.00007 c2 0.002713 c3 -0.18461 c4 -0.39530
d0 32.52726 d1 -3.87E-6 d2 0.002119 d3 -0.53759 d4 -0.58368 d5 8.73E-7
e0 97.69325 e1 -0.00163 e2 0.000150 e3 -0.65954 e4 0.004679 e5 1.260417
f0 5.524972 f1 -0.19377 f2 0.002798 f3 3.731178
g0 121.5339 g1 0.000742 g2 4.548591 g3 -0.92054
h0 10.33937 h1 0.002553 h2 2.017615 h3 -0.20982
i0 84.50611 i1 0.001105 i2 10.01109 i3 -1.31266
j0 6.412716 j1 0.000028 j2 7.575478 j3 -0.36307
k0 -1607.70 k1 0.320906 k2 92.13449 k3 -2.76950
l0 25.44602 l1 -0.00128 l2 0.000739 l3 9.1E-7
m0 158.7450 m1 -0.06929 m2 0.001456 m3 8.578E-6
n0 4.780237 n1 -0.00005 n2 0.000267 n3 1.072E-8
o0 -6813467 o1 94.95412 o2 548656.2 o3 186706.1 o4 3854370
p0 6697512 p1 0.055610 p2 -0.41756 p3 369349.9
q0 4812093 q1 0.053936 q2 -1.03056 q3 88768.57
r0 28428.58 r1 -0.06903 r2 318720.1 r3 4692.382;
131
/*persamaan struktural*/
/*Blok Transformasi Tenaga Kerja Ke Non Pertanian*/
TRANSF = (CKRTNP2/CKRTUT2)-(CKRTNP1/CKRTUT1);
/*Blok Penawaran/Curahan Kerja Dalam Rumahtangga Usahatani Padi*/
CKPUT1 = a0 + a1*CKPNP1 + a2*LL1 + a3*CKWUT1 + a4*TKLK1;
CKWUT1 = b0 + b1*CKWNP1 + b2*LL1 + b3*CKPUT1 + b4*JAB1 + b5*TKLKW1;
CKRTUT1 = CKPUT1 + CKWUT1;
CKPUT2 = c0 + c1*UPNPr2 + c2*LL2 + c3*TKLKP2 + c4*CKWUT2;
CKWUT2 = d0 + d1*UWNPr2 + d2*LL2 + d3*TKLKW2 + d4*CKPUT2 + d5*PGTK2;
CKRTUT2 = CKPUT2 + CKWUT2;
/*Blok Permintaan/Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi*/
TKLKP2 = e0 + e1*UTKPr2 + e2*UPNPr2 + e3*TKLKW2 + e4*LL2 + e5*TRANSF;
TKLKW2 = f0 + f1*TKLKP2 + f2*LL2 + f3*TRANSF;
TKLK2 = TKLKP2 + TKLKW2;
/*Blok Curahan Kerja Dalam Rumahtangga Non Pertanian*/
CKPNP1 = g0 + g1*UPNPr1 + g2*PP1 + g3*CKRTUT1;
CKWNP1 = h0 + h1*UWNPr1 + h2*PW1 + h3*CKRTUT1;
CKRTNP1 = CKPNP1 + CKWNP1;
CKPNP2 = i0 + i1*UPNPr2 + i2*PP2 + i3*CKRTUT2;
CKWNP2 = j0 + j1*UWNPr2 + j2*PW2 + j3*CKRTUT2;
CKRTNP2 = CKPNP2 + CKWNP2;
/*Blok Produksi*/
PROD2 = k0+ k1*LL2 + k2*JB2 + k3*TRANSF;
/*Blok Biaya Produksi Usahatani*/
JB2 = l0 + l1*HBr2 + l2*LL2 + l3*PDRTU2;
BBH2 = JB2*HBr2;
JP2 = m0 + m1*HPr2 + m2*LL2 + m3*PDRTU2;
TBP2 = (JP2*HPr2) + BPLr2;
JR2 = n0 + n1*HRr2 + n2*LL2 + n3*PND2;
TBR2 = JR2*HRr2;
BTKr2 = TKLK2*UTKPr2;
BPUT2 = BBH2 + TBP2 + TBR2 + BTKr2;
/*Blok Pendapatan Rumahtangga*/
PNRTU2 = PROD2*HJPr2;
PDRTU2 = PNRTU2 - BPUT2;
PDTNP2 = o0 + o1*UPNPr2 + o2*PP2 + o3*PW2 + o4*TRANSF;
PDTRT2 = PDRTU2 + PDTNP2;
PND2 = PDTRT2 - PBDBr2;
/*Blok Pengeluaran Rumahtangga*/
KPr2 = p0 + p1*PND2 + p2*INV2 + p3*TRANSF;
KNPr2 = q0 + q1*PND2 + q2*IPENr2 + q3*TRANSF;
KTL2 = KPr2 + KNPr2;
IPENr2 = r0 + r1*IPROr2 + r2*JAS2 + r3*TRANSF;
INV2 = IPENr2 + IPROr2;
PGTK2 = KTL2 + INV2;
TAB2 = PND2 - PGTK2;
Run;
132
Model Summary
Model Variables 37
Endogenous 37
Parameters 81
Equations 37
Number of Statements 37
DATA = VALIDASI
OUT = HASILVALIDASI
Solution Summary
Variables Solved 37
Solution Method NEWTON
CONVERGE = 1E-8
Maximum CC 4.226E-9
Maximum Iterations 4
Total Iterations 290
Average Iterations 3.020833
Observations Processed
Read 96
Solved 96
133
Statistics of fit
TRANSF 95 . . . . . . . . .
ckput1 95 0.0622 0.82 0.00 0.01 0.99 0.05 0.95 0.5595 0.2981
ckput2 95 0.1428 0.77 0.00 0.02 0.98 0.05 0.95 0.6223 0.3322
ckwut1 95 . . . . . . . . .
ckwut2 95 . . . . . . . . .
136
TKLKP2 95 . . . . . . . . .
TKLKW2 95 . . . . . . . . .
TKLK2 95 0.1544 0.81 0.00 0.01 0.99 0.06 0.94 0.5681 0.3052
CKRTUT1 95 0.0201 0.95 0.00 0.02 0.98 0.10 0.90 0.3214 0.1691
CKRTUT2 95 0.0918 0.80 0.00 0.01 0.99 0.04 0.96 0.5894 0.3132
ckpnp1 95 . . . . . . . . .
ckwnp1 95 . . . . . . . . .
ckpnp2 95 . . . . . . . . .
ckwnp2 95 . . . . . . . . .
CKRTNP1 95 . . . . . . . . .
CKRTNP2 95 . . . . . . . . .
JB2 95 0.0158 0.97 0.00 0.06 0.94 0.14 0.86 0.2546 0.1336
BBH2 95 0.0157 0.95 0.00 0.03 0.97 0.10 0.90 0.2968 0.1557
JP2 95 0.4488 0.90 0.00 0.04 0.96 0.17 0.82 0.4279 0.2345
TBP2 95 1.2553 0.74 0.09 0.15 0.76 0.00 0.91 0.7373 0.3489
JR2 95 . . . . . . . . .
TBR2 95 . . . . . . . . .
BTKr2 95 0.1544 0.81 0.00 0.01 0.99 0.06 0.94 0.5679 0.3050
BPUT2 95 0.1202 0.85 0.00 0.01 0.99 0.04 0.96 0.5105 0.2683
PROD2 95 0.0646 0.97 0.00 0.00 1.00 0.01 0.99 0.2267 0.1145
PNRTU2 95 0.0640 0.97 0.00 0.00 1.00 0.01 0.99 0.2260 0.1143
PDRTU2 95 0.1625 0.97 0.00 0.02 0.98 0.00 1.00 0.2383 0.1188
PDTNP2 95 . . . . . . . . .
PDTRT2 95 0.6369 0.72 0.01 0.22 0.77 0.01 0.98 0.7535 0.3576
PND2 95 0.6415 0.72 0.01 0.23 0.77 0.02 0.98 0.7540 0.3574
KPr2 95 0.1099 0.71 0.00 0.02 0.98 0.08 0.92 0.6979 0.3857
KNPr2 95 0.1082 0.65 0.00 0.04 0.96 0.06 0.94 0.7684 0.4221
KTL2 95 0.0734 0.65 0.00 0.06 0.94 0.04 0.96 0.7791 0.4219
IPENr2 95 . . . . . . . . .
INV2 95 0.0509 1.00 0.01 0.53 0.45 0.55 0.44 0.0368 0.0187
PGTK2 95 0.0677 0.64 0.00 0.08 0.92 0.03 0.97 0.7962 0.4277
TAB2 95 72.6089 1.00 0.05 0.49 0.46 0.51 0.44 0.0662 0.0339
BSPR2 = BBH2+TBP2+TBR2;
BTKr1 = TKLK1*UTKPr1;
BTKr2 = TKLK2*UTKPr2;
BPUT1 = BTKr1+BSPR1;
BPUT2 = BTKr2+BSPR2;
PNRTU1 = PROD1*HJPr1;
PNRTU2 = PROD2*HJPr2;
PDRTU1 = PNRTU1-BPUT1;
PDRTU2 = PNRTU2-BPUT2;
PDTNP1 = PPNPr1+PWNPr1;
PDTNP2 = PPNPr2+PWNPr2;
PDTRT1 = PDRTU1+PDTNP1;
PDTRT2 = PDRTU2+PDTNP2;
PND1 = PDTRT1-PBDBr1;
PND2 = PDTRT2-PBDBr2;
KTL1 = KPr1+KNPr1;
KTL2 = KPr2+KNPr2;
INV1 = IPROr1+IPENr1;
INV2 = IPROr2+IPENr2;
PGTK1 = KTL1+INV1;
PGTK2 = KTL2+INV2;
TAB1 = PND1-PGTK1;
TAB2 = PND2-PGTK2;
/*Simulasi*/
LL2 = 0.96*LL2;
Instruments UPNPr1 UPNPr2 UWNPr1 UWNPr2 LL1 LL2 PP1 PP2 PW1 PW2 HBr2 HPr2 HRr2 HJPr2 IPROr2
UTKPr2 JAB1 JAB2 JAS2 PBDBr2 TKLK1 TKLKW1;
PARM
a0 87.99543 a1 -0.09612 a2 0.005015 a3 -0.52861 a4 -0.48773
b0 59.13902 b1 -0.01904 b2 0.004627 b3 -0.60547 b4 -14.1939 b5 -0.89302
c0 58.44249 c1 -0.00007 c2 0.002713 c3 -0.18461 c4 -0.39530
d0 32.52726 d1 -3.87E-6 d2 0.002119 d3 -0.53759 d4 -0.58368 d5 8.73E-7
e0 97.69325 e1 -0.00163 e2 0.000150 e3 -0.65954 e4 0.004679 e5 1.260417
f0 5.524972 f1 -0.19377 f2 0.002798 f3 3.731178
g0 121.5339 g1 0.000742 g2 4.548591 g3 -0.92054
h0 10.33937 h1 0.002553 h2 2.017615 h3 -0.20982
i0 84.50611 i1 0.001105 i2 10.01109 i3 -1.31266
j0 6.412716 j1 0.000028 j2 7.575478 j3 -0.36307
k0 -1607.70 k1 0.320906 k2 92.13449 k3 -2.76950
l0 25.44602 l1 -0.00128 l2 0.000739 l3 9.1E-7
m0 158.7450 m1 -0.06929 m2 0.001456 m3 8.578E-6
n0 4.780237 n1 -0.00005 n2 0.000267 n3 1.072E-8
o0 -6813467 o1 94.95412 o2 548656.2 o3 186706.1 o4 3854370
p0 6697512 p1 0.055610 p2 -0.41756 p3 369349.9
q0 4812093 q1 0.053936 q2 -1.03056 q3 88768.57
r0 28428.58 r1 -0.06903 r2 318720.1 r3 4692.382;
/*persamaan struktural*/
/*Blok Transformasi Tenaga Kerja Ke Non Pertanian*/
TRANSF = (CKRTNP2/CKRTUT2)-(CKRTNP1/CKRTUT1);
Model Summary
Model Variables 37
Endogenous 37
Parameters 81
Equations 37
Number of Statements 37
DATA = SIMULASI
OUT = HASILSIMULASI1
Solution Summary
Variables Solved 37
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 4.762E-9
Maximum Iterations 4
Total Iterations 291
Average Iterations 3.03125
Observations Processed
Read 96
Solved 96
142
Descriptive Statistics
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label
rumahtangga non
pertanian 2015
PDTRT2 96 96 20891560 12147347 19829920 7789751 Pendapatan total
rumahtangga 2015
PND2 96 96 20875275 12146182 19813634 7788138 Pendapatan siap
dibelanjakan 2015
KPr2 96 96 8267143 2307342 8147614 597129 Konsumsi riil
pangan 2015
KNPr2 96 96 5824033 1698522 5752943 526532 Konsumsi riil non
pangan 2015
KTL2 96 96 14091175 3394627 13900557 1083263 Konsumsi total 2015
IPENr2 96 96 263276 296073 262505 284237 Investasi riil
pendidikan 2015
INV2 96 96 588754 365545 587982 355948 Investasi 2015
PGTK2 96 96 14679929 3395686 14488539 1081277 Pengeluaran total
rumahtangga 2015
TAB2 96 96 6195346 11054619 5325095 6811818 Tabungan 2015
Statistics of fit
TRANSF 96 2.3482 0.18 0.01 0.13 0.86 0.16 0.83 0.6708 0.3746
ckput1 96 374.5 0.57 0.00 0.02 0.98 0.14 0.86 0.2308 0.1166
ckput2 96 287.0 0.49 0.00 0.00 1.00 0.30 0.69 0.2741 0.1404
ckwut1 96 449.9 0.41 0.00 0.06 0.94 0.15 0.85 0.5551 0.2936
ckwut2 96 258.9 -0.21 0.00 0.20 0.80 0.44 0.56 0.7617 0.4336
TKLKP2 96 538.1 0.63 0.00 0.00 1.00 0.18 0.82 0.3469 0.1796
TKLKW2 96 320.0 0.33 0.01 0.02 0.97 0.30 0.69 0.6216 0.3496
TKLK2 96 519.4 0.78 0.02 0.00 0.98 0.13 0.85 0.2520 0.1304
CKRTUT1 96 211.0 0.89 0.00 0.06 0.94 0.24 0.76 0.1258 0.0634
CKRTUT2 96 406.6 0.43 0.00 0.00 1.00 0.43 0.57 0.2614 0.1334
ckpnp1 96 5607.8 0.44 0.00 0.00 1.00 0.38 0.62 0.6105 0.3405
ckwnp1 96 656.6 0.86 0.00 0.00 1.00 0.07 0.93 0.4633 0.2452
ckpnp2 96 7738.1 0.44 0.00 0.00 1.00 0.39 0.61 0.5066 0.2715
ckwnp2 96 5006.3 0.34 0.00 0.00 1.00 0.55 0.45 0.7780 0.4807
CKRTNP1 96 6753.8 0.58 0.00 0.01 0.99 0.19 0.81 0.5465 0.2942
CKRTNP2 96 12665.0 0.52 0.00 0.02 0.98 0.48 0.52 0.4799 0.2575
JB2 96 14.9269 0.94 0.03 0.01 0.97 0.06 0.91 0.1097 0.0555
BBH2 96 2.9561E8 0.92 0.02 0.02 0.96 0.11 0.86 0.1119 0.0567
JP2 96 3222.2 0.80 0.01 0.01 0.98 0.20 0.79 0.3111 0.1624
TBP2 96 2.699E10 0.44 0.12 0.51 0.38 0.11 0.77 0.7171 0.3074
JR2 96 1.6565 0.80 0.00 0.00 1.00 0.13 0.87 0.4801 0.2562
TBR2 96 1.57E10 0.78 0.00 0.00 1.00 0.11 0.89 0.4937 0.2617
BTKr2 96 9.377E11 0.73 0.02 0.00 0.98 0.18 0.80 0.2613 0.1355
BPUT2 96 9.643E11 0.79 0.01 0.00 0.99 0.10 0.89 0.2309 0.1180
PROD2 96 461744 0.96 0.05 0.00 0.95 0.03 0.92 0.1459 0.0745
PNRTU2 96 5.027E12 0.97 0.05 0.00 0.95 0.03 0.92 0.1456 0.0744
PDRTU2 96 4.116E12 0.96 0.04 0.00 0.95 0.03 0.92 0.1773 0.0909
PDTNP2 96 1.025E14 0.36 0.00 0.02 0.97 0.28 0.72 0.6316 0.3549
PDTRT2 96 9.84E13 0.58 0.01 0.01 0.98 0.19 0.80 0.4110 0.2184
PND2 96 9.84E13 0.58 0.01 0.01 0.98 0.19 0.80 0.4113 0.2185
KPr2 96 4.966E12 0.25 0.00 0.00 1.00 0.58 0.41 0.2597 0.1331
KNPr2 96 2.592E12 0.31 0.00 0.00 1.00 0.52 0.47 0.2655 0.1360
KTL2 96 1.04E13 0.30 0.00 0.00 1.00 0.51 0.49 0.2225 0.1134
IPENr2 96 6.7401E9 0.96 0.00 0.00 1.00 0.02 0.98 0.2078 0.1051
INV2 96 6.7401E9 0.97 0.00 0.00 1.00 0.01 0.99 0.1186 0.0596
PGTK2 96 1.041E13 0.30 0.00 0.00 1.00 0.51 0.49 0.2142 0.1090
TAB2 96 8.735E13 0.54 0.01 0.01 0.98 0.20 0.79 0.7405 0.4400
145
TRANSF 95 . . . . . . . . .
ckput1 95 0.0622 0.82 0.00 0.01 0.99 0.05 0.95 0.5595 0.2981
ckput2 95 0.1424 0.77 0.00 0.01 0.98 0.05 0.95 0.6214 0.3348
ckwut1 95 . . . . . . . . .
ckwut2 95 . . . . . . . . .
TKLKP2 95 . . . . . . . . .
TKLKW2 95 . . . . . . . . .
TKLK2 95 0.1556 0.81 0.01 0.00 0.99 0.08 0.92 0.5702 0.3106
CKRTUT1 95 0.0201 0.95 0.00 0.02 0.98 0.10 0.90 0.3214 0.1691
CKRTUT2 95 0.0918 0.80 0.00 0.01 0.99 0.05 0.95 0.5895 0.3156
ckpnp1 95 . . . . . . . . .
ckwnp1 95 . . . . . . . . .
ckpnp2 95 . . . . . . . . .
ckwnp2 95 . . . . . . . . .
CKRTNP1 95 . . . . . . . . .
CKRTNP2 95 . . . . . . . . .
JB2 95 0.0173 0.97 0.03 0.10 0.87 0.19 0.77 0.2670 0.1423
BBH2 95 0.0169 0.95 0.02 0.05 0.92 0.14 0.83 0.3085 0.1643
JP2 95 0.4620 0.90 0.01 0.06 0.93 0.21 0.78 0.4341 0.2417
TBP2 95 1.2300 0.74 0.07 0.14 0.79 0.00 0.93 0.7298 0.3500
JR2 95 . . . . . . . . .
TBR2 95 . . . . . . . . .
BTKr2 95 0.1556 0.81 0.01 0.00 0.99 0.08 0.92 0.5700 0.3105
BPUT2 95 0.1205 0.85 0.00 0.00 1.00 0.06 0.94 0.5111 0.2728
PROD2 95 0.0681 0.97 0.04 0.02 0.95 0.06 0.90 0.2328 0.1205
PNRTU2 95 0.0677 0.97 0.04 0.02 0.94 0.07 0.90 0.2325 0.1205
PDRTU2 95 0.1627 0.97 0.02 0.00 0.98 0.02 0.95 0.2385 0.1221
PDTNP2 95 . . . . . . . . .
PDTRT2 95 0.6198 0.72 0.00 0.20 0.79 0.01 0.99 0.7433 0.3570
PND2 95 0.6239 0.72 0.00 0.21 0.79 0.01 0.99 0.7436 0.3566
KPr2 95 0.1099 0.71 0.00 0.02 0.98 0.08 0.92 0.6980 0.3857
KNPr2 95 0.1082 0.65 0.00 0.04 0.96 0.06 0.94 0.7684 0.4226
KTL2 95 0.0734 0.65 0.00 0.06 0.94 0.04 0.96 0.7793 0.4221
IPENr2 95 . . . . . . . . .
INV2 95 0.0505 1.00 0.01 0.53 0.46 0.54 0.45 0.0367 0.0186
PGTK2 95 0.0677 0.63 0.00 0.08 0.92 0.03 0.97 0.7964 0.4279
TAB2 95 212.1 1.00 0.03 0.80 0.17 0.81 0.15 0.1132 0.0597
146
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Baru, Kalimantan Selatan pada tanggal 25 November 1969,
merupakan anak ke empat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Zainuddin
Munier (Alm) dan Ibu Siti Nurhayati. Penulis menikah tahun 2004 dengan Mahmuddin
Usman Jumba dan tahun 2008 dikaruniai seorang putra tercinta Muhammad Fahrin
Mawa’Ariddin.
Sejak tahun 1999 hinga saat ini bekerja sebagai peneliti pada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah, Badan Litbang Pertanian, Kementerian
Pertanian.