Mklah Ijma'
Mklah Ijma'
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian Ijma’ ?
2. Bagaimana syarat-syarat Ijma’ ?
3. Apa saja macam-macam Ijma’ ?
4. Apa saja rukun-rukun Ijma’ ?
5. Bagaimana kehujjahannya Ijma’ ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pegertian Ijma’
2. Untuk mengetahui syarat-syarat Ijma’
3. Untuk mengetahui macam-macam Ijma’
4. Untuk mengetahui rukun-rukun Ijma’
5. Untuk mengetahui kehujjahannya Ijma
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijma’
Secara etimologi ijma’ berasal dari kata Ajma’a, yujmi’u, ijma’atan, yang
artinya“bersetuju, bersatu pendapat, bersepakat”dalam hal ini dapat di lihat
dalam Al-Qur’an Surat yusuf ayat 151.
B. Syarat-Syarat Ijma’
1. Yang bersepakat adalah mujtahid
2. Yang bersepakat adalah seluruh mujtahid
1
http://syaeful-amru.blogspot.co.id/2012/05/makalah-ushul-fiqih-tentang-ijma.html
2
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)Hlm. 49
3
3. Para mujtahid harus umat Muhammad saw
4. Dilakukan setelah wafatnya nabi
5. Kesepakatan mereka harus berhubungan dengan syari’at3
C. Macam-Macam Ijma’
a. Ijma’ Sharih
Semua mujtahid mengemukakan pendapat mereka masing-masing
kemudian menyepakati salah satunya. Hal ini bisa terjadi bila semua
mujtahid berkumpul disuatu tempat, kemudian masing-masing
mengeluarkan pendapat terhadap masalah yang igin diketahui ketetapan
hukumnya. Kemudian menyepakati salah satu dari berbagai pendapat yang
mereka keluarkan tersebut.
b. Ijma’ Sukuti
Pendapat sebagian ulama tentang suatu masalah yang diketahui oleh para
mujtahid lainnya, tapi mereka diam tidak menyepakati ataupun menolak
pendapat tersebut secara jelas. Ijma’ sukuti dikatakan sah apabila memenuhi
beberapa kriteria di bawah ini :
Menurut Imam Syafi’i dan kalangan Malikiyyah ijma’ sukuti tidak dapat
dijadikan landasan pembentukan hukum, dengan alasan diamnya sebagian
ulama mujtahid belum tentu menandakan setuju, bisa jadi takut dengan
3
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung : Pustaka Setia, 2010)Hlm. 70-71
4
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung : Pustaka Setia, 2010)Hlm. 72
4
penguasa atau sungkan menentang pendapat mujtahid yang punya pendapat
karena dianggap senior.
Hanafiyah menyatakan ijma’ sukuti sah jika digunakan sebagai landasan
hukum, karena diamnya mujtahid dipahami sebagai persetujuan, karena jika
mereka tidak setuju dan memandangnya keliru merka harus tegas
menentangnya. Jika tidak menentang dengan tegas, artinya setuju5.
D. Rukun-rukun Ijma’
Dalam definisi ijma telah disebutkan bahwa kesepakatan para mujtahid dari
umat islam pada suatu masa atas hukum Syara ini dapat di ambil kesimpulan
bahwa rukun ijma’ itu ada empat, yaitu:
5
http://megamakalah.blogspot.co.id/2015/08/2-ushul-fiqh-ijma.html
5
Ketiga: Bahwasanya kesepakatan mereka adalah dengan mengemukakan
pendapat masing-masing orang dari para mujtahid itu tentang pendapatnya
yang jelas mengenai suatu peristiwa, baik penyampaian pendapat masing-
masing mujtahid itu berbentuk ucapan, misalnya Ia memberikan fatwa
mengenai peristiwa itu, atau berbentuk perbuatan, misalnya ia memberikan
suatu putusan mengenainya; baik masing-masing dari mereka mengemukakan
pendapatnya pendapat mereka, atau mereka menemukakan pendapat, mereka
secara kolektif, misalnya para mujtahid di dunia islam mengadakan suatu
konggres pada suatu masa terjadinya suatu peristiwa, dan peristiwa itu
dihadapkan kepada mereka, dan setelah mereka bertukar orientasi pandangan,
maka mereka seluruhnya sepakat atau satu hukum mengenainya.
Keempat: bahwa kesepakatan dari seluruh mujtahid atau suatu hukum itu
terealisir. Kalau sekiranya kebanyakan dari mereka sepakat, maka kesepakatan
yang terbanyak iti tidak menjadi ijma’, kendatipun amat sedikit jumlah mujtahid
yang menentang dan besar sekali jumlah mujtahid yang sepakat karena
sepanjang masih dijumpai suatu perbedaan pendapat, maka masih ditemukan
kemungkinan benar pada salah satu pihak dan kekeliruan pada pihak lainya.
Oleh karena itu, maka kesepakatan jumlah terbanyak tidak menjadi hujjah
Syar’iyah yang pasti dan meningkat6.
E. Kehujjaannya Ijma’
6
http://syaeful-amru.blogspot.co.id/2012/05/makalah-ushul-fiqih-tentang-ijma.html
6
ditetapkan melalui ijma’ merupakan hukum syara’ yang qath’i dan menempati
urutan ketiga sebagai dalil syara’ setelah al-Qur’an dan Sunnah.
Alasan Jumhur Ulama ushul fiqh yang mengatakan bahwa ijma’ merupakan
hujjah yang qath’i dan menempati urutan ketiga sebagai dalil syara’ adalah:
7
2. Alasan Jumhur Ulama dari hadits adalah sabda Rasulullah saw.:
َ ا ُ َّمتِى َل تَجْ ت َِم ُع َعلَى ْال َخ
ط ِأ
Umatku tidak akan melakukan kesepakatan terhadap yang salah. (H.R. al-
Tirmidzi)
7
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.co.id/2013/09/makalah-ijma-dan-kehujjahannya.html
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan