Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Penguasan Konsep Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Mahasiswa Pada Materi Optika Fisis
Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Penguasan Konsep Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Mahasiswa Pada Materi Optika Fisis
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
MATEMATIKA DAN
STATISTIKA
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2014
ISBN: 978-602-8355-39-1
Tim Reviewer:
1. Prof. Dr. H. Thamrin Usman, DEA (UNTAN)
2. Prof. Dr. Sabirin Matsjeh (UGM)
3. Prof. Dr. Sri Haryatmi (UGM)
4. Ir. Dadan Kusnandar, Ph.D (UNTAN)
5. Dr. Edy Tandililing, M.Pd (UNTAN)
6. Dr. Elah Nurlaelah, M.Si (UPI)
7. Dr. Fajar Adi Kusumo (UGM)
8. Dr. Tarmizi Usman, M.Sc (UNSYAH)
9. Dr. Dra Titin Siswantining, DEA (UI)
10. Dr. Udjiana Sekteria Pasaribu (ITB)
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2014
SEMINAR NASIONAL
MATEMATIKA DAN STATISTIKA
Di selenggarakan oleh:
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak
Cetakan ke-1
Terbitan Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Seminar Nasional (2014 Februari 27: Pontianak)
Prosiding/ Reviewer: Dadan Kusnandar (et.al)-Pontianak:
FMIPA
Editor: Muhlasah Novitasari Mara (et.al)-Pontianak: FMIPA
Universitas Tanjungpura, 2014
ISBN:978-602-8355-39-1
978-602-8355-39-1
Penyuntingan semua tulisan dalam prosiding ini dilakukan
oleh tim reviewer Seminar Nasional MATEMATIKA DAN
STATISTIKA 2014 dari berbagai Institusi se Indonesia
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
karunia dan rahmat-Nya, sehingga prosiding ini dapat diterbitkan. Prosiding ini memuat
kumpulan makalah dan hasil penelitian baik yang dilakukan oleh dosen, mahasiswa, maupun
praktisi yang berkompeten dibidang Matematika dan Statistika serta bidang keilmuan lainnya
yakni Pendidikan, Kimia, Biologi, Komputer, Kesehatan, Teknik, dan Ekonomi.
Seluruh makalah yang dimuat telah melalui tahap penyuntingan oleh tim reviewer yang
anggotanya tercantum pada halaman lain prosiding ini. Makalah yang termuat juga telah
disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Statistika tanggal 27 Februari 2014 yang
diikuti oleh 162 peserta dan 95 diantaranya merupakan peserta pemakalah.
Panitia mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Tanjungpura Bapak Prof. Dr.
H. Thamrin Usman, DEA yang telah memfasilitasi penerbitan prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Statistika 2014. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan prosiding ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan sebagai
masukan untuk penyusunan prosiding pada seminar nasional berikutnya.
Tim Editor
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Kata Sambutan Rektor Universitas TanjungPura
Kata Sambutan Dekan Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Kata Sambutan Ketua Panitia Semesta 2014
Daftar Isi
Makalah Utama
MAKALAH UTAMA 1 Hari Wijayanto Peningkatan Kualitas Data Untuk Meningkatkan 1
Efektivitas Pembangunan Nasional
MAKALAH UTAMA 2 Asep Saefuddin Pendidikan Statistika Masa Depan 7
PENDIDIKAN-09
PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PENGUASAN
KONSEP DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH MAHASISWA
PADA MATERI OPTIKA FISIS
Wahyudi1, Lia Angraeni
Abstrak
Kata Kunci: Metode Inkuiri, Penguasaan Konsep, Sikap Ilmiah, Optika Fisis
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu cabang sains, fisika merupakan ilmu dasar yang mempelajari struktur
materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan/rekayasa. Fisika
sebagai ilmu dasar dimanfaatkan untuk memahami ilmu terapan sebagai landasan
pengembangan teknologi Subrata (2007) menyatakan bahwa “Tujuan belajar fisika adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan
metode ilmiah yang melibatkan keterampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari”. Dengan kata lain, tujuan belajar adalah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep-konsep fisika, menerapkannya untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat
mengkomunikasikannya dengan baik di masyarakat dan dunia kerja.
Sebagai calon guru fisika, mahasiswa prodi pendidikan fisika STKIP PGRI Pontianak
harus dibekali kemampuan penguasaan konsep-konsep fisika dengan baik. Selain itu,
mahasiswa calon guru fisika juga harus dilatih agar memiliki kemampuan berpikir kristis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen fisika dan beberapa mahasiswa Prodi P.Fisika
STKIP PGRI Pontianak, bahwa terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab
kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika. Di antaranya adalah (1)
banyaknya konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak; (2) metode pembelajaran Fisika yang
diterapkan masih didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh
dari pikiran dosen ke pikiran mahasiswa; (3) dalam sistem evaluasi, dosen hanya terpaku pada
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Statistika dengan tema
”Penguatan Peran Matematika dan Statistika Dalam Percepatan Pembangunan Nasional"
pada tanggal 27Februari2014 di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tanjungpura.
PROSIDING ISBN: 978-602-8355-39-1
penilaian dari hasil Ujian Tengah Semester (UTS), hasil Ujian Akhir Semester (UAS), dan nilai
tugas, masing-masing dengan bobot sesuai dengan yang telah disepakati; (4) kuis dengan
feedback terstruktur belum pernah dilaksanakan dalam perkuliahan fisika; (5) mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan Fisika keadaannya sangat heterogen. Mereka berbeda dalam hal bakat,
kemampuan awal, kecerdasan, motivasi, kecepatan belajar dan dalam hal lainnya.
Menurut Santyasa (2007), “Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para
ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik
untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas”. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi
perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada dosen kepada belajar berpusat
pada mahasiswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, dosen harus berupaya menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan mahasiswa, dapat mendorong mahasiswa
belajar, atau memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan aktif mengkonstruksi
konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar yang membuat mahasiswa hanya menerima
materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing
pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi
peningkatan pemahaman bukan ingatan.
Ada beberapa model pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivisme, di
antaranya model PBL (Problem Based Learning), CTL (Contextual Teaching And Learning),
model inquiry training, model pembelajaran perubahan konseptual, dan model group
investigation. “Namun model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi
atau karakter mahasiswa di kelas-lah yang akan memberikan sumbangan lebih besar pada
perkembangan belajar mahasiswa” (Santyasa, 2007). Oleh karena materi optik bersifat konkrit
dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa, serta keadaan mahasiswa yang
heterogen, maka dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan pendekatan inkuiri.
Pendekatan inkuiri yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan
dapat membantu mahasiswa meningkatkan penguasaan konsep fisikanya. Selain itu, pendekatan
inkuiri juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan
keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban
yang berawal dari keingintahuan mereka. Dengan demikian mereka akan terbiasa seperti
ilmuwan sains yang teliti, tekun, objektif, menghormati pendapat orang lain dan kreatif (Joyce,
B.et.al, 2000).
Metode inkuiri merupakan metode yang mengutamakan keterlibatan peserta didik secara
aktif dan kreatif dalam mencari, memerikasa, merumuskan konsep dan prinsip fisika serta
mendorong siswa mengembangkan intelektual dan ketramapilan dalam memecahkan masalah.
Di dalam metode inkuiri pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik
diharapkan aktif mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009:197), tujuan utama
dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berfikir yang berorientasi pada proses
belajar. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri
bukan ditentukan oleh penguasaan materi tapi sejauh mana peserta didik berktivitas mencari dan
menemukan sesuatu. Metode inkuiri menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik secara seimbang sehingga melalui metode ini pembelajaran lebih bermakna.
Dalam kitannya dengan perkuliahan optik, mahasiswa diarahkan untuk merumuskan suatu
hipotesis, melakukan percobaan yang berkaitan dengan materi optika serta membuat kesimpulan
untuk menjawab hipotesis tersebut.
Dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan juga perlu didukung oleh
sikap ilmiah dalam diri mahasiswa. Sikap ilmiah yang berkaitan dengan kelompok keterampilan
dalam bidang ilmiah menjadi persyaratan bagi proses belajar. Jadi pada intinya sikap ilmiah
adalah suatu kecenderungan atau dorongan untuk berperilaku dan pemikiran ilmiah sesuai
dengan metode ilmiah yang diharapkan. Sikap ilmiah terdiri dari curiosity (rasa ingin tahu),
flexibility (keluwesan), critical reflection (sikap kritis), dan jujur. Mahasiswa yang mempunyai
sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga mereka akan
termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar. Dalam mempelajari materi optika yang disajikan dengan
menggunakan metode inkuiri, sikap ilmiah sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
tersebut. Hal ini berkenaan bagaimana mahasiswa melakukan ekperimen atau percobaan dengan
prosedur ilmiah dan menuntut sikap ilmiah mahasiswa tersebut. Kasus yang sering terjadi pada
saat mahasiswa melakukan percobaan adalah adanya beberapa mahsiswa yang masih cenderung
ketergantungan terhadap asisten, kurangnya sikap kritis mahasiswa dan adanya manipulasi data
percobaan. Tentu sikap-sikap seperti ini tidak diharapkan timbul dalam pembelajaran di
laboratorium. Sehingga dalam menyajikan pembelajaran sikap ilmiah perlu menjadi sebuah
tinjauan.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penelitian dengan menerapakan metode
inkuiri yang dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa menjadi rasional untuk
dilakukan dengan memperhatikan sikap ilmiah mahasiswa sehingga prestasi belajar siswa dalam
kuliah optik menjadi lebih baik. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah apakah
penggunaan metode pembelajaran inkuiri dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep
mahasiswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran konvensional ditinjau dari sikap
ilmiah mahasiswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep
mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri dan konvensional, mengetahui
penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah serta mengetahui
interaksi antara penerapan metode pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 2x2. Analisis
data dilakukan untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaaan konsep ditinjau dari
sikap ilmiah. Dalam penelitian ini subjek diberikan perlakukan selanjutnya diukur akibat dari
perlakukan tersebut. Dalam metode eksperimen, peneliti bebas menentukan rancangan
eksperimennya (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan desain faktorial seperti pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 merupakan desain faktorial penelitian untuk melihat pengaruh dan interaksi
metode pembelajaran, sikap ilmiah terhadap penguasaan konsep mahasiswa pada materi optika
fisis. Metode pembelajaran yang dibandingkan yakni metode inkuiri (A1) dan konvensional
(A2). Sikap ilmiah mahasiswa dikategorikan menjadi tinggi (B1) dan rendah (B2).
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI
Pontianak yang sedang mengikuti perkuliahan optika. Sampel dipilih 2 kelas dari populasi tiga
kelas dengan teknik cluster random sampling (Suparno, 2007). Jumlah sampel yang dilibatkan
dalam penelitian ini adalah 65 orang yang terdiri atas 31 orang kelas eksperimen dan 34 orang
kelas kontrol.
Terdapat dua jenis instrumen yang digunakan untuk mengambil data penelitian yaitu; 1)
tes penguasaan konsep optika fisis berbentuk multiple choice (pilihan ganda) berjumlah 20 soal
yang dilaksanakan pada tes akhir, dan 2) angket sikap ilmiah yang berjumlah 35 soal untuk
mengkategorikan mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah.
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN
Pontianak, 27 Februari 2014
629
PROSIDING ISBN: 978-602-8355-39-1
Instrumen diujicobakan kemudian data dianalisis selanjutnya dipilih soal-soal yang baik
untuk digunakan dalam penelitian. Analisis instrumen meliputi uji validitas, tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan reliabilitas instrumen. Uji validitas soal penelitian dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment (Arifin, 2009). Tingkat kesukaran, daya pembeda
dan reliabilitas soal dianalisis menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto
(2006). Soal yang digunakan dalam penelitian memiliki kriteria valid dengan reliabilitas yang
tinggi.
Sebelum mengetahui perbedaan hasil belajar mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan
metode inkuiri dan metode pembelajaran konvensional, terlebih dahulu dilakukan uji
kemampuan awal mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika kemampuan awal
mahasiswa di kedua kelas sama, maka rancangan penelitian tidak menggunakan desain pretest-
posttes namun cukup menggunakan desain posttest-only. Kemampuan awal yang sama juga
berdampak pada hasil perlakuan yang menggambarkan adanya perbedaan hasil belajar hanya
disebabkan adanya perbedaan perlakuan dalam menerapkan metode pembelajaran. Data
kemampuan awal diambil dari ujian kompetensi matakuliah optika sebelum materi optika fisis
yang menjadi bahan dalam penelitian ini. Hasil uji kemampuan awal mahasiswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,8226 dan lebih besar dari
taraf signifikansi penelitian yakni 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan awal mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas. Dengan demikian, rancangan penelitian yang
digunakan untuk melihat efek penerapan metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep
dalam penelitian ini menggunakan posttest-only control design.
Pengolahan data penelitian diawali dengan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan
uji homogenitas data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 16 dengan pilihan tes uji yang digunakan yaitu Kolmogorov-
Smirnov. Sedangkan uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
data bersifat homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas menggunakan uji Levene yang
juga diolah menggunakan progran SPSS versi 16.
Pengujian tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara statistik. Hasil uji prasyarat analisis
menunjukkan terdapat data yang tidak berdistribusi normal atau homogen sehingga statistik
yang digunakan adalah statistik non-parametrik dan uji perbedaan dua rerata yang digunakan
adalah uji Kruskal Wallis k-independent sampel. Uji perbedaan dua rerata dilakukan
menggunakan program SPSS versi 16.
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian yang dideskripsikan mengenai penerapan metode pembelajaran
inkuiri pada materi optika fisis meliputi; data tes penguasaan konsep mahasiswa pada materi
optika fisis, dan data sikap ilmiah mahasiswa. Kemudian dilakukan analisis komparatif
penguasaan konsep mahasiswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran inkuiri dengan
metode konvensional dengan mempertimbangkan sikap ilmiah mahasiswa.
Deskripsi Penguasaan Konsep mahasiswa pada Materi Optika Fisis
Data perolehan nilai penguasaan konsep mahasiswa pada materi optika fisis pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai rerata penguasaan konsep optika fisis
mahasiswa pada kelas eksperimen sebesar 80,71 sementara nilai rerata penguasaan konsep
optika fisis mahasiswa pada kelas kontrol sebesar 66,46. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
rerata penguasaan konsep optika fisis mahasiswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
nilai rerata penguasaan konsep optika fisis mahasiswa pada kelas kontrol. Nilai maksimum
penguasaan konsep optika fisis mahasiswa di kelas eksperiment (90,50) lebih tinggi daripada
nilai maksimum penguasaan konsep optika fisis di kelas kontrol (76,80). Dilihat dari standar
deviasi, standar deviasi data penguasaan konsep mahasiswa pada kelas eksperimen (7,11) tidak
jauh berbeda daripada standar deviasi data penguasaan konsep mahasiswa pada kelas kontrol
(6,71). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran data penguasaan para mahasiswa di kelas
eksperimen sama homogennya dengan sebaran data penguasaan konsep para mahasiswa di kelas
kontrol.
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata skor sikap ilmiah mahasiswa pada kelas
eksperimen/metode inkuiri (93,14) lebih tinggi daripada rata-rata skor sikap ilmiah mahasiswa
pada kelas kontrol/metode konvensional (79,93). Skor maksimum sikap ilmiah mahasiswa yang
diberi metode inkuiri (107,00) lebih tinggi daripada skor maksimum sikap ilmiah mahasiswa
yang diajar dengan metode konvensional (90,00). Begitu juga dengan nilai terendah kedua
kelas yang berbeda yakni 77,00 (kelas metode inkuiri) dan 65,00 (kelas metode eksperimen).
Standar deviasi kelas eksperimen/metode inkuiri (8,28) lebih rendah dari pada standar deviasi
kelas kontrol/metode konvensional (9,11). Hasil ini menunjukkan mahasiswa lebih cenderung
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN
Pontianak, 27 Februari 2014
631
PROSIDING ISBN: 978-602-8355-39-1
memiliki sikap ilmiah yang baik seperti teliti, ktitis, jujur, terbuka dalam belajar di kelas dengan
metode inkuiri daripada di kelas konvensional. Selanjutnya, kategori sikap ilmiah mahasiswa
yang tinggi dan rendah pada kedua kelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada Gambar 1, dapat diketahui bahwa persentase mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi pada kelas eksperimen (60,71%) lebih besar daripada persentase mahasiswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi pada kelas kontrol (53,57%). Jumlah mahasiswa yang memiliki
sikap ilmiah rendah pada kelas eksperimen sebanyak 11 (39,29%) mahasiswa dan jumlah
mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada kelas kontrol sebanyak 13 (46,43%)
mahasiswa. Terdapat 32 (57,14%) mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dari total
seluruh mahasiswa (56) yang dijadikan sampel penelitian.
Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai penguasaan konsep mahasiswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi (74,79) tidak jauh berbeda dibandingkan rata-rata penguasaan
konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (71,97). Namun, nilai maksimum
penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi (90,50) lebih tinggi daripada
nilai maksimum penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (76,87).
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN
Pontianak, 27 Februari 2014
632
PROSIDING ISBN: 978-602-8355-39-1
Berdasarkan standar deviasi, distribusi nilai penguasaan konsep mahasiswa dengan kategori
sikap ilmiah tinggi lebih mendekati nilai rata-rata kelas dibandingkan dengan distribusi nilai
penguasaan konsep mahasiswa dengan kategori sikap ilmiah rendah. Hal tersebut ditunjukkan
dari nilai standar deviasi mahasiswa dengan sikap ilmiah tinggi (0,12) lebih kecil daripada nilai
standar deviasi mahasiswa dengan sikap ilmiah rendah (4,60).
Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data variabel
terikat (penguasaan konsep) berdasarkan metode pembelajaran dan sikap ilmiah dalam
penelitian ini bersifat homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Levene test berdasarkan nilai rata-rata (based on mean) data
menggunakan program SPSS Versi 16. Data variabel terikat yakni penguasaan konsep
dimasukkan ke dalam dependen list kemudian data variabel bebas (kelas penelitian) dan
variabel moderator (sikap ilmiah) dimasukkan ke dalam factor list. Jika nilai probabilitas atau
nilai signifikansi data perhitungan lebih besar dari 0,05 (Sig.>0,05) maka data homogen,
sebaliknya nilai probabilitas atau nilai signifikansi data perhitungan jika lebih kecil dari 0,05
(Sig.<0,05) maka data tidak homogen. Rangkuman hasil uji normalitas data dengan Levene test
disajikan pada Tabel 8.
Berdasarkan hasil uji homogenitas data (uji Levene) menggunakan SPSS versi 16 yang
terlihat pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi data menunjukkan terdapat
beberapa kelompok data yang homogen namun ada juga kelompok data yang tidak homogen.
Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikansi (sig) hasil perhitungan pada tabel. Kelompok data
yang homogen berdasarkan Tabel 7 yaitu data penguasaan konsep berdasarkan kelompok kelas
penelitian. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikansi data-data tersebut (data pada kolom
terakhir baris ketiga) yang memiliki nilai signifikansi perhitungan (sig) lebih besar (0,521) dari
taraf signifikansi penelitian () yang digunakan yaitu 0,05. Sementara berdasarkan sikap ilmiah
(tinggi dan rendah), data penguasaan konsep tidak bersifat homogen. Hal tersebut dikarenakan
signifikansi empiris (0,000) pada kolom terakhir baris keempat, lebih kecil dari taraf
signifikansi penelitian () yang digunakan yaitu 0,05.
c. Hipotesis Ketiga
H0: tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa
tehadap penguasaan konsep mahasiswa
Ha: terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa tehadap
penguasaan konsep mahasiswa
Uji komparatif antar kelompok data dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis
k-independet sampel dengan bantuan program SPSS versi 16. Hipotesisi nol (H0) diterima jika
nilai signifikansi perhitungan (sig.) lebih besar dari taraf signifikansi penelitian yang digunakan
yaitu =5% (0,05). Namun, hipotesisi nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima jika
nilai signifikansi perhitungan (sig.) lebih kecil dari taraf signifikansi penelitian yang digunakan
yaitu =5% (0,05). Rangkuman hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis
dapat dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan rangkuman hasil uji hipotesis pada Tabel 9, diketahui bahwa nilai
signifikansi perhitungan data (Asym sig.) untuk hipotesis pertama dan ketiga lebih kecil
daripada taraf signifikansi 5% (0.05), sehingga Hipotesisi nol ditolak dan hipotesisi alternatif
diterima. Sedangkan pada hipotesis kedua, nilai signifikansi perhitungan data (Asym sig.) lebih
besar daripada taraf signifikansi 5% (0.05), sehingga Hipotesisi nol diterima dan hipotesis
alternatif ditolak. Sehingga dapat disimpilkan sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan secara signifikan antara penguasaan konsep mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri dengan penguasaan konsep mahasiswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.
b. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara penguasaan konsep mahasiswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi dengan sikap ilmiah rendah.
c. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa
Berdasarkan hasil uji komparatif, pada hipotesis pertama diketahui bahwa terdapat
perbedaan penguasaan konsep mahasiswa secara signifikan yang mendapatkan pembelajaran
dengan metode inkuiri dengan penguasaan konsep mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan model konvensional. Jika dilihat dari nilai rerata penguasaan konsep pada Tabel 3, maka
dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan metode inkuiri lebih baik dibandingkan dengan penguasaan konsep mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.
Penguasaan konsep mahasiswa lebih yang baik setelah diberikan pembelajaran dengan
metode inkuiri merupakan dampak dari kelebihan-kelebihan penerapan metode inkuiri. Barlow
dalam Muhibbin (2005) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri lebih menekankan
pada proses penggunaan intelektual peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dengan cara
menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ke dalam sebuah
tatanan penting menurut peserta didik. Jadi, dapat dikatakan dalam proses inkuiri mahasiswa
berusaha menemukan pengetahuan berupa konsep dalam materi pembelajaran dengan
menggunakan intelektual mereka sehingga pembelajaran lebih berkesan bagi mahasiswa dan
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN
Pontianak, 27 Februari 2014
635
PROSIDING ISBN: 978-602-8355-39-1
bertahan lama dalam ingatan. Sehingga hal tersebut menjadikan mahasiswa lebih dapat
memahami materi pelajaran khsusnya materi optika dan menjadikan penguasaan konsep
mahasiswa pada materi optik fisis menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini juga ditemukan oleh
Nurhayati (2011), yang menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa pada materi optik.
Selain penggunaan metode pembelajaran, hal lain yang bisa mempengaruhi hasil belajar
mahasiswa adalah sikap ilmiah. Menurut Baharuddin dalam Ulum (2007:1), ”Sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan
sebagai seorang ilmuwan”. Dengan kata lain, sikap ilmiah merupakan kecendrungan individu
untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah yang tinggi semestinya akan berdampak pada hasil belajar
yang lebih baik. Walaupun dalam penelitian ini, nilai penguasaan konsep mahasiswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nilai penguasaan konsep
mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (Tabel 5), namun hasil hasil tersebut tidak
berbeda secara signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari uji komparatif pada Tabel 9.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya interaksi antara kelas pembelajaran
(metode inkuiri dan metode konvensional) dengan sikap ilmiah mahasiswa (tinggi dan rendah)
terhadap penguasaan konsep mahasiswa pada materi optik fisis. Untuk dapat memahami
interaksi tersebut maka dilakukan analisis lanjutan dengan mendeskripsikan grafik pada Gambar
2.
Gambar 2. Grafik interaksi antara kelas penelitian dengan sikap ilmiah terhadap
penguasaan konsep mahasiswa pada materi optik fisis
Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa nilai rerata marginal penguasaan konsep optika fisis
mahasiswa pada kelas eksperimen secara umum lebih tinggi daripada rerata marginal
penguasaan konsep optika fisis mahasiswa pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep
dibandingkan dengan metode konvensional (ceramah). Jika ditinjau dari sikap ilmiah,
penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi di kelas yang diajarkan
dengan metode inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan konsep mahasiswa yang
memiliki sikap ilmiah yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa, dengan sikap ilmiah yang
tinggi mahasiswa dapat lebih bisa mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan metode
inkuiri. Sikap ilmiah mahasiwa seperti rasa ingin tahu, teliti dan objektif sangat diperlukan
dalam proses inkuiri ketika memahami materi optika fisis yang diberikan dalam bentuk kegiatan
perocban-percoban untuk menemukan dan memverifikasi berdasarkan teori yang di diketahui.
Mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi lebih teliti dalam mengumpulkan data-data
dalam porse inkuiri yang dilakukan selama mempelajari materi optika fisis.
Namun, jika dilihat pada kelas pembelajaran konvensional, justru mahasiswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah lebih dapat mengikuti pembelajran dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Dimungkinkan, bagi mahasiswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi, kelas pembelajaran ceramah terasa membosankan sehingga mereka tidak
dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Mahasiswa dengan sikap ilmiah yang tinggi cenderung
gemar mempeljari fisika melalui kegiatan real seperti percobaan fisika. Namun ketika mereka
dihadapkan dengan kelas yang diajarkan dengan metode ceramah, justru mereka lebih tidak bisa
mengikuti pelajaran dengan baik. Hal tersebut dapat diliaht dari nilai mereka yang lebih rendah
pada memahami konsep optika fisis.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan penguasaan konsep mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode
inkuiri dengan penguasaan konsep mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model
konvensional. Jika dilihat dari nilai rerata, maka penguasaan konsep mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada penguasaan konsep
mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada meteri optika
fisis. Penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih baik daipada
penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah yang rendah namun, penguasaan
konsep berdasarkan sikap ilmiah tinggi dan rendah tidak berbeda secara signifikan. Terdapat
interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Joyce, B., Weil, M. and Calhoun, E. 2000. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Muhibbin, Syah. (2005). Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhayati. 2011. Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Inkuiri
dan Eksperimen Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Fisika STKIP PGRI Pontianak pada Pembelajaran Optik. Tesis PPs UNS Surakarta:
tidak diterbitkan.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.