Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab
kematian utama di seluruh dunia (WHO, 2017). Kanker muncul akibat pertumbuhan sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Pertumbuhan yang abnormal disebabkan karena sel
mengalami mutasi gen dan berubah menjadi sel kanker (Kemenkes RI, 2015). World Health
Organization atau WHO melaporkan 8,8 juta angka kematian pada 2015 akibat kanker dan
akan meningkat secara signifikan menjadi sekitar 13,1 juta kematian pada tahun 2030.
Sekitar 78% diantaranya berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti
Indonesia (WHO, 2017).
Menurut laporan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN) pada
tahun 2012 terdapat sekitar 8,2 juta kematian yang disebabkan oleh kanker. Prevalensi
kanker di Indonesia menurut Riskesdas pada 2013 terdapat 1,4% atau sekitar 347.792 orang
mengalami kanker (Kemenkes RI, 2015).
Perawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup, mengurangi keluhan pasien, memberikan dukungan spiritual
dan psikososial yang diberikan mulai ditegakkannya diagnosa hingga akhir hayat. Perawatan
paliatif yang diberikan sejak dini dapat mengurangi penggunaan layanan kesehatan atau
perawatan rumah sakit yang tidak diperlukan (WHO, 2017). Namun perawatan paliatif masih
jarang ditemukan di rumah sakit karena lebih berfokus dengan tindakan kuratif pada pasien
kanker. Selain itu perawatan paliatif juga masih jarang ditemukan di Indonesia, hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran perawat mengenai pentingnya
perawatan paliatif pada pasien kanker (Irawan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah bagaimana pelayanan
paliatif pada pasien kanker dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien kanker.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui bagaimana pelayanan paliatif pada
pasien kanker dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien kanker.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kanker
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi
genetik DNA seluler (Smeltzer, 2002).
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom
sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal(yaitu, tumbuh sangat cepat,
tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang
ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan
penyakit menular. Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari
sel – sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
2.2 Etiologi
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti, karena
merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada
beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko kanker, sebagai berikut
a. Faktor Keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi
menderita kanker tertentu dibandingkan keluarga lainnya.

b. Faktor Lingkungan
Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara),
dan kandung kemih.Faktor lingkungan lainnya, yaitu Sinar Ultraviolet matahari serta
radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom hingga
menjangkau jarak sangat jauh.

c. Faktor Makanan Berbahan Kimia


Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Seperti makanan junkfood, snack, dan
makanan yang mengandung bahan kimia.
d. Faktor Terserang Virus
e. Infeksi
f. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga peminum minuman
beralkohol. Selain itu, perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini
dan sering ganti pasangan.
g. Gangguan Keseimbangan Hormonal
Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung
mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya
pertumbuhan sel yang berlebihan.Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon
estrogen dan kekurangan progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker
payudara, kanker leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah zakar pada
pria.
h. Faktor Kejiwaan
Stres berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh.
Keadaan tegang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi hiperaktif
dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker.
i. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai
electron bebas tidak berpasangan dilingkaran luarnya. Sumber-sumber radikal bebas
yaitu : 1) Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolism;
2) Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari
makanan , minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari; 3)
Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan
(berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress berlebihan,
baik stress secara fsik, psikologis,maupun biologis.
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda
dalam hal penyebab dan biologisnya. Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena
kanker. Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara bertahap, saat kecacatan
bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis
cacat yang umum. Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi).
Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan
tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan
penjagaan terhadap kanker dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu
(beberapa polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-
kecatatan ini sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih
mungkin untuk muncul dan menyebar.Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung
bahan-bahan yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas,
dan lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia.
Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan
berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam
organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya
sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai
contohnya :
a. Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel dan sel
anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.
b. Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan sinyal
penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.
c. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi dan dan
merusak sel yang lebih sehat.
d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat sel
rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya.
Setelah terdeteksi adanya kanker dalam tubuh seseorang, maka dokter akan melakukan
biopsy (pengambilan sampel tubuh) untuk mengetahui seberapa ganasnya tumor tersebut. Ada
beberapa metode untuk menentukan tahap-tahap kanker.Sistem yang banyak digunakan
adalah sistem TNM, singkatan dari tumor (T), node (N), dan metastasis (M). TNM didasarkan
pada tiga faktor :
a. Berapa besar tumor utama dan dimana letaknya? (T). Menggunakan angka (0-2) untuk
ukuran dan huruf (a-b) untuk lokasinya.
T1: Ukuran tumor adalah 5 cm (cm) atau lebih kecil.
T1a: Tumor ini dangkal.
T1b: Tumor ini dalam.
T2: Ukuran tumor lebih besar dari 5 cm.
T2a: Tumor ini dangkal.
T2b: Tumor ini dalam.
b. Apakah sel menyebar ke kelenjar getah bening ? (N). Setiap jenis tumor mengalir ke
kelenjar getah bening di dekatnya disebut kelenjar getah bening regional
N0: Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening regional.
N1: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening regional.
c. Apakah sel menyebar ke bagian tubuh yang lain/ metastasis? (M)
M0: Kanker tidak metastasis.
M1: Terdapat metastasis ke bagian lain dari tubuh.
Histologis grade (G). Histologis grade menggambarkan betapa berbedanya sel-sel kanker
dari sel-sel jaringan normal ketika diperiksa di bawah mikroskop, apakah termasuk grade
(G) rendah atau G tinggi.
Tahap pengelomokan kanker
Dokter menetapkan tahap kanker dengan menggabungkan klasifikasi T, N, dan M.
Tahap I: meliputi tumor grade rendah, T1a, T1b, T2a, T2b, dan N0, M0.
Tahap II: tumor grade tinggi, T1a atau T2a, N0, M0.
Tahap III: tumor grade tinggi ,T2b, N0, M0.
Tahap IV: tumor grade rendah atau tinggi, N1,M1,T1- T2.
2.4 Tanda dan Gejala
Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis, tempat dan stadium kanker. Dari
sini kemudian, gejala umum kanker adalah sebgai berikut :
a. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena ( misal ada benjolan di payudara,
diperut.
b. Terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi lalat).
c. Demam kronis
d. Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara (pada kanker
leher).
e. Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih (misal perubahan pola
BAB, BAB berdarah,dsb)
f. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
g. Keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan abnormal dari puting
payudara).
Sedangkan dilihat dari penyebabnya, komplikasi akibat kanker dibagi 3 yaitu :
a. Akibat langsung kanker (misalnya, sumbatan saluran cerna pada kanker usus, patah
tulah pada kanker tulang, dst).
b. Akibat tidak langsung (misalnya, demam, penuruna berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh, dsb).
c. Akibat pengobatan (misalnya, pembengkakan akiba sumbatan kelenjar getah bening
pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
kebotakan pada kemoterapi)
2.5 Penatalaksanaan
1) Kemoterapi
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
a. Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel
normal.
b. Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif.
c. Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya.
d. Obat kemotherapi umumnya sangat toksik, teliti/cermat evaluasi kondisi pasien
Kompilaksinya :
a) Efek samping :
i. Nausea, vomiting
ii. Alopecia
iii. rasa (pengecap) menurun
iv. mucositis
b) Toksik
i. hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
ii. ginjal, hepar.
2) Radiotherapy
Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides). Terapi radiaisi
eksternal yaitu pengobatan noninvasive dan mungkin lebih sering disarankan untuk
lansia lemah yang tidak mampu menjalani pembedahan. (Buku Ajar Keperawatan
Gerontik,2006).
3) Pembedahan
Pembedahan dapat digunakan sebagai upaya kuratif atau digunakan untuk
meingkatkan kualitas hidup. Pembedahan kurang menimbulkan debilitasi dari pada
kemoterapi atau terapi radiasi untuk pasien yang cukup sehat utnuk menjalani anastesi
dan hanya merupakan satu – satunya terapi untuk banyak lansia dengan kanker. (Buku
Ajar Keperawatan Gerontik,2006).
4) Immunoterapi
Immunoterapi yang disebut juga terapi biologis merupakan jenis pengobatan
kanker yang relative baru. Sekalipun demikian diperkirakan akan segera maju pesat dan
menjadi andalan para dokter dalam upaya penyembuhan kanker secara total. Tidak beda
dengan imunisasi pada umumnya, immunoterapi bertujuan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh guna melawan sel –sel kanker. Ada tiga macam immunoterapi, yaitu
aktif (vaksin kanker), pasif, dan terapi adjuvant.
5) Terapi Gen
Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.
b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan sel
kanker.
c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi dan di
hancurkan oleh system kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun radioterapi.
d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah baru di
jaringan kanker sehingga sel – sel kankernya mati.
2.6 Pemeriksaan Medis
a. Pemindaian/scanning (misalnya pemindaian hati atau tulang).
b. Pewarnaan terhadap jaringan sehingga bila ada kanker jaringan patologis dapat
diketahui.
c. CT (Computed Tomography).
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging).
e. Mediastinoskopi.
f. Biopsi sumsum tulang, yaitu pengambilan sample jaringan tubuh.
g. Endoskopi, untuk melihat kanker di bagian dalam tubuh manusia.
2.7 Pelayanan Paliatif Kanker
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran
ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada
tumor jinak. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit).
Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin
yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan
mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan
nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002),
dan pelayanan masa duka cita bagi keluarga (WHO 2005).
Tahapan Program Pencegahan Timbulnya Kanker
1. Pendidikan Masyarakat
2. Pencegahan penyakit stadium lanjut melalui program deteksi dini
3. Penurunan angka kematian dengan terapi kanker
4. Pencegahan penderita dengan perawatan paliatif
2.7.1 Masalah Pasien Kanker
1. Fisik
Gejala fisik juga dapat muncul karena pengobatan yang dilakukan. Kemoterapi
atau radiasi dibagian tertentu dapat memberikan efek samping mual, muntah, tidak
nafsu makan, cepat lelah dsb. Nyeri atau gangguan fungsi bagian tubuh yang dioprasi
dapat terjadi akibat oprasi. Kondisi tirah baring dalam waktu lama dapat menimbilkan
pasien merasa semakin lelah, gangguan buang air besar, luka dibagian tubuh yang
tertindih dsb. Kondisi lain yang menyertai yang telah ada sebelumnya juga dapat
menambah gejala yang muncul.
2. Psikologis
Gangguan psikologis dapat juga muncul akibat gejala fisik, progresifitas penyakit,
kecacatan yang timbul, perubahan bentuk tubuh, ketergantungan fisik, kelelahan fisik,
kegagalan pengobatan, biaya yang harus dibayarkan, komunikasi yang buruk dengan
petugas kesehatan.
3. Spiritual dan Agama
Masalah spiritual dan agama seperti menganggap penyakit akibat hukuman,
menyalahkan diri sendiri, hidup tidak berguna dapat menjadi sumber penderitaan.
2.7.2 Prinsip Pelayanan Paliatif Pasien Kanker
Pada pelayanan paliatif, pasien memiliki peran yang penting dalam membuat
keputusan yang akan diambil. Tujuan pelayanan paliatif bagi setiap pasien berbeda
dan dibuat dengan memperhatikan hal yang ingin dicapai oleh pasien bila
memungkinkan, hal ini biasanya disampaikan dalam bentuk fungsi tubuh misalnya
Aku ingin bisa melakukan….atau kejadian penting misalnya Aku ingin melihat anakku
menikah. Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan
gejala lain, meningkatkan kualitas hidup, memberikan dukungan psikososial dan
spiritual serta memberikan dukungan kepada keluarga selama pasien sakit dan selama
masa dukacita. Prinsip-prinsip pada pelayanan paliatif pasien kanker yaitu :
1. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain
2. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal
3. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian
4. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
5. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
6. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia sia
2.7.3 Indikasi Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan bila didapatkan satu
atau lebih kondisi di bawah ini :
1. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi
2. Stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi kanker
3. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya
4. Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan atau sedang
dilakukan
5. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif
6. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%, metastasis otak,
dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena cava superior sindrom,
kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon
terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin
≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada pasien kanker anak
7. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang diberikan .
2.7.4 Langkah-langkah Dalam Pelayanan Paliatif :
1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
2. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau
keingingan terakhir)
3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul
4. Tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah )
5. Informasi dan edukasi perawatan pasien
6. Dukungan psikologis, kultural dan social
7. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan
keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan
pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator,
cairan, dll)
8. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal
Evaluasi
a. Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik
b. Stress pasien dan keluarga berkurang
c. Merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol kondisi yang ada
d. Beban keluarga berkurang
e. Hubungan dengan orang lain lebih baik
f. Kualitas hidup meningkat
g. Pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual
Jika pasien meninggal
a. Perawatan jenazah
b. Kelengkapan surat dan keperluan pemakaman
c. Dukungan masa duka cita ( berkabung )
2.7.5 Tim dan Tempat Pelayanan Paliatif
Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif pasien kanker, yaitu mengurangi
penderitaan pasien , beban keluarga, serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik,
diperlukan sebuah tim yang bekerja secara terpadu ( lihat tabel tim paliatif ).
Pelayanan paliatif pasien kanker juga membutuhkan keterlibatan keluarga dan tenaga
relawan.
Dengan prinsip interdisipliner (koordinasi antar bidang ilmu dalam menentukan
tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan guna mencapai tujuan ),
tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk melakukan penilaian dan
diagnosis, untuk bersama pasien dan keluarga membuat tujuan dan rencana pelayanan
paliatif pasien kanker, serta melakukan monitoring dan follow up.
Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara keseluruhan harus
memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia layanan kesehatan bekerja sebagai tim
multidisiplin dalam sistem kesehatan, dan mengkoordinasikan erat dengan tokoh
masyarakat dan organisasi yang terlibat dalam program ini, untuk mencapai tujuan
bersama. Komposisi tim perawatan paliatif terdiri :
1. Dokter
Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif interdisipliner,
harus kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa sakit
dan gejala lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit
pasien. Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif mungkin bertanggung jawab
untuk penilaian, pengawasan dan pengelolaan dari banyak dilema pengobatan
sulit.
2. Perawat
Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama
dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui pasien
dan pengasuh, menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang penting
bagi pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi dampak kemajuan penyakit.
Perawat dapat bekerja sama dengan pasien dan keluarganya dalam membuat
rujukan sesuai dengan disiplin ilmu lain dan pelayanan kesehatan. Peran perawat
dalam
a. Konsultasi layanan paliatif
b. Penanggulangan nyeri
c. Penanggulangan keluhan lain penyerta penyakit primer
d. Bimbingan psikologis, social dan spiritual
e. Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien dirumah
f. Kunjungan rumah berkala, sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
g. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga
h. Membantu penyediaan tenaga perawat homecare
i. Membantu penyediaan pelaku perawat (caregiver)
j. Membantu kesiapan akhir hayat dengan tenang dalam iman
k. Membantu dukungan masa duka cita
l. Konsultasi melalui telepon.
3. Pekerja sosial dan psikolog
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah
pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan
emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses berkabung.
Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama karena keluarga
mulai merencanakan masa depan.
4. Konselor spiritual
Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak
menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna
kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus sebagai
sumber dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual keagamaan
dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker. Sehingga konselor spiritual perlu
dilatih dalam perawatan akhir kehidupan
2.8 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta
review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah
pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
Pengkajian meliputi :
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses
keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk
mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan .
b. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas
kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
c. Data biografi /biodata meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain :
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
d. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
e. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
f. Pengkajian fisik meliputi keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB, Pengkajian head
to toe
g. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun,
leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
h. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar
X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
i. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi
nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, personal hygiene, identifikasi masalah
psikologis, sosial dan spritual
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
3. Perencanaan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
– Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
– Nyeri tekan tidak ada
– Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
2) Beri posisi yang menyenangkan.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
4) Ukur tanda-tanda vital
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria Hasil :
– Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
– Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
– Klien tampak tenang
– Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.
3) Diskusikan tanda dan gejala depresi
4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian
prostetik.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria Hasil :
– Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
– Klien dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
2) Tinjau ulang efek pembedahan
3) Berikan dukungan emosi klien.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
– Tidak ada tanda – tanda infeksi.
– Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
– Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya
– Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya
Intervensi :
1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang
akan datang.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan
pemasukan cairan yang adekuat.
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan
minyak.
4) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Nafsu makan meningkat
- Klien tidak lemah
- Hb normal (12 – 14 gr/dl)
Intervensi :
1) Kaji pola makan klien
2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikutnya
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan
perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan palliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual. Perawatan palliatif diantaranya yaitu penanganan rasa nyeri, pengambilan
keputusan yang tepat dalam penggunaan kemoterapi palliatif
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga melalui makalah ini
diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan dapat saling menambah pengetahuan guna
menerapkan perawatan yang maksimal bagi pasien paliatif khususnya pada klien dengan
kanker stadium akhir.

Anda mungkin juga menyukai