Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL TUTORIAL

“RESPIROLOGI”

KELOMPOK : A7
DISUSUN OLEH :

 Paramitha aritonang 213 210 133


 Cindy devina 213 210 135
 Shimond Purba 213 210 137
 Louis Agripa Hutagalung 213 210 139
 Novriyanti 213 210 141
 Agus david syahputra matondang 213 210 143
 Musdalifah Lubis 213 210 145
 Puja 213 210 147
 Purnama Ruth Novilia 213 210 149
 Ines Sinaga 213 210 151
 Aprilia Lestari Sihotang 213 210 153

FASILITATOR:
dr. Endy Julianto

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2014-2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpah rahmat-Nya kami
mampu menyusun dan menyelesaikan tugas makalah tutor ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada fasilitaror kami yang membimbing
kami selama tutorial sehingga kami mengerti dan memahami isi dari makalah ini.

Respirologi merupakan suatu kondisi dimana banyak orang yang mengalaminya,


Respirologi banyak terjadi pada orang muda dan orang tua sehingga ada banyak penyakit
yang terjadi setelah Respirologi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang Respirologi.
Pemicu:
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan demam
dan batuk. Batuknya batuk kering. Satu minggu sebelum demam sianak ada menderita pilek.
Pada pemeriksaan :
Kesadaran baik, Temp 38.5 C. Pernafasan 40 kali permenit, Berat Badan 11kg
Pem Jantung : HR 100X/menit, regular, M1>M2, tidak ada suara tambahan.
Pem.Paru : Dada symetris, RR 40 x/menit, terdengar ronchi basah kasar yang tidak tetap di
paru kanan lapangan atas. Tidak ada retraksi.
Pem.Abdomen : sopel, H/L : Tak teraba.
Pem.Extr : Tak
Pem Lab :
Darah : Hb 12 gr %.Leukosit 4500/Cumm. Diftell : 1/0/8/65/20/6

1. Klarifikasi Istilah

a) Diftell :Diffrential telling / perhitungan jenis-jenis leukosit.


b) Retraksi : Pemendekan atau penarikan jaringan.
c) Soepel : Desah menghembus pada waktu mengamati.

2. Defenisi masalah

a) Batuk kering
b) Demam
c) Pilek

3. Analisa masalah

a) Batuk Kering
 Peradangan pada tenggorokan
 Respon fisiologi tubuh karena masuknya benda asing ke saluran
pernafasan.

b) Demam
 Kelelahan
 Gejala dari adanya suatu penyakit
 Infeksi
c) Pilek
 Faktor Cuaca
 Respon tubuh terhadap benda asing
4. Kerangka konsep
OS 2 Tahun

KU : Vital Sign : Pem.Fisik : Pem.Lab :

Demam Temp :38,5 ºC Terdengar Diftell :


ronki basah 1/0/8/65/20/6
Batuk Kering RR :40x/menit kasar yang
Pilek tidak tetap di
paru kanan
lapangan atas

DD

1. Bronkitis akut
2. Bronko Pneumoni
3. Bronkitis
4. TB Paru
5. Alergi dengan
sinusitis
6. Ada corpus aleneum
di Bronkus
5. Learning objective

1) Mekanisme terjadinya demam pada ISPA


2) Mekanisme terjadinya batuk
3) Jelaskan yang dimaksud dari ISPA
4) Jelaskan pembagian ISPA
5) Kenapa ISPA sering menyerang anak
6) Jelaskan faktor resiko terjadiya ISPA
7) Etiologi ISPA
8) Patogenesis ISPA
9) Jelaskan definisi, etiologi Bronkitis
10) Bagaimana menegakkan diagnose brokiitis akut
11) DD Bronkitis akut
12) Jelaskan tatalaksana bronkitis akut
13) Jelaskan pencegahan komplikasi bronkitis akut
14) Prognosa bronkitis akut
15) Ronki basah kasar yang tidak tetap di paru kanan lapangan atas.

6. Pembahasan learning objective

1. Mekanisme terjadinya demam pada ISPA

Suhu tubuh diatur oleh otak di bagian hipotalamus pada pre-optik anterior,
merupakan bagian dari diencephalon yang merupakan bagian dari otak depan
(prosencephalon). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat
senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh.
Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang ada di
dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang
berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5°C. Dalam berbagai
aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas misalnya saat
berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh
itu akan segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti. Bila
pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini
akan memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih
ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat. Dan
bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan
berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot
rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna menghasilkan panas tubuh.

Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.


Contohnya, seperti saat kita berada di lingkunganpegunungan yang hawanya
dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini
dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena dengan menggigil itulah,
tubuh kita akan memproduksi panas. Hal diatas merupakan proses fisiologis.
Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis. Proses perubahan suhu
yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh toksis yang
masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses
peradangan (inflamasi) di dalam tubuh.

Proses peradangan merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap


adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses
peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita. Contoh racun
yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit. Mikroorganisme
(MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun
tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO
tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan
memerintahkan pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan
limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit
ini, tubuh itu akan mengelurkan zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi.
Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel
hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat.
Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh
hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran
prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim
siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya,
hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas
suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin
tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya
terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan
utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Sehingga terjadilah
demam(suhu tubuh meningkat pada seseorang). 4. Sherwood L. Human
Physiology, From Cells to Systems. Edisi 5. USA: Thomson; 2004

2. Mekanisme terjadinya batuk

Batuk adalah ekspirasi eksplosif yang memberikan mekanisme proteksi


normal untuk membersihkan saluran trakeobronkial dari sekret dan benda
asing. Jika sampai berlebihan atau mengganggu, batuk menjadi suatu gejala
umum yang perlu mendapatkan perhatian medis. Alasannya bisa karena
ketidaknyamanan terhadap batuk itu sendiri, terganggunya gaya hidup normal,
dan kekhawatiran terhadap penyebab batuk, terutama adanya kanker.
Kendali Sistem Saraf Pusat
Batuk diintegrasikan di medulla oblongata, di mana serat aferen masuk
pertama kali ke dalam atau dekat nukleus traktus solitaries; output motoriknya
terdapat di nukleus retroambigualis yang mengirimkan motor neuron ke otot
pernapasan, dan di nukleus ambiguous yang mengirimkan motor neuron ke
laring dan pohon bronkial. Kendali volunter batuk dapat mem-bypass pusat
integrasi ini, karena pada beberapa pasien dengan kerusakan batang otak
kekurangan refleks batuk, namun dapat secara sadar batuk untuk
membersihkan jalan napas.

Mekanisme Batuk :
1. Fase Inspirasi
Fase inspirasi batuk mencakup inspirasi dalam lewat glotis yang terbuka lebar,
dengan volume bervariasi dari hampir kapasitas vital hingga yang lebih
rendah.
2. Fase Kompresi
Pada fase kompresi, yang berlangsung sekitar 200 milidetik, glotis tertutup
sementara otot ekpirasi berkontraksi, dan tekanan intrapleura serta intra
alveolar meningkat cepat hingga 300 mmHg (40 kPa).
3. Fase Ekspulsif
Fase ekspulsif mengikuti saat glotis terbuka tiba-tiba. Aliran keluar
bergantung pada udara yang tertekan keluar melewati saluran yang menyempit
karena tekanan intratorasik yang /meningkat dan efek tekanan alveolar yang
tinggi. Fase ekspulsif dapat bertahan lama, atau terpotong-potong oleh
penutupan glotis. Pola batuk ditentukan oleh letak anatomis asal batuk dan
jenis reseptor yang diaktifkan.

Aliran udara laminar kuat dikombinasikan dengan jalan napas yang


menyempit, akan menghasilkan suatu tekanan yang kuat yang membawa
benda iritan, bersama sedikit mucus, keluar dari traktus respiratorius.
Meskipun transport mukosiliaris merupakan metode utama untuk
membersihkan lumen jalan napas pada orang sehat, batuk merupakan
mekanisme cadangan, terutama pada pasien paru. Pada banyak penyakit paru,
pembersihan mukosiliaris terganggu, sehingga batuk sangat dibutuhkan untuk
mengeluarkan sekresi dan debri. Lebih lanjut, studi menunjukkan bahwa batuk
lebih efektif jika terdapat hipersekresi mucus.

SPUTUM (DAHAK)
Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam setiap hari.
Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal silia
yang melapisi saluran pernapasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan,
proses normal pembersihan mungkin tak efektif lagi, sehingga akhirnya mukus
tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus
dibatukkan keluar sebagai sputum .
Bila warna sputum kekuning-kuningan menunjukkan infeksi. Sputum yang
berwarna hijau merupakan petunjuk adanya penimbunan nanah. Warna hijau
timbuk karena adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit
polimorfonuklear (PMN) dalam sputum. Sputum yang berwarna hijau sering
ditemukan pada bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkiolus
yang melebar dan terinfeksi. Banyak penderita infeksi pada saluran napas
bagian bawah mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi
makin siang menjadi semakin kuning.

Sputum yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru
akut. Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih
merupakan tanda bronkitis kronik. Sedangkan sputum yang berbau busuk
merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis. Apabila sputumnya berwarna
hijau dan kuning maka positif terinfeksi. Namun bila sputum berwarna putih
dan jernih, berarti sputum atau pasien tidak terinfeksi bakteri. ..Efianty A,
Nurbaiti I, Jenny B, Ratna D R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: FKUI; 2007

3. Jelaskan yang dimaksud dari ISPA

ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2ffi2:153).

ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris
Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli
beserta organ adneksa seperti simrs-sinus, rongga tengah dan pleura ISPA
secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari
(Suryana, 2005:57). Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus
Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama.

4. Jelaskan pembagian ISPA

WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat


keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejalan klinis yang
timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakarya nasional II SPA tahun 1988.
Adapun pembagiannya sebagai berikut :
a) ISPA ringan dengan 1 atau lebih gejala :
 Batuk
 Pilek dengan atau tanpa demam
b) ISPA sedang
Melipti gejala ISPA ringan ditambah 1 atau lebih gejala berikut :
 Pernafasan cepat :
Bayi kurang 1 tahun : 50 kali/menit atau lebih
Usia bayi 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih
 Mengi
Sakit dan keluar cairan dari telinga
 Bercak kemerahan
c) ISPA berat meliputi gejala sedang atau ringan ditambah 1 atau lebih
gejala berikut :
Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi.
 Kesadaran menurun
 Bibir atau kulit pucat kebiruan
 Stridor sewaktu istirahat
 Adanya selaput membrane ifteri

5. Mengapa ISPA sering menyerang anak

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
system pertahanan tubuh anak masih rendah. ISPA sendiri terjadi karena
masuknya kuman dan berkembang biak di dalam saluran nafas manusia
sehingga menimbulkan penyakit dan infeksi. Hal ini disebabkan oleh bakteri
pathogen dan virus. Bakteri dan virus yang masuk melalui saluran pernafasan
lebih tebal dinding dan akan menyerang saat daya tahan tubuh manusia
menurun. Penularannya melalui udara terutama disaat cuaca dingin. Gejala-
gejala penyakit ISPA antara lain batuk, pilek, demam, hidung mampet, bersin,
tenggorokan gatal, suara serak, nyeri saat menelan dan sesak nafas.

6. Jelaskan factor resiko terjadinya ISPA

A. Faktor Agent (Bibit Penyakit)


Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPA) seperti Faringitis dan Tonsilitis
akut dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur.
Setengah dari infeksi ini disebabkan oleh virus yakni virus influenza,
parainfluenza, adeno virus, respiratory sincytial virus dan rhino virus.
B. Faktor Host (Pejamu)
a. Umur
mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh sebab itu
kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan
gambaran klinik yang lebih berat dan jelek, hal ini disebabkan karena ISPA
pada bayi dan anak balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta
belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah.
Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih
optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termsuk Indonesia dan
berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko yang
meningkatkan insiden ISPA adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki.
c. Status Gizi
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Anak yang mendapat
makanan baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh
terhadap status gizinya.
d. Berat badan lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang
kurang dari 2500 gram. BBLR membawa akibat bagi bayi berupa : daya tahan
terhadap penyakit infeksi rendah, pertumbuhan dan perkembangan tubuh lebih
lamban, tingkat kematian lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan berat
badan cukup.
e. Status ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih
dan sehat serta praktis karena mudah diberikan setiap saat. ASI dapat
mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal
sampai berusia 6 bulan). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada
bayi sampai umur 6 bulan tanpa memberikan makanan/cairan lain
f. Status imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Dalam imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Imunisasi merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang terbentuk
melalui vaksinasi.
C. Faktor lingkungan (Environment)
a. Kepadatan Hunian Ruang Tidur
b. Penggunaan Anti nyamuk bakar
c. Bahan bakar untuk memasak
d. Keberadaan perokok

7. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, riketsia, dan jamur.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk virus
influenza, virus prainfluenza dan virus campak) dan adenovirus. Bakteri
penyebab ISPA misalnya, Streptococcus Hemoliticus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Hemofils, Influenza, Bordetella Pertusis dan Karinebakterium
diffleria. Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan atas yaitu tenggorokan dan hidung. Golongan virus
penyebab ISPA adalah mikrovirus dan adenovirus. Virus parainfluenza
merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis, dan
penyakit demam saluran pernafasan atas.
8. Patogenisis ISPA

Ketahanan saluran pernafaan terhadap infeksi maupun partikel gas yang ada
diudara tergantung pada 3 unsur yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibody. Infeksi mudah terjadi pada saluran
nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas CO2 (polutan utama dalam pencemaran
udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau
lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat
lain bila terjadi infeksi. Antibody setempat yang ada di saluran nafas adalah
IgA. Antibody ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibody ini
akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada
anak. Penderita yang rentan mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien
keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi : penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen dan udara nafas.

9. Jelaskan definisi, etiologi Bronkitis

Bronchitis adalah peradangan Bronchioles, broncus, dan trachea oleh


berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus
parainfluenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada
bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus,
bakteri, maupun parasit.

Etiologi bronchitis :
Secara umum penyebab bronchitis dibagi berdasarkan factor lingkungan dan
factor host/penderita. Penyebab bronchitis berdasarkan factor lingkungan
meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi
infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi
virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno
) dan infeksi fungi (monilia). Factor polusi udara meliputi polusi asap rokok
atau uap/gas yang memicu terjadinya bronchitis. Sedangkan factor penderita
meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang
sudah ada.
a. Bronkitis infeksiosa : disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus
terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan
bronchitis berulang bias terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang biasa
merupakan akibat dari :
 Sinusitis kronik
 Bronkiektasis
 Alergi
 Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronchitis iriatif : bronchitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu
yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronchitis iriatif
bias disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam urat,
ammonia, beberapa pelarut organic klorin, hydrogen sulfida, sulfur
dioksida, dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon
nitrogen dioksida, tembakau atau rokok lainnya. Factor etiologi utama
adalah zat polutan.

10. Bagaimana menegakkan diagnosis bronchitis akut

a. Anamnesis : pasien mengalami batuk


b. Lakukakan pemeriksaan fisik : suhu tubuh
c. Pemeriksaan penunjang : foto rongen thorax, tes fungsi paru, oksimetri
untuk menetukan jumlah O2 dalam darah, saropel dahak dapat diambil
untuk pemeriksaan adanya infeksi bakteri
d. Pemeriksaan funsi paru : frekuensi pernafasan orang dewasa normal
berkisar 12-16 kali/menit yang mengangkut
< 5 L udara masuk dan keluar paru. Volume yang < rendah dari kisaran
volume dan kapasitas paru diukur oleh alat spirometri.
e. Analisa gas darah : pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Ukuran-ukuran dalam analisa
gas darah :
 pH normal 7,35 – 7,45
 Pa CO2 normal 35 – 45 mmHg
 Pa O2 normal 80 – 100 mmHg
 Total CO2 dalam plasma normal 24 – 31 meq/L
 HCO3 normal 21 – 30 mEq/L
 Base ekses normal -2,4 scl + 2,3
 Saturasi O2 lebih dari 90%
f. Pemeriksaan radiologis : pemeriksaan PA dilakukan untuk menilai
derajat prognesivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit para
obstruktif menahun.
g. Pemeriksaan laboratorium : hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil
(berdasarkan pada hasil hitung jenis darah) sputum diperiksa secara
makroskopis untuk Dx banding dengan TB

11. DD bronchitis akut


 Pneumonia : orang dengan pneumonia sering mengalami demam yang
lebih tinggi daripada bronchitis akut, sakit tampak lebih berat. Pada
foto thoraks pneumonia akan tampak infiltrate yang tidak ditemukan
pada pasien bronchitis
 Rhinitis alergi : pasien alergi sering mengeluarkan post nasal drip yang
menyebabkan batuk
 Astma : pada pasien asma biasanya terdapat wheezing bilateral.
Perbedaan utama pasien asma dengan bronchitis akut adalah krosinitas
broncospasme. Pada asma broncospasme bersifat rekuren dan progresif
 ISPA (common cold) : infeksi saluran nafas atas karena virus dengan
bronchitis akut boleh jadi tidak dapat dipisahkan. Banyak sumber yang
menyebutkan bahwa bronchitis akut adalah ‘flu dada’ yang
menandakan bahwa bronchitis viral seringkali adalah kelanjutan dari
penyakit saluran nafas atas. Batuk produktif dari common cold dapat
menimbulkan inflamasi trakea dan cabang bronkus atau dapat
dihasilkan dari drainase ost-nasal dari infeksi saluran nafas atas.

12. Jelaskan tatalaksana Bronkitis akut

Biasanya simtomatik, yaitu tirabaring, menghindari udara dingin dan kering.


Kadang-kadang inhalasi uap air akan sangat membantu. Pada pasien yang
menderita batuk yang sangat mengganggu, dapat diberikan obat batuk yang
mengandung kodein atau dekstrometorfan. Antibiotic hanya diberikan jika
terdapat infeksi sekunder bacterial atau pada PPOK

13. Jelaskan pencegahan dan komplikasi bronchitis akut

Pencegahan Bronkitis
1. Pencegahan Primer Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat agar tidak sakit.Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi
gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah :
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau
bisa hingga sampe leher
c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman
dingin (es), dll.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan
anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

2. Pencegahan Sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah


sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan:
a. Diagnosis
b. Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum baik
 Keadaan paru
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pengobatan :
 Antibiotika
 Penisilin
 Quinolon
 Mukolitik dan Ekspektoran
 Ekspektoran
3. Pencegahan tersier
I. Terapi farmakologi :
 Bronkodilator : Beta-2 agonis (Simpatomimetika) dan
Metilxantin

II. Terapi Non-farmakologi


Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
a. Pasien harus berhenti merokok
b. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah
sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari
c. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah
kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga
tubuhnya jangan sampai kedinginan
d. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan
latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.
e. Istirahat yang cukup

Komplikasi Bronkitis
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau
Bronkietaksis

14. Prognosa Bronkitis akut


Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan
gejala klinisnya. Pada eksaserbasi akut, prognosis baik dengan terapi. Pada
pasien bronchitis kronik dan emfisema lanjut dan VEP1 < 1 liter survival rate
selama 5-10 tahun mencapai 40%
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf, hood. 1995. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga university
press

Ari, syam fahrial. Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid II. Jakarta

Corwin, Elisabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Djojodibroto, darmato. 2009. Respirologi. Jakarta: EGC

Rab, Taurani. 1996. Prinsip Gawat Paru Edisi 2. Jakarta: EGC

Wilson, M. Lorraine. 2005. Patofisiologi Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai