“RESPIROLOGI”
KELOMPOK : A7
DISUSUN OLEH :
FASILITATOR:
dr. Endy Julianto
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpah rahmat-Nya kami
mampu menyusun dan menyelesaikan tugas makalah tutor ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada fasilitaror kami yang membimbing
kami selama tutorial sehingga kami mengerti dan memahami isi dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang Respirologi.
Pemicu:
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan demam
dan batuk. Batuknya batuk kering. Satu minggu sebelum demam sianak ada menderita pilek.
Pada pemeriksaan :
Kesadaran baik, Temp 38.5 C. Pernafasan 40 kali permenit, Berat Badan 11kg
Pem Jantung : HR 100X/menit, regular, M1>M2, tidak ada suara tambahan.
Pem.Paru : Dada symetris, RR 40 x/menit, terdengar ronchi basah kasar yang tidak tetap di
paru kanan lapangan atas. Tidak ada retraksi.
Pem.Abdomen : sopel, H/L : Tak teraba.
Pem.Extr : Tak
Pem Lab :
Darah : Hb 12 gr %.Leukosit 4500/Cumm. Diftell : 1/0/8/65/20/6
1. Klarifikasi Istilah
2. Defenisi masalah
a) Batuk kering
b) Demam
c) Pilek
3. Analisa masalah
a) Batuk Kering
Peradangan pada tenggorokan
Respon fisiologi tubuh karena masuknya benda asing ke saluran
pernafasan.
b) Demam
Kelelahan
Gejala dari adanya suatu penyakit
Infeksi
c) Pilek
Faktor Cuaca
Respon tubuh terhadap benda asing
4. Kerangka konsep
OS 2 Tahun
DD
1. Bronkitis akut
2. Bronko Pneumoni
3. Bronkitis
4. TB Paru
5. Alergi dengan
sinusitis
6. Ada corpus aleneum
di Bronkus
5. Learning objective
Suhu tubuh diatur oleh otak di bagian hipotalamus pada pre-optik anterior,
merupakan bagian dari diencephalon yang merupakan bagian dari otak depan
(prosencephalon). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat
senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh.
Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang ada di
dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang
berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5°C. Dalam berbagai
aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas misalnya saat
berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh
itu akan segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti. Bila
pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini
akan memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih
ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat. Dan
bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan
berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot
rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna menghasilkan panas tubuh.
Mekanisme Batuk :
1. Fase Inspirasi
Fase inspirasi batuk mencakup inspirasi dalam lewat glotis yang terbuka lebar,
dengan volume bervariasi dari hampir kapasitas vital hingga yang lebih
rendah.
2. Fase Kompresi
Pada fase kompresi, yang berlangsung sekitar 200 milidetik, glotis tertutup
sementara otot ekpirasi berkontraksi, dan tekanan intrapleura serta intra
alveolar meningkat cepat hingga 300 mmHg (40 kPa).
3. Fase Ekspulsif
Fase ekspulsif mengikuti saat glotis terbuka tiba-tiba. Aliran keluar
bergantung pada udara yang tertekan keluar melewati saluran yang menyempit
karena tekanan intratorasik yang /meningkat dan efek tekanan alveolar yang
tinggi. Fase ekspulsif dapat bertahan lama, atau terpotong-potong oleh
penutupan glotis. Pola batuk ditentukan oleh letak anatomis asal batuk dan
jenis reseptor yang diaktifkan.
SPUTUM (DAHAK)
Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam setiap hari.
Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal silia
yang melapisi saluran pernapasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan,
proses normal pembersihan mungkin tak efektif lagi, sehingga akhirnya mukus
tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus
dibatukkan keluar sebagai sputum .
Bila warna sputum kekuning-kuningan menunjukkan infeksi. Sputum yang
berwarna hijau merupakan petunjuk adanya penimbunan nanah. Warna hijau
timbuk karena adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit
polimorfonuklear (PMN) dalam sputum. Sputum yang berwarna hijau sering
ditemukan pada bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkiolus
yang melebar dan terinfeksi. Banyak penderita infeksi pada saluran napas
bagian bawah mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi
makin siang menjadi semakin kuning.
Sputum yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru
akut. Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih
merupakan tanda bronkitis kronik. Sedangkan sputum yang berbau busuk
merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis. Apabila sputumnya berwarna
hijau dan kuning maka positif terinfeksi. Namun bila sputum berwarna putih
dan jernih, berarti sputum atau pasien tidak terinfeksi bakteri. ..Efianty A,
Nurbaiti I, Jenny B, Ratna D R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: FKUI; 2007
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2ffi2:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris
Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli
beserta organ adneksa seperti simrs-sinus, rongga tengah dan pleura ISPA
secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari
(Suryana, 2005:57). Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus
Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
system pertahanan tubuh anak masih rendah. ISPA sendiri terjadi karena
masuknya kuman dan berkembang biak di dalam saluran nafas manusia
sehingga menimbulkan penyakit dan infeksi. Hal ini disebabkan oleh bakteri
pathogen dan virus. Bakteri dan virus yang masuk melalui saluran pernafasan
lebih tebal dinding dan akan menyerang saat daya tahan tubuh manusia
menurun. Penularannya melalui udara terutama disaat cuaca dingin. Gejala-
gejala penyakit ISPA antara lain batuk, pilek, demam, hidung mampet, bersin,
tenggorokan gatal, suara serak, nyeri saat menelan dan sesak nafas.
7. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, riketsia, dan jamur.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk virus
influenza, virus prainfluenza dan virus campak) dan adenovirus. Bakteri
penyebab ISPA misalnya, Streptococcus Hemoliticus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Hemofils, Influenza, Bordetella Pertusis dan Karinebakterium
diffleria. Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan atas yaitu tenggorokan dan hidung. Golongan virus
penyebab ISPA adalah mikrovirus dan adenovirus. Virus parainfluenza
merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis, dan
penyakit demam saluran pernafasan atas.
8. Patogenisis ISPA
Ketahanan saluran pernafaan terhadap infeksi maupun partikel gas yang ada
diudara tergantung pada 3 unsur yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibody. Infeksi mudah terjadi pada saluran
nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas CO2 (polutan utama dalam pencemaran
udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau
lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat
lain bila terjadi infeksi. Antibody setempat yang ada di saluran nafas adalah
IgA. Antibody ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibody ini
akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada
anak. Penderita yang rentan mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien
keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi : penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen dan udara nafas.
Etiologi bronchitis :
Secara umum penyebab bronchitis dibagi berdasarkan factor lingkungan dan
factor host/penderita. Penyebab bronchitis berdasarkan factor lingkungan
meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi
infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi
virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno
) dan infeksi fungi (monilia). Factor polusi udara meliputi polusi asap rokok
atau uap/gas yang memicu terjadinya bronchitis. Sedangkan factor penderita
meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang
sudah ada.
a. Bronkitis infeksiosa : disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus
terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan
bronchitis berulang bias terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang biasa
merupakan akibat dari :
Sinusitis kronik
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronchitis iriatif : bronchitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu
yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronchitis iriatif
bias disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam urat,
ammonia, beberapa pelarut organic klorin, hydrogen sulfida, sulfur
dioksida, dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon
nitrogen dioksida, tembakau atau rokok lainnya. Factor etiologi utama
adalah zat polutan.
Pencegahan Bronkitis
1. Pencegahan Primer Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat agar tidak sakit.Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi
gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah :
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau
bisa hingga sampe leher
c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman
dingin (es), dll.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan
anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
Komplikasi Bronkitis
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau
Bronkietaksis
Alsagaf, hood. 1995. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga university
press
Ari, syam fahrial. Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid II. Jakarta