Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan
penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu
baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan,
gigitan hewan, sengatan listrik maupun penyebab lainnya. Luka yang tidak
sembuh dalam waktu yang lama, dengan berbagai etiologi merupakan masalah
yang sering ditemukan dalam berbagai disiplin ilmu kedokteran. Kejadian ini
salah satu sumber utama morbiditas, meningkatkan angka mortalitas,
penyebab kerusakan psikologis bagi para penderita, meningkatkan anggaran
biaya pengobatan, kehilangan jam kerja pada penderita dalam usia produktif.
Penyembuhan luka secara perdefinisi adalah perbaikan atau penyusunan
kembali jaringan/organ yang rusak, terutama kulit. Adanya luka akan
mengaktifkan proses sistemik yang merubah fungsi fisiologi yang dapat
melampaui kondisi lokal pada daerah yang mengalami luka. Penyembuhan
luka pada kulit merupakan kondisi yang kompleks, mencakup berbagai respon
terhadap cedera.Secara umum penyembuhan luka menunjukkan respon
organisme terhadap kerusakan fisik jaringan /organ serta usaha pengembalian
kondisi homeostasis sehingga tercapai kestabilan fisiologi jaringan atau organ
yang ditandai dengan terbentuknya epitel yang fungsional diatas daerah luka.
(Gurtner,2007; Mann .dkk.,2001)
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan
rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000
meninggal setiap tahunnya. (Smeltzer, 2000 : 1912)
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000
pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka

1
bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat
perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di Amerika.
Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 secara global luka bakar
termasuk dalam peringkat ke 15, penyebab utama kematian terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda yang berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat
trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun. Berdasarkan data unit luka
bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien dengan luka bakar
akut yang di rujuk pada tahun 2010 sebanyak 143 orang pasien. Dari 50 orang
pasien, 24 orang pasien (48%) meninggal dan 26 orang pasien (52%) dapat
diselamatkan. (Purnama, Huriatul, Wiwik, 2013).
Insiden kasus yang ditemukan pada RSUD Dr. Soetomo ditemukan
seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal
ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa
dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50% dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar
95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan
penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi
tubuh dalam perawatan luka dan teknik rehabilitasi yang lebih efektif
semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien
dengan luka bakar serius. (Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo,
2001).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Management Luka Bakar ?
2. Bagaimana etiologi Luka Bakar ?
3. Bagaimana pembagian stadium dari Luka Bakar ?
4. Bagimana karakteristik dari Luka Bakar ?
5. Bagaimana pathologi dan pahtofisiologi dari Luka Bakar ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dalam menangani Luka
Bakar ?
7. Bagaimana sistem pengkajian luka spesifik pada kasus ?

2
8. Bagaimana issue Topikal dan dressing Modern pada Luka
Bakar?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu untuk mengetahui pengertian Management
luka Bakar
2. Mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana etiologi Luka
Bakar
3. Mahasiswa mampu untuk mengetahui pembagian stadium dari
Luka bakar
4. Mahasiswa mampu untuk mengetahui karakteristik dari Luka
Bakar
5. Mahasiswa mampu untuk mengetahui pathologi dan
pathofisiologi dari Luka Bakar
6. Mahasiswa mampu untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
dalam menangani Luka Bakar
7. Mahasiswa mampu untuk mengetahui pengkajian luka spesifik
pada kasus
8. Mahasiswa mampu untuk mengetahui Issue Topikal dan
Dressing Modern pada Luka Bakar

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar)
yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer,
2000 : 1916).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet. (Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Moenajar, 2002)
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau
radio aktif. (Wong, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas
dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas
dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi. (Moenadjat, 2003).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun
tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2004).

4
Luka bakar adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai
organ tertentu (Lazarus, 1994 dalam Potter & Perry, 2006:1853).
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan
jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi,
sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi.Jenis luka dapat
beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis
jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang
terjadi akibat luka tersebut. (Chemical Burn Causes: 2008).

B. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X, radiasi
nuklir, listrik, bahan kimia, abrasi mekanik. Luka bakar yang disebabkan oleh
panas api, uap atau cairan yang dapat membakar merupakan hal yang lasim
dijumpai dari luka bakar yang parah.
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

gambar luka bakar termal


2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,

5
pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.

gambar luka bakar kimia


3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.

gambar luka bakar elektrik (listrik)


4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

gambar luka bakar radiasi

6
C. Klasifikasi Luka Bakar
1. Luka bakar berdasarkan luas luka
Berat luka bakar (Combustio) bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi
prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka
bakar. Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas
46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan
lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak.
Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler
juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma
meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan
dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan
yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan
peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan
mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin
kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh
tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar,
yaitu:
a) Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh.
Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau
III.
b) Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas
atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai
dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia.
Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang
terbakar pada orang dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

7
 Kepala dan leher : 9%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai maisng-masing 18% : 36%
 Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

c
Gambar role of nine untuk luas luka bakar.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan
kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh
anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20
untuk anak.

Gambar Luas luka bakar

8
c) Metode Lund dan Browder
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa
tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi
besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel
tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia :
 Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai
14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
 Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai
nilai dewasa.

2. Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka


a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka
bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna
kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah
putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi
oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.

9
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan
biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.Luka
tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa
bekas.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka
berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan
kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar
derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.Apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih
utuh.Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit
yang tersisa.Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu
atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak
timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.

10
Klasifik Jaringan Klinis Tes Jarum Waktu Hasil Gambar 1 Gambar 2
asi yang rusak “Pin prick” Sembuh
I Epidermis - Sakit Nyeri 5 – 7 hari Normal
- Merah
- Kering

II Sebagian - Sakit Nyeri 7 – 14 hari Normal, pucat,


Dangkal dermis, merah / atau berbintik
folikel, kuning normal
rambut dan - basah
kelenjar - bula
keringat
utuh
II Hanya - Sakit Tidak 14 – 31 hari Pucat,
Dalam kelenjar merah/k begitu depigmen-tasi,
keringat uning nyeri rata, mengkilat,
yang utuh - Basah rambut (-),
- Bula sikatriks,
hipertropi
III Dermis - Tidak Tidak nyeri 21 hari Sikatriks,
seluruhnya sakit persekun- hipertropi
- Putih dam
- Coklat
- Hitam
- Kering
IV Meluas ke - Hitam; Tidak nyeri Perlu Eksisi
seluruh - hangus
lapisan kulit, dengan
dan ke eskar
dalam
lapisan
lemak, otot

11
dan tulang di
bawahnya

D. Karakteristik Luka Bakar

KARAKTERISTIK
KLASIFI WAKTU
KASI PENAMPILAN SENSASI PENYEMBU BEKAS LUKA GAMBAR
HAN
Luka bakar Terdapat Nyeri Penyembuhan Tidak
Superfisial di epidermis. terjadi menimbulkan
Terdapat secaraspontan jaringan parut
eritema, tetapi dalam waktu
tidak segera 5 – 7 hari
timbul lepuh
Luka bakar Meluas ke Sangat 5 – 35 hari Luka bakar
partial- epidermis dan nyeri ini biasanya
thickness ke dalam lapisan sembuh tanpa
dermis, serta meninggalkan
menimbulkan jaringanparut.K
bula dalam omplikasi
beberapa menit jarang terjadi,
walaupun
mungkin
timbul infeksi
sekunder dalam
luka.
Luka bakar Meluas ke Nyeri Penyembuhan Folikel rambut
partial- seluruh dermis. dengan beberapa mungkin utuh
thickness Namun daerah tekanan minggu. dan akan
dalam sekitarnya parsial Memerlukan numbuh
biasanya tindakan kembali. Pada
mengalami luka debridement luka bakar ini
bakar derajat untuk selalu terjadi
kedua superfisial membuang pembentukan
yang sangat jaringan yang jaringan parut.
nyeri mati.
Biasanya
diperlukan

12
tandur kulit.
Luka bakar Meluas ke Saraf rusak Luka bakar Luka bakar
full- epidermis, sehingga jenis ini derajat ketiga
thickness dermis dan luka tidak mungkin membentuk
jaringan terasa nyeri memerlukan jaringan parut
subkutis. kecuali waktu dan jaringan
Kapiler dan dengan berbulan- tampak sepperti
vena mungkin tekanan bulan untuk kulit yang keras.
hangus dan dalam. sembuh dan Resiko tinggi
aliran darah Namun diperlukan untuk terjadinya
terrsebut didaerah pembersihan kontraktur
berkurang sekitarnya secara bedah
biasanya dan
nyeri penanduran
seperti
pada
lukabakar
derajat
kedua

E. Patofisiologi dan Pathway


Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh.Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik.Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan.Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent.Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Mikroskopik dari luka bakar pada prinsipnya nekrosis koagulasi. Di
bawah jaringan yang jelas hangus ada tiga zona yang berbeda. pertama adalah
zona koagulasi dengan tidak ada aliran darah kapiler.
Tingkat keparahan ditentukan oleh suhu dan lama pemaparan.
Sekitarnya adalah zona stasis, ditandai dengan aliran darah kapiler lambat.
Meskipun rusak, jaringan belum digumpalkan. Stasis dapat terjadi lebih awal
atau terlambat. Menghindari cedera tambahan dari gosokan atau dehidrasi
dapat mencegah perubahan stasis dari berkembang dan dalam cara mencegah

13
perpanjangan kedalaman luka bakar. Pencegahan oklusi vena penting karena
dapat menyebabkan trombosis dan infark di zona ini. Zona ketiga adalah
"hiperemia," yang merupakan respons peradangan biasa dari jaringan sehat
untuk cedera mematikan. Sebuah kehilangan cairan intravaskuler cepat dan
protein terjadi melalui kapiler panas-luka. Kehilangan volume terbesar dalam
6-8 jam pertama, dengan integritas kapiler kembali ke normal 36-48 jam.
Selain itu, ada peningkatan tekanan osmotik edema interstisial yang
menonjolkan itu. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah sementara di
juga terjadi di jaringan tak terbakar, mungkin sebagai akibat dari rilis awal
mediator vasoaktif. Namun, edema yang berkembang di jaringan nonburned
selama resusitasi tampaknya karena sebagian besar ke hypoproteinemia
ditandai disebabkan oleh hilangnya protein ke dalam luka bakar sendiri.
Penurunan umum dalam energi sel dan membran potensial terjadi sebagai
akibat dari penurunan perfusi jaringan awal. Hal ini menyebabkan pergeseran
natrium ekstraseluler dan air ke dalam ruang intraselular, yang pada gilirannya
akan meningkatkan kebutuhan cairan. Proses ini juga dikoreksi sebagai
stabilitas hemodinamik dipulihkan. Asap inhalasi nyata meningkatkan
ketidakstabilan hemodinamik, kebutuhan cairan, dan tingkat kematian.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air
panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang
serupa.Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.Kejadian sistemik
awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika
akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan

14
melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga
36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8
jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terjadi
kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan
cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan
plasma.Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka
bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia.Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme
dan respon lokal.Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya
volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan
menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus
renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen

15
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.Imunosupresi membuat
pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalami sepsis.Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

16
Pathway

17
F. Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini,
seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life
thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang
berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan
O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat
hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ –
organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

18
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan
oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan
8. Albumin Serum
Peningkatan albumin serum menunjukkan respon stress
9. BUN atau Kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan

19
10. Urine
Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan
dalam dan kehilangan protein
11. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
12. EKG
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
13. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

H. Pengkajian Luka Bakar


1. Luka Bakar Derajat I (Superfisial)
a. Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
b. Kulit kering, hiperemik berupa eritema
c. Tidak dijumpai bula
d. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
e. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari
Untuk topikal yang bisa digunakan pada derajat I ini adalah:
Bioplacentone dan Metcovazine

2. Luka Bakar Derajat II (partial-thickness)


a. Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
c. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka
bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12
sampai 24 jam.

20
d. Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah.
e. Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
f. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan
kurang dari 3 minggu.
Untuk topikal yang bisa digunakan pada derajat II ini adalah: Mafenide

3. Luka Bakar Derajat II (partial-thickness dalam )


a. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
c. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa.
d. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak
berwarna pink dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi
suplai darah ke dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali; daerah yang berwarna pink mengindikasikan masih ada
beberapa aliran darah).
e. Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9
minggu
Untuk topikal yang bisa digunakan pada derajat II ini adalah: Silfer
Sulfadiazine

21
4. Luka Bakar Derajat III (partikal full thickness)
a. Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
b. Tidak dijumpai bula
c. Apendises kuliit rusak
d. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar.
e. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
f. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian.
g. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

Untuk topikal yang bisa digunakan pada derajat ini adalah: Burnizane

I. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan

22
(drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki
karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk
memadamkan apinya. Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia
atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda
dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka
bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan
membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat
menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan
menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan
obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam
mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.
2. Hospital
a. Resusitasi A, B, C
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih
dahulu.
1) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum
yang hitam.
2) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat
gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa
juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat
gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae
3) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen
cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat
diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans

23
b. Resusitasi Cairan
1) Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
a) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1 cc NaCl
b) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1 cc larutan koloid
c) 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua.
Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
2) Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung
dengan rumus :

Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc

Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,


sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
3) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka
4) Monitor urine dan CVP
5) Topikal dan tutup luka
a) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
b) Tulle
c) Silver sulfa diazin tebal
d) Tutup kassa tebal
e) Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor
6) Obat-obatan

24
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
3. Ada 2 cara perawatan luka bakar antara lain:
a. Perawatan Terbuka
Perawatan terbuka (exposure method). Dalam terapi pemaparan,
tidak ada perban yang diaplilaksikan diatas luka setelah aplikasi
dari agen luka dua kali atau tiga kali sehari. Pendekatan ini
biasanya digunakan pada wajah dan kepala. Kekurangnnya
meningkatkan rasa sakit dan kehilangan panas akibat luka terbuka
dan peningkatan resiko kontaminasi silang.keuntungan perawatan
terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan yang selalu terbuka
menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang,
kerugiannya bila digunakan obat tertentu misalnya mitra-argenti,
alas atidur menjdi kotor. Penderita dan keluargapun merasa
kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Perawatan
luka terbuka ini perlu ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan
aktif. Keadaan luka harus diamati beberapa kali sehari. Cara ini
baik untuk merawat luka yang dangkal. Untuk luka bakar derajat
III dengan eksudasi dan pembentukanpun harus dilakukan
pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap
kering. Penderita perlu dimandika setiap hari, tubuh sebagian
yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik secra bertahan.
b. Perawatan Luka Tertutup
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang
dimaksudkan untuk menutup luka dart kemungkinan kontaminasi,
tetapi tutupnya sedemikian rupa sehingga luka masih cukup
longgar untuk ber-langsungnya penguapan. Keuntungan
perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak

25
bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dana lebih banyak
karena dipakainya banyak pembalut dan anti-septik. Kadang
suasana luka yang lempab dan hangat memungkinkan kuman
untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat
pada luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi
ditunggu sampai terlepas sendiri. Sedapat mungkln luka ditutup
kasa penjerap setelah dibubuhi dan dikompres dengan antiseptik.
4. Tindakan Eskariotomi
Tindakan Pembedahan Luka bakar mengakibatkan terjadinya
jaringan parut. Jaringan parut merupakan jaringan dermis dan
epidermis yang berisi protein yang terkoagulasi yang bisa bersifat
progresif (Sidik, 1982). Pada luka bakar jaringan yang terbentuk akan
mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga diperlukan tindakan
eskarotomi. Eskarotomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk
mengatasi perfusi jaringan yang tidak adekuat karena adanya eschar
yang menekan vascular. (Ignatavicius D, 1991 hal. 385).

Tindakan yang dilakukan hanya berupa insisi dan bukan


membuang eschar. Apabila tindakan ini dilakukan akan
mengakibatkan tidak adanya aliran darah ke pembuluh darah dan
terjadi hipoksia serta iskemia jaringan. Tindakan pembedahan lain
yang sering dipakai adalah eksisi tangensial yaitu tindakan membuang
jaringan dan jaringan dibawahnya sampai persis diatas fasia dimana

26
terdapat pleksus pembuluh darah sehingga langsung dilakukan operasi
skin graft (Sidik, 1983).
Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan
dalam lapirsan tipis dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel
yang mendasari. Bila seluruh luka sudah dieksisi sampai lapangan
normal, maka luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan sebagai
ketebalan kulit (split thickness).
Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan keadaan kulit yang akan
dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka bakar terjadi pada wajah
dengan cangkokan kecil maka harus ditutup dengan cangkokan kecil
yang diambil dari daerah post-auricularis atau supraclavicularis untuk
menghindari kesulitan mencocokan warna. Bedah rekonstruksi
merupakan tindakan bedah yang mengkhususkan pada penanganan
kecacatan serta kelainan pada kulit, jaringan lunak, rangka, dan otot.
Salah satu contoh tindakan bedah ini adalah cangkok kulit
(transpalnatasi kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit
akibat luka bakar atau kecelakaan. Transplantasi umumnya merupakan
auto-transplantasi, yaitu kulit yang digunakan berasal dari individu
yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya untuk meningkatkan
keberhasilna tindakan bedah untuk meminimalkan reaksi penolakan
tubuh yang dapat timbul.
Metode baru yang digunakan dalam transplantasi kulit, yaitu split
cangkok kulit dan flap.
1) Split cangkok kulit (skin grafting)
Split cangkok kulit merupakan cangkok lapisan epidermis kulit
yang dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan
dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuh, namun pada
umumnya berasal dari daerah paha, pantat, punggu atau perut.
Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan
yang bila direnggangkan akan membentuk jala, sehingga
luasnya dapat mencapai 1,5 hingga 6-9x luas semula. Teknik
cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya digunakan pada

27
luka bakar yang luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
maka diperlukan beberapa persyaratan antara lain sistem
peredaran darah pada daerah resipien (daerah yang
mendapatkan kulit cangkokan) harus baik, tidak infeksi, dan
keadaan umum penderita harus baik.
2) Flap
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak
dibawahnya yang diangkat dari tempat asalnya. Flap yang
dipindahkan akan membentuk pendarahan baru di tempat
resipien. Tindakan bedah rekonstruksi ini antara lain sering
digunakan untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang
timbul akibat kecelakaan. Aplikasi teknik bedah ini digunakan
pada rekonstruksi hidung, memperbaiki kelainan pada wajah
paska operasi (misalnya pada pipi paska operasi tumor), dll.

Walaupun dalam bedah rekonstruksi diupayakan semaksimal mungkin


menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tubuh penderita sendiri,
namun adakalanya hal tersebut tidak memungkinkan. Oleh karena itu,
untuk menunjang upaya bedah rekonstruksimasaih diperlukan bahan-
bahan sintetis. Bahan-bahan tersebut sebelum digunakan dan ditanam
dalam tubuh harus memiliki beberapa syarat antara lain tidak atau
sedikit menimbulkan reaksi tubuh, tidak bersifat magnetis, dan tidak
menghantarkan listrik, bahan sintetik yang lazim dipakai adalah
silicon, akrilik, dan logam campuran seperti titanium

28
J. Issue Topikal Modern Dressing Pada Luka Bakar
Madu adalah cairan kental manis yang dihasilkan oleh lebah,bahan ini
telah lama digunakan sebagai obat, madu mempunyai manfaat yang besar,
selain memiliki efek anti mikroba, madu juga memiliki efek anti inflamasi dan
meningkatkan fibroblastik serta angioblastik.
Mengobati luka bakar ringan maka ada biasa menggunakan beberapa
bahan alami seperti dibawah ini:
1. Menggunakan madu murni
Tips yang dapat dipakai saat merawat luka dengan terapi madu (Molan,
2001):
a. Gunakan jumlah madu sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang
keluar dari luka.
b. Frekuensi penggantian balutan tergantung pada cepatnya madu terlarut
dengan eksudat luka.Jika tidak ada cairan luka, balutan dapat diganti
dua kali seminggu supaya komponen antibakteri yang terkandung di
dalam madu dapat terserap ke dalam jaringan luka.
c. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, gunakan second dressing yang
bersifat absorbent. Jika madu digunakan langsung pada luka, madu
akan meleleh sehingga keluar area luka. Hal ini tidak akan efektif
untuk merangsang proses penyembuhan luka.
d. Gunakan balutan yang bersifat “oklusif”, yaitu menutup semua
permukaan luka untuk mencegah madu meleleh keluar dari area luka.
e. Pada cairan luka yang sedang, sebaiknya gunakan transparent film
sebagai second dressing.
f. Pada abses (nanah) dan undermining (luka berkantong), perlu lebih
banyak madu untukmencapai jaringan di dalamnya. Dasar luka harus
diisi dengan madu sebelum ditutup dengansecond dressing seperti kasa
atau dressing pad lainnya.
g. Untuk memasukkan madu pada luka berkantong, sebaiknya gunakan
kasa atau dressing pad sehingga kerja kandungan madu lebih efektif.
2. Menggunakan lidah buaya

29
Obat herbal untuk luka bakar adalah dengan lidah buaya.Kandungan
alaminya yang ada di dalam lidah buaya sangat baik untuk kesehatan kulit.
Caranya potonglah lidah buaya serta gelnya keluar dan kemudian gel tadi
dioleskan pada luka, lakukan cara ini dengan teratur dan berulang-ulang
sampai luka bakar mengering.
3. Contoh Topikal yang digunakan pada luka bakar
a. Silfer Sulfadiazin 1% (SSD 1%)

Obat ini digunakan dengan perawatan lain untuk membantu


mencegah dan mengobati infeksi luka pada pasien dengan luka bakar
serius. Silver sulfadiazin bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri yang dapat menginfeksi luka terbuka. Hal ini membantu untuk
mengurangi risiko bakteri menyebar ke kulit di sekitarnya, atau ke
darah di mana dapat menyebabkan infeksi darah yang serius (sepsis).
Perak sulfadiazin milik kelas obat yang dikenal sebagai antibiotik
sulfa. Perak sulfadiazin tidak boleh digunakan pada bayi prematur
atau bayi baru lahir di selama 2 bulan pertama kehidupan karena
risiko efek samping yang serius.
Terapkan obat ini untuk luka dengan menggunakan teknik steril (
seperti memakai sarung tangan steril dan menggunakan alat aplikasi
steril ) , seperti yang diarahkan oleh dokter Anda , biasanya 1 sampai
2 kali sehari . Lapisan obat harus sekitar satu - enam belas inci ( 1-2
mm) tebal atau seperti yang diarahkan . Luka harus ditutup dengan
krim setiap saat . Dressing dapat diaplikasikan di atas krim , tapi
hanya jika diperlukan . Jika beberapa krim menular luka , mengajukan
permohonan kembali segera.

30
b. Mafenide

Mafenide , obat sulfa , digunakan untuk mencegah dan mengobati


infeksi bakteri atau jamur. Ia bekerja dengan mencegah pertumbuhan
jamur atau bakteri yang mungkin terjadi pada luka bakar.
c. Gentamisin

Gentamisin 0,1 % x 5 gram, Setiap gram salep mengandung


gentamisin sulfat setara dengan gentamisina 1mg. Gentamisina
merupakan suatu anitibiotika golongan aminoglikosida yang aktif
untuk menghambat kuman-kuman penyebab infeksi kulit primer
maupun sekunder seperti staphylococcus yang menghasilkan
penisilinase, pseudomonas aeruginosa dan lain-lain.
d. Bioplacenton

Bioplacenton kandungannya berisi Neomycin Sulphate0.5% dan


ekstrak placenta 100mg. Neomycin Sulphate adalah bahan aktif yang

31
digunakan sebagai antibiotik yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya infeksi, inflamasi (peradangan) dan mencegah luka tidak
melebar. Topikal antibiotik memang banyak digunakan untuk luka
bakar dan kondisi kulit lainnya yang bermasalah. Sementara ekstrak
placenton digunakan untuk memberikan kenyamanan pada permukaan
kulit. Kulit yang luka juga memerlukan perawatan untuk dapat
kembali ke keadaan semula, jadi fungsinya untuk meregenerasi kulit
sehingga luka tidak meninggalkan bekas.
e. Metcovazine

Metcovazine adalah salep perawatan kulit, salep ointment


berwarna putih. Cara penggunaaan oleskan pada daerah yang
mengalami masalah pada kulit. Fungsi dari obat ini adalah untuk
membantu autolysis (membantu melepas lapisan kulit mati yang tidak
lagi dibutuhkan oleh tubuh yang biasanya menempel kuat pada
kulit dan biasanya berwarna hitam atau kuning), Tidak menyebabkan
lengket saat di buka, Mengurangi bau tidak sedap, Melembab yang
sesuai dengan kebutuhan kulit, Membantu regenerasi kulit baru.
f. Burnazine

Burnizane, Obat antimikroba topikal yang diindikasikan untuk


pencegahan dan pengobatan sepsis luka pada pasien tingkat luka bakar
kedua dan ketiga. Burnazin krim tidak boleh dipakai untuk penderita

32
yang peka terhadap golongan sulphonamide. Jangan gunakan pada
wanita hamil tua, bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan resiko
kern-icterus. Dapat terjadi reaksi lokal seperti rasa terbakar, gatal dan
kulit kemerahan, leukopenia, gangguan darah lain, hepatitis, dan
nekrosis hepatoseluler. Untuk dosisnya 1-2 kali sehari.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang
disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan
kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi
diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan
luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi. (Moenadjat,
2003).
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X,
radiasi nuklir, listrik, bahan kimia, abrasi mekanik. Luka bakar yang
disebabkan oleh panas api, uap atau cairan yang dapat membakar
merupakan hal yang lasim dijumpai dari luka bakar yang parah.
Kalasifikasi luka bakar dibagi menjadi beberapa tipe antara lai
adalah: Luka bakar Superfisial, Luka bakar partial-thickness, Luka bakar
partial-thickness dalam, Luka bakar full-thickness. Contoh Topikal yang
digunakan pada luka bakar Silfer Sulfadiazin 1% (SSD 1%), Gentamisine,
Mafinide, Bioplacenton, Metcovazine, Burnazine.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,


editor. Buku ajar ilmu bedah.Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3.
Jakarta: EGC

Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Moenadjat Y. 2003. Luka bakar.Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI.Jakarta : Media


Aeuscullapius

R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah ; luka bakar hal 73 – 81

R yefta M : Luka bakar Pengetahuan klinis praktis David C sabiston : buku Ajar
Bedah ; Luka Bakar hal 151- 160

Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

35

Anda mungkin juga menyukai