Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
semilunaris yang bentuknya mirip dengan telinga kelinci dan berada di atas
kelenjer prostat, normalnya juga tidak dapat di raba.
Pada wanita biasanya serviks uteri dapat diraba melalui dinding anterior
rectum. Dinding rectum mengandung tiga lipatan yang mengarah kedalam dan
dinamakan valvula (katup) Houston. Valvula yang letaknya paling rendah
terkadang dapat diraba dan biasanya berada pada sisi tubuh sebelah kiri.
Sebagian besar rectum yang dapat diakses dengan pemeriksaan colok dubur (
rectal toucher) tidak memiliki permukaan peritoneal dan dapat menjangkaunya
dengan ujung jari tangan. Dengan demikian dapat mengenali gejala nyeri tekan
pada inflamasi peritonel atau nodularitas.
Kanalis anal memiliki panjang sekitar 4 cm, yang dikelilingi dengan
mekanisme sfingter anus. Setengah bagian atas dari kanalis anal dilapisi oleh
mukosa glandular rektal. Mukosa bagian teratas dari kanalis anal berkembang
sampai 6-10 lipatan longitudinal, yang disebut columns ofMorgagni, yang
masing masing memiliki cabang terminal dari arteri rektal superior dan vena.
Lipatan-lipatan ini paling menonjol di bagian lateral kiri, posterior kanan dan
kuadran anterior kanan, dimana vena membentuk pleksus vena yang menonjol.
Mukosa glandular relatif tidak sensitif, berbeda dengan kulit kanalis, kulit
terbawahnya lebih sensitif. Mekanisme spincter anal memiliki tiga unsur
pembentuk, spincter internal, spincter eksternal dan puborektalis. Spincter
internal merupakan kontinuasi yang semakin menebal dari muskular dinding
ginjal. Spincter eksternal dan puborektalis sling (yang merupakan bagian dari
levator ani) muncul dari dasar pelvis.
3
Vaskularisasi rektum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh melalui
arteri hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior
merupakan kelanjutan akhir arteri mesentrika inferior. Arteri hemoroidalis
media merupakan cabang ke anterior dari arteri hipogastrika. Arteri
hemoroidalis inferior dicabangkan oleh arteri pubenda interna yang merupakan
cabang dari arteri iliaca interna, ketika arteri tersebut melewati bagian atas
spina ischiadica. Sedangkan vena-vena dari kanalis anal dan rectum mengikuti
perjalanan yang sesuai dengan perjalanan arteri. Vena-vena ini berasal dari 2
pleksus yaitu pleksus hemoroidalis superior (interna) yang terletak di
submukosa atas anorectal junction, dan pleksus hemoroidalis inferior (eksterna)
yang terletak di bawah anorectal junction dan di luar lapisan otot.
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik.
Serabut saraf simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari
system parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua,
ketiga, dan keempat. Persarafan parasimpatik (nervi erigents berasal dari saraf
sacral kedua, ketiga, dan keempat.4
4
2.2 Fisiologi Anus dan Rektum
Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal ialah untuk
mengeluarkanmassa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan
melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal
tidak begitu berperan dalam proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit
cairan. Selainitu sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan mukus yang berfungsi
sebagai pelican untuk keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian
diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada
rectosimoid junction, kira-kira 20 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam
dari tempat ini juga memberi tambahan penghalang masuknya feses ke rektum.
Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum, secara
normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh refleks kontraksi
dari rectum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-
menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot
sfingter ani interna dan eksterna.5,6
2.3 Definisi
Proktitis merupakan suatu inflamasi pada lapisan mukosa rectum.
Proktitisdapat mengenai suatu lapisan masyarakat, dapat terjadi akut maupun
kronis. Dengan adanya proktitis, dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman
maupun nyeri. Kondisi tersebut juga dapat menimbulkan perdarahan dan
pengeluaran mucus yang berlebihan yang disertai berbagai gejala lain.7
2.4 Epidemiologi
Frekuensi proktitis berhubungan dengan penyebab penyakitnya.
Proktitis yang disebabkan oleh terapi radiasi sekitar 5-20% dari pasien yang
mengalami proktitis akut. Biasanya sejak 6 bulan terapi dengan dosis yang
melebihi 50 Gy. Proktitis akibat radiasi kronik mempunyai onset yang lambat.
Kira-kira 9-14 bulan setelah paparan radiasi namun juga dapat timbul
kapanpun hingga 30 tahun setelah terapi selesai.
5
Insiden proktitis laki-laki lebih banyak terkena daripada perempuan.
Dan dari segi usia, orang dewasa lebih banyak daripada anak-anak.8,9
2.5 Etiologi
Proktitis mempunyai banyak penyebab, termasuk penyebab akut,
jangka pendek atau kondisi kronik. Berikut ini merupakan beberapa penyebab
dari proktitis.7,8,10
6
e. Terapi Radiasi
Proktitis radiasi merupakan komplikasi paling umum pada penderita prostat
pada laki-laki dan kanker ovarium pada wanita yang menerima radioterapi.
Gejala dari proktitis radiasi biasanya berupa perdarahan rectal, yang
berlangsung dalam 6 minggu setelah mulai terapi atau lebih dari 9 bulan
setelah terapi selesai. Dengan meningkatnya penggunaan radioterapi maka
kejadiannya juga akan meningkat.
f. Antibiotik
Penggunan antibiotic pada beberap orang dapat menyebabkan proktitis. Selain
membunuh bakteri, antibiotic juga dapat membunuh bakteri baik yang ada di
traktus gastrointestinal. Kehilangan bakteri ini dapat menyebabkan bakteri
lainnya berkembang seperti yang telah dikenal Clostridium diffcie yang
menyebabkan infeksi pada kolon dan rectum.
2.6 Patofisiologi
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan proktitis diantaranya
disebabkan oleh virus atau bakteri yang menyebabkan respon imun dalam
menfagositosis dan membasmi benda asing yang masuk sehingga dapat
menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding rektum. Pada
permulaan penyakit timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat
mengakibatkan kerapuhan hebat sehingga dapat terjadi perdarahan akibat
trauma ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada penyakit yang
kronis dapat menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian
terkelupas dan menyisakan daerah tidak bermukosa (tukak). Tukak mula-mula
tersebar dan dangkal tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaaan
mukosa yang hilang dapat menjadi luas sehinggamengakibatkan hilangnya
jaringan, protein, dan darah dalam jumlah banyak. Begitu pula dengan terapi
radiasi pada penyakit tertentu hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan sel-sel
mukosa rektum sehingga terjadi iritasi rektum dan kerusakan saraf di rektum.
Kerusakan saraf di rektum dapat menimbulkan spasme sfingter otot anal dan
rasa ingin defekasi yang mendesak yg tidak dapat di kontrol, banyak kelainan
patologis yang dapat ditimbulkan.1
7
2.7 Manifestasi Klinis
Gejala proktitis berbeda tergantung pada penyebabnya.2,3,11
• Gejala yang paling umum adalah bahwa adanya dorongan terus untuk buang
air besar. Rektum terasa “penuh” atau bisa mengalami sembelit (tidak dapat
memiliki gerakan usus).
• Gejala ringannya seperti nyeri di daerah anus dan iritasi ringan rektum.
• Gejala yang lebih serius dapat terjadi, seperti nanah dan darah pada cairan
disertai spasme dan rasa sakit saat buang air besar.
• Jika mengalami perdarahan berat yang berhubungan dengan proktitis,
mungkin menyebabkan anemia (karena kehabisan darah). Seseorang yang
anemia biasanya memiliki kulit pucat, lekas marah, lemah, pusing , kuku
rapuh, dan sesak napas.
• Perdarahan rektum cenderung berwarna merah terang dan persisten
tetapijarang parah. Perdarahan bisa berlangsung selama beberapa minggu atau
lebih.
• Perubahan pada kebiasaan buang air besar cenderung terjadi, biasanya dengan
penurunan volume dan peningkatan konten mukoid. Pasien akan mengeluh
diare ringan dengan banyak lendir. Diare ringan adalah keluhan yang paling
umum.
• Pasien dapat melaporkan tenesmus atau urgensi fekal.
• Diare berat umumnya jarang terjadi.
• Konstipasi dapat terjadi jika peradangan parah.
• Pasien juga dapat mengeluh kram abdominal. Hal ini disebabkan oleh
inflamasi pada pelvis.
8
Sifilis (proktitis sifilis): Gejala mirip seperti pada infeksi proktitis
lainnya yaitunyeri rektal. Sifilis terjadi dalam 3 tahap:
a. Tahap Primer: rasa sakit yang terlokalisir ditemukan di lokasi
kontakseksual. Luka ini kurang lebih satu inci. Selama tahap akut dari
infeksi,kelenjar getah bening di pangkal paha akan menjadi sakit,
terlihat tegas, dankenyal.
b. Tahap Sekunder: pada tahap ini sifilis akan menghasilkan luka di
sekitaranus dan rektum, serta ruam akan menyebar yang mungkin
munculdiseluruh tubuh terutama pada tangan dan kaki.
c. Tahap ketiga: tahap ini biasanya muncul lambat dalam perjalanan
penyakitsifilis dan kemudian akan menyebar mempengaruhi sebagian
besar hati dansistem saraf.
Chlamydia (proktitis klamidia): Proktitis akibat infeksi ini terjadi dari
20%kasus proktitis. Proktitis klamida mungkin tidak menunjukkan
gejala, tapi tidakmenutup kemungkinan tedapat gejala ringan, atau
gejala parah. Gejala ringan seperti sakit pada dubur saat buang air
besar, dan spasme rektum. Dengan kasus yang parah, mungkin akan
terjadi perdarahan yang mengandung debitdan nanah, nyeri rektum
yang hebat, dan diare. Beberapa kasus mungkin terjadipenyempitan
jalan dubur. Penyempitan ini dapat menyebabkan sembelit, rastegang,
dan feses yang keluar menjadi sedikit.
9
Proktitis akibat HPV: penyebabnya adalah virus yang dikenal sebagai
humanpapillomavirus (HPV) menimbulkan kutil dubur, yang
digambarkan sebagaipertumbuhan jaringan lunak di sekitar anus. Kutil
ini dapat mempengaruhibagian bawah rektum. Gejalanya mungkin akan
terasa gatal di sekitar dubur ,rasa sakit, dan adanya perdarahan.
10
dengan pembentukan fibrosis berdasarkan kelainan obliteratif arteri. Jika
pendarahan parah dapat menyebabkan kelemahan, pusing, palpitasi, dan tanda-
tanda anemiadefisiensi besi akibat kehilangan darah.4
2.8 Diagnosis
a. Anamnesis
Adanya gejala dan tanda proktitis, seperti :
- Dorongan untuk terus buang air besar
- Rectum terasa penuh atau terus mengalami sembelit
- Nyeri didaerah anus dan iritasi ringan rectum
- Adakah nanah dan darah pada feses disertai spasme dan rasa
sakitsaat buang air besar
Kondisi kesehatan sebelumnya
Riwayat keluarga
Kebiasaan seksual
Berdasarkan penelitian faktor resiko oleh WHO di beberapa Negara
pasien akan dianggap berperilaku beresiko tinggi bila terdapatjawaban
“ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini: 7,13
1. Pasangan seksual >1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan
terakhir
3. Mengalami 1/lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
4. Perilaku pasangan seksual beresiko tinggi
b. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Pemeriksaan fisik abdomen
Pemeriksaan colok dubur (rectal toucher)
- Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal: Pemeriksaan ini
dilakukanuntuk menemukan ulkus, inflamasi, ruam atau
ekskoriasi.
- Palpasi sfingter ani untuk mencari lesi yang ada, seperti fisura
aniyang mungkin menyebabkan nyeri tekan tersebut.
11
- Palpasi dinding rektm untuk mengetahui adanya polip, setiap
adaketidak teraturan atau nyeri tekan harus dicatat. Untuk
memeriksakeseluruhan dinding rectum adalah dengan memutar
punggungmenghadap pasien sehingga dapat melakukan
hiperpronasi tangan
c. Pemeriksaan Laboratorium
o Tes darah lengkap
Tes lengkap ini dilakukan untuk mengevaluasi kehilangan darah
atauinfeksi. Orang dengan proktitis mungkin memiliki jumlah
sel darahputih tinggi yang terjadi bila ada peradangan atau tubuh
memerangiinfeksi. Jika mencurigai adanya masalah pembekuan
darah, mungkindilakukan pemeriksaan darah yang lebih
spesifik.1
o Tes tinja
Tes tinja dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
bakteri yangdapat menyebabkan penyakit dan screning PMS (
penyakit menularseksual) yang terkait dengan proktitis. Untuk
pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika
pemeriksaan sangat diperlukan bolehjuga sampel tinja diambil
dengan jari bersarung dari rectum. Untukpemeriksaan biasa
dipakai t inja sewaktu, jarang dipakai tinja 24 jam
untukpemeriksaan tertentu. Jika akan memeriksa tinja, pilihlah
selalu sebagiandari tinja itu yang memberi kemungkinan
sebesar-besarnya untukmenemui kelainan. Selain itu pada test
tinja ini dapat dinilai warna, bau,konsistensi, lendir dan darah.
Seperti test darah samar sangat pentingsekali untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapatdinyatakan secara
makroskopis atau mikroskopis.3
12
o Biopsi
Dokter juga dapat mengambil biopsi atau sepotong kecil
jaringan daridubur untuk menguji penyakit atau infeksi.
Penemuan histologis biasanyakonsisten dengan peradangan.
Namun, penemuan histologis terinci yangmenuju etiologi
seringkali tidak memungkinkan. Inflamasi yang parah dapat
merusak penemuan histopatologis spesifik dari penyakit-
penyakitlain, seperti IBD atau C difficile. Mengenai etiologi
infeksi, colitis diversi,atau proktitis radiasi, histologi inflamasi
tidak bersifat patognomonik.Salah Satu pengecualian adalah
kolitis CMV pada pasien dengangangguan sistem imun.3,11,12
d. Pemeriksaan Radiologi
Umumnya, tidak ada pemeriksaan radiologi yang diperlukan jika
inflamasidiketahui terbatas pada rektum dan anus. Namun, jika terdapat
kemungkinan IBD(baik penyakit Crohn ataupun kolitis ulseratif) atau iskemia,
maka diperlukan pemeriksaan radiologi lebih lanjut.
1. Endoscopi
Sebuah tabung cahaya dengan kamera dilewatkan melalui anus dan digunakan
untuk melihat permukaan dubur dan kolon gambar di proyeksikan di layar tv
dan diperbesar untuk mengidentifikasi perubahan.
• Proktoskopi
Deteksi kelainan 8 – 10 cm dari anus
• Rektosigmoidoskopi
Deteksi kelainan 20 – 25 cm dari anus
• Kolonoskopy
Dapat mencapai seluruh kolon
13
Gambar 2.3 Proktitis yang terlihat pada endoskopi fleksibel
2. Anoscopy
Tes ini memungkinkan pemeriksaan canalis ani dan rektum bawah melalui
pembukaan anus menggunakan alat khusus yang disebut anoskopi.3
3. Flexible sigmoidoscopy dan colonoscopy
Kedua tes tersebut digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit
Crohn’s. Tes tersebut sama, tapi pada colonoskopi digunakan untuk
melihatsecara keseluruhan bagian colon dan rektum, sedangkan pada
sigmoidoskopi digunakan hanya untuk melihat bagian bawah colon dan
rektum. Syarat melakukan pemeriksaan tersebut pasien harus diet rendah cairan
selama 1-3 hari sebelum diperiksa. Pada kedua pemeriksaan ini kita dapat
melihat inflamasi, perdarahan, atau ulkus pada dinding kolon.3
4. X-ray abdomen dan pelvis.
Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi barium enema. Dalam proses ini,
bahan kontras (barium cair) dimasukkan ke dalam kolon melalui anus. Setelah
kolon dilapisi dengan barium, radiolog mengambil gambar X-ray dari kolon.
Gambar-gambar ini, yang dapat dilihat pada monitor video, dapat
mendeteksikelainan-kelainan dalam usus besar. Jika dicurigai penyakit Crohn,
X-raygastrointestinal bagian atas dengan kontras dapat menunjukkan penyakit
ileum terminal dan striktur jejunal-ileum.1
14
5. USG
Tes pencitraan menggunakan gelombang suara untuk menyediakan gambar
kolon. Alat ini dapat membantu dalam mengesampingkan gangguan lain,
seperti penyakit inflamasi usus. Untuk prosedur, alat yang disebut transduser
yang memancarkan gelombang suara disepanjang abdomen. Informasi yang
ditangkap oleh transduser tersebut dikirim ke komputer yang menghasilkan
gambar.1,3,12
6. Abdomen Computerized Tomography (CT) scan.
Terkadang CT-Scan digunakan untuk menyingkirkan kondisi-kondisi lain yang
dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan proktitis. Tes ini menggunakan
teknologi canggih X-ray untuk menghasilkan gambar penampang kolon, dan
mungkin dapat mendeteksi penebalan dinding kolon. CT Scan abdomen dan
pelvis juga dapat menunjukkan fistel entero-enterika dan penebalan dinding
usus yang konsisten dengan penyakit Crohn. Pada proktitis iskemik, CT Scan
abdomen dan pelvis dengan kontras oral atau intravena dapat dilakukan.
Penemuan yang paling umum adalah penebalan bentuk dinding yang terikat
pada rektum dan kolon sigmoid, yang terkait dengan mendendapnya lemak
perirektal.1,3
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan
proktoskopatau sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan
lapisan rektum. Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur
atau virus yang menjadi penyebabnya. Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa
dengan menggunakan kolonoskopi atau barium enema. Kolonoskopi penuh
dianjurkan untuk pasien dengan proktitis, karena spesimen biopsi yang
diperoleh dari sisi kanan kolon dapat menunjukkan tanda-tanda IBD, seperti
metaplasia sel.1,3,12
15
Penyebab dariDiverticulitis adalah tekanan pada usus besar dan
kurangnya makan makananberserat. Pada kasus Diverticulitis yang
akut, harus dilakukan pemotonganusus besar dan dibuat stoma pada
permukaan perut. Diverticulitis seringterjadi pada orang tua, namun
juga bisa terjadi di usia muda.
Fisura anal
Fisura Anal adalah retak atau robeknya jaringan sensitif pada dubur
yangdisebabkan oleh keluarnya feses (tinja) yang keras dan besar.
Gejalanya dapatberupa rasa nyeri ketika mengeluarkan feses yang keras
atau besar, adabercak darah di kertas toilet atau celana dan gatal
disekitar dubur. Penyakit inidapat terjadi pada semua umur namun
paling sering terjadi pada bayi, anak-anakdan orang dewasa di atas 60
tahun dan lebih sering terjadi padaperempuan dari pada laki-laki.
2.10 Penatalaksanaan
a. Terapi medikamentosa
Pengobatan medis proktitis tergantung pada etiologi. Jika idiopatik atau
terkait dengan IBD, maka steroid, sulfasalazine, produk asam 5-aminosalisilat
(5-ASA), dan bahkan obat imunosupresif dapat digunakan. Banyak dari
produk-produk ini yang tersedia sebagai obat oral serta enema dan suposituria.
Terapi kombinasi menggunakan kedua-duanya baik obat oral maupun obat
topikal, seperti 5-ASA, telah terbukti lebih efektif daripada modalitas lain yang
digunakan sebagai obat tunggal.1,2
Jika penyebabnya adalah infeksi, pengobatan ditargetkan
terhadappatogen yang bertanggung jawab. Jika penyebabnya adalah bakteri
maka diberikan antibiotik, sedangkan jika penyebabnya virus maka diterapi
antivirus. Meskipun infeksi virus yang diakibatkan karena berhubunganseksual
melalui anal tidak dapat dihilangkan dengan pemberian antivirus,setidaknya
antivirus tersebut dapat mengontrol gejala-gejala yang ditimbulkan.3
Proktitis akibat infeksi Salmonella sp. biasanya dapat sembuh
dengansendirinya, dan penggunaaan antibiotik tidak diperlukan. Yang
16
dibutuhkan oleh pasien adalah asupan cairan yang adekuat dan keseimbangan
elektrolit serta perawatan suportif.3
Proktitis Shigella biasanya dapat sembuh dengan sendirinya,
tetapidurasinya dapat dipersingkat dengan penambahan antibiotik. Penggunaan
Antibiotik selama 1 minggu dapat berupa ampisilin, tetrasiklin, ciprofloxacin,
dan trimetoprim-sulfa (lebih disukai).1
Proktitis Yersinia juga dapat sembuh dengan sendirinya dan tidakboleh
diobati dengan antibiotik kecuali terjadi septisemia sistemik; dalam kasus ini,
antibiotik (misalnya, trimetoprim-sulfa, aminoglikosida, tetrasiklin,
sefalosporin generasi ketiga) harus digunakan. Campylobacter sp. juga
biasanya dapat sembuh sendiri. E histolytica umumnya diobati dengan
metronidazol dan iodoquinol.1
C difficile umumnya diobati dengan metronidazol intravena atau
oral,atau vankomisin oral. Mutasi C difficile yang lebih agresif yang terlihat,
mungkin memiliki perjalanan yang lebih progresif menuju septisemia dan
colitis toksik. Pada pasien yang nampaknya tidak respon terhadap
metronidazole dan mengalami leukositosis (jumlah leukosit lebih dari
20.000/mL), terapi harus beralih ke vankomisin oral. Penghentian dari setiap
antibiotik lainnya harus dilakukan jika situasi klinis memungkinkan. Pasien
dengan kolonisasi C difficile memiliki kecenderungan untuk rekurensi,
sehingga kapan saja mereka mendapatkan antibiotik, mereka harus menyadari
kemungkinan diare.1
Jika proktitis disebabkan oleh karena trauma anorektal, aktivitas yang
dapat menyebabkan inflamasi harus dihentikan. Penyembuhan biasanya
berlangsung sekitar 4-6 minggu. Obat-obatan yang biasa digunakan seperti anti
diare dan pereda nyeri seperti aspirin dan ibuprofen.3,12
Pengobatan proktitis radiasi didasarkan pada gejala. Proktitis
radiasihanya menyebabkan gejala ringan seperti perdarahan yang sedikit atau
tenesmus yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Bagi pasien dengan
perdarahan berat atau persisten, terapi termal dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan dan inflamasi. Termal terapi dilakukan melalui
sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi dan menyinari mukosa rektal yang
17
terinfeksin dengan heat probe, atau laser. Argon plasma koagulasi adalah yang
paling sering digunakan pada terapi termal untuk menghentikan perdarahan
pada proktitis radiasi.3
Pengobatan medis proktitis radiasi meliputi terapi oral dan terapi rektal.
Obat oral termasuk 5-ASA dan metronidazole; terapi rektal termasuk 5-ASA,
hidrokortison, sukralfat, dan formalin. Dalam hal penggunaan enema steroid,
hidrokortison tampaknya lebih efektif dalamm mengurangi gejala dan juga
dalam menyembuhkan perdarahan rectum dibandingkan dengan steroid
lainnya, seperti betametason. Sementara enema asam lemak rantai pendek,
seperti butirat, memiliki beberapa manfaat yang terbukti dalam proktitis jenis
lain, dan belum ada penelitian yang membuktikan efek menguntungkan pada
proktitis akibat radiasi. Penelitian menunjukkan enema sukralfat menjadi terapi
medis yang paling efektif untuk proktitis radiasi bila diberikan dua kali sehari
selama 3 bulan.1,2
Dalam perjalanan proktitis jenis apapun, obat antispasmodik
dapatmembantu dalam mengurangi keluhan abdominal. Selain itu, terapi diet
rendah residu dan pelunak feses dapat memberi manfaat karena rapuhnya
mukosa rektal dan kerentanannya terhadap terjadinya kerusakan oleh isi feses.1
b. Terapi pembedahan
Pembedahan diindikasikan untuk terapi medis yang gagal, dysplasia
yang terlihat pada spesimen biopsi, dan adanya kanker. Pembedahan jarang
diindikasikan untuk proktitis akibat infeksi. Tujuan terapi adalah untuk
mengobati infeksi yang menyebabkan peradangan. Dalam kasusyang jarang,
sepsis mungkin memerlukan reseksi bedah sebagai maneuver untuk
menyelamatkan jiwa. Indikasi untuk pengobatan proktitis seperti radiasi atau
diversi juga didasarkan pada gejala. Perdarahan rektum dan diare persisten
memerlukan pemeriksaan, termasuk proktoskopi rigid dan atau kolonoskopi.1
Jika penyakit timbul dari penyakit kronis, pembedahan mungkin
diperlukan. Banyak faktor yang ikut bermain saat memutuskan kapan
pembedahan harus dilakukan dan pembedahan didaerah mana yang harus
dilakukan. Untuk sebagian besar kasus proktitis, perawatan medis sudah cukup
18
memadai. Namun, untuk proses penyakit tertentu, perawatan bedah lebih
memadai untuk dilakukan.1
Untuk pasien dengan kolitis ulseratif yang membutuhkan
terapipembedahan, proktokolektomi total harus dilakukan dan rekonstruksi
dengan kantong ileum dapat menjadi pilihan. Pada pasien dengan colitis Crohn
parah atau proktitis yang parah, pilihan berkisar mulai dari diversi fekal,
proktektomi, dan proktokolektomi total berdasarkan perluasan dariproses
penyakit yang terjadi.1
Pada penyebab infeksius akibat proktitis, penanganan bedah
jarangdiperlukan. Dalam kasus kolitis C difficile yang parah, suatu kolektomi
subtotal mungkin diperlukan.1
Untuk pasien dengan proktitis radiasi yang diperberat
denganpendarahan refraktori, terapi endoskopik tampaknya lebih efektif
daripada terapi medis; terapi endoskopi juga menghasilkan lebih sedikit
morbiditas dibandingkan terapi bedah. Secara khusus, argon plasma
coagulation (APC) telah terbukti lebih unggul daripada formalin dan
penanganan laser endoskopik. Terapi endoskopi lainnya seperti metode termal
endoskopi, yang menghancurkan telangiektasia untuk menghentikan
pendarahan. Jika,setelah tindakan medis dan endoskopi, perdarahan yang
signifikan masih terjadi, diversi fekal secara laparoskopi harus dilakukan.1,3
Proktitis radiasi jarang menjadi sangat parah hingga mengalamiulserasi
dan membentuk fistel rektourethra. Dalam kasus-kasus seperti ini,diversi fekal
dan urinaria sementara harus dilakukan sampai peradanganmereda. Dan setelah
itu terapi definitif dapat dilakukan. Pemilihan utama dari prosedur bedah
adalah pendekatan perineum dengan memperbaiki defek pada flap otot dan
mukosa.2
2.11 Komplikasi3
Perdarahan berat dan anemia. Keadaan ini menimbulkan bentuk sel
darahmerah lebih sedikit atau lebih kecil daripada biasanya, dimana hal
inimenunjukkan kurangnya oksigen yang dibawa ke sel-sel tubuh
19
Abses. Keadaan ini menimbulkan nyeri, pembengkakan, area yang
berisipus dan nanah akibat infeksi
Ulkus pada dinding mukosa rektum
Fistula ani, dimana munculnya hubungan antar jaringan yang
abnormaldari dua bagian dalam pada anus ke rectum
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22