Anda di halaman 1dari 11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi dan komunikasi semakin hari semakin berkembang


dengan pesat yang memberikan banyak kemudahan bagi umat manusia. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia kepada kemudahan
berinteraksi antara satu sama lain nyaris tanpa batas-batas negara dan wilayah.
Teknologi informasi dan media elektronik dinilai sebagai simbol pelopor,
yang akan mengintegrasikan seluruh sistem dunia, baik dalam aspek sosial
budaya, ekonomi dan keuangan. Dari sistem-sistem kecil lokal dan nasional,
proses globalisasi dalam tahun-tahun terakhir bergerak cepat, bahkan terlalu
cepat menuju suatu sistem global (Didik J. Rachbini, 2001: 2).
Proses globalisasi melahirkan suatu fenomena yang mengubah model
komunikasi konvensional dengan melahirkan kenyataan dalam dunia maya
(virtual reality) yang dikenal sekarang ini dengan internet. Internet berkembang
demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur
karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir,
berkreasi, dan bertindak dapat diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan
dimanapun. “Kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal
dengan dunia maya (Cyberspace) atau dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi
berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual (tidak
langsung dan tidak nyata)” (Agus Rahardjo, 2002: 20).
Widodo mengemukakan dalam bukunya bahwa:
Internet memberikan manfaat diantaranya dengan adanya internet dalam
kehidupan manusia, manusia mendapatkan kenyamanan, keamanan dan
kecepatan, teknologi internet mampu mengkoneksikan antar subsistem
jaringan menjadi satu jaringan super besar yang dapat saling terhubung
(online) seluruh dunia dan teknologi internet mampu mengkonvergensikan
data, informasi, audio, visual yang dapat berpengaruh pada kehidupan
manusia (Widodo, 2011: 5).
Banyak hal dapat dilakukan melalui internet mulai dari berhubungan sosial,
bekerja, melakukan bisnis secara online, bahkan digunakan sebagai sarana dalam
melakukan kegiatan sosialita. Bisnis secara online dapat dilakukan dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

menggunakan beberapa fasilitas seperti situs internet, jejaring sosial, maupun


layanan e-banking. Bisnis online ini pun memiliki banyak ragamnya baik itu jual
beli maupun investasi. Sedangkan internet sebagai sarana dalam melakukan
kegiatan sosialita misalnya yaitu dengan melakukan arisan secara online. “Arisan
adalah pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang,
lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai
semua anggota memperolehnya” (Poerwadarminta, 1976: 57).
Dahulu arisan hanya dapat dilakukan melalui komunikasi secara langsung.
Namun karena perkembangan teknologi yang semakin pesat dan pengguna dunia
maya yang begitu banyak maka sekarang arisan pun dapat dilakukan dengan
internet melalui media sosial. Arisan yang dilakukan dengan internet melalui
media sosial dapat disebut juga sebagai arisan online. Arisan online dilakukan
tanpa bertemu secara langsung dengan pengelola arisan (owner). Transaksi
pembayaran uang arisan dapat dilakukan melalui Automated Teller Machine
(ATM). Cara pengundian pun dilakukan secara otomatis melalui media elektronik
tersebut. Sehingga diperlukan sikap kepercayaan dalam melakukan bisnis ini.
Arisan online ini merupakan salah satu dampak positif hasil dari kemajuan
teknologi.
Kemajuan teknologi yang merupakan hasil budaya manusia di samping
membawa dampak positif, ternyata dalam perkembangannya juga telah membawa
dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya, yaitu dalam bentuk perbuatan
kejahatan dari pelanggaran, yang kemudian muncul istilah cybercrime, yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari computercrime. Salah satu kejahatan
cyber yang terjadi adalah penipuan arisan online. Adanya faktor transaksi secara
tidak langsung yang dilakukan antara penyetor dan pengelola arisan,
mengakibatkan terjadinya tindak pidana penipuan dalam arisan online.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terpadat didunia tidak
lepas dari persoalan ini. Indonesia menyumbang 2,4% kejahatan cyber di dunia.
Angka ini naik 1,7% dibanding tahun 2010 lalu di mana Indonesia menempati
peringkat 28. Hal ini tak lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah
pengguna internet di Indonesia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

(http://tekno.kompas.com/read/2012/05/16/09403718/indonesia.masuk.10.besar.p
enyumbang.quotcyber.crimequot.terbanyak). Menurut data itoday pada tahun
2012 kejahatan dunia maya (cyber crime) yang terjadi adalah sebanyak 816 kasus.
Data ini terus meningkat sehingga pada tahun 2013 terdapat 1.237 kasus. Hal ini
membuktikan selama 2013, secara tingkat nasional terjadi peningkatan cyber
crime atau kejahatan cyber yakni sebesar 27,4 persen
(http://www.itoday.co.id/metro/kriminal/selama-2013-tingkat-nasional-cyber-
crime-meningkat-274-persen#ixzz3tkaOWuam).
Sementara itu menurut survei yang dilakukan Kaspersky Lab dan B2B
(Bussines to Bussines) International yang dilakukan mengungkap Indonesia
menjadi negara yang 26 persen konsumennya menjadi target aksi kejahatan
online. Melalui keterangan tertulis yang diterima pada tahun 2016, Indonesia
menempati posisi tertinggi sebagai negara yang pengguna internetnya menjadi
korban kejahatan siber di antara 26 negara lain yang disurvei. Survei ini juga
menemukan, 48 persen konsumen menjadi target aksi penipuan yang dirancang
untuk menipu dan mendapatkan informasi sensitif dan data keuangan untuk tindak
kriminal (http://tekno.liputan6.com/read/2519790/orang-indonesia-paling-banyak-
jadi-korban-penipuan-online).
Fenomena tindak pidana penipuan arisan online seperti yang terlihat dalam
kasus yang dialami oleh Ellya Anggarini (28) warga Komplek Prima Indah Blok
L-6, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sako Palembang. Wanita ini harus
kehilangan uang Rp 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) usai menjadi
korban penipuan arisan online melalui jejaring sosial Facebook. Korban kemudian
membuat laporan ke Polresta Palembang pada hari jumat 28 Agustus 2014.
Kejadian bermula saat dirinya dikenalkan oleh salah satu temannya Endang (28)
yang berada di Provinsi Jawa Timur kepada Pelaku Rinika (25) warga Desa
Blaran RT 11/03 Kecamatan Barat Provinsi Jawa Timur sekitar bulan Juni tahun
2014. Pelaku merupakan pengelola arisan online grup facebook. Korban
mengatakan bahwa ia tergiur mengikuti arisan online ini dikarenakan melihat
akun facebook pelaku yang sudah banyak pengikutnya apalagi pelaku telah
dikenal baik oleh temannya. Korban juga menjelaskan bahwa sistem arisannya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

diacak melalui sistem, sedangkan nominalnya bermacam-macam tergantung


jumlah yang disetorkan dan akan diundi setiap sebulan sekali. Korban saat itu
mendapatkan nomor urut ke enam untuk mendapatkan uang pada bulan januari
2015, namun ternyata korban tidak mendapatkan transferan apapun. Jika di total
korban telah menyetorkan uang sebanyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah). (http://regional.liputan6.com/read/2304596/tergiur-arisan-facebook-
warga-palembang-tertipu-rp-24-juta).
Maraknya kasus penipuan arisan online dikarenakan kemudahan teknologi
yang ada tentunya meresahkan bagi kita semua. Perkembangan teknologi yang
seharusnya digunakan untuk sesuatu yang postif sehingga bermanfaat positif juga
bagi kehidupan masyarakat akan tetapi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi
tanpa memikirkan dampak negatif yang sangat besar merugikan bagi orang lain.
Bisa dikatakan bahwa teknologi dapat digunakan untuk hal-hal yang baik namun
jika digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka akan menimbulkan
kerugian bagi orang lain.
Kasus penipuan arisan online ini harus segera ditindak dengan tegas
mengingat besarnya dampak negatif yang dapat merugikan masyarakat. Melihat
kenyataan tersebut, maka seharusnya dilakukan penegakan hukum yang tegas.
Hukum menurut Achmad Sanusi (Ahmad Ali, 2009 : 432):
Hukum adalah himpunan kaidah-kidah, berisi keharusan ataupun larangan
tentang pengaturan masyarakat, yang memang dianut dengan nyata oleh
masyarakat. Atau, ia adalah rangkaian gejala-gejala masyarakat yang
terjadinya memang diharuskan terhadap pelanggaran kaidah-kaidah itu, atau
terhadap gejala-gejala masyarakat yang bertentangan dengan keharusan itu,
dapat dikenakan sanksi, jika perlu dengan paksa oleh penguasa.
Sistem pembuktian dalam kasus penipuan arisan online ini menimbulkan
kesulitan. Lemahnya regulasi pengaturan penipuan arisan online membuat kasus
ini semakin banyak terjadi. Selain itu, pemerintah juga masih belum mampu untuk
melacak situs-situs yang menjurus kepada penipuan. Sehingga untuk mengurangi
kasus penipuan arisan online sangat sulit dilakukan. Hal lain yang menjadi
kesulitan yaitu dalam mencari alat bukti. Untuk mencari bukti dalam kasus
penipuan arisan online yang menggunakan media elektronik melalui media sosial

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

facebook ini membutuhkan pihak-pihak yang kompeten di bidang media


elektronik. Untuk itulah pemerintah Indonesia sebelumnya telah menyusun
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) yang bertujuan agar pemanfaatan teknologi lebih teratur dan
tidak digunakan semena-mena oleh masyarakat. Namun dalam penerapannya
undang-undang ini masih dianggap belum maksimal dikarenakan banyaknya
tindak pidana cybercrime yang diatur masih belum jelas pengaturannya didalam
undang-undang ini.
Salah satu kasus yang menarik penulis adalah kasus yang terjadi dalam
putusan pengadilan negeri Surabaya nomor 842/PID.SUS/2015/PN.SBY, dengan
terdakwa Mei Wulan Anggraini yang bertempat tinggal di Jalan Intan No.15 A
Perum Permata Suci RT.001-RW.003, Ds. Suci Kec. Manyar Kab. Gresik dan Jl.
Darmo Permai 3 Apartemen Puncak Permai Tower B 535-C 1903 Surabaya
selaku pengelola akun facebook “Gerobax Michan Community (GMC)” dan “Big
Owner GMC” yang sudah menjalankan akun ini sejak oktober 2014. Mei Wulan
Anggraini didakwa melanggar Pasal 28 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan diatas, hal tersebut
menimbulkan ketertarikan dan melatar belakangi penulis untuk membahasnya dan
mengangkat lebih lanjut dalam penulisan ilmiah dengan judul “KAJIAN
YURIDIS PENIPUAN ARISAN ONLINE DALAM PERSPEKTIF UNDANG-
UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
SURABAYA NOMOR: 842/PID.SUS/2015/PN.SBY)”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
merumuskan beberapa pokok masalah agar permasalahan yang diteliti lebih jelas
dan penulisan penelitian hukum mencapai tujuan yang dinginkan, maka
permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

1. Bagaimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik mengatur tentang pertanggungjawaban pidana pelaku
penipuan arisan online?
2. Bagaimana pertimbangan hukum Hakim dalam memutus perkara penipuan
arisan online pada Putusan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya Nomor:
842/PID.SUS/2015/PN.SBY?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas.
Tujuan tersebut adalah untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan
maksud penelitian yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Obyektif
Mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku penipuan arisan
online berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Mengetahui pertimbangan hukum Hakim dalam memutus perkara
penipuan arisan online Putusan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya Nomor:
842/PID.SUS/2015/PN.SBY.
2. Tujuan Subyektif
Memperluas pengetahuan, wawasan, serta pemahaman penulis dalam
penelitian hukum di bidang Hukum Pidana mengenai tindak pidana
penipuan arisan online.
Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dapat dikatakan berhasil apabila penelitian tersebut dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum itu sendiri maupun bagi
orang lain dan diri sendiri. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan
hukum ini antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan
Hukum Pidana pada khususnya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan
literatur kepustakaan hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan
tindak pidana penipuan arisan online.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan serupa
dengan yang dibahas dalam penulisan hukum ini.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis untuk mengembangkan penalaran dan pola pikir ilmiah
serta mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum (legal research) adalah suatu proses untuk menentukan
kebenaran koherensi, yaitu menentukan apakah aturan hukum yang ada sudah
sesuai dengan norma hukum, apakah norma yang berupa perintah atau larangan
itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai
dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum
(Peter Mahmud Marzuki, 2013: 47). “Penelitian hukum yaitu suatu penelitian
dalam kerangka know-how di dalam hukum, bukan sekedar know-about. Hasil
yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi dalam menyelesaikan
argumentasi, teori hukum maupun konsep baru sebagai preskripsi dalam
memecahkan isu hukum yang dihadapi” (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 60).
Agar suatu penulisan hukum dapat dilakukan dengan baik, maka diperlukan
suatu metode penulisan yang tepat. Metode penelitian yang penulis gunakan
sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum
normatif. Ditinjau dari sudut jenis penelitian hukum, maka jenis “penelitian
hukum doktrinal (doctrinal research) atau normatif, yaitu penelitian
berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang fokusnya pada
membaca, mempelajari dan meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang
terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder”. (Peter
Mahmud Marzuki, 2013: 55-56).
2. Sifat Penelitian
Penulisan hukum ini, sifat penelitian yang diangkat oleh penulis
adalah preskriptif. Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang
bersifat preskriptif dan terapan. “Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu
hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan
hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum” (Peter Mahmud
Marzuki, 2013: 41-42).
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian hukum terdapat “lima pendekatan, yaitu
pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus
(case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan
perbandingan (comparative approach), dan pendekatan konsep (conseptual
approach)” (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 113).
Dalam penelitian hukum ini, penulis akan menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case
approach). “Pendekatan perundang-undangan (statue approach) dilakukan
dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan isu
hukum yang sedang ditangani” (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 136).
Sedangkan “pendekatan kasus (case approach) digunakan untuk mengkaji
rasio decidendi atau reasoning yaitu alasan hukum yang digunakan oleh
hakim untuk sampai kepada putusannya yang merupakan referensi bagi
penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum” (Peter Mahmud
Marzuki, 2013: 158).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) akan dilakukan


dengan menelaah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Sedangkan pendekatan kasus (case approach),
penulis merujuk pada kasus tindak pidana penipuan arisan online yang
terjadi di Surabaya putusan nomor 842/PID.SUS/2015/PN.SBY.
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data informasi hasil pengkajian dokumen penelitian serupa yang
pernah dilakukan sebelumnya, bahan kepustakaan yang dimaksud adalah
seperti buku-buku, literatur, jurnal atau arsip yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data berupa bahan
hukum yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan “bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim”
(Peter Mahmud Marzuki, 2013: 181). Dalam penelitian ini bahan
hukum primer yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
b) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik;
c) Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor:
842/PID.SUS/2015/PN.SBY.
b. Bahan Hukum Sekunder
Sumber-sumber bahan sekunder berupa “buku-buku teks,
kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar
atas putusan pengadilan” (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 181).
Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder yang digunakan meliputi:
1) buku-buku ilmiah di bidang hukum;

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2) kamus-kamus hukum;
3) jurnal-jurnal;
4) artikel maupun media massa; dan
5) literatur dan hasil penelitian lainnya.
6) Bahan-bahan dari media internet dan sumber lain yang memiliki
korelasi untuk mendukung penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan
dengan menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library research) atau
studi dokumen. Yakni dengan membaca, mempelajari, mengkaji dan
menganalisis peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik), dokumen, arsip-
arsip, baik cetak maupun elektronik, serta literatur-literatur lain. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan
penelitian ini.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis bahan hukum yang digunakan penulis dalam
menyusun penelitian ini adalah metode deduksi dimana silogisme yang
diajarkan aristoteles, “penggunaan metode ini berpangkal pada pengajuan
premis mayor kemudian diajukan premis minor” (Peter Mahmud Marzuki,
2013: 89). Dari kedua premis ini ditarik suatu kesimpulan. Menurut
pandangan M. Hadjon bahwa “di dalam logika silogisme untuk penalaran
hukum yang merupakan premis mayor adalah aturan hukum, sedangkan
premis minornya adalah fakta hukum” (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 90).

F. Sistematika Penulisan Hukum


Sistem penulisan hukum bertujuan untuk memberikan gambaran secara
menyeluruh dan mempermudah pemahaman terkait seluruh isi penulisan hukum,
maka penulis membagi sistematika penulisan hukum dalam 4 (empat) bab yang
saling berkaitan dan berhubungan yang dimaksudkan untuk mempermudah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

pemahaman terhadap hasil penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan


hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian
Hukum dan Sistematika Penelitian Hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka terdiri dari Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran.
Kerangka teori memuat berbagai pengertian dan teori-teori hukum yang
mendukung judul dalam penulisan hukum ini yaitu mengenai tinjauan
umum tentang Tindak Pidana, tinjauan tentang kejahatan Cyber, dan
tinjauan tentang putusan hakim. Selain itu untuk memudahkan
pemahaman alur berfikir, maka dalam bab ini juga disertai dengan
kerangka pemikiran.
BAB III :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis mencoba menguraikan secara lengkap mengenai
hasil penelitian yang didasarkan atas rumusan masalah yang menjadi
dasar dalam penulisan ini. Terdapat dua pokok permasalahan yang
dibahas dalam bab ini yaitu mengenai pertanggungjawaban pidana
pelaku penipuan arisan online berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
pertimbangan hukum Hakim dalam Putusan Hakim Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor: 842/PID.SUS/2015/PN.SBY.
BAB IV :PENUTUP
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan yang berisikan
simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

Anda mungkin juga menyukai