PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
(1)
Persamaan tersebut dapat juga dinyatakan sebagai berikut :
2
(2)
A. Difraksi Elektron
Secara umum, Difraksi Elektron adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan cahaya pada saat
melintas melalui celah atau ujung penghalang. Difraksi merupakan metode yang unggul untuk
memahami apa yang terjadi pada level atomis dari suatu material kristalin.
Untuk membuktikan bahwa hipotesa de Broglie penyebab dari hasil davisson dan
germer, pada suatu percobaan tertentu berkas elektron 54eV diarahkan tegak lurus pada
target nikel, dan maksimum yang tajam dalam distribusi elektron terjadi pada sudut 500
dari berkas semula. Sudut datang dan sudut hambur relatif terhadap suatu keluarga bidang
(tersusun atas berkas elektron, bidang dan sudut) bragg ditunjukkan dalam gambar 1
keduanya bersudut 650. Jarak antara bidang dalam keluarga bidang yang bisa diukur
melalui difraksi sinar x adalah 0,091 nm persamaan bragg untuk maksimum dalam pola
difraksi.
Panjang gelombang yang dihitung sesuai dengan panjang gelombang yang diamati. Jadi
eksperimen Davisson dan Germer menunjukkan bukti langsung dari Hipotesis de Broglie tentang
sifat gelombang benda bergerak.
3
2.2 Partikel Dalam Kotak
Sekarang, kita akan meninjau satu partikel yang dibatasi ruang geraknya. Partikel ini
dibatasi oleh dua dinding padat yang terpisah sejauh L. Gerak partikel ini hanya satu dimensi,
misalnya hanya sepanjang sumbu x namun dibatasi dua dinding pada x = 0 dan x =L. Energi
potensial pada dinding adalah tak hingga dengan demikian partikel tidak dapat keluar, sedangkan
energi potensial daerah di antara kedua dinding adalah nol. Fungsi energi potensial U(x)
digambarkan pada Gambar 2. Situasi ini disebut dengan “partikel di dalam kotak”. Model
sederhana ini mewakili sebuah elektron yang bebas bergerak sepanjang kabel yang sangat tipis.
Untuk menyelesaikan persamaan Schr ̈odinger dalam sistem ini, kita perlu menentukan batas bagi
fungsi gelombang ψ(x). Kita nyatakan bahwa ψ(x) bernilai nol diluar daerah 0 ≤ x ≤ L, karena
partikel hanya terdapat pada daerah tersebut. Selain itu, ψ(x) harus berupa fungsi kontinyu dan
bernilai nol untuk dinding kotak, yaitu pada x = 0 dan x = L. Kondisi ini berlaku sebagai kondisi
batas.
Kondisi lain yang harus dipenuhi adalah bahwa untuk menghitung turunan ke dua
d2ψ(x)/dx2 ,turunan pertama dψ(x)/dx harus berupa fungsi kontinyu kecuali pada titik-titik dimana
energi potensialnya bernilai tak hingga (pada dinding kotak). Sekarang kita selesaikan fungsi
gelombang pada daerah 0 ≤ x ≤ L dengan kondisi- kondisi tersebut di atas. Dalam daerah ini, nilai
U(x) = 0 sehingga fungsi gelombang harus memenuhi
4
(4)
ψ(x) = Aeikx memang memenuhi persamaan Schr ̈odinger dengan U(x) = 0, bersifat kontinyu, dan
juga memiliki turunan pertama dψ(x)/dx = ikAeikx yang kontinyu pula. Tetapi, fungsi gelombang
ini tidak memenuhi kondisi batas bahwa ψ(x) harus nol pada x = 0 dan x = L. Pada x = 0, fungsi
gelombang Ae0 = A dan pada x = L sama dengan AeikL. (Fungsi gelombang ini bernilai nol jika
A = 0, tetapi ini berarti fungsi gelombangnya adalah nol dan artinya tidak ada partikel sama
sekali!). Solusi terhadap dilema ini adalah solusi umum keadaan stasioner dari persamaan
Schr ̈odinger dengan U(x) = 0, yaitu
(5)
Fungsi gelombang ini adalah super posisi dari dua gelombang: satu merambat dalam arah +x
dengan amplitudo A1 dan satu merambat dalam arah −x dengan bilangan gelombang (k) yang
sama namun amplitudo A2. Energi gelombang untuk Persamaan (5) adalah E = ~2k 2/2m, sama
seperti satu gelombang. Bukti Untuk melihat bahwa fungsi gelombang pada Persamaan (5)
memenuhi kondisi batas, mari kita nyatakan Persamaan (5) dengan menggunakan formula Euler
di Persamaan (6).
(6)
(7)
Pada x = 0, fungsi ini sama dengan ψ(0) = A1 + A2 yang harus bernilai nol
agar memenuhi kondisi batas pada titik ini. Sehingga A2 = −A1 dan Persamaan (7)
5
menjadi
(8)
dengan C = 2iA1. Kita dapat memenuhi kondisi batas ke dua, yaitu ψ = 0 pada x = L,
dengan menentukan nilai k sedemikian sehingga kL = nπ dengan (n = 1, 2, 3, ...). Nilai
k dan panjang gelombang λ = 2π/k adalah
(9)
Demikian pula, jika posisi partikel dapat ditentukan secara akurat, maka momentumnya
tidak dapat ditentukan. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg. Prinsip ini
menyatakan bahwa hasil pengukuran untuk menentukan posisi dan momentum partikel
mengandung ketidakpastian.
6
“Hal yang sama ditunjukkan pada gelombang sinus yang merentang dari x = -
hingga x = + diatas, yang mana gelombang tersebut memiliki panjang gelombang yang
pasti namun letak gelombangnya tidak dapat dipastikan”.
"Prinsip ketidakpastian" ini menjamin bahwa fisika, dalam keadaannya yang lumrah, tak
sanggup membuat lebih dari sekedar dugaan-dugaan statistik. misalnya seorang ilmuwan yang
menyelidiki radioaktivitas, mungkin mampu menduga bahwa satu dari setriliun atom radium, dua
juta akan mengeluarkan sinar gamma dalam waktu sehari sesudahnya.
Dalam pernyataan elektron sebagai gelombang, posisi elektron ditentukan oleh posisi
paket gelombang. Akan tetapi paket gelombang tidaklah menempati ruang yang cukup sempit,
melainkan mempunyai lebar. Jika posisi mengandung ketidak pastian, maka kecepatan juga
mengandung ketidakpastian karena :
v = dx / dt (10)
Jika kecepatan mengandung ketidakpastian maka momentum pun mengandung ketidak
pastian. Heisenberg memberikan hubungan ketidak pastian momentum dan posisi sebagai p.x ≥ h
yang dapat kita pahami sebagai berikut. Momentum elektron adalah p = h.k yang berarti perubahan
momentum p = h.k memberikan relasi k.x = 2π . Dari kedua relasi ini dapat kita peroleh relasi
ketidakpastian Heizenberg yang terkenal.
Relasi ini menunjukkan bahwa ketidakpastian posisi elektron terkait dengan
ketidakpastian momentum. Jika kita hendak mengetahui posisi elektron dengan teliti maka
ketidakpastian momentum akan besar. Demikian pula sebaliknya, jika kita hendak mengetahui
momentum dengan teliti maka ketidakpastian posisi akan besar. Karena perubahan momentum
terkait pada perubahan energi maka terdapat pula ketidakpastian energi. Dari relasi energi E = hf.
Berikut ketidakpastian posisi dan momentum, serta ketidakpastian energy dan
waktu:
7
(11)
(12)
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Louis de Broglie menyatakan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang
terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu partikel yang
bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Kilat
akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukkan sifat gelombang berbentuk cahaya,
sedangkan petir menunjukkan sifat partikel benbentuk suara. Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh
C. Davidson dan LH Giermer. Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya
mekanika kuantum dan Elwis Schrodinger.
Sebuah partikel yang bebas bergerak satu dimensi namun dibatasi dua dinding yang
terpisah sejauh L dikenal dengan istilah ”partikel di dalam kotak”. Fungsi gelombang untuk
partikel di dalam kotak dinyatakan dengan persamaan
9
SOAL
1. Cari Panjang gelombang de Broglie sebuah butiran 0,05 kg dengan kecepatan 35 m/s !
2. Berapakah panjang gelombang electron yang memiliki energi kinetic sebesar 10 eV?
3. Sebuah objek berukuran 10 A, berapakah energi minimum foton yang dapat digunakan?
4. Partikel kecil dengan massa 0,2 mg yang dibatasi geraknya pada garis yang panjangnya L=
0,1 m. Tentukan energi terendahnya!
5. Andaikanlah momentum suatu partikel tertentu dapat diukur hingga ketelitian seperseribu.
Tentukan ketidakpastian minimu dalam pengukuran kedudukan partikel jika memilki
massa 0,005 kg dan bergerak dengan laju 2 m/s
10
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/9761560/hipotesa_de_broglie
https://drive.google.com/file/d/0B_EZTWjA0yY3TnVLOHM2T2VuaFk/view
http://xnandarizki.blogspot.com/2017/01/makalah-fisika-dualisme-gelombang.html
https://drive.google.com/file/d/0B9t6QBjA5eeKc0JYcFlpRGY5b00/view
11