Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


KENYAMANAN: KENYAMANAN FISIK PADA PASIEN DENGAN GEA
DI RUANG IRNA RUMAH SAKIT KaLIWATES JEMBER

OLEH:

Hartiena Nadiya PUdji Utama


NIM 182311101079

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KENYAMANAN: KENYAMANAN FISIK

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Kenyamanan


A.1 Definisi Kenyamanan: Kenyamanan Fisik
Kenyamanan merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik
atau sosial. Kenyamanan fisik adalah rasa nyaman atau sejahtera dan atau bebas
dari rasa nyeri (Herdman, 2015). Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah
penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Manusia menilai
kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui
keenam indera melalui syaraf dan dicerna oleh otak untuk dinilai (Satwiko, 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah
suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak nyaman
yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu.
A.2 Definisi Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis jugasangat
mempengaruhi nyeri, misalnyaemosi dapat menimbulkan sakit kepala atau
memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.
Nyeri merupakan suatu perasaan subyektif pribadi dan ambang toleransi nyeri
setiap orang berbeda-beda (Tjay, 2007).
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri
yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan (Brunner & Suddarth, 1996
dalam Smeltzer 2001).
B. Epidemiologi
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama
di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian
lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang
terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di
rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5
miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis
DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk
setempat (Knowlton, 2009). Kasus penyakit yang gejala utamanya demam
diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD). Selama bulan Januari 2015 di
Provinsi Jawa Timur KLB DBD terjadi di 37 Kabupaten/Kota, dengan total
jumlah kasus sebanyak 3.136 kasus DBD dan angka kematian sebanyak 52 kasus
(Kemenkes RI, 2015).

Gambar 1. Gambaran Penyakit DHF yang Menyerang Manusia Akibat


Gigitan Nyamuk Aides Aygepty

C. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gangguan kenyamanan
fisik utamanya nyeri, antaralain:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dari iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria
koronaria yang menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.
Secara psikis, nyeri kepala ini dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap
stress, kecemasan, depresi maupun konflik emosional. Sedangkan secara fisik,
posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan
leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur
dan kelelahan juga dapat menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini. Selain itu,
posisi tertentu yang menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata
dalam jangka waktu lama misalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri
kepala jenis ini
D. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari gangguan kenyamanan utamanya nyeri,
antaralain:
1. Nyeri dirasakan kadang-kadang atau terus menerus;
2. Nyeri pada awalnya dirasakan di leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian
depan;
3. Nyeri menjalar ke bahu;
4. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada
daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
kepala;
5. Nyeri tidak berdenyut;
6. Anoreksia;
7. Insomnia;
8. Nafas pendek;
9. Konstipasi;
10. Berat badan menurun;
11. Palpitasi; dan
12. Gangguan haid.
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
E.1 Patofisiologi
Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks
yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proses
komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana
terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf
pusat (cortex cerebral). Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan,
traksi, displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-
nosiseptor pada struktur peka nyeri di kepala.

E.1.1 Proses Transduksi


Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung
saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah
menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve
ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini,
golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau
trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah
yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan
dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan
menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer.

E.1.2 Proses Transmisi


Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses
transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh
tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus
spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih
dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan
melibatkan emosi. Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps
interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya
impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan
sebagai persepsi nyeri.

E.1.3 Proses Modulasi


Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat
(medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik
endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu
posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak.
Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan
impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior
sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat
subjektif pada setiap orang.

E.1.4 Proses Persepsi


Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,
transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses
subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada
thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik
E.2 Clinical Pathway
Virus Dengue
(melalui gigitan nyamuk Aides Aygept)

Transmisi patogen

Infeksi virus (viremia)

Virus masuk aliran darah

Reaksi immunologi kompleks virus

Pelepasan pirogen oleh leukosit

Pirogen merangsang pelepasan as. arakidonat


pirexia
pada hipotalamus

Peningkatan suhu
tubuh Sintesis prostaglandin

Peningkatan stimulasi nosiseptor

Pengeluaran zat-zat mediator


(histamine,serotonin)

Impuls dimodulasi ke medulla


spinalis

Impuls diteruskan ke thalamus dan


somatosensoris di cortex cerebri

Sensasi nyeri

Nyeri akut
F. Penatalaksanaan Medis
F.1 Penatalaksanaan Medis Farmakologis
Untuk menangani masalah nyeri, kolaborasi pemberian obat Antinyeri
(Analgesik) sangat dianjurkan. Adapun jenis analgesic yang dapat digunakan
untuk nyeri, antaralain:
F.1.1 Analgesik Multimodal
Analgesik multimodal menggunakan dua atau lebih obat analgetik yang
memiliki mekanisme kerja yang berbeda untuk mencapai efek analgetik yang
maksimal tanpa dijumpainya peningkatan efek samping dibandingkan dengan
peningkatan dosis pada satu obat saja. Analgesik multimodal merupakan suatu
pilihan yang dimungkinkan dengan penggunaan parasetamol dan AINS sebagai
kombinasi dengan opioid atau anestesi lokal untuk menurunkan tingkat intensitas
nyeri pada pasien-pasien yang mengalami nyeri paska pembedahan ditingkat
sedang sampai berat.

F.1.2 Analgesik Preemptif


Analgesik preemptif artinya mengobati nyeri sebelum terjadi, terutama
ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi. Analgesik preemptif
mencegah kaskade neural awal yang dapat membawa keuntungan jangka panjang
dengan menghilangkan hipersensitifitas yang ditimbulkan oleh rangsangan luka.

F.1.3 PCA (Patient Control Analgesia)


Pasien dikontrol nyerinya dengan memberikan obat analgesik itu sendiri
dengan memakai alat (pump), dosis diberikan sesuai dengan tingkatan nyeri yang
dirasakan. PCA bisa diberikan dengan cara Intravenous Patient Control Analgesia
(IVPCA) atau Patient Control Epidural Analgesia (PCEA).

F.1.4 Parasetamol
Parasetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik.
Parasetamol memiliki efek anti inflamasi yang sedikit dibandingkan dengan obat
AINS lainnya. Akan tetapi parasetamol bekerja dengan mekanisme yang sama
dengan obat AINS lainnya (menghambat sintesa prostaglandin). Parasetamol juga
lebih baik ditoleransi dibandingkan aspirin dan obat AINS lainnya pada pasien-
pasien dengan sekresi asam lambung yang berlebihan atau pasien dengan masa
perdarahan yang memanjang.

F.1.5 Ketorolac
Ketorolak atau ketorolak trometamin merupakan obat golongan anti
inflamasi non steroid, yang masuk kedalam golongan derivate heterocyclic acetic
acid dimana secara struktur kimia berhubungan dengan indometasin. Ketorolak
menunjukkan efek analgesia yang poten tetapi hanya memiliki aktifitas anti
inflamasi yang sedang bila diberikan secara intramuskular atau intravena.
Ketorolak dapat dipakai sebagai analgesia paska pembedahan sebagai obat
tunggal maupun kombinasi dengan opioid, dimana ketorolak mempotensiasi aksi
nosiseptif dari opioid.

F.2 Penatalaksanaan Nonfarmakologis


Penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri dapat berupa:
1. Teknik relaksasi nafas dalam
2. Teknik distraksi-relaksasi
3. Guided imagery
4. Distraksi spiritual

G. Penatalaksanaan Keperawatan
G.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
Nyeri akut b.d agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan pasien
mengatakan bahwa kepalanya sakit dan pusing di sebelah kiri depan, perubahan selera
makan, dan pasien tampak gelisah,
G.2 Perencanaan/Nursing Care Plan
Perencanaan keperawatan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Perencanaan Keperawatan/Nursing Care Plan
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Rasional
Keperawatan Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut b.d agen NOC: Pain Control NIC: Pain Management
injury (biologi, Setelah dilakukan a. Kaji secara menyeluruh a. Untuk mengetahui
kimia, fisik, tindakan keperawatan tentang nyeri (PQRST) gambaran rasa nyeri
psikologis) ditandai selama 2 x 24 jam pasien yang dialami oleh
dengan pasien dapat: pasien
mengatakan bahwa a. Mengenal faktor-faktor b. Observasi isyarat-isyarat b. Menggali kualitas
kepalanya sakit dan penyebab non verbal dari nyeri yang dirasakan
pusing di sebelah b. Mengenal onset/waktu ketidaknyamanan oleh pasien dan
kiri depan, kejadian nyeri memvalidasi gambaran
perubahan selera c. Melakukan manajemen nyeri yang dirasakan
makan, dan pasien nyeri non- oleh pasien
tampak gelisah, farmakologis c. Gunakan komunikasic. Membina hubungan
d. Menggunakan terapeutik agar klien dapat saling percaya dengan
analgetik mengekspresikan nyeri pasien agar pasien
e. Melaporkan gejala- dapat leluasa
gejala kepada tim mengungkapkan
kesehatan keluhannya.
f. Nyeri terkontrol d. Tentukan dampak dari d. Mengkaji kebutuhan
ekspresi nyeri terhadap lain yang belum
kualitas hidup terpenuhi akibat nyeri.
e. Kontrol faktor-faktor
e. Meminimalkan
lingkungan yang dapat ketidaknyamanan klien
mempengaruhi respon atas lingkungan yang
klien terhadap kurang mendukung
ketidaknyamanan. perbaikan kebutuhan
kenyamanannya.
f. Ajarkan teknik f. Mengurangi rasa nyeri
manajemen nyeri non- tanpa penggunaan
farmakologis: distraksi- obat.
relaksasi
g. Berikan analgetik sesuai g. Mengurangi rasa nyeri
anjuran tim medis jika teknin non-
farmakologis kurang
efektif.

H. Daftar Pustaka

Andriyani, Rika dkk. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan
Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish.

Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2015. KLB Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Timur
dan Provinsi Sumatera Selatan. [place unknown]: Kemenkes RI; 4
Februari 2015.

Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. 2013. Nursing Outcomes


Classification (NOC): measurement of health outcomes; 5th ed.
United States: Elsevier.

Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. 2013. Nursing


Interventions Classification (NIC); 6th ed. United States: Elsevier.

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik
Ed. 4. Jakarta: EGC.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Ed. 6. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai