Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VENTILATOR”

Dosen Pembimbing
Ns. SAIFUL RIZA, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh:

Wahlul
Hendrian Hadi Permana

UNIVERSITAS ABULYATAMAFAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Keperawatan Kritis dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Ventilator”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen Keperawatan Kritis kami Bapak Ns. Saiful Riza, S.Kep, M.Kes
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Banda Aceh, Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
1. Pengertian ................................................................................... 2
2. Indikasi Ventilasai Mekanik ....................................................... 2
3. Klasifikasi ................................................................................... 3
4. Intubasi........................................................................................ 6
5. Indikasi Klinis Pemasangan Ventilasi ........................................ 7
6. Modus Operasional ..................................................................... 7
7. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik .................................... 11
8. Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis .................................... 13
1. Pengkajian .............................................................................. 13
2. Diagnosa Keperawatan........................................................... 17
3. Perencanaan............................................................................ 18
4. Implementasi .......................................................................... 32
5. Evaluasi .................................................................................. 33
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 34
A. Kesimpulan ................................................................................. 34
B. Saran .......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam menentukan
prioritas penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan oksigen, meskipun dalam
hitungan menit maka bias berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan
berujung pada kondisi gagal napas. Hal ini membutuhkan penanganan khusus,
dimana oksigenisasi masih tetap terpenuhi meskipun pasien sudah tidak mampu
lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan
normal. Ventilator mekanik dibagi menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasive
dan ventilator mekanik non invasive.
Peningkatan kualitas dari ventilator mekanik menyebabkan makin
luasnya area penggunaan mesin tersebut. Tindakan operasi yang membutuhkan
penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini.
Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah
bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.
Data yang diperoleh dari ruangan ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh darah “Harapan Kita” dari periode januari 2010 sampai dengan
Desember 2010 adalah 1020 orang pasien menggunakan ventilasi mekanik
dengan berbagai macam kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya
perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai
penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu
perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito,
Lynda Juall 2000).
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik
adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien
dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan
intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan
normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi
kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan
transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

2. Indikasi Ventilasi Mekanik


1) Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnoe) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi

2
ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan
ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress
pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi.
Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena
kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2) Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan
pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan
kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai
akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan
kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system pernapasan
sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3) Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang
juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi
untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan
pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4) Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative
sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama
operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan
ventilator mekanik.
3. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan
tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang
berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular,

3
sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk
pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan
ventilasi sering.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan
intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada
klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif
yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus
ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah
ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu
pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator
mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara
yang diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara
.Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus
yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah
ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien siklus ventilator mati
dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah
ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
1) Sederhana, mudah dan murah
2) Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3) Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
4) Dapat dirangkai dengan PEEP
5) Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume
tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi

4
 Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
7) Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
8) Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif


dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time
Cycled.
1) Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering
digunakan di ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah
cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila
telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator
adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten.
Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan
gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru
(atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian
tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak
dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.
2) Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan
yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru,
maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan,
sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.

5
3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal
ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
4. Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam
trakea dengan menggunakan alat laryngoskopy. Diperlukan seperangkat peralatan
penunjang dan tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti
jantung dapat terjadi dalam beberapa kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan
tenaga yang bersertifikasi PPGD dan ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli
emergency yang dilengkapi obat-obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole),
sulfas atrophin (untuk bradikardia), amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis
dobutamine atau dopamine untuk meningkatkan afterload – preload –
kontraktifitas ventrikel jika terjadi gangguan hemodinamik saat intubasi.
Peralatan lain seperti defibrillator diperlukan untuk mengantisipasi
aritmia ventrikel yang dapat mengancam jiwa (Ventrycular Tachycardia dan
Ventrycular Fibrilasi). Peralatan suction diperlukan untuk membebaskan jalan
nafas dari kemungkinan penumpukan lendir (slym) saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan
efek sedasi dari yang memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat
seperti benzodiazepine. Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses
intubasi masih sulit dilakukan. Jenis premedikasi dipilih yang memiliki resiko
minimal terhadap organ yang sedang mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag
dengan kecepatan aliran 12 – 15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat >
95%. Tujuan dari intubasi yaitu : mengembalikan asam basa dan kadar PO2 dalam
batas normal, dan memenuhi kebutuhan tidal volume ( TV ) atau menit volume (
MV ) dengan tekanan puncak ( PIP ) dalam batas normal.
Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah

6
 Henti jantung ( cardiac arrest )
 Henti nafas ( Respiratory arrest )
 Hipoksemia yang tidak teatasi dengan pemberian oksigen non invasive
 Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian
oksigen non invasive
 Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dan
penberian oksigen non invasive.
 Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan otot
pernafasan tambahan (scalene, sternokleidomastoid,intercosta , abdomen)
 Penurunan kesadaran
 Saturasi oksigen menurun drastic
 Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum

5. Indikasi Klinik untuk pemasangan ventilasi mekanik :


a. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromuscular Disease
2) Central Nervous System disease
3) Depresi system saraf pusat
4) Musculosceletal disease
5) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
b. Kegagalan pertukaran gas
1) Gagal nafas akut
2) Gagal nafas kronik
3) Gagal jantung kiri
4) Penyakit paru-gangguan difusi
5) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

6. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat sepuluh parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit

7
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Penyetingan RR ini tergantung volume tidal, jenis kelainan paru pasien,
target PO2 yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah
nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm
sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi
terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK
cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidsl volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan
ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan
AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan
volume tidal atau mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan.

8
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi
yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya. Biasanya flow rate disetting antara
40-100 L/menit.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan
pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai
sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah
antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah
seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien
yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka
semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
i. Kelembaban dan suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan

9
dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu
udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat,
pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat
menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa
mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit
dilakukan penghisapan.
j. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan
sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :


a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat
pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi
dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan
kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila
klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur
berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya
digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol,
klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin
dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak
begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan
biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi
tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.

10
e. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan
tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena
tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasipada klien yang
menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus.
Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan
penurunman curah jantung.
f. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

7. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga
aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thorax paling positif.

Efek Ventilasi mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila
kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia
lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga
berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga
berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu
bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih

11
besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung)
tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ
lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan
positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan
intrakranial meningkat.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat

9. Penyapihan dari ventilasi mekanik


Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
a. Tes penyapihan
1) Kapasitas vital 10-15 cc / kg
2) Volume tidal 4-5 cc / kg
3) Ventilasi menit 6-10 l
4) Frekuensi permenit < 20 permenit
b. Pengaturan ventilator
1) FiO2 < 50%
2) Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
c. Gas darah arteri
1) PaCO2 normal
2) PaO2 60-70 mmHg
3) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki

12
d. Selang Endotrakeal
1) Posisi diatas karina pada foto Rontgen
2) Ukuran : diameter 8.5 mm
e. Nutrisi
1) Kalori perhari 2000-2500 kal
2) Waktu : 1 jam sebelum makan
f. Jalan nafas
1) Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
2) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
3) Posisi : duduk, semi fowler
g. Obat-obatan
1) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
2) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
h. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
i. Fisik : Stabil, istirahat terpenuhi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1) Raut Muka
 Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain
 Ekspresi muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan
 Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi, untuk memeriksa nervus V,
VII.

2) Bibir
 Biru ( sianosis )
 Pucat ( anemia )

3) Mata
 Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput
lendir) pada endokarditis bacterial

13
 Skela
Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati, dan lain-lain
 Kornea
Arkus senilis ( garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea ) berhubungan
dengan peningkatan kolesterol/ penyakit jantung koroner.
 Eksopthalmus
Berhubungan dengan tirotoksikosis
 Gerakan bola mata
Lateral ( N.VII ), medial ( N.III ), bawah nasal ( N.IV ), atas ( N.III ), dan
lain-lain.
 Reflek kornea
Menilai fungsi N.V
 Funduskopi
 Pemeriksaan fundus mata dengan opthalmoskop untuk menilai kondisi
pembuluh darah retina pada penderita hipertensi

4) Tekanan Vena Jugularis


Untuk menilai gagal jantung tingkat moderate-severe dengan
memperhatikan :
 Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa
dilihat, akan tampak gelombang a ( kontraksi atrium ), gelombang c ( awal
kontraksi ventrikel ), gelombang v (pengisian atrium-katub tricuspid masih
menutup).
 Penggembungan vena, normal setinggi manubrium sterni, bila lebih tinggi
daripada itu maka tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misalnya
pada gagal jantung kanan.

5) Arteri Karotis
 Palpasi
a) Berdenyut keras seperti berdansa ( pada insufisiensi katub aorta )
b) Paling tepat untuk memeriksa sirkulasi pada henti jantung
c) Perlu dibandingkan kiri dan kanan untuk mengetahui penyempitan
pembuluh darah di daerah itu.

14
 Auskultasi
Bising ( bruit ) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katub aorta.

6) Kelenjar Tiroid
 Inspeksi
Untuk menilai kesimetrisan kedua kelenjar tiroid
 Palpasi
Untuk menilai bentuk, konsistensi, dan ukurannya.
 Auskultasi
Bising pada kelenjar tiroid menunjukkan vaskularisasi yang meningkat,
yang disebabkan oleh adanya hiperfungsi.

7) Trakhea
Bila pada tiap denyut jantung trachea terasa tertarik ke bawah ( tanda oliver,
kemungkinan ada aneurisma aorta atau tumor mediastinum

b. Pemeriksaan Toraks dan Sistem Respirasi


1) Inspeksi
a) Bentuk :
 Toraks phtisis ( panjang dan gepeng )
 Toraks en bateau ( toraks dada burung )
 Toraks rakhitis ( benjolan rakhitis seperti rosario pada
persambungan tulang dan tulang rawan ).
 Asimetris ( satu sisi cembung atau satu sisi cekung )
b) Gerakan pernafasan :
Teratur atau tidak teratur normal pada dewasa 12-20x/menit.
c) Pola pernafasan :
 Takipnu : pernafasan cepat
 Bradipnu : pernafasan lambat
 Cheyne Stokes : berulang-ulang pernafasan sangat dalam,
berangsur-angsur dengkal, berhenti sama sekali ( apnu ) beberapa
detik, kemudian nafas dalam lagi.

15
 Biot : pernafasan dalam dan dangkal disertai apnu yang tidak
teratur
 Kusmaul : inspirasi dan ekspirasi sama panjang dan dalamny,
sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam
 Hyperpnoea : pernafasan lebih dalam tetapi kecepatannya normal
 Apneustik : inspirasi megap-megap ( gasping ) diikuti ekspirasi
yang sangat pendek dan tidak efisien
2) Palpasi
a. Menilai kelainan pada dinding toraks
 Nyeri tekan
 Bengkak
 Menonjol lepas atau dekat dengan dasar
b. Menilai adanya tanda-tanda penyakit paru
 Gerakan dinding toraks : simetris / asimetris
 Getaran suara ( Fremitus Vokal ) : merasakan getaran pada saat
pasien mengucapkan kata secara berulang
3) Perkusi
 Normal : suara resonan
 Suara timpani : menggendang karena adanya timbunan udara
 Suara sub timpani : udara dalam rongga paru sedang
 Hiper-resonan : adanya cairan
 Redup : paru padat
 Pekak : rongga pleura penuh dengan cairan

4) Auskultasi
 Trakheo bronchial
Suara normal yang terdengar pada trakea
 Bronkovesikuler
Suara normal yang terdengar di daerah bronchial yakni pada sternum
atas
 Vesikuler

16
Suara normal pada jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi tidak
tertutup

c. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler


1) Pemeriksaan Pembuluh Darah Perifer
Yaitu dengan cara palpasi pada arteri radialis untuk menilai :
a. Frekuensi : normal 60 -100x/menit, meningkat pada anak-anak.
b. Irama : teratur / tidak teratur
c. Ciri denyutan :
 Pulsus anarkot yaitu : denyut nadi yang lemah
 Pulsus seler yaitu : denyut nadi yang solah-olah meloncat tinggi,
meningkat tinggi, dan menurun cepat sekali
 Pulsus paradoks yaitu : denyut nadi yang semakin lemah selama
inspirasi sampai menghilang pada bagian inspirasi untuk timbul
kembali pada ekspirasi
 Pulsus alternans yaitu : nadi yang kuat dan lemah bergantian.
d. Isi nadi :
 Pulsus magnus yaitu: denyutan terasa mendorong jari saat
melakukan palpasi
 Pulsus varvus yaitu: denyutan terasa lemah

d. Pemeriksaan Jantung dan Aorta


1) Inspeksi
Menentukan : bentuk prekordium, denyut pada apex jantung, denyut
nadi pada dada, denyut vena
2) Palpasi
Bertujuan untuk mendeteksi kelainan yang tampak pada inspeksi. :
menilai denyutan dan getaran di prekordium, dan pergerakan trakea.
3) Perkusi
Mengkaji area jantung dan paru pada toraks
4) Auskultasi
 Katub pulmonal
 Katub aorta

17
 Katub mitral
 Katub tricuspid
 Diagframa

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat pernafasan
c. Tidak efekti bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada
trakea
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
f. Resiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan air.
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic
h. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan
utama
i. Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan gangguan
tidur
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, ditandai dengan :
1) Perubahan dalam frekwensi dan kedalaman pernapasan
2) Dyspneu atau peningkatan kerja pernapasan, otot aksesori
3) Sianosis
4) Penurunan PO2, Saturasi Oksigen, dan peningkatan PCO2.

kriteria hasil:
 Kemudahan bernafas

18
 Terbebas dari dyspneu
 Terbebas dari kegelisahan
 AGD dan saturasi oksigen dalam rentang normal.

Intervensi keperawatan:
1) Monitoring tanda-tanda vital meliputi:
 monitoring tekanan darah, nadi , suhu tubuh, dan status pernafasan
 monitoring dan laporkan jika ada hipotermi dan hipertermia
 monitor keberadaan pulsus paradoksus atau alternans
 monitoring irama dan kecepatan denyut jantung
 monitoring adanya kemungkinan cianosis
 monitor warna, temperature, dan kelembaban kulit
2) Monitoring respirasi
 monitor irama, kecepatan, kedalaman, dan usaha pernafasan
 auskultasi bunyi paru
 monitor kelelahan otot diafragma ( pergerakan paradoksal )
 monitor nilai PFT, kapasitas vital, maximal inspiratory force, forced
expiratory volume
 monitor tanda-tanda kelelahan, cemas, dam air hunger
 monitor kesiapan ventilator mekanik, catat peningkatan tekanan
inspirasi, dan penurunan tidal volume.
 Monitor kemampuan batuk efektif pasien
 Monitor sekresi pernapasan pasien
 Lakukan resusitasi jika diperlukan
3) Terapi oksigen
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Berikan suplemen oksigen sesuai order
 Monitor aliran oksigen
 Lakukan pengecekan secara periodic peralatan oksigen untuk
memastikan oksigen sesuai dengna yang dibutuhkan
 Monitor efektifitas pemberian oksigen (missal: pulse oxymetry,
AGD)

19
 Monitor kemampuan toleransi pasien tanpa bantuan oksigen ketika
makan
 Observasi tanda-tanda hipntilasi yang diinduksi oksigen
 Monitor tanda – tanda keracunan oksigen dan atelektasis absorbs
 Monitor kecemasa pasien akibat kebutuhan oksigen
4) Manajemen asam basa
 Pertahankan kepatenan akses iv
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Monitor gas darahdan serum artery, dan kadar elektrolit urin
 Monitor status hemodinamik, meliputi nilai CVP, MAP, PAP, dan
PCWP jika ada
 Monitor kemungkinan kehilangan asam (misalnya muntah, diare,
keluaran nasogastrik, dan dieresis)
 Monitor kemungkinan hilangnya bikarbonat (misalnya drainase
fistula, dan diare)
 Monitor gejala gagal nafas ( missal; PaO2 rendah dan peningkatan
PcO2, serta kelelahan otot pernafasan
 Berikan oksigen secara adekuat
 Berikan dukungan ventilator mekanik jika perlu
 Monitor tanda – tanda memburuknya ketidakseimbangan elektrolit
 Monitor status neurilois pasien

b. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


deprei pusat pernafasan
Ditandai dengan:
1) Perubahan dakam frekuensi dan kedalaman pernafasan
2) Dispnea/ peningkatan kerja pernafasan, penggunaan otot-otot aksesori
3) Penurunan kapasitas vital/ volume paru total
4) Takipnea/ bradipnea atau henti nafas bila dilepaskan dari ventilator
5) Sianosis
6) Penurunan PO2 dan SaO2, peningkatan PCO2
7) Peningkatan kegelisahan, ketakutan, dan laju metabolic

20
Kriteria Hasil:
 Membuat/mempertahankan pola pernafasan efektif melalui vetiltor
dengan tidak ada retraksi/penggunaan otot aksesori, sianosis, atau
tanda lain hipoksia.
 AGD/ saturasi oksigen dalam rentang normal
 Berpartisipasi dalam upaya penyapihan (dengan tepat) dalam
kemampuan individu
 Menunjukkan perilaku untuk mempertahankan fungsi pernafasan

Intervensi keperawatan:
1) Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan, jarak antara
pernafasan spontan dan nafas ventilator
Rasional: Pasien pada ventilator dapat mengalami hiperventilasi/
hipoventilasi, dispnea dan berupaya memperbaiki kekurangan dengan
bernafas berlebihan
2) Auskultasi dada secara periodik, catat ada/tidak dan kualitas bunyi
nafas, bunyi nafas tambahan, juga kesimetrisan gerakan dada.
Rasional : Memberikan informasi tentang aliran udara melaui
trakeobronkial dan ada/ tidaknya cairan.
3) Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila
mungkin
Rasional : Peninggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur
sementara masih pada ventilator secara fisik dan psikologi
menguntungkan
4) Jumlahkan pernafasan pasien 1 menit penuh dan bandingkan untuk
menyusun frekuensi yang diinginkan/ventilator
Rasional : Pernafasan sangat bergantung pada masalah yang
memerlukan bantuan ventilator. Pernafasan yang cepat dapat
menghasilkan alkalosis respiratori sedangkan pernafasan yang
lambat (Hipoventilasi) menghasilkan asidosis respiratorik.

21
5) Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi
air. Alirkan selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau
kembali ke wadah
Rasional : Lipatan selnag mrncegah pengiriman volume adekuat dan
meningkatkan tekanan jalan nafas. Air mencegah distribusi gas dan
pencetus pertumbuhan bakteri
6) Pertahankan perlengkapan resusitasi di samping tempat tidur dan
ventilasi manual kapanpun diindikasikan
Rasional : Memberikan/menyediakan ventilasi yang adekuat bila
pasien atau alat menuntut pasien sementara dilepas dari ventilator
7) Bantu pasien dalam control pernafasan bila penyapihan diupayakan
/dukungan ventilator dihentikan selamaprosedur/aktivitas
Rasional : Meltih pasien untuk bernafas lambat, lebih dalam, praktik nafas
dalam, praktik nafas abdomen/nafas bibir, member posisi yang nyaman
dan penggunaan teknik relaksasi, dapat membantu memaksimalkan fungsi
pernafasan

c. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan batuk
Ditandai dengan :
 Perubahan frekuensi atau kedalaman pernafasan
 Sianosis
 Bunyi nafas tak normal
 Ansietas/gelisah

Kriteria Hasil:
 Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas dan aspirasi
dicegah

Intervensi keperawatan:
1) Kaji kepatenan jalan nafas

22
Rasional : Obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi secret, perlengkatan
mukosa, perdarahan, spasme bronkus dan masalah dengan posisi
trakeostomi/ selang endotrakeal
2) Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi nafas bilateral
Rasional : Gerakan dada simetri dengan bunyi nafas melalui area paru
menunjukkan letak selang tepat / tak menutup jalan nafas. Obstruksi jalan
nafas bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronki, mengi.
3) Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batukselama penghisapan.
Rasional: meningkatkan keefektifan upaya batuk dan pembersihan secret
4) Ubah posisi tubuh dan berikan cairan sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional: meningkatkan drainase secret dan ventilasi pada semua segmen
paru, menurunkan resiko atelektasis
5) Kolaborasi dengan fisioterapis dalam melakukan postural drainase dan
perkusi
Rasional: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan alat drainase
secret.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator IV dan aerosol
sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot
halus/ spasme bronkus

d. Diagnosa keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


kelemahan /paralisis neuromuscular
Ditandai dengan: Ketidakmampuan untuk berbicara

Kriteria hasil:
 Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami

Intervensi keperawatan:
1) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi dengan pilihan arti
Rasional : alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam-
macam, pasien dapat sadar atau mungkin letargik, koma atau paralisis.
Metode komunikasi pasien sangat individual.

23
2) Dorong keluarga atau orang terdekat bicara dengan pasien, berikan
informasi tentang keluarga dan kejadian sehari hari
Rasional: Orang terdekat dapat merasa sadar diri dalam perbincangan satu
arah dan dapat menurunkan rasa kaku.
3) Buat cara-cara komunikasi contoh memperhatikan kontak mata, tanyakan
pertanyaan ya/tidak, kertas/pensil, gambar/alphabet, gunakan tanda bahasa
yang tepat.
Rasional: kontak mata menjamin komunikasi pasien
4) Pertimbangkan bentuk komunikasi bila IV terpasang
Rasional: posisi IV pda tangan/pergelangan dapat membatasi kemampuan
untuk menulis atau membuat tanda.

e. Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan ketergantungan pada


dukungan ventilator
Ditandai dengan :
 Peningkatan otot/tegangan wajah
 Insomnia/gelisah
 Terlalu waspada
 Ketakutan, penuh keragu-raguan
 Focus pada diri/bicra negative tentang diri
 Menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup

Kriteria hasil:
 Menyatakan kesadaran perasaan dan cara sehat untuk menerimanya
 Menunjukkan keterampilan/ perilaku pemecahan masalah untuk mengatasi
situasi yang ada
 Melaporkan ansietas /takut menurun sampai tingkat dapat ditangani
 Ampak rileks dan tidur/istirahat sesuai

Intervensi keperawatan:
1) Identifikasi persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi
Rasional: mengidentifikasi lingkup masalah individu dan mempengaruhi
pemilihan intervensi

24
2) Observasi respon fisik contoh: gelisah, perubahan tanda vital, gerakan
berulang. Catat kesesuaian data verbal dan non verbal
Rasional: berguna dalam mengevaluasi luas dan derajat masalah, khususnya
bila dibandingkan dengan pernyataan verbal
3) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan rasa takut
Rasional: memberikan kesempatan untuk menerima masala, memperjelas
kenyataan takut, dan menurunkan ansietas sampai ke tingkat yang dapat
diterima
4) Akui ansietas dan takut terhadap situasi. Hindari pemberian keyakinan yang
tak berarti bahwa segalanya akan baik
Rasional: memvalidasi kenyataan situasi tanpa tanpa meminimalkan
dampak emosi. Memberikan kesempatan pada pasien/ orang terdekat
menerima dan mulai menerima apa yang terjadi, menurunkan anietas.
5) Identifikasi/kaji pasien/orang terdekat tentang pencegahan keamanan yang
diambil. Contoh, marah dan suplai oksigen, alat darurat pada tangan untuk
menghisap. Diskusikan dan kaji system alarm
Rasional: memberikan keyakinan untuk membantu mengatasi ansietas yang
tidak perlu. Menurunkan masalah ketidaktahuan dan perencanaan untuk
respons dalam situasi darurat.
6) Catat reaksi orang terdekat . berikan kesempatan untuk diskusi perasaan
pribadi/ masalah dan harapan yang akan datang.
Rasional: anggota keluarga yang mempunyai respon individual terhadap apa
yang terjadi , dan ansietas mereka dapat dikomunikasikan pada pasien .
7) Identifikasi kekuatan koping sebelumnya.
Rasional: memfokuskan perhatian pada kekuatan diri sendiri dan
meningkatkan rasa control.
8) Berikan/dorong altivitas olahraga, waktu senggang dalam kemampuan
individu, contoh kerajinan tangan, menulis, menonton televisi.
Rasional: meskipun tidak mampu dan tergantung pada ventilator, aktivitas
yang normal pada individu harus tetap diertahankan untuk meningkatkan
kualitas hidup.

25
f. Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa
oral berhubungan dengan ketidakmampuan menelan cairan oral
Kriteria hasil:
 Menunjukkan penurunan gejala

Intervensi keperawatan:
1) Lihat secara rutin rongga mulut, gigi, gusi, terhdap adanya lesi, luka,
perdarahan
Rasional: identifikasi dini masalah memberikan kesempatan untuk
intervensi atau pencegahan dengn tepat
2) Berikan perawatan mulut secara rutin dan s esuai kebutuhan, khususnya
pada pasien dengan intubasi oral.
Rasional: mencegah pengeringan/luka membrane mukosa dan menurunkan
media pertumbuhan bakteri. Meningktakan kenyamanan
3) Ubah posisi selang endotrakeal/ jalan nafas pada jadwal teratur.
Rasional: menurunkan resiko luka bibir dan membrane mukosa mulut
4) Berikan pelembab bibir
Rasional: mempertahankan kelembaban dan mencegah kekeringan mulut

g. Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan gangguan kemampuan mencerna dan peningkatan
kebutuhan metabolic
Ditandai dengan :
 Penurunan berat badan
 Nafsu makan menurun
 Melaporkan gangguan sensasi pengecap
 Tonus otot buruk
 Luka, inflamasi rongga mulut
 Bunyi usus tidak ada/hiperaktif

Kriteria hasil:
 Menunjukkan pemahaman kebuthan diet individu

26
 Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai
laboratorium normal

Intervensi keperawatan:
1) Evaluasi kemampuan makan
Rasional: pasien dengan selang trakeostomi mampu makan, tetapi pasin
dengan selang endotrakeal harus makan melalui parenteral atau selang
makanan
2) Observasi penurunan penurunan otot umum
Rasional: gejala ini indikasi penurunan energy otot dan dapat
menurunkan fungsi otot pernafasan.
3) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini dan
masukan makanan yang buruk memberikan petunjuk tentang
katabolisme.
4) Berikan makanan lembut sering dalam jumlah kecil/ mudah dicerna bila
mampu menelan
Rasional: mencegah kelelahan berlebihan, meningkatkan pemasukan dan
menurunkan resiko distress gaster
5) Dorong/berikan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari dalam toleransi
jantung
Rasional: mencegah dehidrasi yang dapat meningkat dengan
peningkkatan kehilangan cairan yang tidak tampak
6) Kaji fungsi GI: adanya kualitas bunyi nafas, catat erubahan lingkar
abdomen, mual, muntah. Observasi perubahan gerakan usus.
Rasional: fungsi system GI penting untuk penggunaan makanan enteral.
Secara mekanik pasien dengan bantuan ventilasi berisiko mengalami
distensi abdomen dan perdarahan gaster.
7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhn nutrisi sesuai
indikasi
Rasional: Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan selama
ventilasi untuk memperbaiki otot pernafasan.

27
8) kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional: memberikan informasi tentang dukungan nutrisi yang adekuat.

h. Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


penyakit kronis, malutrisi
Kriteria hasil:
 Menunjukkan pemahaman factor risiko individu
 Mengidentifikasi intervensiuntuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
 Menunjukkan tenik untuk meningkatkan lingkungan aman

Intervensi keperawatan:
1) Catat factor reiko terjadinya infeksi
Rasional : intubasi, ventilasi mekanik lama, ketidakmampuan umum ,
malnutrisi, usia, dan prosedur invasive adalah factor dimana pasien
potensial mengalami infeksi dan lama sembuh
2) Observasi warna, bau, karakteristik sputum
Rasional: sputum berbau purulent menunjukkan infeksi, sputum kental,
lengket menunjukkan dehidrasi.
3) Turunkan factor resiko nasokomial melalui cuci tangan yang tepat pada
semua perawat, mempertahankan teknik penghisapan steril
Rasional: factor yang paling penting untuk mencegah infeksi rumah
sakit
4) Dorong nafas dalam, batuk dan sering mengubah posisi
Rasional: memaksmalkan ekspansi paru dan memobilisasi secret untuk
mencegah/ menurunkan atelektasis dan akumulasi secret kental
5) Auskultasi bunyi nafas
Rasional: adanya ronki/mengi diduga ada tahanan secret yang perlu
dikeluarkan
6) Batasi pengunjung
Rasional: individual telah dipengaruhi dan berada pada resiko tinggi
mengalami infeksi.
7) Anjurkan pasien untuk menyiapkan wadah sekali pakai untuk sputum
Rasional: menurunkan tranmisi organism melalui cairan.

28
8) Berikan isolasi pernafasan bila diindikasikan
Rasional: tergantung pada diagnosis khusus pasien memerlukan
perlindungan dari orang lain atau mencegah tranmisi infeksi ke orang
lain.
9) Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi.
Rasional: membantu memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan
menurunkan resiko infeksi dari stasis secret.
10) Dorong perawatn diri/ aktivitas sampai batasan toleransi
Rasional: memperbaiki kesehatan umum dan regangan otot dan dapat
merangsang perbaikan system imun.
11) Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obta anti microbial
Rasional: satu atau lebih agen dapat dipergunakan tergantung pada
identifikasi pathogen bila infeksi terjadi.
12) Kolaborasi mengenai pemeriksaan laboratorium sputum.
Rasional: diperlukan untuk mengidentifikasi pathogen dan anti
microbial yang tepat.

i. Diagnosa keperawatan: resiko tinggi tinggi difungsi respons penyapihan


ventilator
Kriteria hasil:
 Secara aktif berpartisipasi dalam proses penyapihan
 Membuat pernafasan mandiri dengan AGD dalam rentang normal dan
bebaas tanda gagal pernafasan
 Menunjukkan peningkatan toleransi untuk aktivitas/ berpartisipasi dalam
perawatan diri sesuai kemampuan

Intervensi keperawatan:
1) Kaji factor fisik dalam penyapihan (frekuensi jantung, irama stabil, TD,
dan bunyi nafas jelas, demam, status nutria dan kekuatan otot)
Rasional: Jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
energy sehubungan dengan penyapihan, peningkatan 1 derajat suhu tubuh
2) Meningkatkan laju dan kebutuhan oksigen7%,
3) Menentukan kesiapan psikologis

29
Rasional: penyapihan menimbulkan ansietas pada pasien sehubungan
dengan masalah tentang kemampuan untuk bernafas sendiri dan
kebutuhan ventilator jangka panjang
4) Jelaskan teknik penyapihan
Rasional: membantu pasien untuk siap menghhadapi proses pennyapihan,
membantu membatasi takut akan ketidak tahuan
5) Berikan periode tidur/istirahat tanpa diganggu
Rasional: memmaksimalkan energy untuk proses penyapihan, membatasi
kelelahan dan konsumsi oksigen
6) Evaluasi/catat kemajuan pasien
Rasional: indicator bahwa pasien memerlukan kesempatan lebih lambat
untuk stabil atau perlu menghenntikan program .
7) Kenalkan/ berikan dorongan untuk upaya pasien
Rasional: umpan balik positif memberikan kkeyakinan dan dukungan
untuk melanjutkan proses penyapihan.
8) Awasi respon terhadap aktivitas
Rasional: konsumsi/kebutuhan oksigen berlebihan meningkkatkan
kemungkinan kegagalan
9) Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi
Rasional: penurunan karbohidrat/lemak membutuhkan pencegahan
produksi CO2 berlebihan dimana dapat mengganggu kemudi pernafasan.
10) Kolaborasi dengan dokter mengenai pemeriksaan laboratorim , foto dada
dan AGD
Rasional: Meyakinkan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan
energy untuk penyapihan. Sinar X dada: harus menunjukkan paru bersih
atau gambaran perbaikan kongesti paru atau infiltrate. GDA harus
mencatat oksigenasi memuaskan pada FiO2 49% atau kurang

j. Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis


atau kebutuhan therapy
Ditandai dengan:
 Menolak untk belajar keterampilan baru

30
 Tidak akurat mengikuti instruksi
 Terjadi komplikasi yang dapat dicegah

Kriteria hasil:
 Berpartisipasi dalam proses belajar.
 Menunjukkan peningkatan minat.
 Menunjukkan tanggunga jawab untuk belajar sendiri dan mulai mencari
informasi dan mengajukan pertanyaan.
 Menunjukkan pemahaman terapi venti;asi mekanis.
 Menunjukkan perilaku/ keterampila\n baru untuk memnuhi kebutuhan
individu/mencegah komplikasi.

Intervensi:
1) Tentukan kemampuan dan keinginan untuk belajar
Rasional: kondisi fisik dapat mencegah pasien terlibat dalamperawat
sebelum dan s esudah pulang
2) Diskuskan kondisi khusus yang memerlukan dukungan ventilasi.
Rasional: memberikan pengetahuan dasar untk pasien dan orang terdekat
membuat keputusan berdasarkan informasi
3) Tingkatkan partisipasi pada perawatan diri/ aktivitas senggang dan
sosialisai dengan tepat.
Rasional: memfokuskan perhatian kembali pada aktivitas hidup yang
normal, meningkatkan tahan, dan membantu mencegah depersonalisasi.
4) Kaji masalah umum kesehtan: peran nutrisi: bantuan makan/penyediaan
makanan, peningkatan aktivitas/pembatasan usus; periode istirahat sesuai
dengan aktivitas.
Rasional: meningkatkan kesembuhan dan meyakinkan bahwa kebuthan
individu akan terpenuhi
5) Anjurkan orang terdekat/perawat unutk memperlajari RJP
Rasional: memberkan rasa aman tentang kemampuan untuk mengatasi
situasi darurat yang dapat meningkat sampai bantuan dapat diterima

31
6) Jadwalkan konferensi tim. Adakan pelatihan RS untuk perawat bila
pasien akan dipulangkan dengan ventilator.
Rasional: pendekatan tim diperlukan untuk mengkoordinasikan perawatn
pasien dan program pendidikan untuk memnuhi kebutuhan individual.
7) Anjurkan pasien dan perawat mencuci tangan, dan menggunkan teknik
steril untuk penghisapan, perawatn trakeostomi dan chest fisiotherapi
dada
Rasional: menurunkan resiko infeksi dan meningkatkan fungsi
pernafasan maksimal.
8) Berkan demonstrasi dan tes tertulis tentang tipe khusus ventilator
yang digunakan, fungsi dan perawatan alat tersebut.
Rasional: meningkatkan pengenalan, manurunkan ansietas dan
meningkaktkan percaya diri dalam melaksanakan tugas-keterampilan
baru.
9) Diskusikan apa atau kapan melaporkan ke perawat kesehtaan, contoh ada
distress pernafsan, infeksi
Rasional: membantu unutk menurunkan ansietas, umum juga
meningkatkan evaluasi sesuai – tepat waktu dan intervensi unutk
mencegah komplikasi.
10) Tegaskan bahwa semua kebutuhan alat ada ditempatnya dan bahwa
masalah keamanan telah ditunjukkan, contoh sumber kekuatan
(geneato/baterai) : alat penunjang; pemanggil pasien-sistem alarm.
Rasional: persipan sebelum pulang dapat mempermudah proses
pemindahan.
11) Hubungi pelayanan masyarakat rumah sakit
Rasional : penyalur alat rumah, therapy fisik pemberi pelayanan darurat;
pelayanan social; bantuan keuangan alat dalam memperoleh alat dan
fasilitas transisi rumah.
12) Rujuk ke therapi khusus-ahli
Rasional : beberapa pasien yang tergantunng pada ventilator mampu
melakukan kembali pekerjaan sementara pada ventilator atau selama
harinya (sementara ketergantungan pada malam hari).

32
4. Implementasi
Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang
telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan kepada
klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan
keperawatan secara independent, dependent, dan interdependent. Tindakan
independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan dependent ialah tindakan
yang berhubungan dengan tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga
kesehat lain. Tindakan interdependent ialah tindakan keperawatan yang
memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi,
radiologi,fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu
diperhatikan ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas,
Kerusakan pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan,
Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat
digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat.
Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur
kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi
dalam menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam membantu asuhan
keperawatan.
Adapun evaluasi akhir dengan gagal napas adalah jalan napas efektif,
tidak terjad kerusakan pertukaran gas, status volume cairan tercukupi, kecemasan
berkurang,dan pengetahuan keluarga bertambah mengenai penyakit klien.

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito,
Lynda Juall 2000).
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi
kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan
transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan
efek sedasi dari yang memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat
seperti benzodiazepine. Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses
intubasi masih sulit dilakukan. Jenis premedikasi dipilih yang memiliki resiko
minimal terhadap organ yang sedang mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag
dengan kecepatan aliran 12 – 15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat >

34
95%. Tujuan dari intubasi yaitu : mengembalikan asam basa dan kadar PO2 dalam
batas normal, dan memenuhi kebutuhan tidal volume ( TV ) atau menit volume (
MV ) dengan tekanan puncak ( PIP ) dalam batas normal.
Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah
 Henti jantung ( cardiac arrest )
 Henti nafas ( Respiratory arrest )
 Hipoksemia yang tidak teatasi dengan pemberian oksigen non invasive
 Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian
oksigen non invasive
 Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dan
penberian oksigen non invasive.
 Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan otot
pernafasan tambahan (scalene, sternokleidomastoid,intercosta , abdomen)
 Penurunan kesadaran
 Saturasi oksigen menurun drastic
 Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang konsep pemasangan
ventilator dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
ventilator. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak
digunakan untuk mahasiswa.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adele Pelliteri. (2001). Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (1984). Medical Surgical Nursing. Philadelphia : JB Lippincot
Company.
Brunner & Suddarth. (2000). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Donnad. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (1999). Jakarta : Media Aesculapius.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. (1994). Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. (1998). Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis,
And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai