Anda di halaman 1dari 77

TUGAS MAKALAH

“DASAR-DASAR PENELITIAN”
MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN FISIKA

OLEH
NAMA : AGNES JOIS PALAMBA’
NIM : A 241 16 006
KELAS : P. FISIKA C’16
DOSEN : AMIRUDDIN HATIBE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
tugas makalah Metodologi Penelitian Pendidikan Fisika yang berjudul “DASAR-
DASAR PENELITIAN” dapat diselesaikan tepat pada waktunya dalam bentuk
dan isinya yang sederhana.
Penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak serta melalui tinjau pustaka. Terimakasih diucapkan kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Disadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, maka itu kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan guna proses penyempurnaan
makalah ini. Harapannya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Sekian dan terimakasih.

Palu, 20 September 2018

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Dasar-dasar Penelitian
2.1.1 Pengertian Penelitian
2.1.2 Proses dalam melakukan Penelitian
2.1.3 Populasi
2.1.4 Sampel dan Teknik Sampling
2.1.5 Variabel Penelitian
2.2.Pendekatan dan Metode Penelitian
2.2.1 Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
2.2.2 Penelitian Pengembangan
2.2.3 Penelitian Tidakan
2.3.Teknik Pengumpulan Data serta Penyusunan Instrumen
2.3.1 Teknik Pengumpulan Data
2.3.2 Penyusun Instrumen
2.4.Validitas dan Reliabilitas instrumen dan pengujian
2.4.1 Validitas
2.4.2 Reliabilitas Instrumen
2.4.3 Pengujian
2.5.Teknik Analisis Data
2.2.1 Korelasi
2.2.2 Regresi

2|Page
2.2.3 Uji dua Proporsi
2.2.4 Uji Median
2.2.5 Chi Kuadrat
2.2.6 Uji-t
2.2.7 Uji dua rata-rata

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan
3.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menghadapi perkembangan zaman sekarang, kita diperhadapkan
dengan beragam permasalahan. Permasalahan-permasalahan terkait dapat berupa
masalah sosial, bidang IT, pengembangan, penemuan dan sebagainya. Tentunya
kita sebagai generasi produktiv dituntut untuk dapat menyelesaiakn permasalahan
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian penelitian.
Penelitian tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang bertekun di bidang ilmu
murni saja akan tetapi penelitian juga dapat dilakukan oleh semua kalangan terkait
dengan jenis permasalahan yang ingin diselesaikan. Termasuk penelitian dalam
bidang pendidikan yaitu dalam penyelesaian problema peningkatan mutu
pendidikan.
Selain seorang peneliti, di perguruan tinggi para dosen dan terlebih khusus
para mahasiswa pada tingkat akhir akan dipertemukan dengan satu tantangan
dalam mengatasi problema sosial sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
Mahasiswa tentunya akan menulis suatu karya ilmiah berupa skripsi, thesis atau
disertasi sesuai tingkatan masing-masing. Dalam proses penyusunannya tentu
diperlukan rancangan penelitian yang baik sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Oleh karena itu diperlukan pedoman dalam penyusunan
rancangan penelitian terkait.
Setelah penyusunan rancangan penelitian, tentunya hasil penelitian terkait
akan dituangkan dalam bentuk tulisan sehingga kalangan umum dapat
menjadikannya sumber pengetahuan. Dalam penulisan karya ilmiah (skripsi,
thesis atau disertaisi dan atau penelitian lainnya) tentu memiliki format tertentu
dan bersifat sistematis. Sehingga karya ilmiah tersebut dapat menarik perhatian
pembaca, berkualitas dan tentunya mudah dipahami. Olehnya dibutuhkan
serangkaian sumber kepustakaan terkait untuk meningkatkan wawasan mengenai
dasar-dasar penelitian, proses penelitian hingga penyusunan suatu karya ilmiah
bidang penelitian.
1.2 Rumusan Masalah

4|Page
1. Bagaimana konsep dasar penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling,
serta variabel penelitian?
2. Bagaimana pendekatan dan metode penelitian yang dapat digunakan
dalam suatu penelitian?
3. Bagaimana teknik pengumpulan data serta penyusun instrumen suatu
kerangka penelitian?
4. Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen dan pengujian suatu
penelitian?
5. Bagaimana teknik analisis data yang digunakan dalam penyususnan hasil
penelitian?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengetahuan tentang konsep dasar penelitian, populasi, smpel
dan teknik sampling, serta variabel penelitian.
2. Mengetahui cara pendekatan dan macam metode penelitian yang dapat
digunakan dalam suatu penelitian.
3. Mengetahui teknik pengumpulan data serta penyusun instrumen suatu
kerangka penelitian.
4. Mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen dan pengujian suatu
penelitian.
5. Mengetahui teknik analisis data dalam penyususnan hasil penelitian.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar-Dasar Penelitian Penelitian
2.1.1 Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Secara umum, penelitian dapat diartikan
sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara
sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah. Kata-kata sistematis
dan sah dalam hal ini merupakan kata kunci karena mengacu pada suatu
pendekatan yang digunakan dalam dunia akademis yang disebut dengan
metode ilmiah.. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian adalah cara
mencari kebenaran melalui metode ilmiah.
Pengertian “Penelitian” oleh para ahli :
a) Nana Sudjana dan Ibrahim
Penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan
menggunakan metoda tertentu dalam rangka mencari jawaban atas
permasalahan yang dihadapi.
b) Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui
penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul
sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali
sehingga diperoleh pemecahannya.
c) Kerlinger
Penelitian merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris,
dan kritis tentang fenomena dengan dipandu oleh teori dan hipotesis
tentang hubungan yang diperkirakan ada antara fenomena-fenomena
tersebut.
d) Ostle
Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah,
yang selalu tedapat dua unsur penting, yaitu observasi dan nalar.

6|Page
Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional artinya penelitian dilakukan
dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia, empiris artinya cara yang digunakan dapat diamati dengan indera
manusia, serta sistematis artinya proses penelitian menggunakan langka-
langkah yang bersifat logis. Tujuan penelitian menguraikan secara tegas dan
jelas mengenai tujuan pada saat melakukan penelitian. Tujuan penelitian
bersifat spesifik, dapat diukur,terbatas, dan dapat diperiksa dengan melihat
hasil akhir dari penelitian. Adapun tujuan penelitian secara umum adalah :
 Penelitian bertujuan untuk menemukan sebuah cabang ilmu pengetahuan
baru dalam bidang-bidang tertentu.
 Penelitian bertujuan untuk mengembangkan cabang-cabang ilmu yang
sudah ada.
 Penelitian bertujuan untuk menguji kebenaran dari ilmu pengetahuan yang
telah ada.
2.1.2 Proses dalam Melakukan Penelitian
Emory dan Cooper (1991) menjelaskan bahwa proses penelitian
dimulai dengan kebutuhan yang mendorong dilaksanakannya penelitian dan
diakhiri dengan pelaporan hasil penelitiannya. Proses penelitian selengkapnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan Gambar 3 menjelaskan proses
penelitian yang lebih memperinci penggunaan metode ilmiah kedalam
langkah-langkah penelitian yang lebih lengkap. Beberapa tahap awal akan
dijelaskan secara umum disini, yaitu kebutuhan untuk meneliti, masalah
penelitian, dan rancangan penelitian; sedangkan tahap-tahap selanjutnya yang
dititikberatkan pada analisis statistika, akan dijelaskan secara lengkap pada
bab-bab selanjutnya, yaitu mengenai penarikan contoh, pengumpulan,
pengukuran dan penyajian data, teknik-teknik analisis data, serta pelaporan
dan presentasi hasil penelitian.
 Kebutuhan untuk Meneliti

7|Page
Penelitian ilmiah tidak dilakukan oleh semua orang atau masyarakat.
Kegiatan penelitian biasanya dilakukan pada kalangan masyarakat tertentu,
yairu institusi pendidikan, lembaga penelitian, dan akhir-akhir ini mulai
meningkat di dunia industri atau para praktisi bisnis. Kebutuhan untuk
melakukan peneltian secara umum bersumber pada :
1. Penelitian akademis di institusi pendidikan formal, misalnya penelitian
ilmiah untuk menyusun skripsi, tesis, atau disertasi. Kegiatan penelitian di
kalangan pendidikan tinggi sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa
ditawar-tawar, misalnya seorang mahasiswa S1 tentunya harus menyiapkan
skripsi dengan sistematika atau metodologi tertentu sesuai dengan
kebijakan institusinya.
2. Penelitian manajemen terapan di perusahaan-perusahaan, termasuk
penelitian di bidang bisnis. Kebutuhan penelitian biasanya diawali oleh
kebutuhan seorang manajer mengenai suatu informasi tertentu. Kita tidak
mungkin menyebutkan semua masalah manajemen dan tidak semua
masalah manajemen tersebut harus dipecahkan melalui penelitian. Tetapi
secara umum ada tiga tipe pangambilan keputusan yang harus dilakukan
seorang manajer, yaitu masalah manajemen yang mencakup (a)pilihan
sasaran dan tujuan perusahaan, (b) pencarian dan evaluasi solusi, dan (c)
pemecahan masalah atau pengendalian situasi.
3. Penelitian yang didorong dengan ketersedian data dan berbagai peralatan
yang berkembang pesat. Ketersediaan berbagai teknik tersebut merupakan
faktor penting untuk menentukan apakah suatu penelitian bisa dilakukan.
Misalnya, penyediaan data atau informasi melalui internet mendorong
penelitian-penelitian yang tadinya sulit dilakukan karena terbatasnya
sumber data, atau tersedianya peralatan penginderaan jarak jauh (teropong
raksasa atau teknologi satelit) semakin mendorong penelitian mengenai
bumi dan ruang angkasa yang semakin maju.

 Masalah Penelitian
Masalah merupakan deviasi atau penyimpangan antara rencana
dengan aktualisasinya, atau antara harapan dengan realita, termasuk juga

8|Page
antara teori dengan fakta. Pengertian secara umum tersebut menunjukkan
bahwa masalah selalu ada disekitar kita, dari yang masalah sederhana sampai
rumit. Tetapi apakah semua masalah bisa dipecahkan melalui penelitian ?
Pemecahan masalah merupakan usaha untuk memperkecil deviasi atau
penyimpangan tersebut. Biasanya masalah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan.
Pemecahan masalah bisa juga diartikan memberikan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut tetapi tidak semua pertanyaan tersebut dapat
diteliti dan tidak semua pertanyaan penelitian (research qustion) dapat
dijawab. Hal inilah yang menjadi landasan pokok mengapa masalah
penelitian harus didentifikasi, dibatasai, dan diformulasikan secara jelas
dalam penelitian ilmiah. Secara umum, suatu pertanyaan bisa diteliti jika bisa
dijawab melalui observasi atau cara pengumpulan data lainya dalam dunia
nyata, yang bisa memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
Salah satu tahap awal yang sangat berguna dalam proses penelitian
adalah menyatakan atau mendefinisikan masalah mendasar (basic problem).
Masalah dasar tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih mendetail. Langkah ini merupakan pembuatan hirarki
pertanyaan dari pertanyaan umum sampai pertanyaan yang sangat terperinci,
yaitu:
a. Management question, yaitu pertanyaan yang menunjukkan keputusan
yang harus dibuat oleh manajer yang akan dievaluasi lebih lanjut, yaitu
apakah masalah tersebut bisa dijadikan landasan untuk melakukan
penelitian atau tidak
b. Reserach question, yang menterjemahkan pertanyaan manajer diatas ke
bentuk pertanyaan penelitian (research problem) yang lebih dititikberatkan
pada aspek pengumpulan informasi yang mungkin dilakukan.
c. Investigative question, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang lebih terperinci
lagi sehingga seorang peneliti bisa mencari jawaban yang memuaskan
terhadap pertanyaan penelitian umum.

9|Page
d. Measurement question, yaitu pertanyaan yang paling mendetail dalam
bentuk pengukuran faktor atau variabel yang relevan dengan pertanyaan
penelitian.

Hirarki tersebut bisa dinyatakan secara terpisah atau eksplisit satu


sama lain atau berkesinambungan secara implisit dengan hasil akhir yang
sama yaitu pertanyaan yang diidentidifikasi, dibatasi, dam diformulasikan
dengan jelas. Salah satu contoh hirarki pertanyaan di bidang bisnis dapat
dilihat pada Tabel berikut:

No. Hirarki Pertanyaan Contoh


Management Bagaimana kita bisa meningkatkan keuntungan bank
1.
questions kita?
Research questions 1. Faktor-faktor utama apa saja yang memberikan
sumbangan terhadap kegagalan bank untuk
memperoleh laju pertumbuhan simpanan yang lebih
2. tinggi
2. Seberapa jauh operasi bank sekarang ini mengenai:
a. Kualitas pekerjaaan
b. Efisiensi operasi dibandingkan industri sejenis
c. Kondisi keuangan dibandingkan industri sejenis
3. Investigative 1. Bagaimana posisi masyarakat terhadap pelayanan
questions keuangan yang mereka terima selama ini?
a. Jenis pelayanan keuangan apa saja yang mereka
gunakan
b. Menarikkah berbagai pelayanan keuangan tersebut
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mereka
dalam memilih jasa-jasa tersebut
d. Bagaiamana dengan posisi pesaing ?
e. Bagaimana pola penyebaran nasabah kita dan
pesaing
f. Apa yang menunjukkan perbedaan
demografi nasabah kita dengan pesaing
g. Seberapa jauh perhatian masyarakat terhadap usaha
promosi bank-bank
h. Apa pendapat umum masyarakat terhadap bank
kita dan para pesaing

10 | P a g e
i. Bagaimana pertumbuhan jasa bank kita
dibandingkan para pesaing
Measurement Membuat pertanyaan-pertanyaan dengan cara tertentu
4.
questions yang jawabannya langsung diperoleh dari para nasabah

 Rancangan Penelitian
Berbagai pengertian rancangan penelitian dikemukan oleh beberapa
ahli tetapi jarang yang bisa menjelaskan secara luas aspek-aspek penting di
dalamnya. Dua dari berbagai pengetian tersebut adalah sebagai berikut:
Rancangan penelitian merupakan rencana atau cetak biru (blue print)
untuk pengumpulan, pengukuran, dan analisis data. Rancangan tersebut
membantu peneliti dalam mengalokasikan sumber daya yaitu meliput pilihan-
pilihan: Apakah rancangan meliputi eksperimen, wawancara, observasi,
analisis berkas, simulasi, atau kombinasinya; Apakah metode pengumpulan
data dan situasi penelitian sangat terstruktur ?; Apakah pengkajian intensif
terhadap contoh (sample) penelitian kecil relatif lebih efektif dibandingkan
pengkajian yang kurang intensif tetapi untuk contoh yang besar?; Apakah
analisis utamanya bersifat kuantitaif atau kualitatif (Bernard S. Philip didalam
Enory dan Cooper, 1992).
Rancangan penelitian adalah rencana (plan) dan struktur (structure)
investigasi untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Rencana
tersebut merupakan skema atau program penelitian menyeluruh yang
mencakup rencana apa saja yang akan dikerjakan seorang peneliti mulai dari
penyusunan hipotesis dan implikasi operasional sampai analisis data akhir.
Struktur adalah kerangka kerja, organisasi, konfigurasi, dari…. hubungan
berbagai variabel kajian. Rancangan penelitian mencerminkan struktur
masalah penelitian dan rencana investigasi yang digunakan untuk
memperoleh fakta empiris yang berkaitan dengan masalah tersebut (Kerlinger
didalam Emory dan Cooper, 1992)
Kedua definisis tersebut berbeda dalam perinciannya tetapi keduanya
memberikan esensi yang sama mengenai rancangan penelitian yang baik,
yaitu:

11 | P a g e
1. Rancangan adalah rencana untuk memilih sumber dan tipe informasi yang
relevan dengan pertanyan penelitian
2. Rancangan merupakan kerangka kerja yang memperinci hubungan diantara
variabel- variabel kajian
3. Rancangan merupakan cetak biru yang menjelaskan semua prosedur mulai
hipotesis sampai analisis data.

Gambar : Proses penelitian (Emory dan Cooper, 1991)

12 | P a g e
Gambar : Langkah-langkah metode ilmiah dan penelitian ilmiah

2.1.3 Populasi
Pengertian populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari
satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti.
Dan satuansatuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-
orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).
Tingkat representatif suatu sampel dipengaruhi oleh heterogenitas dan
homogenitias suatu populasi serta dipengaruhi oleh cara yang digunakan
dalam pengumpulan data. Bagi populasi yang lebih homogen ukuran sampel

13 | P a g e
yang diambilnya lebih sedikit daripada bila populasi dalam jumlah yang sama
tetapi lebih heterogen.

2.1.4 Sampel dan teknik sampling


Pengertian Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang
karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto, 1994 : 43). Sampel yang baik,
yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang
bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
Ada dua kriteria sampel yaitu : kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang
bias.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96).
Sedangkan yang dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah
menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan criteria
ekslusi antara lain: a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi
responden penelitian, dan b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat
ketika pengumpulan data dilakukan.
Teknik Pengambilan Sampel ;
a) Pengertian teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan
sebagaian dari populasi tsb. kemudian diteliti dan hasil penelitian
(kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).
Hubungan populasi, sample, teknik sampling, dan generasi dapat
digambarkan sebagai berikut :

TEKNIK SAMPLING

POPULASI 14 | P a g e
SAMPEL

KESIMPULAN GENERALISASI

b) Manfaat Sampling
1) Menghemat biaya penelitaian
2) Menghemat waktu untuk penelitian
3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat
4) Memperluas ruang lingkup penelitian

c) Syarat-syarat teknik sampling


Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen
atau memiliki karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya
hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel
yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak
dapat menggambarkan karakteristik populasi.
d) Jenis-jenis teknik sampling
1) Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling
merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan
memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh
anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian
sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang
representatif. Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Teknik sampling secara rambang sederhana.
Cara paling populer yang dipakai dalam proses
penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan
undian.
b. Teknik sampling secara sistematis (systematic
sampling).

15 | P a g e
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara
mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian
dari daftar populasi.
c. Teknik sampling secara rambang proportional.
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka
sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi.
Adapun cara peng-ambilan- nya dapat dilakukan secara
undian maupun sistematis.
d. Teknik sampling secara rambang bertingkat.
Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara
pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling
secara proportional.
e. Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)
Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik
populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena
populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu
peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah,
berupa kelompok klaster yang ditentukan secara
bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini
disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.


Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik
pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan
sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.
Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara
nonprobabilitas adalah sebagai berikut.
a. Puposive sampling atau judgmental sampling
Penarikan sampel secara puposif merupakan cara
penarikan sample yang dilakukan memiih subjek

16 | P a g e
berdasarkan criteria spesifik yang dietapkan
peneliti.
b. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola
salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan
menentukan sample pertama. Sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi dari sample
pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan
informasi dari sample kedua, dan seterusnya
sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah
terjadi efek bola salju.
c. Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar
jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya
yang dijadikan sample penelitian adalah subjek
yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula
proses pengumpulan data.
d. Accidental sampling atau convenience sampling
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya
sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek
tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data
dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini
disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat


waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila
peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang
selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum
statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel
semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).

17 | P a g e
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel
dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak
dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan
golongan darah.
Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan
pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti
berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap
terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55).
Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan
Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara
10 – 100.000..

2.1.5 Variabel Penelitian


Variabel merupakan atribut, obyek yang mempunyai variasi antara yang
satu dengan yang lain. Contoh: prestasi belajar siswa, tinggi badan, berat badan,
sikap, motivasi, disiplin, berat, ukuran, bentuk. Selain itu variabel mengandung
variasi. Data yang satu berbeda dengan data yang lain. (Hatch dan Farhady,1981).
 Variabel : constructs (sifat) yang dipelajari, yang diambil dari suatu nilai
yang berbeda (different values). (Kerlinger, 1973)
 Variabel: kualitas yang diselidiki peneliti untuk membuat penarikan
kesimpulan Kidder, 1981).
Maka dapat disimpulakan bahwa Variabel penelitian adalah
atribut/sifat/nilai dari orang/obyek/kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Macam-macam variabel adalah sebagai berikut :
a) Variabel independen (variabel bebas, stimulus, predictor, antecedent).
Variabel bebas: variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Dalam
Structural Equation Modeling (Pemodelan Persamaan Struktural), variabel
independen disebut variabel eksogen.
b) Variabel dependen (variabel terikat, output, kriteria, konsekuen).

18 | P a g e
Variabel terikat: variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Dalam SEM disebut variabel indogen.
c) Variabel Moderator (variabel independen ke-2)
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen.
d) ariabel intervening.
An intervening variable is a factor that theoretically affects the observed
phenomenon but cannot beseen, measured, or manipulated. Variabel
intervening: variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen, tetapi tidak dapat diamati atau
diukur. Variabel intervening merupakan variabel penyela (variabel antara)
yang terletak di antara variabel dependen dan variabel independen,
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel dependen.

e) Variabel kontrol
Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. (digunakan untuk
membandingkan melalui penelitian eksperimen).

2.2 Penedekatan dan Metode Penelitian


2.2.1 Metode Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
Pada masa lalu metode penelitian kuantitatif dan kualititif sring digunakan
sebagai suatu penciri, penanda ataupun pembeda antrara suatu disiplin ilmu.

19 | P a g e
Misalnya, pada umumnya metode penelitian kualititaif sering digunakan oleh
disiplin ilmu antropologi, sedangkan penelitian kuantitatif sering digunakan oleh
sosiologi. Penelitian lualititaf dan kuantitatif hendaknya tidak dilawankan,
melainkan dikontraskan. Kontras ini diperlukan untuk melihat keunggulan dan
kelemahannya masing-masing dalam memecahakan masalah dan atau dalam
pengembangan teori. Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif masing-masing
berkembang berdasarkan paradigma tertentu (yang berbeda) yang menjadi
acuannya.
A. Metode Penelitian Kualitatif
Definisi metode penelitian kualitatif, dapat dijelaskan melalui definisi dari
tiga kata yang terkandung di dalamnya, yaitu kata metode, penelitian, dan
kualitatif. Kata metode berasal dari kata metodos, yang dalam bahasa Inggris
diterjemahkan menjadi methods, yang artinya jalan atau cara. Kemudian, kata
penelitian merupakan terjemahan dari kata research, dan kata research ini
terpilah dari kata re yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari.
Dengan demikian kata research mempunyai arti mencari kembali. Sementara
itu, kata kualitatif menunjuk pada sesuatu yang berkaitan dengan kualitas, dan
biasanya bercirikan tidak berbentuk angka, seperti sikap, tingkah laku,
pendapat dan sebagainya. Jadi kata metode penelitian kualitatif, memiliki arti
sebagai jalan atau cara untuk mencari kembali sesuatu yang bukan berupa
angka, atau sesuatu yang tidak diangkakan.
Menurut Moleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara holistic,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dahn dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan
pada aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah dari pada
melihat sebuah permasalahan. Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian

20 | P a g e
riset yang sifatnya deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan lebih
menampakkan proses maknanya.
Tujuan dari metode ini adalah untuk memahami secara luas dan mendalam
terhadap suatu masalah secara detail pada suatu permasalahan yang sedang
dikaji.
Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam,
kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif, merupakan
studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari
orang dalam lingakaran alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-
fenomena bagaimana orang mencari makna daripadanya. Para peneliti
kualitatif membuat gambaran yang kompleks, dan menyeluruh dengan
deskripsi detail dari kacamata para informan. Beberapa peneliti kualitatif
mengadakan diskusi terbuka tentang nialai-nilai yang mewarnai narasi.
Peneliti interaktif mendeskripsikan konteks dari studi, mengilustrasikan
pandangan yang berbeda dari fenomena, dan secara berkelanjutan merevisi
pertanyaan berdasarkan pengalaman di lapangan.

Kualitatif Interaktif Kualitatif Non Interaktif


Etnografis Analisis Konsep
Fenomenologis Analisis Kebijakan
Historis Analisis Historis
Studi Kasus
Teori Dasar
Studi Kritis

 Penelitian Kualitatif Interaktif


a. Pengertian Penelitian Kualitatif Interaktif
Ada lima macam metode penelitian kualitatif interaktif, yaitu metode
etnografis, biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode
fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus
digunakan dalama ilmu social dan kemanusiaan serta ikmu terapan, teori
dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritis
digunakan dalam berbagai bidang ilmu, metode-metode interaktif ini bisa

21 | P a g e
difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi,
studi kasus, teori dasar, dan studi kritis, bisa juga berfokus pada masyarakat
dan budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal.
a) Metode Etnografis
Diantara model umum dari penelitan yang digunakan oleh ilmuan
social, etnografi adalah sama dengan antropologi dan secara khusus
dengan fungsi teori structural yang bersifat preskriptif. Etnografi terkait
dengan konsep budaya (cultural concept). Dengan demikian etnograpi
adalah analisis deskripsi atau rekonstruksi dari gambaran dalam budaya
dan kelompok (reconstruction of intact cultural scenes and group). Studi
Etnogarafis (ethnographic studies) yaitu mendeskripsikan dan menginter-
pretasikan budaya, kelompok sosial atau system. Dalam pendidikan dan
kurikulum, difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti
pelaksanaan model kurikulum terintegrasi, berbasis kompetensi,
pembelajaran kontekstual, dsb. Proses penelitian etnografi dilaksanakan di
lapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan
wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk
kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen dan bend-
benda (artifak). Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi
etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa
kepercayaan, ritual, dan cara-cara hidup. Hasil akhir akhir penelitian
bersifat komperhensif, suatu naratifdeskriptif yang bersifat menyeluruh
disertai interpretasi yang mengintergretasikan seluruh aspek-aspek
kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut.
Beberapa peneliti juga melakukan penelitian mikro-etnografi penelitian
difokuskan pada salah satu aspek saja.
b) Metode Fenomenologis
Studi Fenomenologis mempunyai dua makna. Sebagai filsafat sains
dan sebagai metode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba
mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data
berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian sikap, penilaian, dan

22 | P a g e
pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan.
Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah mencari atau menemukan
makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup
tersebut, penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama
dengan partisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan
terhadap pengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan
menggunakan wawancara.
Penggunaan pendekatan ini dimulai dengan sikap diam, ditunjukkan
untuk menelaah apa yang sedang dipelajari. Cara fenomenologi
menekankan berbagai aspek subjektif dari prilaku manusia, selanjutnya
peneliti berusaha memahami bagaimana subjek meberi arti terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupannya. Peneliti percaya
bahwa berbagai cara manusia untuk menginpretasikan pengalamannya
lewat interaksi orang lain.
c) Metode Historis
Studi Historis (historical studies) yakni,meneliti peristiwa-peristiwa
yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan
menggunakan sumber data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang
masih ada, kesaksian yang tidak disengaja yang tidak dimaksudkan untuk
disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan
sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen.
Penelitian historis menggunakan pendekatan metode dan materi yang
mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan
dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan
pendekatan dan metode ilmiah (positivitis) seperti mengadakan
pembatasan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data,
uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah tentu dalam keterbatasan-
keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah
periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai kemajuan
bahkan kemunduran dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.
d) Studi Kasus

23 | P a g e
Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan
terhadap suatu “kesatuansistem”. Kesatuan ini dapat berupa program,
kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat,
waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh
pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili
populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari
populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap
kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda
dengan kasus lainnya. Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih
dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang,
satu kelas, satu sekolah, beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor
kecamatan, dsb. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik
pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter,
tetapi semuanya difokuskan kearah mendapatkan kesatuan dan
kesimpulan.
e) Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau
teori dasar (grounded theory)merupakan penelitian yang diarahkan pada
penemuan atau minimal menguatkan terhadap suatu teori. Penelitian
dilakukan dengan menggunkan kualitatif. Walaupun penelitian kualitatif
memberikan deskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut
diadakan abstraksi atau interensi sehingga diperoleh kesimpulan-
kesimpulan yang mendasar yang membentuk prinsip dasar, dalil atau
kaidah-kaidah, kumpulan dari prinsip, dalil atau kaidah tersebut berkenaan
dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru, minimal memperkuat
teori yang telah ada dalam hal tersebut. Penelitian dasar dilaksanakan
dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, diadakan cek-
ricek ke lapangan, studi pembandingan antar kategori, fenomena dan
situasi melalui kajian induktif, deduktif dan verifikasi sampai pada titik
jenuh. Pada titik ini peneliti memilih mana fenomena-fenomena inti dan

24 | P a g e
mana yang tidak inti. Dari fenomena-fenomena inti tersebut
dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yang menjelaskan
kondisi sosial dan historis dan keterkaitannya dengan fenomena-fenomena.
Penyusunan teori dari bawah (TDB) menurut Pandit yang dikutip oleh
Moloeng, terlebih dahulu memahami tiga unsur dasar TDB yaitu: konsep,
kategori, dan proposisi. Konsep adalah satuan kejadian dasar karena hal itu
dibentuk dari konseptualisasi data, bukan data itu sendiri, yang
berdasarkan hal itu teori itu disusun. Unsur kedua adalah kategori yang
didefinisikan sebagai berikut: kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi
dan lebih abstrak dari konsep yang mereka wakili. Kategori itu diperoleh
melalui proses analisis yang sama dengan jalan membuat perbandingan
dengan melihat kesamaan atau perbedaan yang digunakan untuk
menghasilkan konsep-konsep yang lebih rendah. Kategori adalah landasan
dasar penyusunan teori. Kategori memberikan makna yang olehnya teori
dapat diintegrasikan. Kita dapat menunjukkan bagaimana
pengelompokkan konsep konsep membentuk kategori dengan jalan
melanjutkan contoh yang dikemukakan diatas. Unsur ketiga dari TDB
adalah proposisi yang menunjukkan hubungan-hubungan kesimpulan.
Antara satu kategori dan konsep-konsep yang menyertainya dan diantara
kategori-kategori yang diskrit, unsur ketiga ini dinamakan ‘hipotesis’.
f) Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminis, ras dan
pasca modern yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat
subjektif. Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk
oleh orientasi kelas, status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll. Peneliti
feniminis dan etnis memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah
gender dan ras, sedang peneliti pasca modern dan kritis memusatkan pada
institusi social dan kemasyarakatan. Dalam penelitian kritis, peneliti
melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis, dan
penelitian fenimisme. Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam
penelitian kritis.

25 | P a g e
- Pertama : Penelitian-penelitian kritis tidak bersifat deskrit, meskipun
masing--masing mempunyai implikasi metodelogis. Model studinya
berbeda dalam tujuan, peranan teori, teknik pengumpulan data,
pereanan peneliti, format laporan dan narasinya, meskipun juga ada
yang tumpang tindih.
- Kedua : Penelitan kritis menggunakan pendekatan studi kasus, kajian
terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yang bersifat mendalam
yang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yang
bersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian
kualitatif kasus adalah satu kesatuan kasus atau fenomena yang diteliti
secara mendalam dan utuh.
 Penelitian Kualitatif Non Interaktif
Penelitian kualitatif non interaktif (non interactive inquiry) disebut
juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis
dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data
secara interaktif melalui interaksi dengan sumber data manusia. Melainkan,
Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan
sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep,
kebijakan, peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
diamati. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen. Ada tiga macam
penelitan analitis atau studi non interaktif, yaitu analisis: konsep, historis dan
kebijakan.
1) Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan kajian atau analisis terhadap konsep-
konsep penting yang diinterpretasikan pengguna atau plaksana secara
beragam, sehingga banyak menimbulkan kebingungan, contohnya: cara
belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi, wajib belajar, belajar sepanjang
hayat dan lain-lain.
2) Analisis Historis
Analisis historis menganalisis data kegiatan, program, kebijakan yang
telah dilaksanakan pada masa yang lalu. Penelitian ini lebih diarahkan kepada

26 | P a g e
menganalisis peristiwa kegiatan, program, kebijakan, keterkaitan dalam
urutan waktu.
3) Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan menganalisis berbagai dokumen yang berkenaan
dengan kebijakan tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan, ujian
akhir sekolah, pembiayaan pendidikan, dsb. Pengkajian diarahkan untuk
menemukan kedudukan, kekuatan, makna dan keterkaitan Antar dokumen,
dampak, dan konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari kebijakan
tersebut. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang
lalu atau yang berlalu sekarang, dan diarahkan untuk:
- Meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja,
- Menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan suatu kebijakan,
- Menguji keefektivan dan kefisienan kebijakan.

B. Metode Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif adalah penelitin yang tidak mementingkan kedalaman
data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data,
yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas.
Walaupun populasi yang besar, tetapi dengan mudah dapat dianalisis, baik melalui
rumus-rumus statistik maupun komputer. Jadi pemecahan masalahnya didominasi
oleh peran statistik. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori)
ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai
apa yang ingin diketahui.(Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif).
Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada penggunaan angka-angka yang
membuatnya menjadi lebih mendetail dan lebih jelas. Selain itu penggunaan tabel,
grafik, dan juga diagram sangat memudahkan untuk dibaca. Di dalam metode

27 | P a g e
kuantitatif ini ada beberapa metode yang mendukung, yakni metode deskriptif,
survei, perbandingan, penelitian tindakan, ekspos, dan korelasi.
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana
dan Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).
a. Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal,
fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
b. Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan
baku.
Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001: 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram
2008: 149-150):
a) Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau top-down),
yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan
konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
bersifat khusus.
b) Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari hal-hal
yang bersifat Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah
direncanakan.
c) Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu
nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari
generalisasinya.
d) Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang
dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa
yang telah direncanakan sebelumnya.
e) Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan mengguna-kan
alat yang objektif dan baku.
f) Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.
g) Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam
arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
h) Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
i) Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik.

28 | P a g e
j) Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu
dan situasi.
k) Penelitian jenis kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah

Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan metoda


dan rancangan (design) tertentu dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan
sifat masalah yang dihadapi.
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan
fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi
objektivitas desain penelitian ini diakukan dengan menggunakan angka-angka,
pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Penelitian kuantitatif
sendiri dipecah dalam dua bagian yaitu penelitian eksperimental dan
noneksperimental. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke
dalam penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental yaitu metode
deskriptif, metode survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian
tindakan.
 Metode Penelitian non-eksperimental
a) Penelitian Deskriptif (descriptive research)
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan
untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang telah lalu. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi
apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan
menggunakan angka-angka. Beberapa pertanyaan yang mengarah pada
penelitian deskriptif misalnya "Bagaimana sikap penduduk Desa Gembong
terhadap keberadaa SDN 02 Gembong?" Penelitian ini sangat penting
sebagai studi pendahuluan bagi penelitian lain atau penelitian lanjutan.
b) Penelitian Survai
Survay digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini
dari sejumlah besar orang yang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada
tiga karakteristik utama dari survai: 1) Informasi dikumpulkan dari

29 | P a g e
kelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau
karakteristik tertentu seperti kemampuan, sikap kepercayaan, pengetahuan
dari populasi, 2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaa
(umumnya tertulis walaupun lisan juga bisa) dari suatu populasi, 3)
informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Tujuan utama dari
survay adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari suatu
populasi.
c) Penelitian Ex Post Facto
Penelitian Ex Post Facto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak
dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh
peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadap program,
kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya
hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis bahwa sesuatu
variabel disebabkan oleh variabel tertentu dan mengakibatkan variabel
tertentu. Mirip dengan penelitian eksperimental namun tidak ada
pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes.
d) Penelitian Komparatif (casual comparative research)
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih
dari dua keompok ada perbedan dalam aspek (variabel) yang diteliti.
Dalam penelitian ini pun tidak ada pengontrolan atas variabel maupun
manipulasi (perlakuan) dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah,
peneliti mengumpulkan data dengan instrumen yag bersifat mengukur.
Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan-perbedaan
diantara variabel yang diteliti. Penelitian komparatif juga dapat
memberikan hasil yang dapat dipercaya karena menggunakan instrumen
yang sudah diuji juga karena kelompok-kelompok yang dibandingkan
memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Metode penelitian
komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua
kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Penelitian dapat
melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab-akibat
dari data yang tersedia. Keunggulan penelitian komparatif adalah : (i)

30 | P a g e
dapat mensubstitusikan metode eksperimental karena sukar diadakan
kontrol, apabila variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena
secara normal, dan penggunaan laboratorium sebab kendala teknik,
keuangan, etika dan normal; dan (ii) adanya teknik perhitungan dengan
statistik untuk peramalan (forcast), perkiraan (estimade), serta korelasi
antar variabel. Kelemahannya adalah : (i) tidak mempunyai kontrol
terhadap variabel bebas (independent variable) karena bersifat ex post
facto. Peneliti hanya memegang penampilan variabel apa adanya, (ii) sukar
memperoleh kepastian, (iii) faktor-faktor penyebab tidak bisa kerja secara
bebas karena berkaitan dengan lainnya, (iv) terdapat hubungan antar dua
faktor, dan (v) bisa mengkategorisasikan subyek dalam dikotomi
(misalnya dalam demokrasi dan otoriter, pandai-bodoh, laki-laki-
perempuan, dan sebagainya) untuk tujuan perbandingan dapat menjurus
pada pengambil keputusan dan kesimpulan yang salah akibat kategori-
kategori dikotomis yang dibuat mempunyai sifat kabur, samar-samar,
menhendaki value judgement dan tidak kokoh.
e) Penelitian Korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan
variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel-
variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan
signifikansi secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih,
tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi
dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel
yang lain. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi pada suatu variabel
berhubungan dengan nilai yang rendah pada variabel lainnya. Korelasi
yang tinggi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti badan yang
tinggi menyebabkan badan yang berat, tetapi antara keduanya memiliki
hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang sebaliknya yaitu
ketidaksejajaran (korelasi negatif), badan yang tinggi tetapi berat yang
rendah (ringan).

31 | P a g e
f) Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada pengadaan pemecahan masalah atau berbaikan. Guru-guru
mengadakan pemecahan masalah yang dihadapi di kelas. Penelitian ini
difokuskan pada perbaikan proses. Penelitian tindakan dapat
menghadirkan pakar dari luar, dan penelitian ini dinamakan penelitian
tindaka kolaboratif (collaborative action research) (Oja & Sumarjan,
1989, Stinger, 1996). Penelitian tindakan kolaboratif selain diarahkan
kepada perbaikan proses dan hasil juga bertujua meningkatkan
kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan
bagian dari program pengembangan staf.

 Metode Penelitian eksperimental


Metode eksperimental adalah observasi di bawah kondisi buatan
(artical condition). Penelitian eksperimental terbagi menjadi dua, yakni
penelitian eksperimental sungguhan (true experimental research) dan semu
(quasi experimental research). Eksperimental sungguhan adalah penelitian
bermaksud mencari kemungkinan hubungan sebab akibat dengan
memberikan perlakuan khusus terhadap kelompok percobaan dan
membandingkannya dengan kelompok banding. Nazir (1999) memberikan
perbandingan sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 3.3.
Sedangkan penelitian eksperimental semu adalah penelitian
mencari hubungan sebab akibat kehidupan nyata, di mana pengendalian
perubahan sulit atau tidak mungkin dilakukan, pengelompokkan secara
acak mengalami kesulitan, dan sebagainya. Misalnya, classroom-
experimental, eksperimen dengan modul, penerapan behavior-conditioning
dalam manajemen dan penguasaan kelas. Variabel-variabel yang sering
diteliti adalah tentang kepribadian, kematangan, perilaku, dan sebagainya.
Tujuan penelitian eksperimental adalah menyelidiki ada-tidaknya
hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut
dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan (treatment) pada beberapa

32 | P a g e
kelompok eksperimental dan penyelidikan kontrol untuk perbandingan.
Penelitian eksperimental dapat mengubah teori-teori yang telah
usang.percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesa serta untuk
menemukan hubungan kasual yang baru.
Perbedaan penelitian eksperimental dan ex post facto. Penelitian ex
post facto adalah penyelidikan secara empiris yang sistematik di mana
peneliti tidak mempunyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel
bebas (independent variabel) karena manifestasi fenomena telah terjadi
atau karena fenomena suka dimanipulasikan. Inferensi tentang hubungan
antar variabel dibuat tanpa entervensi langsung, tetapi variasi yang seiring
(concomitant variation) dari variabel bebas dengan varibel independen.

33 | P a g e
2.2.2 Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan
untukmengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan.Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru,
materi belajar, media, soal,dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.
Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan
dengan upayainovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran
sebagai pertanggung jawabanprofesional dan komitmennya terhadap
pemerolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media
belajar yangmenunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji
ahli, dan uji cobalapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk
yang dihasilkan bermanfaatuntuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Proses pengembangan, validasi, dan uji cobalapangan tersebut seyogyanya
dideskripsikan secara jelas, sehingga dapatdipertanggung jawabkan secara
akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media
pembelajaranperlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara
sistematis sesuai dengankaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker


(1999) antara lain :
a) Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat
tradisional, sepertieksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya
pada analsis deskriptif yang tidakmemberikan hasil yang berguna untuk
desain dan pengembangan dalam pendidikan.
b) Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di
dalam duniapendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang
lebih evolusioner (interaktifdan siklis).

34 | P a g e
c) Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah
pada reputasi yangragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.

Pada rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian pengembangan biasanya


berisidua informasi, yaitu
(1) masalah yang akan dipecahkan dan,
(2) spesifikasi pembelajaran,model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan
untuk memecahkan masalah tersebut.
Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah
penelitianpengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama)
bisasaja dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan
masalah tersebut,misalnya tetap hanya akan menghasilkan sebuah produk
perangkat pembelajaran dalamsatu penelitian pengembangan. Rumusan masalah
penelitian pengembangan bisa dirincimenjadi beberapa sub-masalah apabila
perangkat pembelajaran yang akan dikembangkanbisa dibagi menjadi beberapa
bagian.
Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan
berdasarkanpengembangan pada bagian kurikulum, teknologi dan media,
pelajaran dan instuksi, danpendidikan guru didaktis. Berikut ini penjelasannya :
1. Pada bagian kurikulum Tujuannya adalah menginformasikan proses
pengambilan keputusan sepanjangpengembangan suatu produk/program
untuk meningkatkan suatu program/produk menjadiberkembang dan
kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis
inipada situasi ke depan.
2. Pada bagian teknologi dan media Tujuannya adalah untuk menigkatkan
proses rancangan instruksional, pengembangan, danevaluasi yang
didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau
prosedurpemeriksaan yang digeneralisasi.
3. Pada bagian pelajaran dan instruksiTujuannya adalah untuk
pengembangan dalam dalam perancangan lingkunganpembelajaran,
perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan

35 | P a g e
danpembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan
untuk pemahamanfundamental ilmiah.
4. Pada bagian pendidikan guru dan didaktisTujuannya adalah untuk
memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para gurudan atau
menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang
pendidikan.Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian
pengembangan sebagai suatuhal interaktif, proses yang melingkar pada
penelitian dan pengembangan dimana gagasanteoritis dari perancang
memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yangditentukan,
mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan
produk,proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.

Terdapat 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu :


1. Pemeriksaan pendahuluan ( preliminary inverstigation).
a. tinjauan ulang literatur
b. konsultasi tenaga ahli
c. analisa tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan
d. studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2. Penyesuaian teoritis (theoretical embedding).
3. Uji empiris (empirical testing).
4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi
(documentation,analysis, andreflection on process and outcome).
Metode penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu
tahap preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi
selfevaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one , dan small group)
, serta field test.
Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :

36 | P a g e
1) Tahap Preliminary
Peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan
caramenghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan
menjadi lokasipenelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-
persiapan lainnya, sepertimengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama
dengan guru kelas yang dijadikantempat penelitian.
2) Tahap Formative Evaluation
- Self Evaluation
a) Analisis
b) Desain
- Prototyping
- Expert Review
- One-to-one
- Small group
3) Field Test
Tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas
(memiliki efek potensial).

2.2.3 Penelitian Tindakan (Action Research)


Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,
menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan
dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau

37 | P a g e
partisipasi. Action research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka
penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti
dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004),
sedangkan pendapat Davison, Martinsons & Kock (2004), menyebutkan
penelitian tindakan, sebagai sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi
bahwa teori dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran
dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap
konteks masalahnya.
Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau
tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya
digarap secara sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya
mencapai tingkatan riset. Action researchjuga merupakan proses yang mencakup
siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti
(evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian
tindakan ditujukan untuk memberikan andil pada pemecahan masalah praktis
dalam situasi problematik yang mendesak dan pada pencapaian tujuan ilmu sosial
melalui kolaborasi patungan dalam rangka kerja etis yang saling berterima
(Rapoport, 1970 disitasi Madya,2006). Proses penelitian bersifat dari waktu ke
waktu, antara “finding” pada saat penelitian, dan “action learning”. Dengan
demikian action research menghubungkan antara teori dengan praktek.
Baskerville (1999), membagi action research berdasarkan karakteristik model
(iteratif, reflektif atau linear), struktur (kaku atau dinamis), tujuan (untuk
pengembangan organisasi, desain sistem atau ilmu pengetahuan ilmiah) dan
bentuk keterlibatan peneliti (kolaborasi, fasilitatif atau ahli.
Tujuan dan ciri-ciri Penelitan Tindakan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan untuk situasi
atau sasaran khusus dari pada pengetahuan yang secara ilmiah tergeneralisasi.
Pada umumnya penelitian tindakan untuk mencapai tiga hal berikut :
(Madya,2006)
 Peningkatan praktik.
 Peningkatan (pengembangan profesional) pemahaman praktik dan
praktisinya.
 Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik.

38 | P a g e
Hubungan antara peneliti dan hasil penelitian tindakan dapat dikatan hasil
penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya dan tentu saja oleh orang lain
yang menginginkannya dan penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang
pemecahan masalahnua segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung
diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Selain itu, tampak bahwa dalam
penelitian tindakan peneliti melakukan pengelolaan, penelitian, dan sekaligus
pengembangan.
Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-sama paling
sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau klien yang berasal dari
akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan yang akan dicapai dari
suatu penelitian tindakan (action research) akan dicapai dan berakhir tidak hanya
pada situasi organisatoris tertentu, melainkan terus dikembangkan berupa aplikasi
atau teori kemudian hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat dengan tujuan
riset (Madya,2006).
Sementara itu, peneliti perlu untuk membuat kerjasama dengan anggota
organisasi dalam kegiatan ini, membuat persetujuan eksplisit dengan klien.
Pelaporan secara rutin mengenai jalannya kegiatan dapat mencerminkan ciri
khusus dari kesepakatan ini. Baik peneliti maupun klien dapat memiliki peran dan
tanggungjawab ganda, meskipun ini dapat berubah selama perjalanan kegiatan
berlangsung, tetapi penting untuk menentukan aturan awal pada bagian luar
proyek agar dapat mencegah konflik kepentingan dan menghindari ancaman
terhadap hak prerogatif pribadi atau jabatan mereka. Adalah sangat penting
membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai sasaran dari penelitian, kemudian
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Berikut tahapan penelitian
tindakan (action research) yang dapat ditempuh yaitu : (Davison, Martinsons &
Kock (2004) lihat Gambar berikut : Siklus action research, (Davison, Martinsons
& Kock (2004)

39 | P a g e
Davison, Martinsons & Kock (2004), membagiAction research dalam 5 tahapan
yang merupakan siklus, yaitu :
1. Melakukan diagnosa (diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna menjadi
dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi perubahan, untuk pengembangan
situs web pada tahap ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan stakeholder akan
situs web, ditempuh dengan cara mengadakan wawancara mendalam kepada
stakeholder yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan
pengembanga situs web.
2. Membuat rencana tindakan (action planning)
Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok masalah yang ada
kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan yang tepat untuk
menyelesaikan masalah yang ada, pada tahap ini pengembangan situs web
memasuki tahapan desain situs web. Dengan memperhatikan
kebutuhan stakeholder terhadap situs web penelitian bersama partisipan memulai
membuat sketsa awal dan menentukan isi yang akan ditampilkan nantinya.
3. Melakukan tindakan (action taking)
Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan rencana
tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah. Selanjutnya setelah
model dibuat berdasarkan sketsa dan menyesuaikan isi yang akan ditampilkan
berdasarkan kebutuhan stakeholder dilanjutkan dengan mengadakan ujicoba awal
secara offline kemudian melanjutkan dengan sewa ruang di internet dengan tujuan
situs web dapat ditampilkan secara online.
4. Melakukan evaluasi (evaluating)
Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup kemudian
peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi hasil dari implementasi tadi,
dalam tahap ini dilihat bagaimana penerimaan pegguna terhadap situs web yang
ditandai dengan berbagai aktivitas-aktivitas.
5. Pembelajaran (learning)
Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui dengan
melaksanakan review tahap-pertahap yang telah berakhir kemudian penelitian ini
dapat berakhir. Seluruh kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari,
perubahan dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti dan dikomunikasikan
kepada klien, peneliti dan klien merefleksikan terhadap hasil proyek, yang

40 | P a g e
nampak akan dilaporkan secara lengkap dan hasilnya secara eksplisit
dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap penerapan Canonical Action
Reaserch (CAR). Untuk hal tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam hal
implikasinya untuk tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-lebih
kesulitan yang dapat dikaitkan dengan pengimplementasian perubahan proses.
Hasilnya juga dipertimbangkan untuk tindakan ke depan yang dapat
dilakukan dalam kaitannya dengan domain penelitian, terutama akibat kegiatan
yang terjadi diluar rencana awal (atau kelambanan) dan cara di mana peneliti
dapat kurang hati-hati melakukan penyelesaian kegiatan dan dalam hal implikasi
untuk komunitas penelitian secara umum dengan mengidentifikasi keuntungan
penelitian di masa datang. Di sini, nilai action researchakan terangkat (bahkan
sebuah proyek yang gagal dapat tetap menghasilkan pengetahuan yang bernilai),
dan juga merupakan kekuatan status quo dalam lingkungan (organisasi) sosial
untuk mencegah perubahan dari proses yang telah berlalu.
Dari penjelasan di atas kita dapat melihat dengan jelas bahwa penelitian
tindakan berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi alami.
Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung hasil
penelitiannya dengan lingkup ajang penelitian sangat terbatas. Yang menonjol
adalah penelitian tindakan ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri
pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai
perbaikan praktik secara inkremental dan berkelanjutan (Madya,2006).

2.3.Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumennya


2.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.
Jenis-Jenis data :
 Berdasarkan sumbernya (primer, sekunder)
o Data Primer; data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk

41 | P a g e
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan penelitia untuk mengumpulkan
data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus
group discussion-FGD) dan penyebaran kuesioner.
o Data sekunder, data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat
Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
 Berdasarkan sifatnya (kualitatif, kuantitatif)
o Data Kualitiatif, data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi
terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh
melalui pemotretan atau rekaman video.
o Data kuantitatif, data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
 Berdasarkan proses/cara mendapatkannya (diskrit, kontinum)
o Data diskrit, data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya:
1. Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan XXX sebanyak
20.
2. Jumlah siswa laki-laki di SD YYY sebanyak 67 orang.
3. Jumlah penduduk di Kabupaten ZZZ sebanyak 246.867 orang.
Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan
berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
o Data kontinum, data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk
bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang
digunakan. Co ntoh data kontinum misalnya:

42 | P a g e
1. Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter.
2. IQ Budi adalah 120.
3. Suhu udara di ruang kelas 24o Celcius.
 Berdasarkan skala pengukuran (nominal, ordinal, interval, rasio)
o Data nominal, Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota
yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan
dari anggota himpunan yang lain. Variasinya tidak menunjukkan
Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara
terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori
satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari
kategori yang lain. Contoh Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki
dan perempuan; Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB; dll
o Data ordinal, Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan
tingkatan – tingkatan. Skala Ordinal Adalah Himpunan yang
beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala
Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi
nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat
dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih
rendah daripada nilai yang lain. Contoh ; Tingkat Pendidikan :
dikategorikan SD, SMP, SMA, PT; Pendapatan : Tinggi, Sedang,
Rendah; Sikap (yang diukur dengan Skala Likert) : Setuju, Ragu –
ragu, Tidak Setuju. Dsb
o Data Interval; Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas
variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau
intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak
atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan
lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval
juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih
Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya tidak dapat

43 | P a g e
dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi
Nilai pada Skala Interval bersifat arbitrer (ANGKA NOL-nya TIDAK
Absolut). Contoh ; Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval,
suhu 360Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240Celcius. Tetapi
tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360Celcius 1½ kali lebih panas
daripada suhu 240Celcius. Alasannya : Penentuan skala 0 0Celcius
Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu/Temperatur
sama sekali); Tingkat Kecerdasan, jarak, dll
o Data ratio, skala ratio adalah skala yang disamping batas intervalnya
jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak
( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ). Contoh; Tinggi Badan : sebagai
Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih
60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini JUGA dapat dikatakan
Bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm;
berat badan; dll.

Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (margono, 1997: 158).
Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat
terjadi/berlangsungnya peristiwa.
Berdasarkan jenisnya Observasi dibagi menjadi :
a) Observasi langsung: observasi yang dilakukan di mana observer berada
bersama objek yang diselidiki
b) Observasi tidak langsung: observasi yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti, misalnya dilakukan
melalui film, rangkaian slide,/foto
Menurut Vredenbreght observasi dapat diklasifikasikan menjadi;
1) Observasi partisipasi
2) Observasi saja
3) Observasi terbatas

44 | P a g e
4) Partisipasi terbatas

 Observasi partisipan dan non-partisipan,


 Observasi partisipan; suatu proses observasi bagian dalam yang dilakukan
oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang
yang diobservasi.
 Observasi nonpartisipan; observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang
diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pelaku pengamat.

 Observasi sistematis dan non-sistematis,


 Observasi sistematis; observasi yang diselenggarakan dengan menentukans
ecara sistematis faktor-faktor yang akan diobservasi lengkap dengan
kategorinya.
 Observasi nonsistematis; observasi yang dilakukan tanpa
mempersiapkan/membatasi kerangka yang akan diamati.

 Keterbatasan Observasi
1) Tergantung pada kemampuan pengamatan & mengingat
2) Kelemahan dalam pencatatan
3) Banyak kejadian/keadaan objek yang sulit diobservasi terutama yang
menyangkut kehidupan pribadi yang sangat rahasia
4) Sering ditemui observee yang bertingkah laku baik karena tau
diobservasi
5) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan
tertentu sehingga kalau terjadi gangguan yang tiba-tiba observasi tidak
dapat dilakukan

 Kelebihan observasi
1) Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi sehingga
hasilnya akurat, sulit dibantah
2) Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya dengan observasi,
misal karena responden terlalu sibuk

45 | P a g e
3) Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula
dengan memperbanyak observer
4) Banyak kejadian yang dipandang kecil & tidak dapat ditangkap dengan
pengumpul data yang lain

2. Teknik komunikasi (Wawancara,


Angket/kuesioner)
1) Teknik komunikasi langsung (interview/wawancara)
Suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Merupakan alat
pengumpul informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara
lisan dan dijawab secara lisan pula melalui kontak langsung dengan
tatap muka.
Jenis wawancara :
a. Wawancara terstruktur: pertanyaan & alternatif jawaban telah
ditetapkan lebih dulu, jawaban lebih mudah dikelompokkan &
dianalisis.
b. Wawancara tak berstruktur: bersifat informal, luwes, disesuaikan
dengan subjek & suasana.
2) Teknik komunikasi tidak langsung (angket/kuesioner)
Kuesioner: alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh
responden.
 Kuesioner berstruktur/tertutup: berupa pertanyaan disertai
alternatif jawaban
 Kuesioner tidak berstruktur/terbuka: jawaban bebas menurut
pendapat responden
 Kuesioner kombinasi berstruktur & tak berstruktur: memberi
alternatif jawaban tapi memberi kebebasan responden untuk
menjawab lebih lanjut

46 | P a g e
 Kuesioner semi terbuka: kuesioner yang memberi kebebasan
kemungkinan menjawab selain dari alternatif jawaban yang
sudah tersedia
3. Teknik pengukuran
 Tes
Seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar
penetapan skor angka.
Jenis tes :
 Tes lisan
 Tes tertulis (esai, objektif-benar salah, pilihan ganda,
menjodohkan, melengkapi, jawaban singkat)
Alat ukur tes ;
Prosedur sistematik di mana individual yang dites direpresentasikan ke
dalam angka
Tes dapat berupa:
a) Tes psikologi ; Instrumen yang dirancang untuk mengukur
aspekaspek tertentu dari tingkah laku manusia
b) Tes prestasi ; Mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta
didik setelah menerima proses belajar-mengajar dari guru selama
kurun waktu tertentu
Dapat dibedakan menjadi :
1. tes standar : tes yang sudah dipublikasikan keberadaannya dalam
jurnal/media formal lainnya
2. tes buatan guru: tes yang belum distandarisasi
c) Tes intelegensi ; Kategori intelegensi: 1. Intelegensi sosial:
kemampuan seseorang untuk mengerti & bekerja sama dengan
orang lain 2. Intelegensi nyata: kemampuan seseorang untuk
mengetahui tingkat kemampuan seseornag dalam berinteraksi
dengan sesuatu yang nyata sebagai realisasi ketrampilan &
penerapan ilmu pengetahuan 3. Intelegensi abstrak: kemampuan

47 | P a g e
seseorang untuk mengerti & berinteraksi dengan komunikasi verbal
yang mungkin berupa simbol-simbol seperti dalam konteks ilmu
pengetahuan, matematika, budaya, dsb
tes intelegensi • Untuk mengukur cakupan khusus yaitu
kemmapuan seseorang dalam kaitannya dengan penggunaan
pengetahuan yg ada ke dalam konteks bervariasi • Tidak mengukur
intelegensi/bakat yang ada pada seseorang secara murni, tetapi
kemampuan seorang peserta tes dalam memecahkan permasalahan
yg sudah direncanakan si pembuat tes • Banyak digunakan untuk
tujuan memprediksi prospek keberhasilan seorang siswa dalam
menyelesaikan program pendidikannya.
 Daftar inventori kepribadian
Dimaksudkan untuk mendapat ukuran kepribadian dari objek
penelitian. Para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang
menggambarkan pola tingkah laku, diminta untuk menunjukkan apakah
tiap pernyataan merupakan ciri tingkah laku mereka dengan cara memberi
tanda cek pada jawaban

 Teknik proyektif
Ukuran yang dilakukan dengan meminta seseorang memberikan
respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak
tersusun. Disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memproyeksikan
kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya sendiri dalam stimulus
tersebut. Banyak digunakan oleh ahli ilmu jiwa klinis untuk mempelajari
dan menetapkan diagnosis orang yang mendapat gangguan emosional

 Skala
Seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek,
objek/tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala biasa digunakan
untuk mengukur sifat nilai dan minat.
Macam-macam skala;

48 | P a g e
a) Skala likert (summated rating scale): sejumlah pertanyaan positif dan
negatif mengenai suatu objek sikap
b) Skala thurstone: mengembangkan suatu metode untuk menentukan
skala tertentu pada hal-hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang
menyenangkan
c) Skala guttman: skala berdimensi tunggal, suatu sikap dianggap
bersimensi tunggal hanya kalau sikap itu menghasilkan skala kumulatif
yaitu skala yang butirnya berkaitan satu sama lain sehingga seorang
subjek yang setuju dengan oertanyaan juga setuju dnegan pernyataan
no 1
d) Skala perbedaan makna (semantic differential scale): didasarkan pada
pandangangan bahwa objek mempunyai dua macam makna bagis
eseorang yaitu makna denotatif dan konotataif
4. Teknik sosiometris
Dipakai untuk mempelajari organisasi kelompok-kelompok kecil.
Prosedur dasarnya dapat berupa permintaan para anggota untuk mengurutkan
teman pilihannya menurut kriteria tertentu. Dengan teknik ini akan diketahui
kelompok popular, terkucil, dan klik-klik an
5. Teknik dokumenter
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip,
termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil, hukum. Merupakan alat
pengumpul data utama pada penelitian kualitatif karena pembuktian
hipoteisnya diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat dan teori

2.3.1 Penyusun Instrumen


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena-fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena
disebut variabel.
Macam-macam Instrumen penelitian;
 Tes

49 | P a g e
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi
soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu
jenis variabel yang diukur. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti,
terdapat beberapa macam tes, yaitu:
a) Tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas,
disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya,
b) Tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat
seseorang,
c) Tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan
tingkat intelektual seseorang,
d) Tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap
orang dalam menghadapi suatu kondisi,
e) Tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu,
f) Tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui
pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu. Bentuk instrumen
ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan
hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek
aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta
keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi
tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.
 Angket/kuesioner
Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya
disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa
sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari
responden tentang apa yang ia alami dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang
dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:

50 | P a g e
a) Kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,
bentuknya sama dengan kuesioner isian.
b) Kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
c) Kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) Kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan orang lain
e) Check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia
f) Skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan
bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat
pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu
banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang
ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor
telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam penelitian. Dalam menata
tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban.
Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner
menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal
yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta
meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan
pertanyaan inti pada tempat yang berbeda. Bentuk tes seperti ini dapat saudara
laksanakan salah satunya ketika menyelesaikan tugas akhir terkait dengan
bidang garapan ke SD an diantaranya membuat laporan tugas akhir
penyelesaian studi seperti skripsi.
 Pedoman wawancara/ interviu
Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interviu.
Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam

51 | P a g e
pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara
bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa
lembar pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus
tetap mengingat data yang harus terkumpul. Lain halnya dengan interviu yang
bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan
terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga interviu yang bebas
terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan interviu dengan hanya
menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja. Kekuatan interviu
terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan tugasnya, ia
harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber
data dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat
terpancing untuk mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta
secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi
terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah
dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang
guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya
dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan
dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
guru terkait.
 Lembar observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan
data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa
pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan
dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan
pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang
kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh,

52 | P a g e
observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis
dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di
tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah
tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru
piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas
administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan
kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja
dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign
system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai
situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu. Ada lagi satu bentuk
instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem
pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati
terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar
itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja.
Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang
diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu,
kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat
rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya.
Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki
kinerja yang baik atau buruk. Selain bentuk instrumen berupa pedoman
pengamatan, terdapat juga instrumen observasi dalam bentuk tes yang
digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner
yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin
diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai
penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan
berulang-ulang sesuai kebutuhan.
 Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas

53 | P a g e
gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan
tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti
memberikan tally pada setiap pemunculan gejala. Instrumen dokumentasi
dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi.
Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah,
landasan hhukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek
penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah
seperti prasasti dan artefak.
 Skala nilai (rating scale)
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti
untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang
diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat
berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-
hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah
diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur. Untuk
mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai
beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam
Suharsimi (2002) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban
responden adalah a) persahabatan, (b) kecepatan menerka, instrumen, (f)
prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan (i)
kemurahan hati. (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e)
penampilan

2.4. Validitas dan reliabilitas instrumen dan pengujiannya


Dalam penelitian data memiliki kedudukan sangat penting karena dari data
itulah variabel penelitian dapat digambarkan. Kesalahan dalam pengambilan data,
maka sudah dapat dipastikan akan terjadi pula kesalahan dalam pengambilan
kesimpulan. Oleh karena itu, pengambilan data hendaknya dilakukan oleh orang
yang benar-benar memahami permasalahannya dan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan. Selain itu untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkannya,
seorang peneliti harus terlebih dahulu memperoleh keyakinan bahwa

54 | P a g e
instrumennya (alat pengambil data) memiliki validitas (kesahihan) dan reliabilitas
(keterandalan/keterpercayaan) yang memadai. Mengenai bagaimana caranya
menguji validitas dan reliabilitas akan dijelaskan pada uraian berikutnya. Apabila
peneliti tinggal menggunakan instrumen yang telah diakui validitas dan
reliabilitsnya, maka peneliti tetap harus menginformasikan taraf validitas dan
reliabilitasnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya atau berdasarkan
konvensi-konvensi tertentu.
A. Validitas
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Validitas suatu instrumen menunjuk kepada apakah instrumen yang
digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur. Fraenkel (1990), membagi
validitas menjadi tiga jenis, sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini:

55 | P a g e
1) Validitas isi, merujuk pada sifat-sifat isi termasuk di dalamnya instrumen dan
spesifikasispesifikasi yang digunakan peneliti untuk merumuskan isi.
Bagaimana kelayakan isi? Bagaimana kekomprehensivannya? Apakah secara
logis memiliki variable yang diperlukan? Apakah sample dari item-item atau
pertanyaan-pertanyaan yang mewakili isi yang dinilai cukup memadai?
Dengan demikian validitas ini dimaksudkan untuk menguji apakah bahan atau
materi yang diujikan sesuai dengan pengetahuan, pelajaran, kemampuan,
pengalaman, atau latar belakang orang yang diuji. Sebagai contoh: apabila isi
tes tersebut ke luar dari apa yang diberikan, tidak mencakup keseluruhan
bahan (kurang komprehensif), dan sebagainya sesuai dengan hal-hal yang
telah dikemukakan di atas, maka tes tersebut tidak valid. Oleh karena itu untuk
memperoleh validitas isi, diperlukan adanya uji coba instrumen dengan cara
mengadakan sampling yang baik, melalui pemilihan item-item yang
representatif dari kesulurahn bahan. Validitas yang berkenaan dengan bahan
atau materi mungkin relatif mudah dicapai, akan tetapi untuk validitas isi yang
terkait dengan sikap atau sifat, seperti motivasi, rasa tanggung jawab, dan
sebagainya yang terdapat dalam sejumlah kelakuan manusia tidaklah mudah.
Hal ini dikarenakan peneliti akan kesulitan menentukan seberapa besar dan
sampai manakah sikap atau sifat itu benar-benar terkandung dalam bentuk

56 | P a g e
kelakuan yang kita pilih. Dalam hal pembelajaran juga seringkali terdapat
perbedaan pendapat antara guru dan siswa mengenai validitas isi tersebut,
khusunya yang terkait dengan kedalaman materi yang diujikan. Guru yang
menyusun bahan tes, senantiasa berusaha agar instrumen yang dibuatnya
memiliki validitas yang tinggi termasuk komprehensivitasnya, namun ada
kemungkinan siswa merasa bahwa dalam instrumen tersebut banyak bahan
yang belum pernah diajarkan, sehingga dianggap bahwa validitas isi dari
instrumen tersebut rendah. Dengan demikian perlu adanya kesesuaian
mengenai kesuluruhan materi dan pilihan item-item yang representatif.

2) Validitas Kriteria, pada awalnya validitas kriteria ini disebut Validitas


Concurrent dan validitas prediktif. Validitas ini merujuk pada hubungan antara
skor yang diperoleh dengan menggunakan instrumen dan skor yang diperoleh
dengan satu atau lebih instrumen lain atau pengukuran-pengukuran (sering
disebut kriteria). Seberapa tinggi hubungan tersebut? Seberapa baik skor-skor
yang ada, memperkirakan keadaan sekarang atau meramalkan penampilan di
masa yang akan datang tentang hal-hal tertentu? Jadi dengan validitas
prediktif dimaksudkan adanya kesesuaian antara prediksi tentang kelakuan
seseorang dengan kelakuan yang nyata. Sebagai contoh, apabila skor suatu tes
secara serentak dikumpulkan dengan informasiinformasi tentang kelakuan
seseorang pada waktu tang sama, maka dengan membandingkan kedua jenis
informasi tersebut kita dapat mengetahui validitas prediktifnya. Melalui
perhitungan statistik korelasional, kita dapat pula menentukan tinggi
rendahnya hubungan antara kedua jenis informassi tersebut.

3) Validitas konstrukt, mengacu pada sifat konstruksi atau karakteristik yang


diukur oleh suatu instrumen secara psikologi. Seberapa baik konstruksi
tersebut menjelaskan perbedaanperbedaan tingkah laku individu-individu atau
penampilan mereka pada tugas-tugas tertentu. Sebagaimana kita ketahui
bahwa banyak sifat-sifat yang tidak dapat secara langsung dilihat
perwujudannya dalam dalam kelakuan manusia, misalnya kepribadian
(personality) sesorang. Untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian mana

57 | P a g e
sebenarnya yang ingin diukur oleh peneliti, dia dapat menggunakan tes
kepribadian. Selain dengan tes kepribadian, teknik statistik pun yang dikenal
dengan analisis faktor (anafak) dapat digunakan untuk menyelidiki berbagai
komponen kepribadian seseorang, sehingga tes yang akan digunakan untuk
memperoleh validitas konstruk dapat disusun berdasarkan komponen-
komponen tersebut. Validitas konstrukt digunakan apabila kita meragukan
apakah gejala yang dites hanya mengandung satu dimensi. Apabila ternyata
gejala yang dites itu mengandung lebih dari satu dimensi, maka validitas tes
tersebut dapat diragukan.

Apabila dilihat dari cara pengujiannya validitas dibedakan menjadi:


 Validititas Internal
Validitas internal umumnya merupakan tujuan pertama dalam metode
eksperimental. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Apakah
treatment/perlakuan eksperimental pada studi ini betul-betul dapat
menimbulkan suatu perbedaan yang spesifik? Kualitas validitas internal
adalah yakin bahwa variable terikat benar-benar ditentukan oleh variabel
bebasnya. Misalnya kita akan meneliti pengaruh pendekatan lingkungan
terhadap hasil belajar mahasiswa. Maka kualitas variabel internalnya tinggi
apabila hasil belajar tersebut yakin disebabkan oleh pendekatan lingkungan.
Terdapat delapan faktor pengganggu/berpengaruh terhadap validitas internal,
yaitu:
a. Sejarah (history), ada kemungkinan terdapat peristiwa-peristiwa
khusus yang terjadi di antara pengukuran yang pertama dan kedua
dalam melengkapi variable eksperimental.
b. Kematangan (maturation), proses-proses di dalam suatu penelitian
merupakan fungsi waktu, misalnya (pertambahan usia, rasa lapar,
kelelahan, atau kurangnya minat dan perhatian, dll). Oleh karena itu
jangan terlalu lama apabila penelitiannya hanya sebentar karena
individu senantiasa berkembang.

58 | P a g e
c. Testing, efek testing terhadap terhadap test berikutnya, misalnya
pretest.
d. Instrumen, kesalahan dalam pengukuran mungkin disebabkan oleh
kesalahan dalam pengkaliberasian instrumen, atau kesalahan di dalam
pengamatan atau penimbangan (judge).
e. Regresi statistik, kemungkinan gejala yang terjadi pada kelompok
yang telah diseleksi terdapat suatu skore yang ekstrim.
f. Pemilihan sampel (selection), kesalahan pemilihan subjek yang akan
dibandingkan dapat menghasilkan sesuatu yang bias.
g. Kematian sampel (Experimental Mortality), berkurangnya subjek atau
sampel.
h. Pemilihan-kematangan interaksi, misalnya efek interaksi di antara
variabel-variabel tersebut dapat menyebabkan kesalahan atau
gangguan terhadap variabel-variabel eksperimen. Validitas internal
merujuk pada adanya kesesuaian antara keseluruhan instrumen yang
dibuat peneliti dengan bagian-bagian dari instrumen tersebut. Bagian
dari instrumen tersebut dapat berupa butir-butir soal atau dapat pula
berupa faktor-faktornya (biasanya merupakan kumpulan dari butir-
butir soal. Karena pada pengujian ini hanya menganalisis keseluruhan
instrumen dengan butir-butir dan faktor-faktor penyusun instrumen
tersebut, dengan kata lain, tidak melibatkan sumber lain yang letak
atau keberadaannya di luar instrumen yang digunakan, maka validitas
yang diukur atau yang dihasilkan adalah validitas internal. Dengan
demikian, validitas internal suatu instrumen dikatakan tinggi apabila
butir-butir soal penyusun instrumen dan juga faktor-faktornya yang
merupakan bagian dari instrumen tersebut sejalan atau tidak
menyimpang dari fungsi instrumen itu sendiri. Analisis butir dan
analisis faktor biasa dilakukan dengan mengkorelasikan nilai-nilai
butir soal atau nilai-nilai faktor dengan nilai total instrumen. Dengan
diperolehnya nilai koefisien korelasi setiap butir, maka peneliti akan

59 | P a g e
dengan mudah menentukan butir soal mana yang validitas internalnya
tinggi atau kurang, demikian pula untuk faktor-faktornya.

 Validitas External
Tujuan kedua dari metode eksperimental adalah validitas eksternal yang
menanyakan: Seberapa representatifkah penemuan-penemuan penelitian dan
seberapa besarkah hasilhasilnya dapat digeneralisasikan terhadap subjek-
subjek atau kondisi-kondisi yang sama? Dari contoh penelitian di atas, apabila
perlakuan tersebut diterapkan pada kelas lain yang memiliki subjek dan
kondisi yang sama dengan hasil yang sama maka validitas eksternalnya tinggi.
Oleh karena itu seorang peneliti haruslah memiliki teknik sampling dan
populasi yang baik. Kesalahan dalam menentukan populasi dan sampling akan
menyebabkan kesalahan di dalam penarikan kesimpulan. Terdapat empat
faktor yang berpengaruh terhadap eksternal validity, yaitu 1. Pengaruh
interaksi seleksi yang bias dan variabel eksperimen 2. Pengaruh interaksi
pretest . Subjek yang diberi pretes akan memberikan respon yang berbeda
dengan subjek yang tidak diberi pretes. 3. Pengaruh reaktif, dari prosedur
eksperimental, pengaruh yang muncul dari setting eksperimental yang tidak
akan terjadi pada setting noneksperimental 4. Pengaruh interferensi perlakuan
yang berulang-ulang, menggunakan perlakuan yang berulang- ulang terhadap
subjek yang sama akan berpengaruh terhadap perlakuan berikutnya karena
pengaruh yang terdahulu tidak dapat dihilangkan. Validitas eksternal merujuk
pada data yang dihasilkan oleh suatu instrumen sesuai dengan informasi atau
keterangan dari sumber lain yang terkait dengan variable penelitian yang
dimaksud. Karena melibatkan sumber lain yang letak atau keberadaannya di
luar instrumen yang digunakan maka validitas yang diukur atau yang
dihasilkan adalah validitas eksternal. Sebagai contoh, dalam suatu penelitian
pendidikan seorang peneliti ingin mengetahui bagaimana validitas eksternal
instrumen yang dibuatnya? Pada penelitian tersebut dia membuat instrumen
berupa soal tes sebanyak 40 buah. Kemudian dia mengujicobakan soal
tersebut kepada sejumlah siswa yang diperkirakan sesuai dengan subyek
penelitian. Hasil ujicoba tersebut selanjutnya dikorelasikan dengan nilai-nilai

60 | P a g e
siswa tersebut yang diambil dari nilai rapor. Nilai koefosien korelasi yang
diperoleh menunjukan derajat validitas eksternal instrumen tersebut. Rumus
korelasi yang biasa digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson
sebagai berikut:

B. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen menunjukan keajegan (konsistensi) hasil
pengukurannya seandainya instrumen tersebut digunakan oleh orang yang sama
dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam
waktu yang sama. Reliabilitas secara implisit juga mengandung obyektivitas,
karena hasil pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya. Fraenkel
(1990), menyatakan bahwa reliabilitas merujuk terhadap konsistensi skror yang
diperoleh. Bagaimana konsistensi siswa dari setiap individu dari satu
pengadministrasian (administration) ke pengadministrasian lainnya dan dari satu
set item ke set lainnya. Sebagai contoh, suatu tes dikatakan reliabel, apabila
seorang siswa memperoleh nilai tinggi pada tes yang pertama akan memperoleh
nilai yang tinggi pula pada tes berikut. Skor tersebut mungkin saja tidak persis
identik, akan tetapi nilai tersebut harus tidak jauh berbeda. Skor yang diperoleh

61 | P a g e
dapat benar-benar reliabel, tetapi tidak valid. Hal ini diperkirakan, peneliti
memberikan dua bentuk tes terhadap satu kelompok kelas yang dirancang untuk
mengukur pengetahuan (knowledge) mereka. Mereka yang nilainya tinggi pada
bentuk A juga tinggi pada form B, yang nilainya rendah pada form A juga rendah
pada form B, dan seterusnya. Kita akan mengatakan bahwa skor-skor tersebut
reliabel. Akan tetapi jika peneliti kemudian menggunakan tes nilai yang sama
untuk meramalkan keberhasilan para siswa pada kelas yang berbeda bidang
studinya, misalnya pendidikan fisika, dia mungkin akan keheranan. Beberapa
kesimpulan mengenai keberhasilan dalam pendidikan fisika berdasarkan skor-skor
tes tersebut tidak memiliki validitas. Sekarang bagaimana mengenai
kebalikannya? Dapatkah suatu instrumen yang hasilnya tidak reliabel memperoleh
kesimpulan-kesimpulan yang valid? Tidak! Jika nilai-nilai secara menyeluruh
tidak konsiten untuk seseorang, nilai-nilai tersebut memberikan informasi yang
tidak berguna. Kita tidak mengetahui dengan pasti nilai mana yang dapat
digunakan untuk mengambil kesimpulan mengenai kecakapan, sikap atau
karakteristik-karekteristik lainnya yang dimiliki oleh siswa. Dalam suatu
penelitian, peneliti umumnya mengadakan pengukuran sebelum dan setelah
perlakuan. Apabila hasil penelitiannya menjukkan perbedaan, maka disimpulkan
bahwa perbedaan tersebut adalah sebagai pengaruh variabel perlakuan
(eksperimen). Oleh karena itu agar perbedaan tersebut benar-benar merupakan
pengaruh variabel perlakuan, maka diperlukan instrumen yang reliabel sebagai
syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel
yang satu lagi. Selain itu reliabilitas instrumen juga merupakan suarat bagi
validitas. Tes yang tidak reliablel dengan sendirinya tidak valid.

Cara-Cara Mengukur Reliabilitas Sebagaimana halnya validitas,


reliabilitas suatu instrumen juga dapat diukur konsistensinya melalui metode-
metode tertentu. Konsistensi reliabilitas tes yang diukur antara lain adalah
konsistensi eksternal dan internalnya.
1. Pengukuran Konsistensi Eksternal Pengukuran konsistensi eksternal dapat
dilakukan dengan metode-metode sebagai berikut:

62 | P a g e
a) Metode Test-Retest atau Metode ulang Metode ini melibatkan dua kali
penggunaan tes yang sama terhadap kelompok yang sama dengan interval
waktu tertentu. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah interval waktu
untuk memberikan tes kedua (re-tes), sebaiknya jangan terlalu dekat sebab
dihawatirkan siswa masih dapat mengingat soal yang diberikan pada tes
pertama. Oleh karena itu peneliti hendaknya membuat soal yang tidak
mudah diingat oleh siswa, mungkin tes obyektif mungkin lebih “sulit”
diingat dibandingkan dengan tes essay yang jumlah soalnya relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan tes obyektif. Memang tidak ada patokan
berapa lama interval waktu untuk melakukan tes dan re-tes, akan tetapi
biasanya antara dua sampai empat minggu. Setelah diperoleh nilai tes yang
dipandang sebagai nilai X dan re-tes yang dipandang sebagai nilai Y,
selanjutnya koefisien reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik
korelasi product moment atau korelasi Pearson untuk menunjukkan
korelasi (hubungan) antara dua set nilai yang diperoleh tersebut. Tinggi
rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan derajat reliabilitas
instrumen yang digunakan.
b) Metode Bentuk-Bentuk Equivalent (Equivalent-Forms Method) atau
Paralel Apabila metode ini digunakan, maka dua buah tes (instrumen)
yang terpisah satu sama lain, namun ekuivalen (juga disebut tes pilihan
atau tes paralel) dikenakan pada kelompok individu yang sama pada
periode waktu yang sama dalam arti tidak harus menunggu waktu
beberapa hari atau minggu. Meskipun pertanyaan-pertanyaan antara kedua
instrumen tersebut berbeda, akan tetapi keduanya harus memiliki isi
(kontent) yang sama dan mengukur sesuatu yang sama pula atau identik.
Setelah diperoleh nilai tes untuk instrumen pertama yang dipandang
sebagai nilai X dan instrumen kedua yang dipandang sebagai nilai Y,
selanjutnya koefisien reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik
korelasi product moment atau korelasi Pearson. Tingginya nilai koefisien
korelasi yang diperoleh, menunjukkan bukti yang kuat mengenai
reliabilitas bahwa kedua instrumen tersebut mengukur sesuatu yang sama.

63 | P a g e
Metode ini memungkinkan untuk menggabungkan antara metode tes-retes
dan metode paralel (bentuk ekuivalen). Instrumen yang dibuat untuk tes
paralel, diberikan dua kali terhadap kelompok individu yang sama, hanya
dengan interval waktu yang berbeda sebagaimana dilakukan pada metode
tes-retes. Koefisien reliabilitas yang tinggi akan menunjukkan bahwa dua
bentuk instrumen tersebut tidak hanya mengukur dua jenis performance
yang sama, akan tetapi juga memiliki konsistensi sepanjang waktu.
2. Pengukuran Konsistensi Internal Pada pengukuran konsistensi eksternal
diperlukan dua kali pengadministrasian instrumen atau soal, sementara
untuk mengukur konsistensi internal hanya diperlukan satu kali
pengadministrasian instrumen. Jadi pada pengukuran konsistensi internal
ini hanya diperlukan satu set soal. Beberapa cara pengukuran konsistensi
internal ini adalah sebagai berikut:
a) Prosedur Bagi-Dua (Split-Half Procedure) Prosedur bagi dua ini
meliputi penilaian terhadap satu set soal yang dibagi dua (biasanya
soal dengan nomor ganjil dan nomor genap atau awal dan akhir)
dikerjakan secara terpisah oleh setiap orang. Selanjutnya dihitung
koefisien korelasi untuk kedua belahan soal tersebut. Koefisien
korelasi yang diperoleh menunjukan derajat korelasi terhadap
kedua kedua belahan soal, dan oleh karena itu menggambarkan
konsistensi internal dari tes tersebut. Dengan teknik belah dua
ganjil-genap peneliti harus mengelompokkan nilai butir bernomor
ganjil sebagai belahan pertama (X) dan kelompok nilai butir
bernomor genap sebagai belahan kedua (Y). Selanjutnya carilah
rXY yaitu korelasi nilai skor belahan pertama dan kedua dengan
menggunakan rumus Spearman – Brown sebagai berikut:

64 | P a g e
Oleh karena itu koefisien korelasi yang diperoleh baru
menunjukkan hubungan antara kedua belahan instrumen, dan untuk
memperoleh koefisien atau indeks reliabilitas soal harus dihitung
lagi dengan menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai
berikut:

Sebagai contoh: Misalkan setelah dihitung dengan menggunakan


rumus korelasi di atas, kita memperoleh nilai koefisien korelasi
(rXY) kedua belahan soal sebesar 0,56. maka koefisien
reliabilitasnya adalah:

Hal ini menggambarkan karakteristik penting mengenai reliabilitas.


Reliabilitas suatu tes (atau suatu instrumen) dapat secara umum
ditambah dengan menambahkan jumlahnya apabila item-item yang
ditambahkan serupa dengan item-item semula. b) Pendekatan-
Pendekatan Kuder-Richardson (Kuder-Richardson Approaches)
Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan
konsistensi internal adalah Pendekatan Kuder-Richardson,
khususnya rumus KR20 dan KR21. Formula ini hanya memerlukan
tiga buah buah informasi yaitu: jumlah item tes, rata-rata (Mean),

65 | P a g e
dan standar deviasi (SD). Akan tetapi sebagai catatan bahwa KR21
dapat digunakan hanya jika diasumsikan bahwa item-item
memiliki tingkat kesulitan yang sama (are of equal difficulty).
Rumus KR21 yang paling sering digunakan adalah:

Keterangan: K = Jumlah soal, M = Rata-rata nilai tes, dan SD =


Standar Deviasi nilai tes Rumus tersebut sangat sederhana untuk
digunakan, sebagai contoh, misalnya: Jumlah soal (K) = 50, rata-
rata nilai siswa (M) = 40, dan setelah dihitung, Standar Deviasi
dari nilai yang dicapai siswa = 4, maka:

Dengan demikian, reliabilitas dari nilai tes tersebut adalah 0,51.


Apakah nilai tersebut baik atau jelek? Tinggi atau rendah? Ada dua
hal yang dapat digunakan untuk menilai koefisien relibialitas.
Pertama, kita dapat membandingkan koefisen yang diperoleh
dengan dua nilai ekstrim yang mungkin diperoleh, yaitu: Koefisien
0,00 menunjukan tidak adanya korelasi, oleh karena itu reliabilitas
soal tersebut tidak ada sama sekali, sementara 1,00 koefisien
maksimal yang mungkin dicapai. Kedua, kita dapat

66 | P a g e
membandingkan koefisen reliabilitas yang diperoleh dengan jenis-
jenis koefisien yang biasa diperoleh untuk pengukuran jenis yang
sama. Rumus KR20 tidak memerlukan asumsi bahwa seluruh item
memiliki tingkat kesulitan yang sama, akan tetapi rumus tersebut
lebih sulit menghitungnya. Akan tetapi program komputer
umumnya dapat digunakan dan bilamana peneliti tidak dapat
mengasumsikan bahwa seluruh item tingkat kesulitannya sama.

2.5.Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka dapat membuktikan hipotesis
dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti.
Teknik analisis data lumrahnya dilakukan setelah proses pengumpulan
data selesai. Namun perlu dicatat bahwa pada beberapa kasus, terutama
penelitian kualitatif, pengumpulan data bisa dilakukan kembali apabila analisis
yang dilakukan menunjukkan kekurangan data. Tentu saja jika waktunya
memungkinkan.
Analisis data adalah tahapan dalam proses penelitian dengan tujuan
menginvestigasi, mentransformasi, mengungkap pola-pola gejala sosial yang
diteliti agar laporan penelitian dapat menunjukkan informasi, simpulan dan
atau menyediakan rekomendasi untuk pembuat kebijakan.
Jadi, analisis data itu sendiri merupakan sebuah proses. Proses analisis data
melibatkan beberapa teknik. Teknik analisis data penelitian kuantitatif berbeda
dengan kualitatif. Namun demikian, bisa mengandung kesamaan dalam
beberapa hal.
 Tujuan Analisis Data
- Menjelaskan sebab akibat dari sebuah fenomena
- Menghubungkan penelitian dengan dunia nyata
- Memprediksi fenomena nyata berdasarkan penelitian
- Menemukan jawaban terhadap permasalahan
- Membuat kesimpulan berdasarkan masalah
- Mempelajari masalah

67 | P a g e
 Teknik analisis menurut jenis datanya
 Analisis Kuantitatif
Ada beberapa tipe analisis data kuantitatif. Salah satu yang paling
populer adalah analisis regresi. Analisis regresi mengukur hubungan
antara variabel dependen dan variable independen. Ringkasnya,
analisis regresi menunjukkan perubahan nilai variabel dependen
ketika variabel independen berada pada nilai yang tetap.

Sebagai contoh, penelitian tentang tingkat pendidikan dan pendapatan


ekonomi. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui, misalnya,
apakah orang yang pendidikannya tinggi, memiliki pendapatan
ekonomi yang lebih tinggi pula. Regresi analisis mampu menunjukkan
bukti bahwa ternyata, ada korelasi yang signifikan antara keduanya.
Atau jika hasilnya sebaliknya, maka tidak ada korelasi yang signifikan
antara keduanya.
Analisis regresi juga bisa dilakukan untuk membuat prediksi.
Umumnya, proses pengumpulan data dalam riset kuantitatif tidak
diketahui secara detail. Peneliti menggunakan dataset yang sudah
tersedia. Proses ini memengaruhi munculnya klaim bahwa analisis
regresi memiliki kekuatan untuk membuat asumsi yang bisa diuji
kebenarannya. Namun demikian, analisis regresi sangat lemah apabila
digunakan untuk menyimpulkan hubungan sebab-akibat antar
variabel. Beberapa software populer yang bisa digunakan untuk
analisis regresi antara lain, SPSS atau Stata.
 Analisis Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara coding. Proses coding
melibatkan penentuan konsep atau variabel yang mendahului. Coding
memfasilitasi peneliti untuk membuat kesimpulan yang valid dan
sistematis. Secara ringkas, koding merupakan proses kategorisasi data
kualitatif sehingga bisa dengan mudah diukur atau dipahami.

68 | P a g e
Konsep atau variabel yang ditentukan dalam coding harus merujuk
pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Tentu saja, data
lisan harus ditranskrip terlebih dahulu. Proses coding cukup memakan
waktu karena peneliti harus membaca hasil transkripsi secara
berulang, tidak bisa hanya sekali saja. Dua atau tiga kali pengulangan
biasanya dianggap cukup.

Contoh proses koding, misalnya pada penelitian tentang maskulinitas


dalam institusi militer. Peneliti bisa membuat konsep atau variabel
yang menunjukkan maskulinitas anggota militer, misal persepsi
aggota militer terhadap perang, persepsi terhadap resiko, persepsi
terhadap keluarga, dan sebagainya. Narasi tentang maskulinitas
diklasifikasikan apakah masuk kategorisasi perang, resiko, keluarga,
atau ada variable lainnya yang menunjukkan maskulinitas. Proses ini
merupakan proses coding. Saat ini banyak software kualitatif yang
bisa digunakan untuk membantu peneliti melakukan coding, seperti
Atlas.ti atau N-Vivo.
2.5.1 Korelasi
Korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan antarvariabel. Analisis korelasi adalah cara untuk mengetahui ada atau
tidak adanya hubungan antarvariabel. Kekuatan hubungan antar variabel dapat
dilihat dari hasil nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi (KK) merupakan
indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan (kuat, lemah, atau
tidak ada) hubungan antarvariabel. Koefisien korelasi ini memiliki nilai antara -1
dan +1 (-1≤ KK ≤ +1), dengan arti yaitu:
1. Jika KK bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi positif. Semakin
dekat nilai KK ini ke +1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
2. Jika KK bernilai negatif, maka variabel-variabel berkorelasi negatif. Semakin
dekat nilai KK ini ke -1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
3. Jika KK bernilai 0 (nol), maka variabel – variabel tidak menunjukkan korelasi.

69 | P a g e
4. Jika KK bernilai +1 atau -1, maka variabel menunjukkan korelasi positif atau
negatif yang sempurna.
Keeratan hubungan atau korelasi antarvariabel diberikan nilai – nilai dari KK
sebagai patokan. Berikut ini adalah patokan dari nilai KK tersebut.
1. KK = 0, tidak ada korelasi.
2. 0 < KK ≤ 0,20, korelasi sangat rendah atau lemah sekali.
3. 0,20 < KK ≤ 0,40, korelasi rendah atau lemah tapi pasti.
4. 0,40 < KK ≤ 0,70, korelasi yang cukup berarti.
5. 0,70 < KK ≤ 0,90, korelasi yang tinggi; kuat.
6. 0,90 < KK < 1,00, korelasi sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.
7. KK = 1, korelasi sempurna.

Jenis – Jenis Koefisien Korelasi


Jenis – jenis koefisien korelasi yang sering digunakan adalah koefisien
korelasi pearson, koefisien korelasi rank spearman, koefisien korelasi kontingensi,
dan koefisien penentu.
 Koefisien Korelasi Pearson
Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan
antara dua variabel yang datanya berbentuk data interval atau rasio.
Disimbolkan dengan “r” dan dirumuskan:

 Koefisien Korelasi Rank Spearmen


Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan
antara dua variabel yang datanya berbentuk data ordinal (data
bertingkat/data ranking). Disimbolkan dengan “rs” dan dirumuskan:

70 | P a g e
 Koefisien Korelasi Kontingensi
Koefisien korelasi kontingensi ini digunakan untuk mengukur
keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data
nominal (data kualitatif). Disimbolkan dengan “C” dan dirumuskan:

 Koefisien Penentu (KP) atau Koefisien Determinasi (R)


Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi yang artinya
penyebab perubahan pada variabel Y yang datang dari variabel X, sebesar
kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien penetu ini menjelaskan besarnya
pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/turunnya (variasi)
nilai variabel lainnya (variabel Y). Dirumuskan:

2.5.2 Regresi
Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap
regresi pasti ada korelasinya, tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan dengan
regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi, adalah korelasi antara dua
variabel yang tidak mempunyai hubungan kasual/sebab akibat, atau hubungan
fungsional. Untuk menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kusal atau
tidak, maka harus didasarkan pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel
tersebut. Hubungan antara panas dengan tingkat muai panjang, dapat dikatakan
sebagai hubungan yang kausal, hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan
kerja pegawai dapat dikatakan hubungan yang fungsional, hubungan antara

71 | P a g e
kupukupu yang datang dengan banyaknya tamu di rumah bukan merupakan
hubungan kausal maupun fungsional. Kita gunakan analisis regresi bila kita ingin
mengetahui bagaimana variabal dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui
variabel independen atu variabel prediktor, secara individual. Dampak dari
penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan
menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikan dan
menurunkan keadaan variabel independen, atau meningkatkan keadaan variabel
dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen/dan
sebaliknya
A. Regresi Linear Sederhana
2.5.3 uji dua Proporsi
2.5.4 Uji Median
2.5.5 Chi Kuadrat
2.5.6 Uji-t
2.5.7 Uji dua rata-rata

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para
leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan
pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta
meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan
tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-
nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.

Fungsi kearifan lokal antara lain yaitu Sebagai penanda identitas


sebuah komunitas; Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama
dan kepercayaan; Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top
down); Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah
komunitas; Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal
balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/

72 | P a g e
kebudayaan yang dimiliki; Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong
terbangunnya kebersamaan

3.2 Saran
Makalah ini dibuat denagan tujuan memberikan pengetahuan
kepada pembaca untuk mengetahui kearifan lokal di nusantara. Khususnya
dalam pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan yang
berada disekitar kita. Berdasarkan contoh-contoh yang telah dipaparkan
pembaca dapat mengetahui cara pengelolaan sumber daya alam, sehingga
pembaca dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat untuk melestarikan
lingkungan hidup di sekitarnya.

73 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Dwisiwi, R (2014). Metodologi
Penelitian Pendidikan
Fisika. [Online] . Tersedia:

https://slideplayer.info/slide/2553304/. [15 September 2018]].


Syahputra, H. (2016). Konsep Dasar Penelitian. [Online]. Tersedia :
https://www.academia.edu/4408116/Konsep_Dasar_Penelitian. [ 15
September 2018].
Anonim. (2011). Tahap-tahap Proses Penelitian. [Online] . Tersedia:
http://rezafm.unsri.ac.id/index.php/posting/49. [15 September 2018]].
Kuntjojo. (2009) .Metodologi Penelitian. [Online]. Tersedia :
https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf.
[16 September 2018].
Anonim. Pengertian Variabel Penelitian. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195
909221983031-
YAYA_SUKJAYA_KUSUMAH/Pengertian_Variabel_Penelitian.pdf. [27
September 2017].
Andi,M. (2007). Mengumgkap Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan.
Makassar : Penerbit Publisher.
Anonim. Modul 1 Ruang Lingkup Metode Penelitian Kualitatif. [Online]. Tersedia:
http://repository.ut.ac.id/4582/1/SOSI4306-M1.pdf.
[27 September 2017].

74 | P a g e
Efianingrum. A. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. [Online]. Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/SEMINAR%20SOSIOLOGI.pdf
[27 September 2017].
Sahabatnesia. Bingung Menentukan Metode Saat Penelitian? Yuk Cari Solusinya
Disini!. [Online]. Tersedia: https://sahabatnesia.com/metode-penelitian-
kualitatif-dan-kuantitatif/ [27 September 2017].
https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-
kuantitatif.html
Hamka, D.. Penelitian Pengembangan. [Online].
https://www.academia.edu/5047389/PENELITIAN_PENGEMBANGAN
[27 September 2017].
Guru Sragi.Metode Penelitian Kuantitatif. [Online].
https://gurusragi.blogspot.com/2011/11/metode-penelitian-
kuantitatif.html [27 September 2017].
Anonim.Jenis-Jenis Penelitian kuantitatif dan Penelitian Kualitatif. [Online].
http://tationk.blogspot.com/2015/01/jenis-jenis-penelitian-kualitatif-
dan.html [27 September 2017].
Chandra.Action Research/Penelitian tindakan. [Online].
https://chandrax.wordpress.com/2008/07/05/action-research-penelitian-
tindakan/ [27 September 2017].
Widiastuti, A.. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. [Online].
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Anik%20Widiastuti,
%20S.Pd.,%20M.Pd./PENELITIAN%205%20DATA%20TEKNIK
%20PENGUMPULAN%20DATA%20&%20INSTRUMEN
%20PENELITIAN.pdf [27 September 2017].
Aedi, N.. Bahan Belajar mandiri Metode Penelitian Pendidikan. [Online].
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_7.pdf [27 September
2017].

75 | P a g e
Anonim. Modul 7 Validitas dan reliabilitas instrumen. [Online].
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19480818
1974121-NONO_SUTARNO/MODUL_6B.pdf [27 September 2017].
Anonim. Bab 2 Proses Penelitian Ilmiah. [Online]. http://www.univpgri-
palembang.ac.id/perpus-
fkip/Perpustakaan/Empiricsm/04_bab_2_penelitian.pdf [27 September
2017].
Anonim. Korelasi. [Online]. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=2ahUKEwiln9Wc3r7
eAhWDuo8KHTNQA18QFjACegQICBAC&url=http%3A%2F
%2Fnurjannah.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles
%2F53942%2FKORELASI.pdf&usg=AOvVaw1X413fVG8SsPtqPc3XC
aZJ [27 September 2017].

76 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai