Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan pelayanan yang bermutu, tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang bebas dari kesalahan medik, malpraktik, dan terhindar dari bahaya,
tuntutan patient safety, masih tingginya angka infeksi, timbulnya penyakit degeneratif
dan penyakit-penyakit baru, serta biaya yang tinggi dalam pelayanan kesehatan.
Penerapan clinical pathway dapat menjadi salah satu alternatif untuk menjawab
penyebab permasalahan tersebut dan memenuhi tuntutan akan pelayanan yang
bermutu, efisien dengan biaya yang terkendali.
Tujuannya adalah untuk mengenal dan memahami tujuan, manfaat, dan konsep
clinical pathway dalam pelayanan di rumah sakit.
Clinical pathway merupakan metode dokumentasi klinis yang merefleksikan
standar praktik dan pelayanan klinis baik dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya.
Clinical pathway merupakan pedoman kolaboratif untuk merawat pasien yang
berfokus pada diagnosis, masalah klinis dan tahapan pelayanan. Keuntungannya
adalah setiap intervensi yang diberikan dan perkembangan pasien tercatat secara
sistematik berdasarkan kriteria waktu yang ditetapkan dan diharapkan dapat
meningkatkan mutu pelayanan serta menurunkan biaya rumah sakit.

B. Dasar Hukum
1. Undang–Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang–Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang–Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 147/MENKES/PER/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1438/MENKES/PER/ 2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 tentang Rujukan
Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medik.

1
8. Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang RumahSakit, Pasal 43::
Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Mutu dan Keselamatan Pasien.
9. KepMenKes RI No. 631/MenKes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf
Medis.
10. PerMenKes RI No. 920 MenKes/Per/XII/1996 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan RS Swasta di bidang Medik.
11. KepMenKes RI No. 496/MenKes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di
RS.

C. Tujuan Clinical Pathways


 Mengurangi variasi dalam pelayanan, sehingga biaya lebih mudah diprediksi.
 Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan kualitas pelayanan (Quality Of
Care)
 Dasar penghitungan “real cost” suatu kasus
 Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan
 Diharapkan dapat mengurangi biaya dengan menurunkan length of stay, dan tetap
memelihara mutu pelayanan.

Tujuan dari penerapan clinical pathway adalah menjamin tidak ada aspek-
aspek tindakan penting dari pelayanan yang dilupakan. Clinical pathway memastikan
semua intervensi dilakukan secara tepat waktu dengan mendorong staf klinik untuk
bersikap pro-aktif dalam perencanaan pelayanan.Clinical pathway diharapkan dapat
mengurangi biaya dengan menurunkan length of stay, dan tetap memelihara mutu
pelayanan (Djasri, 2006).
Clinical pathway (CP) bertujuna untuk menurunkan kejadian sentinel,
KTD,KNC, KTC dan KPC juga sebagai koreksi terhadap system dalam rangka
meningkatkan keselamatan dan kepuasan pasien.
Menurut dr. Hanevi Djasri, MARS, berbagi proses dapat dilakukan untuk
menyusun Clinical pathway (CP), salah satunya terdiri dari beberapa tahap sebagai
berikut:
1) Pembentukan tim penyusun Clinical pathway (CP)
Tim penyusun Clinical pathway terdiri dari staf multidisiplin dari semua
tingkat dan jenis pelayanan. Bila diperlukan, tim dapat mencari dukungan dari

2
konsultan/ institusi di luar RS seperti organisasi profesi sebagai narasumber. Tim
bertugas untuk menetukan dan melaksanakan langkah-langkah penyusunan
Clinical pathway.
Identifikasi key players bertujuan untuk mengetahui siapa saja yang
terlibat dalam penanganan kasus atau kelompok pasien yang telah ditetapkan dan
untuk merencanakan focus group dengan key players bersama dengan pelanggan
internal dan eksternal.
Pelaksanaan site visit di rumah sakit bertujuan untuk mengenal praktik
yang sekarang berlangsung, menilai sistem pelayanan yang ada dan memperkuat
alasan mengapa clinical pathway perlu disusun. Jika diperlukan, site visit internal
perlu dilanjutkan dengan site visit eksternal setelah sebelumnya melakukan
identifikasi partner benchmarking. Hal ini juga diperlukan untuk
mengembangkan ide.
2) Studi literatur
Studi literature diperlukan untuk menggali pertanyaan klinis yang perlu
dijawab dalam pengambilan keputusan klinis dan untuk menilai tingkat dan
kekuatan bukti ilmiah. Studi ini sebaiknya menghasilkan laporan dan rekomendasi
tertulis.
3) Diskusi kelompok terarah
Diskusi kelompok terarah / Focus Group Discussion (FDG) dilakukan
untuk mengenal kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dan menyesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan tersebut serta untuk
mengenal kesenjangan antara harapan pelanggan dan pelayanan yang diterima.
Lebih lanjut, diskusi kelompok terarah juga perlu dilakukan untuk member
masukan dalam pengembangan indicator mutu pelayanan klinis dan kepuasan
pelanggan serta pengukuran dan pengecekan.
4) Penyusunan pedoman klinik
Penyususnan pedoman klinik dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
site visit, hasil studi literatur (berbasis bukti ilmiah) dan hasil diskusi kelompok
terarah. Pedoman klinik ini perlu disusun dalam bentuk alur pelayanan untuk
diketahui juga oleh pasien.
5) Analisis bauran kasus

3
Analisis bauran kasus dilakukan untuk menyediakan informasi penting
baik pada saat sebelum dan setelah penerapan clinical pathway. Meliputi: length
of stay, biaya per kasus, obat-obatan yang digunakan, tes diagnosis yang
dilakukan, intervensi yang dilakukan, praktisi klinis yang terlibat dan komplikasi.
6) Menetapkan sistem pengukuran proses dan outcome
Contoh ukuran-ukuran proses antara lain pengukuran fungsi tubuh dan
mobilitas, tingkat kesadaran, temperature, tekanan darah, fungsi paru danskala
kesehatan pasien (wellness indicator).
7) Mendisain dokumen clinical pathway
Penyusunan dokumentasi clinical pathway perlu memperhatikan format
clinical pathway, ukuran kerta, tepid an perforasi untuk filing. Perlu diperhatikan
bahwa penyusunan dokumentasi ini perlu mendapatkan ratifikasi oleh Unit
Rekam Medik untuk melihat kesesuaian dengan dokumentai lain.

D. Manfaat Clinical Pathways adalah:


1) Mendukung implementasi standar prosedur.
2) Meningkatkan kerja sama multidisiplin dalam perencanaan pelayanan pasien.
3) Menyediakan standar untuk kegiatan pelayanan pasien secara nyata dan baik.
4) Mempersempit kesenjangan variasi pelayanan pasien dan meningkatkan mutu
pelayanan
5) Mendukung implementasi audit yang berkelanjutan
6) Sebagai alat manajemen risiko klinis dan meningkatkan keamanan dan
keselamatan pasien
7) Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya tanpa mengurangi mutu
8) Memberi informasi/ meningkatkan komunikasi kepastian bagi pasien dan keluarga
dalam rencana perawatan.
9) Menurunkan biaya perawatan.

E. Definisi
Clinical Pathways (CP) merupakan pedoman kolaboratif untuk merawat pasien
yang berfokus pada diagnosis, maslah klinis dan tahapan pelayanan, clinical pathway
menggabungkan standar asuhan setiap tenaga kesehatan secara sistematik, tindakan

4
yang diberikan diseragamkan dalam suatu standar asuhan namun tetap memperhatikan
aspek individu dari pasien (Marelli, 2000).
Clinical Pathways (CP) adalah metodologi dalam cara mekanisme
pengambilan keputusan terhadap layanan pasien berdasarkan pengelompokan dan
dalam periode waktu tertentu (European Pathways Association, Slovenia, Dec 2005) .
Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis, standar pelayanan keperawatan dan standar pelayanan yang berbasis
bukti dengan hasil terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama pasien dirawat di
rumah sakit.
Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan setiap tenaga kesehatan secara sistemmatik yang berbasis
bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
sakit.
Clinical pathway adalah sebuah alur yang menunjukkan secara detail tahap-
tahap penting dari pelayanan kesehatan proses mulai saat penerimaan pasien hingga
pemulangan pasien. Clinical pathway menyediakan standar pelayanan minimal dan
memastikan bahwa pelayanan tersebut tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat waktu.

Komponen Clinical Pathways, Empat komponen utama clinical pathway, meliputi:


1) Kerangka waktu
2) Kategori asuhan
3) Kriteria hasil
4) Pencatatan varian (Hill, 1998 dalam Feuth & Claes, 2007).
Kerangka waktu menggambarkan tahapan berdasarkan pada hari perawatan
(misalnya hari 1, hari 2 dan seterusnya) atau berdasarkan tahapan pelayanan misalnya
fase pre operasi, intra operasi dan pasca operasi.
Kategori asuhan berisi aktivitas yang menggambarkan asuhan seluruh tim
kesehatan yang diberikan kepada pasien.Aktivitas dikelompokkan berdasarkan jenis
tindakan (misal: tindakan, pengobatan, pemeriksaan lab, nutrisi, aktivitas) pada jangka
waktu tertentu.

5
Kriteria hasil memuat hasil yang diharapkan dari standar asuhan yang
diberikan, meliputi kriteria jangka panjang (menggambarkan kriteria hasil dari
keseluruhan asuhan) dan jangka pendek (menggambarkan kriteria hasil pada setiap
tahapan pelayanan pada jangka waktu tertentu).
Lembaran varian mencatat dan menganalisis deviasi dari standar yang
ditetapkan dalam clinical pathway. Kondisi pasien yang tidak sesuai dengan standar
asuhan atau standar yang tidak bisa dilakukan dicatat dalam lembar varian.

F. Prinsip Dasar Penyusunan Clinical Pathway


1) Pelayanan terpadu/ terintegrasi dan berfokus pasien
2) Melibatkan semua profesional pemberi asuhan (dokter, perawat, farmasi
nutrisionis, dll)
3) Mencatat seluruh kegiatan asuhan (rekam medis)
4) Penyimpangan kegiatan asuhan dicatat sebagai varians
5) Clinical Pathways (CP) berfungsi ganda:
 Sebagai acuan dalam memberikan asuhan pada pasien dari waktu ke
waktu
 Sebagai alat monitoring kepatuhan staf klinis.

G. Langkah-Langkah Penyusunan Clinical Pathways (CP)


1) Tetapkan jenis pelayanan yang akan dibuat CP
2) Siapkan PPK dari setiap komponen pelaksana asuhan
3) Siapkan Formularium obat RS
4) Tetapkan hari rawat sesuai PPK
5) Tetapkan jenis dan urutan kegiatan pelayanan pada setiap hari rawat
6) Beri catatan mana kegiatan wajib dan mana opsional
7) Sediakan tempat untuk mencatat varians.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

Clinical pathway (CP) digunakan untuk panduan dalam mengelola kasus pasien,
digunakan diseluruh rawat inap yang sesuai dengan kasus clinical pathway yang sudah
dibuat.
Ruang lingkup clinical pathway yang akan disusun meliputi seluruh Kelompok
Staf Medik selain Kelompok Staf Medik, profesi lain yang terlibat dalam implementasi
clinical pathway adalah profesi perawat, farmasi dan ahli gizi.
Untuk saat ini, clinical pathway yang ditetapkan untuk dilaksanakan,
dimonitoring dan dievaluasi terdiri dari minimal 5 clinical pathway yang di laksanakan
pada area pelayanan gawat darurat dan high care dan pelayanan rawat inap.
Clinical pathway (CP) kasus yang ada di Rumah Sakit Utama Husada, meliputi:
1. Ashma Bronchiale
2. Colic Abdomen
3. Cidera Otak Ringan
4. CVA (Cerebral Vascular Accident) atau Stroke
5. Diabetes Mellitus
6. GEA (Gastro Enteritis Akut)
7. Demam Thypoid

7
BAB III
TATA LAKSANA
CLINICAL PATHWAY

A. Penyusunan clinical pathway


1. Penyusunan clinical pathway disusun bersama semua profesi yang terkait dengan
kasus atau penyakit tersebut.
2. Setiap kelompok staf medis menyusun minimal satu clinical pathway yang
ditetapkan oleh kelompok staf medis untuk dilaksanakan. Penambahan clinical
pathway bisa dilakukan sewaktu waktu.

B. Penetapan
Penetapan clinical pathway ditentukan berdasarkan rapat komite mutu dengan profesi
yang terlibat dan disahkan pelaksanaannya dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Utama Husada.

C. Clinical pathway dikembangkan untuk diagnosa atau tindakan yang sifatnya:


1. Kasus sering terjadi adalah kasus yang memiliki frekuensi yang sering terjadi dan
banyak varian perawatannya.
2. High-risk adalah kasus dengan resiko tinggi terutama resiko tinggi bagi
keselamatan pasien, atau risiko bagi petugas.
3. Simple: merupakan kasus tanpa kompklikasi.

D. Pertimbangan dalam penyusunan clinical pathway


1. Area prioritas sebagai area peningkatan mutu
2. Variasi pola praktek
3. Menetapkan standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan
prosedur klinik yang seharusnya
4. Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang berbeda dalam suatu
proses dan menyusun strategi untuk mengkoordinasi agar dapat menghasilkan
pelayanan yang lebih cepat dengan tahap yang lebih sedikit.

8
E. Untuk area prioritas clinical pathway yang ditetapkan adalah:
1. Akut Miocard Infark (AMI) di area pelayanan gawat darurat dan High Care Unit
2. Kejang demam diarea anak / rawat inap.

F. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan clinical pathway dibuktikan dalam lembar pelaksanaan yang harus
tercantum dalam rekam medis pasien.
2. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/integrasi dan
berorientasi fokus terhadap pasien (Patient Focused Care) serta
berkesinambungan (continuing of care)
3. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, farmasis, dan ahli gizi, petugas
rehabilitasi medis: fisioterapis)
4. Dalam batas waktu yang ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan penyakit
pasien, dicatat dalam bentuk periode harian
5. Pencatatan clinical pathway seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada
pasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen
yang merupakan bagian dari rekam medik
6. Pelaksanaan clinical pathway dimulai sejak pasien masuk ke ruang rawat inap
Rumah Sakit Utama Husada
7. Pelaksanaan panduan praktek klinik dan clinical pathway dilakukan di bangsal
rawat inap yang memungkinkan merawat pasien dengan kasus tersebut.

G. Monitoring Pelaksanaan
1. Clinical pathway diisi setiap hari mulai hari pertama pasien masuk sampai pasien
pulang melalui lembar monitoring pelaksanaan clinical pathway
2. Monitoring pelaksanaan clinical pathway dilakukan oleh masing masing profesi.
3. Lembar monitoring clinical pathway akan diserahkan pada komite mutu dan
manajemen risiko melalui case manager (tidak dikembalikan ke rekam medis)
4. Koordinator unit memantau pengisian lembar monitoring clinical pathway di unit
kerja.

9
H. Evaluasi
Panduan praktek klinik dan clinical pathway dievaluasi setiap 1 tahun sekali. Panduan
praktek klinik dan atau clinical pathway dapat diubah sesuai kebutuhan,
perkembangan keilmuan atau pertimbangan tertentu. Perubahan clinical pathway
dapat terkait:
1. Standar lama hari rawat
2. Standar penatalaksanaan
3. Standar Therapy
4. Standar asuhan keperawatan
5. Standar asuhan lain terkait: pelayanan gizi, rehabilitasi medis, pemeriksaan
penunjang dan lain lain.

I. Audit clinical pathway


1. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan clinical pathway dicatat sebagai
varians
2. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau
komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors)
3. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
4. Untuk menilai varian pelaksanaan clinical pathway dilakukan kajian analisis
melalui audit medis
5. Audit medis dilakukan setiap 3 bulan pada lembar monitoring clinical pathway
yang dikumpulkan di komite mutu. Lembar monitoring clinical pathway pasien
dipilih secara acak.
6. Audit medis akan menilai kesenjangan/varian dalam catatan clinical pathway.
7. Audit medis dilakukan oleh tim audit medis dalam komite mutu
8. Hasil audit medis clinical pathway akan di laporkan kepada direktur
9. Hasil audit medis clinical pathway akan disampaikan kepada KSM atau melalui
komite medis dan kepada profesi profesi yang terkait.

J. Perubahan clinical pathway


1. Perubahan clinical pathway dilakukan jika terdapat perubahan pada:
a) Standar lama hari rawat

10
b) Standar penatalaksanaan
c) Standar therapi
d) Standar asuhan keperawatan
e) Standar asuhan lain terkait; pelayanan gizi, rehabilitasi medis, pemeriksaan
penunjang, dll.
2. Perubahan clinical pathway diajukan oleh dokter.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Formulir
Formulir clinical pathway yang ada:
1. Formulir Clinical pathways

B. Petunjuk Pengisian Formulir

KOMPONEN PENANGGUNG
NO PENJELASAN
FORMAT JAWAB
1. Berat Badan Tulis Berat Badan pasien dalam Kg Perawat
2. Tinggi Badan Tulis Tinggi badan pasien dalam cm Perawat
3. Nama Pasien Diisi dengan identitas pasien Perawat
Nomor Rekam Medik
Tanggal Lahir
4. Ruang Rawat Tulis nama ruangan tempat pasien dirawat Perawat
5. Kelas Tulis kelas ruang perawatan Perawat
6. Tarif/hari Tulis tarif kamar sesuai kelas ruang Petugas Keuangan
perawatan per hari
7. Tanggal masuk Tulis tanggal dan jam pasien masuk rawat Perawat
inap
8. Tanggal keluar Tulis tanggal pasien pulang/keluar rawat inap Perawat
9. Lama Rawat Tulis lama hari rawat dengan formula: Perawat
(Tanggal keluar + 1) – Tanggal masuk
10. Aktivitas: Hari sakit Tulis jumlah hari sakit berdasarkan keluhan Dokter yang merawat
dari anamnesis (DPJP)
11. Diagnosa utama Tulis sesuai ICD 10 Dokter yang merawat
(DPJP)
12. Penyakit penyerta Checklist sesuai kondisi pasien dan tuliskan Dokter yang merawat
bila ada penyakit penyerta lain (DPJP)
13. Komplikasi Checklist sesuai kondisi pasien dan tuliskan Dokter yang merawat
bila ada komplikasi lain (DPJP)
14. Asesmen Klinik: Visite Checklist sesuai hari rawat Dokter yang merawat
dokter (DPJP)

12
15. Asesmen Klinik: Checklist sesuai konsultasi yang dilaksanakan Dokter yang diberi
Konsultasi konsulan
16. Pemeriksaan Checklist sesuai pemeriksaan laboratorium Dokter yang merawat
Penunjang: yang dilakukan dan tuliskan pemeriksaan (DPJP)
Laboratorium laboratorium lainnya bila ada
17. Pemeriksaan Checklist sesuai pemeriksaan radiologis yang Dokter yang merawat
Penunjang: Radiologis dilakukan dan tuliskan pemeriksaan (DPJP)
radiologis lainnya bila ada
18. Pemeriksaan Checklist sesuai pemeriksaan penunjang Dokter yang merawat
Penunjang: Penunjang laiinnya yang dilakukan dan tuliskan (DPJP)
lainnya pemeriksaan penunjang lainnya bila ada
19. Tindakan Checklist sesuai tindakan yang dilaksanakan Dokter yang merawat
dan tuliskan tindakan lainnya bila ada (DPJP)
20. Obat – 0batan Checklist sesuai obat-obatan yang diberikan Dokter yang merawat
dan tuliskan obat-obatan lainnya bila ada (DPJP)
21. Masalah Keperawatan Checklist sesuai masalah keperawatan pasien Perawat
dan tuliskan masalah keperawatan lainnya
bila ada
22. Intervensi Keperawatan Checklist sesuai intervensi keperawatan Perawat
pasien dan tuliskan intervensi keperawatan
lainnya bila ada
23. Nutrisi Tulis seluruh nutrisi yang diberikan kepada Ahli gizi
pasien
24. Mobilisasi/fisioterapi Tulis seluruh kegiatan mobilisasi kepada Petugas rehabilitasi
pasien medis
25. Hasil (outcome): Checklist sesuai tingkat kesadaran pasien Dokter yang merawat
Kesadaran (DPJP)
26. Hasil (outcome): Checklist sesuai komplikasi pasien dan Dokter yang merawat
Komplikasi tuliskan komplikasi lain bila ada (DPJP)
27. Pendidikan/ rencana Check list bila dilakukan penjelasan Dokter yang merawat
pemulangan: perjalanan penyakit (DPJP)
Penjelasan perjalanan
penyakit
28. Pendidikan/ rencana Check list bila dilakukan penjelasan obat- Petugas
pemulangan: obatan yang diberikan kepada pasien Farmasi/Perawat
Penjelasan obat-obatan
29. Pendidikan/ rencana Check list bila dilakukan penjelasan diet yang Ahli Gizi
pemulangan: diberikan kepada pasien
Penjelasan diet
30. Varian Tulis seluruh deviasi dari rencana diagnosis, Case manajer
assessmen klinis, pemeriksaan lab,radiologis,
penunjang lain, tindakan, obat, nutrisi,

13
mobilisasi, komplikasi.
31. Nama Perawat Tulis nama lengkap perawat yang melengkapi Perawat
Clinical Pathway saat pasien pulang
32. Nama Dokter Tulis nama Dokter yang merawat (DPJP) Dokter yang merawat
(DPJP)
33. Nama petugas Tulis nama petugas yang diberi kewenangan Petugas verifikasi
pelaksana verifikasi melakukan verifikasi biaya
34. Diagnose akhir : Utama Tulis diagnose utama sesuai kode ICD 10 Dokter yang merawat
(DPJP)
35. Diagnose akhir : Tulis diagnose penyerta sesuai kode ICD 10 Dokter yang merawat
Penyerta (DPJP)

36. Diagnose akhir : Tulis diagnose komplikasi sesuai kode ICD Dokter yang merawat
Komplikasi 10 (DPJP)
37. Kode ICD 10 Tulis kode ICD 10 sesuai diagnose utama, Petugas administrasi
penyerta dan komplikasi ruang rawat
38. Jenis tindakan Tulis seluruh tindakan yang dilakukan Dokter yang merawat
terhadap pasien sesuai kode ICD (DPJP)

14

Anda mungkin juga menyukai