Anda di halaman 1dari 4

Ketika Matahari 'Bersin',

Maka Satu Kota di Bumi


pun Akan Lumpuh
Gregorius Bhisma Adinaya - Jumat, 4 Januari 2019 | 12:24 WIB

Pitris/Getty Images/iStockphoto
Ilustrasi fenomenya Matahari bersin.

Nationalgeographic.co.id - Sebenarnya Matahari tidak benar-


benar bersinseperti ketika kita bersin. Namun kata bersin rasanya
tepat digunakan untuk menggambarkan fenomena yang serupa
dengan kata tersebut. Bayangkan, ketika Anda bersin, tentu Anda
akan meniupkan dan melontarkan udara hingga air liur. Nah, apa
yang terjadi ini mirip dengan peristiwa Matahari bersin.
Berbeda denga manusia, saat Matahari bersin, bukan air liur yang
terlontar, melainkan massa korona. Peristiwa itu adalah ledakan
besar flux magnetik berisi gas dari bintik-bintik aktif di
permukaan Matahari.

Sebelumnya para peneliti menduga bahwa semburan korona ini


berbentuk serupa dengan aliran gelembung yang keluar dari
permukaan air dan kemudian hilang tanpa jejak. Namun penelitian
terbaru menunjukkan hal yang berbeda.

“Kami menemukan, semburan itu lebih mirip awan debu atau bersin.
Terdiri dari paket plasma yang bergerak sendiri-sendiri,"
ungkap Mathew Owen dari University of Reading, pimpinan peneliti
seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (4/1/2019).

Dengan kecepatan mencapai 2.000 km per detik, semburan massa


korona dapat menyebar dengan cepat di ruang angkasa. Tidak
membutuhkan waktu lama bagi semburan ini untuk mencapai Bumi.
Peneliti mengungkapkan bahwa semburan ini hanya membutuhkan
waktu satu hingga tiga jam saja.
Sekadar informasi, jarak Matahari dengan Bumi adalah 149,6 juta km.
Hal ini tidak hanya terjadi satu kali saja, melainkan setiap beberapa
jam sekali ketika aktivitas Matahari tengah mencapai puncaknya.

Arkadiusz Wargu?a/Getty Images/iStockphoto

Semburan korona dapat mencapai Bumi dengan cepat.


Lantas apa dampak yang dirasakan di Bumi? Massa korona dapat
mengakibatkan perubahan cuaca, menciptakan badai
geomagnetik yang berimbas pada padamnya listrik, terganggunya
jaringan komunikasi, hingga meningkatnya paparan radiasi. Sebuah
kota pun bisa lumpuh dan mati karena dampak tersebut.
Para peneliti lantas mencoba mempersiapkan kemungkinan
terburuk dari sampainya massa korona ini. Langkah awalnya adalah
dengan mencoba memahami massa korona itu sendiri.
Dalam penelitiannya, Owen berhasil mengungkap fakta bahwa
massa korona mengalami pemuaian dan semakin tidak teratur
ketika mendekati Bumi.

Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian massa korona dapat


berinteraksi dengan gaya yang berada di luarnya.
Lontaran massa korona lebih terkait dengan angin Matahari atau
angin surya daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal inilah yang
membuat fenomena tersebut lebih sulit untuk dilacak sebelumnya.

“Memprediksi bentuk dan pergerakan lontaran massa korona saat


melewati angin Matahari menjadi hal yang tidak mungkin,” ucap
Owen. Oleh karena itu, Owen mengatakan bahwa para peneliti
harus terlebih dahulu memahami angin Matahari.

Source:Science Alert
Penulis:Gregorius Bhisma Adinaya
Editor:Gregorius Bhisma Adinaya

Anda mungkin juga menyukai