Anda di halaman 1dari 2

Nama: Farhan

Npm: 1506728270

PEMODELAN KECEPATAN GELOMBANG P 1-D DI WILAYAH SUMBA DAN


TIMOR

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tatanan tektonik yang cukup unik
yaitu terletak pada pertemuan antara tiga lempeng utama (mega triple junction), yaitu lempeng
Eurasia, India-Australia, dan Pasifik[1]. Tiga lempeng utama tersebut berinteraksi satu sama
lain sehingga membentuk kepulauan Indonesia yang secara geologi cukup kompleks. Uniknya
tatanan tektonik tersebut menjadikan Negara Indonesia sebagai laboratorium alam yang sangat
sempurna dan lengkap untuk mendalami ilmu gejala-gejala tektonik, dan dapat menjadi salah
satu contoh area diatas muka bumi yang diperkirakan akan dapat mengungkapkan segala hal
yang berhubungan dengan teori tektonik lempeng, bagaiman gerak-gerak dan interaksi
lempeng-lempeng bumi sebagai suatu unit yang masih aktif. Kondisi ini menjadikan Indonesia
sebagai daerah tektonik aktif dengan tingkat seismisitas (kegempaan) yang tinggi. Sampai saat
ini belum ada suatu alat teknologi dan pakar-pakar yang dapat memperkirakan kapan gempa
akan terjadi meski dibantu alat monitoring tercanggih [1]. Pengetahuan manusia baru sebatas
pemahaman wilayah yang berpotensi terhadap bahaya gempa[3].
Batas di antara ketiga lempeng tersebut akan menghasilkan gerakan. Gerakan antar 3
lempeng tersebut adalah sbb: Lempeng Eurasia relatif diam terhadap lempang lainnya,
lempeng Indian-Australia bergerak keutara dan menghunjam (subduksi) ke bawah lempeng
Eurasia, sedang lempeng Pasifik bergerak kearah barat dan menghunjam di bawah 2 lempeng
yang lain. Di Indonesia, Lempeng Pasifik bergerak kearah barat (sedikit ke utara) dengan
kecepatan kira- kira 10 cm/tahun Sementara itu, lempeng India-Australia bergerak ke arah
utara dengan kecepatan kira-kira 7 cm/th[4]. Pergerakan ini dapat menghasilkan suatu
pergeseran pada lempeng tektonik khususnya di batas lempeng yang berada di selatan Pulau
Jawa sampai selatan Bali dan NTT. Daerah yang berada di sepanjang pantai selatan pulau jawa
sampai selatan Bali dan NTT rawan dan beresiko terjadi gelombang tsunami hal ini
dikarenakan daerah tersebut berada pada zona pertemuan lempeng benua, yakni lempeng
Eurasia dan indo-australia yang kerap menimbulkan gempa. Selain dari pertemuan lempeng
gempabumi yang bersumber dari sesar aktif di darat sangat berpotensi merusak meskipun
magnitudonya tidak terlalu besar, namun kedalamannya dangkal dan dekat dengan pemukiman
dan aktivitas manusia[5].
Sesuai dengan teori di atas beberapa kasus bencana alam khususnya gempa bumi tektonik
terus melanda Kepulauan Nusa Tenggara khususnya pulau Sumba, Flores dan Timor. Tercatat
tidak kurang dari 10 (sepuluh) kali terjadi gempa tektonik di pulau Sumbawa dengan kekuatan
> 5 skala Richter dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Karena hal tersebutlah perlu penelitian
pemodelan kecepatan gelombang gempa 1-D dan relokasi pada sebagian daerah NTT, guna
mendapatkan data titik-titik hiposenter yang akurat.

Daftar Pustaka
[1] Salsabela, Yasinta. “Penentuan Model Kecepatan 1d Gelombang P, Koreksi Stasiun dan
Relokasi Hiposenter Gempabumi Di Jawa Barat dengan Metode Coupled Velocity-Hypocenter”.
Jurnal Fisika. Vol. 03 No. 02, (2014)
[2] S.Diposaptono, M, Mengantisipasi bencana gempa bumi, tsunami, banjir, abrasi, pemanasan
global, dan semburan lumpur Sidoarjo: sebuah kumpulan pemikiran, Cet. 1. Bogor: Penerbit
Buku Ilmiah Populer, 2007.
[3] Haryadi,Wahyu. Gempa Tektonik di Pulau Sumbawa dan Dampaknya Terhadap Bangunan
Sipil.Jurnal GaneÇ Swara Vol.6 No.2, (2012).
[4] Andriyani, Gina, et al. "Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data GNSS Kontinu Tahun
2009-2011." Jurnal Geodesi Undip1.1 (2012).
[5] Malik, Yakub. "Penentuan Tipologi Kawasan Rawan Gempabumi Untuk Mitigasi Bencana
Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung." Jurnal Geografi GEA 10.1 (2010).

Anda mungkin juga menyukai