IBU DINI Hari Senin
IBU DINI Hari Senin
AZMIYANTI AZIZ
ARIANA RESKY A
REZKY O
DIRA
PRATIWI PIU
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji serta Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Mata Kuliah Akuntansi Inernasional mengenai “Pelaporan Keuangan dan
Perubahan Harga” dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dini Rosyada . selaku Dosen Akuntansi Internasioal yang selalu
membimbing dan mendukung dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak
lupa kami berterimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu
dalam pembuatan makalah ini baik materil maupun non-materil sehingga
makalah ini dapat disusun dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan ekonomi saat ini telah timbul berbagai macam adanya
inflasi dalam perubahan harga, Inflasi dapat didefinisikan sangat sederhana
sebagai kenaikan tingkat harga rata-rata untuk barang dan jasa dalam suatu
perekonomian. Banyak dari kita sangat menyadari fenomena ini. Inflasi
merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang,
namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi
inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost
accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada
pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi
dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital. Masalah
penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai
pos pada suatu saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya
beli akibat perubahan tingkat harga umum. Masalah pemertahanan capital
berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus
ditentukan jenisnya; financial atau fisis.
Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan
manajer-manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi
secara substansial antara suatu negara dengan negara lainnya, sehingga
meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya pelaporan hasil-hasil operasi
oleh efek-efek distorstif dari inflasi. Pengaruh inflasi terhadap posisi
keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya
keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti
pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan,
aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi
karena menurunnya daya beli. Konsekuensi-konsekuensi internasional dari
inflasi global sangat mengganggu. Karena inflasi telah mengikis standar
kehidupan sekarang ini yang memiliki penghasilan dan memperumit
pengambilan keputusan bisnis secar signifikan, terjadinya kegelisahan politik
sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan lagi tidak
menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna pada
politik global dalam kemajuan saat ini.
Pelaporan keuangan merupakan bagian penting dari perusahaan, pelaporan
merupakan bukti pertanggungjawaban perusahaan. Dalam tinjauan ekonomi
makro, terdapat factor-faktor dari eksternal perusahaan yang mampu
mempengaruhi nilai atau aangka dari pelaporan keuangan, seperti perubahan
harga.
Perubahan harga adalah hal mutlak yang terjadi dalam suatu Negara yang
dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kebijakan kurs mata uang, kebijakan
pemerintah, dan lain sebagainya. Harga yang mengalami sifat mudah
berfluktuasi memberikan dampak terhadap perusahaan, misalnya harga suatu
barang yang ketika dibeli (histori) mengalami peningkatan ketika hendak
dijual sehingga perlunya penyesuaian agar dapat memperoleh penghasilan
yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
Indeks Harga
Perubahan tingkat-harga umum diukur oleh indeks tingkat-harga menurut
rumus ∑P1Q1 / ∑P0Q0 dengan P = harga komoditas dan q = jumlah yang
dikonsumsi.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga biasanya digunakan dalam transaksi jumlah uang yang
dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli akhir
periodenya. Rumus yang dipakai :
GPLc/GPLtd x Jumlah nominaltd = PPEc
Keterangan
GPL = indeks harga umum
c = tahun berjalan
td = tanggal transaksi
PPE = setara daya beli umum
Angka tingkat-harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos
yang dipersoalkan,melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka
historis hanya sekedar disajikan dalam unit ukuran baru yaitu daya beli
umum di akhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara seragamselama
periode tertentu , maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat
digunakan. Rumus yang dapat digunakan :
GPLc/GPLavgx Pendapatan total = PPEc
Amerika Serikat
FASB 1979 menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SFAS)
No. 33 tentang “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, yang
mengharuskan perusahaan-perusahaan di AS yang memiliki persediaan dan
aset tetap (sebelum dikurangi akumulasi penyusutan) senilai lebih dari $125
juta, atau memiliki total aset senilai lebih dari $1M, untuk mencoba
mengungkapakan baik daya beli tetap-biaya historis maupun daya beli tetap
biaya kini selama lima tahun. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk
laporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi
informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan pembuat laporan keuangan yang menaati SFAS No.33
yang merasakan bahwa (1) pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FSAB
membingungkan, (2) biaya penyajian pengungkapan ganda terlalu mahal dan
(3) pengungkapan daya beli tetap-biaya historis kurang berguna jika
dibandingkan dengan data beban terkini. Oleh karena itulah, FASB
memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan pelapor
di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap-biaya historis
maupun daya beli tetap-biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB
(SFAS 89) bertujuan untuk membantu perusahaan yang melaporkan
pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping sebagai
cikal bakal standar akuntansi inflasi di masa mendatang.
Perusahaan pelapor disarankan untuk mengungkapkan informasi berikut tiap
lima tahun terakhir:
• Penjualan bersih dan pendapatan operasional lain
• Laba operasional berkelanjutan berdasarkan biaya-kini
• Daya beli laba atau rugi ats pos-pos moneter bersih
• Peningkatan atau penurunan biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan
yang lebih rendah (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat
dipulihkan lewat penggunaan atau penjualan) dari persediaan atau asset tetap,
setelah dikurangi inflasi (perubahan tingkat-harga umum).
• Semua penyesuaian transaksi gabungan mata uang asing, berdasarkan
biaya-kini
• Aset bersih di akhir tahun berdasarkan biaya-kini
• Pendapatan per saham
• Dividen per saham dari saham biasa
• Harga pasar per saham dari saham biasa di akhir tahun
• Tingkat Indeks Harga Konsumen yg digunakan untuk mengukur dari
operasional berkelanjutan.
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan
dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau di akhir tahun),
maupun (2)dolar pada periode pokok (1967) yang digunakan untuk
menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya-kini berbeda
secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk
menyajikan lebih bnyak data.
Pedoman SFAS No.89 juga mencakup operasi luar negeri yg disertakan
dalam laporan keuangan konsolidassi perusahaan induk di AS. Perusahaan
yang menggunakan dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur
operasi luar negerinya menggunakan perspektif mata uang induk. Oleh
karenanya, akun-akun dalam laporan keuangan harus ditranslasikan ke dalam
dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi di AS (metode tranlasi-saji
ulang).
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (ASC) menerbitkan pernyataan Praktik
Akuntansi Standar no.16 (SSAP No.16), “Akuntansi Biaya-Kini”,
berdasarkan eksperimen selama 3 tahun pada bulan Maret 1980. Meskipun
tidak berlaku sejak tahun 1988, metode SSAP No.16 dianjurkan untuk
perusahaan perusahaan yang secara sukarela menyesuaikan akun-akunnya
dengan inflasi.
SSAP No.16 berbeda dengan SFAS No.33 dalam dua aspek utama.Pertama,
SSAP No.16 hanya menggukan metode biaya-kini untuk pelaporan eksternal,
sedangkan SFAS No.33 mewajibkan akuntansi dolar konstan maupun biaya-
kini. Kedua, laporan biaya-kini pada SSAP No.16 mewajibkan laporan laba
rugi maupun neraca biaya-kini berserta catatannya, sedangkan penyesuaikkan
inflasi SFAS No.33 hanya berfokus pada laporan laba rugi.Standar Inggris
memberikan 3 pilihan dalam pelaporan:
1. Menyajikan akun-akun biaya-kini sebagai laporan dasar dengan dilengkapi
akun-akun biaya-historis.
2. Menyajikan akun-akun biaya-historis sebagai laporan dasar dengan
dilengkapi akun-akun biaya-kini.
3. Menyajikan akun-akun biaya-kini saja dengan dilengkapi akun-akun biaya-
historis seperlunya.
Brasil
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia
bisnis di Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat
pengalamannya dg inflasi di masa lalu, pendekatan yg dilakukan oleh Brasil
terhadap akuntansi inflassi sangat informative.
Meskipun sudah tidak diwajibkan, akuntansi inflassi yg dianjurkan di Brasil
dewasa ini terdiri atas 2 pilihan pelaporan: Undang-Undang Perusahaan
Brasil dan Komisi Sekuritass dan Bursa Brasil. Sesuai dg undang-undang
perusahaan, penyesuaian inflasi dilakukan dg menyajikan ulang asset
permanaenn dan akun-akun ekuitas pemegang saham dg menggunakan
indeks harga yg diakui oleh pemerintah federal sebagai alat ukur devaluasi
mata uang local. Asset permanen terdiri atas asset tetap, gedung, investasi,
beban ditangguhkan beserta penyusutan dan amortisasi atau deplesi akun-
akun (termasuk semua penyisihan penghapusan asset produktif). Akun
ekuitas pemegang saham terdiri atas modal, cadangan pendapatan, cadangan
revaluasi asset tetap ke dalam biaya pengganti kininya, setelah dikurangi
provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflassi terhadap aset pemanen dan ekuitas pemegang saham
diterima bersih dan kelebihannya diungkapkan secar terpisah dalam laba kini
sebagai laba atau rugi koreksi moneter.
2.1.8 International Accounting Standards Broad (IASB)
IASB menyimpulkan bahawa laporan posisis keuangan dan kinerja
operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hiperinflasi
tidak bermanfaat. Secara khusus, laporan keuangan perusahaan yang
menggunakan mata uang dilingkungan hiperinflasi, baik berdasarkan pada
model penilaian historismaupun biaya-kini, harus diungkapkan kembali pada
daya beli tetap pertanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-
angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisi
kewajiban atau aset menetr bersih harus dimasukan kedalam laba bersih.
Perusahaan laporan juga harus mengungkapkan:
1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit
pengukuran telah dilakukan
2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian
historis atau biaya-kini)
3. Identitas dan tingkat indeks harga per tanggal neraca, berikut
pergerakannya selama tahun pelaporan
4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan
2.1.9Hal-hal Terkait Inflasi
Para analisis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan
yang disesuaikan dengan ingflasi: (1) apakah pengaruh inflasi dapat diukur
secara lebih baik oleh dolar tetap atau biaya-kini, (2) perlakuan akuntansi
untuk laba dan rugi inflasi, (3) akuntansi inflasi asing, (4) pengaruh gabungan
dari tingkat inflasi dan bursa efek. Point pertama tdan ketiga kita bahas secara
bersamaan.
Laba dan Rugi Inflasi
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas,utang,
dan piutang) merupakan isu yang komersial. Survei yang dilakukan terhadap
praktik-praktik di berbagai negara menunjukan keragaman yang penting
dalam hal ini.
Laba atu rugi tas pos-pos moneter di AS dihitung dengan cara menyajikan
ulang saldo awal, saldo akhir, serta semua transaksi dari seluruh aset dan
kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang) dalam laporan tetap.
Saldo yang diperoleh kemudian diungkapkan sebagi pos tersendiri. Perlakuan
ini menganggap laba dan rugi pada pos-pos moneter berbeda dengan jenis
laba lain.
Di inggris, laba dan rugi atas pos-pos moneter dikelompokan menjadi modal
kerja moneter dan penyesuaian utang modal, kedua pos tersebut dihitung
menurut perubahan harga khusus (bukan umum). Penyesuian utang modal
menunjukan penerimaan (atau beban) yang diperoleh pemegang saham dari
utang pembiayaan selama masa perubahan harga.
Pendekatan yang diterapkan di Brasil, yang sudah tidak diwajibkan lagi,
tidak menyesuaikan aset dan kewajiban lancar secara eksplisit, karena saldo
keduanya dinyatakan dalam nilai yang dapat diungkapkan. Penyesuaian
asetpermanen yang melebihi penyesuian ekuitas merupakan bagian dari aset
permanen yang diperoleh lewat utang, sehingga menghasilkan laba daya beli.
Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang melebihi penyesuian aset permanen
merupakan bagian dari modal kerja yang dibiayai oleh ekuitas. Rugi daya
beli diakui untuk bagian ini selama inflasi.
SSAP No, 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh
inflasi selain persedian, pabrik, dan peralata, perusahaan juga harus
meningkatkan modal kerja moneter nominal bersih guna memprtahankan
daya operasional seiring naiknya harga. Meski begitu fenomena ini
seharusnya tidak diukur dengan daya beli umum karena perusahaan hampir
tidak pernah berinvestasi di keranjang belanja ekonomi. Kami yakin bahwa
tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja perusahaan dan
memungkinkan pihak yang tertarik untuk menilai jumlah, waktu, dan potensi
arus kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk
memperoleh barang danjasa tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi
moneter, karena tidak semua perusahaan mampu memperoleh indeks daya
beli khasnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Ingris menjadi alternatif
yang baik. Namun kami lebih memilih untuk memperlakukan penyesuaian
utang modal sebagai pengurangan atas penyesuaian biya-kini untuk pos-pos
penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter daripada
mengungkapkan. Kami beranggapan bahwa beban biaya-kini dan saji ulang
biaya historis selama inflasi dapat tertutup oleh pengurangan beban utang
jasa yang digunakan untuk membiayai pos-pos operasional tersebut.
Inflasi Asing
Di Amerika Serikat, FASB berupaya menangani inflasi dengan cara
mewajibkan perusahaan pelapor besar untuk bereksperimen baim dengan
daya beli tetap-biaya historis maupun dengan pengungkapan biaya-kini. FAS
No 89, yang menganjurkan (namun tidak mewajibkan) perusahaan untuk
menerangkan perubahan harga, tidak berhasil memecahkan isu ini pada dua
tingkatan. Pertama, perusahaan boleh tetap menyajikan nilai
asetnonmoneternya pada biaya historis (yang disaji ulang untuk perubahan
tingkat harga), atau boleh juga menyajikan ulang dalam setara biaya-kininya.
Kedua, perusahaanyang memilih untuk menyajikan data biaya-kini untuk
operasi luar negri memiliki dua opsi metode translasi dan saji ulang laporan
anak perusahaan ke dalam dolar AS. Perusahaan tersebut boleh menyajikan
ulang ke dalam inflasi asing, kemudian mentranslasikannya ke dalam mata
uang induk perusahaan (metode saju ulang-translasi), atau boleh
mentranslasikannya ke dalam mata uang induk perusahaan, kemudian
menyajikan ulang ke dalam mata uang induk perusahaan, kemudia
menyajikan ulang ke dalam inflasi (translasi-saji ulang). Kini dapat
menentukan pilihan metode dengan menggunkan kerangka berorientasi
keputusan.
Investor peduli dengan potensi perusahaan untuk menghasilkan dividen,
karena nilai investasi mereka pada akhirnya bergantung pada deviden di masa
mendatang. Potensi perusahaan untuk menghasilkan dividen berhubungan
secara langsung dengan kemampuannya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dividen akan dihasilkan di masa mendatang hanya jika perusahaan
mempertahankan daya produksinya.
Oleh karena itu, investor memerlukan laporan yang disesuaikan dengan
tingkat harga khusus, bukan harga umum. Ini karena penyesuaian tingkat
harga khusus menjadi penentu jumlah maksimal yang bisa dibayarkan oleh
perusahaan sebagai dividen tanpa mengurangi daya produksinya.
Kami memilih prosedur penyesuaian tingkat harga sebagai berikut:
1. Menyajikan ulang seluruh laporan keuangan anak perusahaan, baik
domestic maupun asing, dan induk perusahaan guna mencerminkan
perubahan harga khusus.
2. Mentranslasikan seluruh laporan anak perusahaan asing ke dalam setar
mata uang domestic melalui konstanta
3. Menggunakan indesk harga khusus yang relevan dengan apa yang
dikonsumsi perusahaan dalam perhitungan laba atau rugi monoter. Perspektif
perusahaan induk mensyaratkan indeks harga domestic, sedangkan perspektif
perusahaan local mensyaratkan indeks harga local.
Menyajikan ulang laporan perusahaan asing maupun domestic ke dalam
setara harga-kini khusus menghasilkan informasi yang relevan dengan
keputusan. Akan lebih mudah bagi kita untuk membandingkan dan
mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan di masa mendatang.
Filosofi pelaporan ini dipaparkan oleh Dewey R. Borst, pengawas keuangan
Inland Steel Company:
Manajemen berusaha mendapatkan informasi terkini dan terbaik untuk
memonitor kinerja mereka di masa lampau, serta untuk memandu mereka
dalam mengambil keputusan dimasa kini. Kalangan luar menilai laporan
keuangan untuk laporan serupa, yakni untuk menentukan kinerja perusahaan
di masa lampau dan perkiraan kinerjanya di masa mendatang. Oleh
karenanya, tidak ada alas an yang kuat bagi kita untuk memiliki dua jenis
data dan metode penyajian laporan keuangan. Data serupa yag kini tersedia
melalui pengembangan akuntansi manajerial juga sesuai untuk pihak luar.
Menghindari Double-Dip
Ketika menyajikan ulang laporan perusahaan yang bertempat di luar negeri
ke dalam inflasi asig, perusahaan terkadang menghitung pengaruh inflasi dua
kali. Dikenal sebagai double-dip, persoalan ini muncul karena inflasi local
mempengaruhi nilai tukar yang digunakan dalam translasi secara langsung.
Meskipun teori ekonomi mengasumsikan hubungan terbalik antara tingkat
inflasi internal dengan nilai eksternal mata uang dari suatu negara, bukti-
bukti menunjukkan bahwa hubungan ini jarang bertahan (setidaknya untuk
waktu yang singkat). Sesuai dengan hal ini, besarnya penyesuaian yang
dihasilkan untuk menghilangkan double-dip akan beragam, bergantung pada
tingkat korelasi negatif antara nilai tukar dengan inflasi diferensial.
Sebagai mana dibahas sebelumnya, penyesuaian inflasi atas beban penjualan
atau beban penyusutan bertujuan untuk mengurangi laba”tersaji” guna
menghindari saldo laba yang seolah lebih besar. Namun, akibat hubungan
terbalik antara inflasi lokal dengan nilai mata uang, perubahan nilai tukar
pada reretan laporan keuangan yang lazimnya disebabkan oleh inflasi
(minimal selama periode tertentu) setidaknya akan menyebabkan inflasi
(misalnya penyesuaian transaksi mata uanag) mempengaruhi laba “tersaji”
dari perusahaan. Oleh karenanya, agar tidak dilakukan dua kali, penyesuaian
inflasi harus menyertakan rugi translasi yang telah tercemin dalam laba
“tersaji” perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi kami menyimpulkan bahwa perubahan harga sangat erat
kaitannya denga pelaporan keuangan. Seiap perusahaan yang melakukan
transaksi jual beli jasa/barang akan diperhadapkan pada masalah perubahan
harga baik itu inflasi(kenaikan harga) maupun deflasi(penurunan harga).
Perubahan harga menimbulkan perbedaan biaya dalam suatu asset ataupun
nilai dari laba perusahaan. Sehingga metode yang diterpakan oleh beberapa
negara untuk mengakui perubahan harga (akuntansi inflasi) yakni General
Price Level Adjustment ( penyesuaian harga umum dan Current Cost
Accounting ( biaya saat ini atau terkini). Dengan mengakui perubahan harga
akan memaksimalkan keuntungan dan menghindari perhitungan biaya
depresiasi yang tidak relevan.. Pada periode perubahan harga ini laporan
keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para
penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidak akuratan pengukuran
yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada
data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan
data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang
tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para
pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkap laporan keuangan.
Terdapa dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan
penyesuaian terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan keuangan atas
perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli
konstan biaya historis, dan (2) akuntansi untuk perubahan harga khusus yang
disebut dengan model biaya kini.