Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebutsebagai


kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalahmenghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai
organ tubuh.
Gangguan paling banyak terjadi pada kelenjar pankreas yang
memunculkan diabetes. Penyakit ini mencapai 75 persen dari gangguan endokrin
secara keseluruhan. Gangguan lain adalah pada kelenjar tiroid, penyebab penyakit
gondok (15-20 persen). Sisanya gangguan pada kelenjar lain yang memunculkan
berbagai penyakit, seperti disfungsi ereksi, gangguan hormonal, gangguan
hipofisis, bahkan keganasan (kanker).
Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung Anda berdetak,
bagaimana tulang dan jaringan tumbuh, bahkan kemampuan Anda untuk membuat
bayi. Hal ini memainkan peran penting dalam apakah atau tidak seseorang dapat
terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan pertumbuhan, disfungsi seksual, dan
sejumlah lainnya yang berhubungan dengan hormon gangguan.Gangguan kelenjar
endokrin bisa menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari malnutrisi, gondok,
diabetes, gangguan jantung, hipertensi, hingga tumor ganas pada sistem
pencernaan. Gangguan kelenjar endokrin umumnya disebabkan perubahan Gaya
hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup sehat.
Jika pasien memiliki gangguan endokrin, dokter dapat merujuk pasien ke
dokter spesialis Endokrinologis. Endokrinologis (dokter spesialis dalam) secara
khusus dilatih dalam masalah dengan sistem endokrin.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori pada system endokrin?
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Patofisiologi Kelainan Pada Sistem Endokrin


Untuk memudahkan pengertian kita tentang patofisiologi pada berbagai
kelainan kelenjar endokrin, berikut akan dihantarkan gambaran sepintas tentang
patofisiologi umum gangguan endokrin, mengingat fungsi sistem endokrin yang
kompleks dan rumit mencakup mekanisme kerja hormonal dan adanya mekanisme
umpan balik yang negatif yang sudah barang tentu akan mempengaruhi perjalanan
penyakit.
Seperti lazimnya kelainan-kelainan pada organ tubuh, pada kelenjar
endokrin pun berlaku hal yang sama dimana gangguan fungsi yang terjadi dapat
diakibatkan oleh:
1. Peradangan atau infeksi
2. Tumor atau keganasan
3. Degenerasi
4. Idiopatik
Dampak yang ditimbulkan oleh kondisi patologis diatas terhadap kelenjar
endokrin dapat berupa:
1. Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan sekresi hormonal
2. Peningkatan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
sering diistilahkan dengan hiperfungsi kelenjar.
3. Penurunan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dan
diistilahkan dengan hipofungsi kelenjar.
4. Adanya hubungan timbal balik antara kelenjar hipofise sebagai master of
gland dengan kelenjar targetnya, hipofise terhadap hipotalamus serta
jaringan atau organ sasaran dengan kelenjar target, memungkinkan
penyebab dari suatu kasus dapat lebih dari satu; artinya mungkin saja
penyebab ada pada jaringan/organ sasaran, atau pada kelenjar target,
ataupada kelenjar hipofise atau hipotalamus.
Oleh karena itu, untuk tujuan kemudahan dalam penanggulangannya maka
dalam setiap kasus akan di dipaparkan kemungkinan penyebabnya baik yang
3

bersifat primer, sekunder,atau tertier. penyebab yang bersifat primer bila


penyebabnya ada pada kelenjar penghasil hormon itu sendiri. Bersifat sekunder,
bila penyebabnya ada pada kelenjar di atasnya. Bersifat tertier, bila penyebabnya
di luar primer dan sekunder seperti penggunaan obat-obatan tertentu ataupun
kelainan pada organ tubuh tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi
kelenjar.Seperti bila terjadi peningkatan ACTH (hormon hipofise) pada serum
yang akan menyebabkan hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga terjadi hipersekresi
hormon-hormon adrenal maka penyebabnya disebut sekunder.Disebut penyebab
primer bila penyebapnya ada pada kelenjar adrenal sendiri. Disebut tertier bila
penyebabnya diluar kedua penyebab diatas. Misalnya, pengunaan obat-obatan
yang dapat merangsang ACTH atau merangsang sekresi hormon adrenal. Untuk
pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi berbagai kelainan endokrin, ada
dua hal utama yang harus dipahami dengan baik.Efek dari setiap hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin terhadap jaringan endokrin dan terhadap
jaringan atau organ sasarannya.Fungsi organ/jaringan sasaran dari setiap hormon.

Pathway Juvenile Diabetes


4

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIABETES MELITUS JUVENILE
( DM TIPE I )

KASUS
Seorang anak laki-laki bernama An. Ikbal berusia 10 tahun baru saja
didiagnosis Diabetes Melitus tipe 1 masuk untuk dirawat di Bangsal Anak Rs.
Hasil anamnesis anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum,
banyak kencing, berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak
bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan
kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25,5kg, PB: 135 cm, suhu:
37,4oC, nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit
kembali segara, kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit:
4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa darah
300mg/dl.
Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percaya
ketika anaknya didiagnosa Diabetes Melitus tipe 1, padahal tidak ada anggota
keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Mereka mengatakan tidak paham
tentang Diabetes Melitus tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah pulang
dari Rumah Sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa epan anaknya.
Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari,
insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.

A. Pengkajian :
1. Identitas :
Nama : An. Ikbal
Umur : 10 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : jl. Melati
5

2. Keluhan Utama
Banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
3. Riwayat keluarga : -
4. Riwayat kesehatan sekarang : Diabetes Melitus tipe 1
5. Hasil laboratorium :
BB = 25,5 kg, PB =135 cm suhu = 37,4 c nadi = 88 kali/menit, respirasi =
24kali/menit, tekanan darah = 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segra. Kulit
kering, membrane mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
: Hb : 11,2 gr/dl haematokrit ; 30% eritrosit : 4,0 (10 6 )
6. Pola fungsi kesehatan :

 Nutrisi : banyak makan, tetapi berat badannya turun


 Eliminasi : banyak kencing, enuresis
 Aktifitas : mudah lelah, perhatian menurun

B. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Problem

1. DS : - Pasien mengatakan Input yang tidak Perubahan


lemas adekuat dan nutrisi kurang
- Pasien mengatakan nafsu ketidak cukupan dari kebutuhan
makan menurun insulin tubuh
- Pasien mengatakan pusing,
nggliyer.
DO: - GDS 302,1 mg/dl
- Mukosa bibir kering
- Makan habis ½ porsi RS

2 DS : - Pasien mengatakan Penurunan aliran Resiko tinggi


lemas darah sekunder terhadap perfusi
- Pasien mengatakan pusing akibat jaringan
DO: - TD : 180/90 mmHg, S : vasokonstriksi
36,9° C pembentukan
N : 80 x/menit tromboembolik
Rr : 20 x/menit
- Kapileri reffil 32 detik
- Terpasang O2, 2 lt/menit,
kulit pucat, teraba dingin
6

No Data Etiologi Problem

- SGOT : 73 u/l
- SGPT : 71 u/l

3. DS : - Pasien mengatakan Kelemahan fisik Gangguan


lemas pemenuhan
DO: - ADL dibantu oleh ADL
keluarga dan perawat
- Terpasang O2 nasal 2 lt./menit
- Terpasang DC
- Pasien lemah

D. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pemasukan yang tidak adekuat dan ketidakcukupan insulin.

2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

aliran darah sekunder akibat vasokonstriksi, pembentukan tromboli.

E. INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi: Intake makanan dan Manajemen Nutiri
nutrisi kurang dari cairan 1. Kaji berat badan pasien
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil: 2. Tingkatkan pemberian
berhubungan dengan a. Asupan nutrisi makanan yang
ketidakseimbangan b. Berat badan ideal mengandung protein,
insulin dan makanan c. Tidak ada tanda-tanda vitamin, dan besi
malnutrisi (apabila dianjurkan)
d. Tidak terjadi penurunan 3. Berikan makanan tinggi
berat badan yang berarti natrium
Indikator Skala: 4. Berikan makanan yang
1 = Tidak cukup sedikit mengandung
2 = Sedikit gula (glukosa)
3 = Sedang 5. Seleksi jenis makanan
4 = Kuat yang tepat
5 = Total
7

2. Kekurangan volume Fluid Balance Fluid Management


cairan berhubungan 1. Timbang popok atau
dengan kehilangan Kriteria Hasil:a. Mempertahankan pembalut jika diperlukan
volume cairan aktif urine output sesuai dengan usia 2. Monitor status hidrasi
(poliuria) Umur (tahun) Output urine (ml) 3. Monitor tanda-tanda
1-3 vital
3-5 4. Kolaborasi pemberian
5-8 cairan IV
8-14 5. Anjurkan keluarga untuk
14-18 membantu pasien makan
500-600
600-700
700-1000
800-1400
1500
b. Berat jenis urine normal (20-40
mg/dl)
c. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas turgor kulit
baik, dan tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
Indikator Skala:
1 = Kompromi yang ekstrem
2 = Sangat kompromi
3 = Cukup Kompromi
4 = Sedikit Kompromi
5 = Tidak kompromi
3. Kerusakan Intergritas Tissue Integrity skin Pressure Management
Kulit berhubungan Kriteria Hasil: 1) Jaga kebersihan kulit agar
dengan hipertermia a. Integritas Kulit yang baik bisa tetap kering dan bersih
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 2) Monitor kulit adanya
temperatur, hidrasi) kemerahan
b. Tidak ada luka atau lesi pada 3) Mandikan pasien dengan
kulit sabun dan air hangat.
Indikator Skala:
1. =Tidak pernah menunjukkan
2. =Jarang menunjukkan
3. =Kadang menunjukkan
4. =Sering menunjukkan
5. =Selalu menunjukkan
4. Hipertermi Thermoregulator Temperature Regulation
berhubungan dengan Kriteria Hasil: 1) Monitor tekanan darah,
dehidrasi a. Suhu tubuh dalam rentang RR,dan nadi
normal 2) Monitor tanda-tanda
b. Tidak ada perubahan warna hipertermi
kulit 3) Tingkatkan intake cairan
c. Nadi dan rata-rata pernapasan 4) Monitor suhu minimal
dalam rentang normal tiap 2 jam
8

Indikator Skala: 5) Berikan anti piretik jika


1 = Tidak pernah menunjukkan perlu
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

5. Kurang pengetahuan Pengetahuan: Proses Penyakit Pembelajaran Proses


berhubungan dengan Kriteria Hasil: Penyakit
keterbatasan paparan a. Mengenal nama penyakit 1) Kaji pengetahuan klien
informasi b. Deskripsi proses penyakit tentang penyakit
c. Deskripsi tanda dan gejala 2) Jelaskan proses penyakit
d. Deskripsi cara meminimalkan 3) Jelaskan tanda dan gejala
perkembangan penyakit penyakit
e. Deskripsi tindakan pencegahan 4) Berikan informasi
terhadap komplikasi mengenai kondisi klien
Indikator Skala: 5) Diskusikan perubahan
1 = Tidak pernah menunjukkan gaya hidup untuk mencegah
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

F. Implementasi dan evaluasi

No. Implementasi Evaluasi

I 1. Melakukan pengkajian pasien S : Pasien mengatakan sudah ada


peningkatan nafsu makan.
2. Mengkaji TTV O : - KU pasien sedang
- Pasien makan habis ¾ porsi diit RS
3. Mengambil sampel darah A : Gangguan perubahan nutrisi
guna pemeriksaan GDS kurang dari kebutuhan terata si.
P : Intervensi dilanjutkan
4. Membagikan ekstra siang  Kolaborasi pemberian actrapid
dengan die DMTKTP 1500 10-10-4
kal  Berikan diit khusus DM

5. Menambahkan aqua dest steril


pada oksigen
9

No. Implementasi Evaluasi

2 1. Monitor balance cairan S : Pasien mengatakan badannya


2. Melakukan tindakan injeksi masih nggliyer dan pusing
lewat selang infus : O : - KU pasien sedang
3. Ceftriaxone 2 gr - TD : 140/90 mmHg
4. Membagikan makan siang S : 20 x/menit
diet DMTKTP 1500 kal N : 80 x/menit
5. Memberikan obat Amlodipine Rr : 36°C
10 mg Captopril 25 mg - Kapileri reffil < 2 detik
6. Mengobservasi capilary refill A : Resiko tinggi terhadap perfusi
7. Mengambil sampel darah jaringan tidak terjadi
untuk pemeriksaan SGOT, P : Intervensi dilanjutkan
SGPT  Berikan O2 2 lt/menit
8. Mengambil sampel urin  Observasi TTV
pemeriksaan ureum kreatininS :

1. Mengkaji kemampuan pasien S:


dalam ADL Pasien mengatakan sudah bisa
2. Motivasi pasien untuk latihan beraktivitas sendiri, tapi kadang
duduk masih dibantu
3. Ajarkan pasien untuk duduk O : Pasien bisa makan sendiri,
bersandar di tempat tidur aktivitas mandi masih dibantu oleh
4. Mendekatkan alat-alat yang keluarga.
dibutuhkan pasien A : Masalah teratasi sebagian
5. Membantu dalam pemenuhan P : Intervensi dilanjutkan
kebutuhan personal hygiene  Bantu pasien dalam aktivitas
pasien  Anjurkan pasien untuk
6. Monitor TTV pasien beraktivitas sesuai toleransi
7. Mengganti infus RL 20 tpm
8. Menyajikan makan sore
dengan diet DMTKTP 1500
kal
10

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja.
Perlu kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini maupun komplikasi
yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis. Keterlambatan dalam
diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa penderita DM tipe 1.
11

DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing
countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman
B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto
2010, h 124-161.
12

PATOFISIOLOGI KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN DAN


ASKEP ANAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ( DALAM KONTEKS
KELUARGA) JUVENILE DIABETES

Disusun Oleh :
Kelompok : 15
1. Saprizal
2. Saria darmi
3. Sarma ulina
4. Sitikholija

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2018
13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya
berhasil menyelesaikan makalah “Patofisiologi, Farmakologi, Terapi Diet Pada
Gangguan Perkemihan Penyakit BPH”. Penulis menyadari bahwa makalah yang
penulis selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, April 2018

Penulis

i
14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Epidemologi ................................................................................. 3
C. Etiologi ......................................................................................... 3
D. Klasifikasi .................................................................................... 4
E. Gambaran klinis .......................................................................... 4
F. Patofisiologi ................................................................................. 5
G. Pemeriksaan Diagnostik............................................................... 6
H. Penatalaksanaan .......................................................................... 7
I. Komplikasi .................................................................................. 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 12

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 26


A. Kesimpulan .................................................................................. 26
B. Saran ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

ii
15

ii
16

Anda mungkin juga menyukai