DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L), serta Peraturan Perundang-Undangan yang terkait
dengan Pelaksanaan Pekerjaan ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menerapkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan
2. Menyiapkan terselenggaranya keselamatan kerja
3. Menerapkan keselamatan kerja pada pelaksanaan pekerjaan
4. Menegakkan tanggungjawab keselamatan diri sendiri dan orang lain
BAB II
MENERAPKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
TERKAIT DENGAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
dapat diambil dari beberapa sumber, di antaranya ialah pengertian dan definisi K3 menurut
Filosofi, Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007.
Secara Filosofi menurut Mangkunegara : Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur.
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut.
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Mangkunegara (2002,
p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja,
atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan
definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan
unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
Menurut (Silalahi, 1995) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan
meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
ILO melaporkan bahwa satu pekerja meninggal setiap 15 detik akibat kecelakaan di
tempat kerja atau sakit akibat kerja. Setiap 15 detik terdapat sekitar 160 kecelakaan kerja
di dunia. Di Indonesia sendiri, dilaporkan bahwa selama kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir kasus kecelakaan kerja meningkat. Dari 96.314 kasus kecelakaan kerja di Tahun
2009, meningkat mencapai 103.285 kasus kecelakaan kerja di Tahun 2013. BPJS
Ketenagakerjaan, yang semula dikenal dengan nama PT Jamsostek mencatat, di Indonesia
tidak kurang dari 9 orang meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja setiap
harinya dimana angka kematian akibat kerja di Inggris sebagai pembanding, hanya
mencapai angka 2 orang per harinya. Karena tingginya angka kecelakaan kerja ini, maka
diperlukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau sakit akibat
kerja.
Pada kesempatan ini akan berbagi informasi mengenai dasar hukum keselamatan dan
kesehatan kerja di bidang konstruksi. K3 sangat diperlukan bagi para pelaku di dunia
konstruksi agar pekerjaan yang berjalan tercipta keselamatan dan kesehatan terhadap
semua tenaga kerja. Tujuan dari peraturan K3 ini adalah meminimalisir terjadinya korban
jiwa akibat kecelakaan kerja selama pelaksanaan. Oleh karena peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah harus benar-benar diperhatikan.
Seberapa penting dasar hukum untuk Keselamatan dan kesehatan kerja di bidang
konstruksi? pertanyaan itu terlintas di setiap orang yang masih belum memahami dengan
baik tujuan dibuatnya dasar-dasar hukum K3.
Bidang konstruksi adalah salah satu bidang pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi bagi
para tenaga kerja. Penerapan sistem K3 atau keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan kontraktor merupakan keharusan. Baik kontraktor dengan grade rendah
ataupun grade tinggi. Upaya untuk mengurangi kecelakaan tenaga kerja selalu
ditingkatkan oleh pemerintah terbukti dengan keluarnya peraturan-peraturan baru baik
dari Peraturan Kementrian maupun Undang-undang.
Beberapa kasus yang terjadi di proyek besar memang selalu terjadi kecelakaan tenaga
kerja, namun dengan penerapan sistem K3 ini mampu mengurangi jumlah kecelakaan di
Proyek. Sistem K3 di proyek harus benar-benar diterapkan dan menjadi pedoman bagi
seluruh orang yang bergerak dibidang konstruksi.
Di dunia proyek sendiri saat ini sudah banyak tersedia sub kontraktor K3 atau keselamatan
dan kesehatan kerja. Subkon tersebut bertugas melakukan pengawasan dan penindakan
terhadap pelanggaran kepada tenaga kerja yang tidak mematuhi peraturan K3 di proyek
tersebut. Adapun peraturan yang paling ketat di proyek antara lain
1. Para tenaga kerja wajib menggunakan perlengkapan safety seperti helm, sepatu
safety, tanda pengenal, dan sebagainya.
2. Para tenaga kerja di larang membuang sampah sembarang
3. Tenaga kerja yang berada pada ketinggian tertentu diwajibkan menggunakan
safety belt.
4. dan sebagainya.
Peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja juga sudah diatur dalam dasar-dasar
hukum konstruksi. Adapun peraturan-peraturan terkait Keselamatan dan kesehatan Kerja
adalah.
Dasar-dasar hukum di atas dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja di bidang konstruksi. Peraturan K3 ini memang banyak yang belum
memahami termasuk para kontraktor besar.
Dengan membaca Peraturan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di bidang Konstruksi
semoga mengingatkan kepada para pelaku konstruksi untuk selalu menerapkan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB III
MENYIAPKAN TERSELENGGARANYA KESELAMATAN
KERJA
Untuk Menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3)/ OHSAS 18001 ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3/ OHSAS 18001
mempunyai elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun .
Sistem Manajemen K3/ OHSAS 18001 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara
terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa system itu dapat berperan
dan berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan. Untuk
lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan
mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya :
OHSAS 18001 .
Dalam Menerapkan ruang Lingkup ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
Pekerjaan konstruksi banyak mengandung resiko, karena itu diperlukan sekali suatu ilmu
dalam pengendaliannya, ilmu tersebut dinamakan Manajemen Resiko.Pada Manajemen
Resiko yang harus dilakukan adalah identifikas bahaya, penilaian resiko dan pengendalian
resiko
Untuk keselamatan pekerja yang paling utama adalah dengan memakai Alat Pelindung
Diri ( APD ). Kontraktor berkewajiban untuk menyediakan APD dimana sebelumnya
harus sudah dianggarkan dalam perencanaan proyek.
Melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh, terkena pipa batang, sengatan listrik ,
dan harus standard ANSI Z 89.1-1986.
2. Pelindung Kaki
Melindungi kaki dari :kejatuhan batang berat, benda benda tajam, permukaan yang basah,
licin , sengatan listrik, dan harus standard ANSI Z 41.1-1991.
3. Pelindung Tangan
4. Pelindung Pernapasan
5. Pelindung Pendengaran
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan
atau sedang mencuci alat).
Masker las : melindungi sinar radiasi yang kuat dari pengelasan, percikan las dan
harus Standard ANSI Z 87.1-1989.
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal
pekerjaan menggerinda).
• Safety belt
• Safety harness
• Safety net (jaring pengaman)
• Catch platform
• Jaket pelampung
• Rompi pelampung
Penggunaan Alat Pelindung Diri diwajibkan untuk semua anggota/ yang terlibat dalam
proyek mulai dari Project Manager sampai ke pekerja. Dibawah ini table penggunaan APD
untuk tiap tingkat di proyek :
Untuk menjaga keamanan dalam proyek dengan mempekerjakan tenaga untuk penjagaan
(security). Jumlah personil security disesuaikan dengan kebutuhan dan system pergantian
jaga diatur dengan sift siang dan malam. Untuk keamanan proyek juga dilakukan
kordinasi dengan keamanan disekitar lokasi proyek.
Selain itu tenaga keamanan proyek, untuk mejaga keamanan dibuat pagar pengaman
proyek yang berfungsi untuk pembatas area kegiatan pekerjaan dan mengamankan area
pekerjaan dari tindakan orang luar yang mengganggu dan membahayakan.
Pembuatan pagar pengaman proyek dilaksanakan sebelum aktivitas pelaksanaan di
lapangan dilakukan. Tujuannya adalah untuk menjamin keamanan kerja didalam
lingkungan proyek dan sekaligus sebagai pemisah aktifitas diluar dan didalam areal
proyek. Pagar pengaman ini dibuat berdinding seng dan disokong oleh tiang-tiang
penyanggah yang kokoh, dibangun mengitari lokasi proyek sehingga dapat memenuhi
fungsinya sebagai pengaman.
Tahapan Pelaksanaan
Meteran
Tang
Gergaji
Kakatua ( Gegep )
Palu
Gunting Seng
BAB IV
MENERAPKAN KESELAMATAN KERJA PADA
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Karena tingkat potensi bahaya yang berbeda-beda , untuk hal ini dibutuhkan tenaga
operator yang terdidik dan terlatih dalam bidang K3.
Pada pekerjaan galian harus dilakukan pengaman:
dinding penahan , perancah dan tangga kerja
pagar pengaman
sirkulasi udara yang cukup
penerangan yang cukup
sarana komunikasi
alat pelindung diri untuk pekerja
4. Pekerjaan Shotcrete
5. Pekerjaan ditempat Tinggi
Contoh kasus pada pekerjaan bekesting dan perancah : pekerja konstruksi sedang berdiri
di atas scaffolding dimana pekerja memasang bekesting balok. Bahaya apakah yang
mungkin timbul pada pekerja dengan posisi dan kondisi seperti gambar di atas ?
Bahwa dalam perencanaan, pembuatan, pemasangan, pemakaian dan perubahan teknis
perancah, mengandung potensi bahaya. Perlu pengawasan dan pembinaan dalam tahapan
pekerjaan perancah: konstruksi perancah, tenaga kerja dan lingkungan kerja.
Pengurus :
-
Harus digunakan sesuai dengan kegunaannya oleh setiap tenaga kerja dan
orang
Pada penggunaan alat pengaman pada pekerjaan schafolding untuk pemakaian safety
belt, hooknya harus lebih tinggi dari pinggang .
4. Dalam Pemasangan
- Salah sambungan
- Tidak ada prosedur kerja.
- Tenaga Kerja Tidak Trampil K3.
- Pondasi tidak mendukung konstruksi.
- Tiang vertikal, tidak vertikal.
- Batang horizontal, tidak horizontal.
5. Dalam Pemakaian.
- Beban overload.
- Tidak melaksanakan riksa-uji.
6. Dalam perawatan.
- Komponen perancah korosif.
- Bengkok-bengkok.
- Tidak dilakukan teknik perawatan.
Lingkungan Kerja, seperti sudah menjaga kebersihan dan pengaturan tata ruang
konstruksi
2. Sesudah Kecelakaan
Analisis kecelakan perancah secara akurat terhadap 3 unsur: (Konstruksi
Perancah, Operator dan Lingkungan Kerja).
Tetapkan hasil analisis.
Lakukan modifikasi dan perbaikan.
Tindak lanjut dan merealisasikan ulang yaitu usaha-usaha pencegahan sebelum
terjadi.
Pengawasan Perancah
A. Pemeriksaan Umum
1. Pemeriksaan Pertama
- Tiang Vertikal
- Batang Horizontal
- Palang Penguat
- Sambungan
5. Pemeriksaan Dimensi Kerangka Perancah, Sesuai Dengan Yang Dipasang
- Pemeriksaan Sambungan.
Di bawah ini salah satu contoh kecelakaan yang dapat terjadi pada pekerjaan
perancah/schafolding.Pekerja sedang merakit perancah dengan ketinggian 1,7 m. Ketika
pekerja sedang memasangkan perancah vertical pada tingkat 2, pekerja kehilangan
keseimbangan dan jatuh dan ditimpa bagian dari perancah sehingga mengakibatkan kakinya
patah.
a. Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja yang cukup
jumlahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk mencegah besi beton
tersebut meliuk / melengkung dan jatuh
b. Pada waktu memasang besi beton yang vertical, pekerja harus ber-hati hati agar
besi beton tidak melengkung misalnya dengan cara mengikatkan bambu atau
kayu sementara
c. Memasang besi beton ditempat tinggi harus memakai perancah, dilarang keras
naik / turun melalui besi beton yang sudah terpasang
d. Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditutup dengan potongan
bambu atau lainnya, baik setiap besi beton masing-2 atau secara kelompok
batang besi, untuk mencegah kecelakaan fatal
4.1.2.2.2 K3 Pekerjaan Pembesian-2
c. Semua pekerja yang bekerja ditempat tinggi harus dilengkapi dan menggunakan
sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu lapangan , helm dan alat pelindung diri
lain yang diperlukan .
Secara umum, sebelum melakukan pekerjaan pembetonan , ada beberapa hal yang harus
dilakukan / diperhatikan oleh pekerja antara lain :
memeriksa dan memastikan bahwa semua pipa yang sedang digunakan sudah
cukup kuat / mampu dan hubungan satu pipa dengan pipa lainnya cukup kuat
dan aman
a. komando atau perintah yang jelas harus diberikan pada saat pompa bekerja :
kapan harus mulai, berhenti sementara dan kapan mulai lagi. Alat komunikasi
yang komunikatif, kalau perlu gunakan handy-talky.
b. pekerja yang tidak berkepentingan dilarang berada tepat diujung pipa pada saat
pompa sedang bekerja
c. pekerja dan siapapun berdiri didekat boom concrete pump pada saat pompa
bekerja
d. peralatan seperti : vibrator, pipa-pipa, penerangan dll, harus selalu dirawat oleh
petugas yang berpengalaman sebelum dan sesudah penuangan beton
melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu ditekan atau direnggang
c. Setiap ujung-ujung ( besi, kayu, bambu) yang mencuat, harus dilengkungkan atau
ditutup
d. Proses pengecoran harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin bekisting dan
perancah dapat memikul / menahan seluruh beban sampai beton mengeras
• kemungkinan adanya api yang terbuka, timbulnya bunga api pada pekerjaan
pengelasan
• sumber api lainnya yang dapat menyulut uap yang mudah terbakar yang
timbul ditempat kerja dan daerah sekitarnya
a. Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penyemprot harus memakai APD yang
cukup antara lain : masker pelindung pernafasan, kaca mata pelindung debu, sarung
tangan dan sepatu karet
b. Campuran semen dapat menyebabkan penyakit kulit. Iritasi dan alergi dapat
disebabkan oleh adanya kontak langsung dengan semen basah, dan apabila paparan
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kulit terbakar.
c. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh pekerja antara lain : sedapat
mungkin harus dihindari bernafas dalam keadaan berdebu tanpa menggunakan
masker pelindung pernafasan
Dalam pelaksanaan pekerjaan ditempat ketinggian ( >2m) beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
b. Dilengkapi APD yang sesuai ( sabuk pengaman / safety belt ) untuk menjamin agar
tidak terjatuh. Tali sabuk pengaman harus cukup pendek agar tinggi jatuh bebas
tidak melebihi 1,5 meter
d. Harus dipastikan tempat dudukan tangga tersambung aman dan papan dudukannya
terpasang rapat untuk mencegah orang tersandung dengan barang-barang yang
jatuh
e. Harus dipastikan bahwa daerah dibawahnya bersih dari reruntuhan dan barang-2
lain yang tidak diperlukan
b. Tangga harus dipasang dan dipastikan sudah terikat kuat dan aman pada bagian
atasnya untuk mencegah pergerakan
c. Jangan memakai tangga yang dibuat sendiri yang tidak dapat dijamin mengenai
kekuatan dan keamanannya
d. Jangan sekali-kali menggunakan tangga susun dan sejenisnya yang belum pernah
diperiksa oleh petugas K-3 dan jika masih ragu-ragu,segera tanyakan kepada petugas
K-3
e. Pasang pagar pembatas pada sekitar kerja agar jangan ada orang yang tidak
berkepentingan masuk / berada pada area kerja
Salah satu potensi bahaya yang paling ditakuti pada pekerjaan konstruksi kayu adalah
kebakaran, kebakaran dapat menimbulkan korban nyawa atau kerugian material yang
sangat besar.
Secara umum, kebakaran dapat terjadi apabila dipenuhi tiga unsur pemicu kebakaran itu,
yakni adanya api, oksigen, dan bahan bakar. Artinya, jika ketiga unsur itu ada pada saat
yang bersamaan pada suatu tempat, maka pastilah akan terjadi kebakaran. Rangkaian
ketiga unsur pemicu kebakaran itu dapat kita gambarkan sebagai sebuah segitiga, yang
sering dinamai triangle fire.
Udara
(Oxygen)
Kebakar
an
Ledakan dapat terjadi jika ada lima syarat yang terpenuhi, yakni ada panas (heat), bahan
bakar (fuel), udara (oxygen), ruang terisolasi (confinement), dan tahanan (suspension).
Ketika kelima unsur ini eksis pada waktu bersamaan pada suatu tempat, maka pasti terjadi
ledakan tersebut. Perhatikan Gambar berikut.
Ruang Terisolasi
(Confinement)
Udara Tahanan
Bahasan berikut ini akan difokuskan tentang masalah kebakaran di bengkel kerja dan
bagaimana pengendalian/pemadaman api.
1) Penyebab Kebakaran
Sebagaimana kita ketahui, peristiwa kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 unsur secara
bersamaan dalam suatu tempat, yaitu bahan bakar, sumber api, dan oksigen yang cukup
(ingat segitiga api di atas). Bahan-bahan mudah terbakar dalam bengkel kayu dapat
berasal dari kayu, kertas, textil, bensin, minyak, acetelin, dan lain-lain.
Api, sebagai sumber panas dapat berasal dari sinar matahari, listrik yang mengalami
hubungan arus pendek, listrik statis, gesekan dua benda padat (logam), dan reaksi unsur-
unsur kimia flamable. Sedangkan kadar oksigen yang cukup berkisar antara 12 % sampai
21%, jika kadar oksigen dalam udara <12% tidak akan terjadi kebakaran.
Para ahli tentang masalah kebakaran ini, membagi tipe kebakaran atas lima kelas, seperti
Tabel 4.1 di bawah ini.
2) Pemadaman Kebakaran
Secara garis besarnya racun api itu adalah: (1) dry powder, (2) Carbondioksida (CO2), (3)
Kombinasi dry powder untuk pemadaman api ABC, (4) Dry chemical, (5) Alcohol resistant
foam. Saat ini juga sudah dibuat racun api yang berfungsi secara otomatis. .
Seyogyanya setiap orang yang bekerja pada suatu area berpotensi kebakaran, seperti
pada pekerjaan konstruksi kayu, mengetahui dan terampil dalam melakukan pemadaman
kebakaran, terutama dengan menggunakan racun api.
Penggunaan racun api pada dasarnya cukup praktis, yaitu dengan mengikuti konsep PASS,
yaitu:
2. Aim the base of fire, arahkan ujung semprotan racun api ke dasar api,
tidak ke kobaran api.
Tentu saja tidaklah sama prosedur pemakaian racun api untuk semua jenis racun api yang
ada, untuk itu perlu dipelajari manualnya masing-masing.
Hal penting mengenai penggunaan racun api ini yang harus diperhatikan adalah mengenai
keselamatan kerjanya. Jangan datangi api dari termpat yang tertutup asap, artinya
perhatikan arah asap. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak lemas karena menghirup asap
tersebut.
BAB V
MENEGAKKAN TANGGUNGJAWAB KESELAMATAN DIRI
SENDIRI DAN ORANG LAIN
Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja bangunan
yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan
menggunakannya. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu
kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Alat Pelindung Diri
yang disediakan oleh kontraktor dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat
pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya
jika APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat. Alat Pelindung diri berperan penting
terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta berguna untuk mencegah pekerja dari
kecelakaan seperti:
Tertimpa benda keras dan berat,
tertusuk atau terpotong benda tajam,
terjatuh dari tempat tinggi, terbakar atau terkena aliran listrik,
terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan,
pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan,
penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi,
terkena radiasi dan gangguan lainnya.
Macam alat pelindung diri antara lain adalah: Masker alat pelindung hidung, topi
pengaman, sarung tangan, sepatu pengaman sebagai alat pelindung kaki, pakaian kerja,
tali pengaman untuk melindungi pekerja dari kemungkinan jatuh.
Pada praktiknya, aktivitas ini menjadi sangat penting dalam operasi perusahaan. Mulai
dari Industri pertambangan, chemical, hingga manufacture, material transport memiliki
alokasi biaya yang cukup besar. Dari sisi Suplier, ini menjadi bisnis bernilai milayaran
dollar. Karena itu tidak mengherankan jika perkembangan teknologinya sangat pesat
untuk memenuhi kebutuhan sistem operasi ter-modern.
a) Manual Hand Trucks, yaitu alat pemindah barang secara manual atau dengan tenaga
manusia. Variasi Hand Truck ini cukup banyak, karena rata-rata design alat menyesuaikan
kondisi operasi. Jadi dibawah ini baru contoh kecil saja yang umum digunakan. Bahkan
untuk memenuhi kebutuhan operasi yang khusus, alat terkadang harus di-design dan
dibuat secara customized. Umumnya orang menyebut alat ini dengan Trolley.
b) Hydraulic Hand Trucks, jenis alat ini digunakan untuk memindahkan barang, tapi
dilengkapi dengan mekanisme pengangkat secara hidraulic. Contoh dibawah yang umum
digunakan dalam industri, hand pallet, jack pallet, Scissors Lift Table, Hidraulic
Stackers,dll. Sistem Hidraulic tidak memerlukan sumber listrik dalam operasinya, sehingga
penggunaannya bisa lebih luas.
Electric Hand Trucks, jenis alat ini digunakan untuk memindahkan barang, tapi
dilengkapi dengan mekanisme pengangkat/lifting secara electric/baterai. Jadi syarat
utama penggunaannya stasiun kerja harus memiliki sumber arus listrik.
a) Fork Lift, Menurut penggunaan dan sumbe tenaganya ada beberapa type fork lift,
diantaranya electric forklift, Diesel Engine Fork Lift, Gasoline/LPG engine fork lift.
Penggunaan di dalam lingkungan Industri biasanya berkisar pada beban angkat 2,5 - 5
Ton. Namun rentang daya angkat fork lift yang tersedia dipasaran mulai dari 0,5 - 40 Ton.
Jika anda berencana untuk membeli fork Lift, harap diperhatikan hal-hal berikut ;1) Berapa
berat beban yang akan diangkat, 2) Berapa ketinggian angkat yang diinginkan, 3) Apakah
forklift digunakan didalam atau diluar ruangan, 4) Luasan ruang yang dimiliki untuk
bermanuver, 5) Frekuensi penggunaan forklift dalam sehari.
c.Crane
Crane adalah Alat pengangkat yang biasa digunakan didalam proyek konstruksi.Cara
kerja crane adalah dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan
secara horizontal, kemudian menurunkan material ditempat yang diinginkan. Beberapa
tipe crane yang umum dipakai adalah: 1. Crane Beroda Crawler 2. Truck Crane 3. Crane
untuk Lokasi Terbatas 4. Tower Crane
1. Crane Beroda Crawler Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 3600.
dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat bergerak didalam lokasi proyek
saat melakukan pekerjaannya. pada saat crane akan digunakan diproyek lain
maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. pengangkutan ini
4. Tower Crane Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat
material secara vertical dan horizontal kesuatu tempat yang tinggi pada ruang
gerak yang terbatas. Tipe crane ini dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri
yaitu crane yang dapat berdiri bebas (free standing crane), crane diatas rel (rail
mounted crane), crane yang ditambatkan pada bangunan (tied&in tower crane)
dan crane panjat (climbing crane).
Kapasitas Tower Crane Kapsitas tower crane tergantung beberapa factor. Yang perlu
diperhatikan adalah bahaya jika material yang diangkut oleh crane melebihi kapasitasnya
maka akan terjadi jungkir. Oleh karena itu, berat material yang diangkut sebaiknya
sebagai berikut:
1. Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari kapasitas alat.
2. Untuk mesin beroda ban karet adalah 85% dari kapasitas alat
3. Untuk mesin yang memilliki kaki adalah 85% dari kapasitas alat
Faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat adalah :
1. Kekuatan angin terhadapa alat
2. Ayunan beban pada saat dipindahkan.
3. Kecepatan pemindahan material.
4. Pengereman mesin dalam pergerakannya
Bagian-Bagian Tower Crane Sebuah tower crane setidaknya terdiri dari 3 bagian:
1. Pondasi Bagian ini berfungsi meneruskan beban dari tower crane ke tanah keras
dan sebagai penahan agar tower crane tidak jatuh. Pada bagian inilah kaki tower
crane dibaut pada pondasi beton yang masif dan besar.
2. Tiang/standard section Bagian ini merupakan bagian vertikal dari tower crane
yang bisa terus tumbuh seiring dengan kebutuhan proyek. Pada bagian ini
terdapat tangga vertikal yang dibagi per section yang nantinya akan digunakan
oleh operator untuk naik ke atas.
3. Unit Yang Berputar Bagian ini terdiri dari 3 bagian: Horizontal jib ( hoisting jib
atau working jib) Machinery jib Operator’s cab .Horizontal Jib ( hoisting jib atau
working jib) Horizontal jib adalah bagian horizontal dari sebuah tower crane yang
panjang dan berfungsi sebagai bagian pengangkat beban. Disebut pula sebagai
hoisting jib atau working jib. Operator’s cab Tempat dimana operator bekerja.
Cab ini haruslah memiliki jendela besar untuk memastikan operator memiliki
pandangan penuh terhadap lokasi konstruksi. Mengingat letaknya yang tinggi, cab
ini juga sebaiknya dilengkapi dengan AC dan perlengkapan lainnya. Machinery jib
Pada bagian inilah terdapat motor penggerak tower crane, alat elektronik dan
sebuah beton masif yang berfungsi sebagai counter balance. Oleh karena itu
sering pula disebut counter balance jib.
Rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan alat bantu yang
bermanfaat untuk membantu menginformasikan bahaya dan untuk melindungi kesehatan
dan keselamatan para pekerja atau pengunjung yang berada di tempat kerja tersebut.
Fungsi dari rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), antara lain :
Warna yang menarik perhatian yang dipakai pada rambu-rambu keselamatan kerja juga
untuk keperluan lainnya yang menyangkut keselamatan pekerja. Misalnya, warna untuk
menginformasikan isi aliran dalam suatu pipa dan bahaya yang terkandung di dalam aliran
tersebut.
Pemilihan warna pada rambu-rambu keselamatan kerja juga menuntut perhatian dari
kemungkinan terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka, misalnya potensi
akan adanya bahaya dapat digambarkan dengan menggunakan warna kuning. Bila mana
pekerja menyadari adanya potensi bahaya di sekitarnya, kemudian pekerja dapat
melakukan tindakan pencegahan dini agar tidak terjadi kecelakaan. Oleh sebab itu resiko
kemungkinan terjadinya kecelakaan, luka, cacat atau kerusakan lainnya dapat diperkecil.
Untuk sub kelompok rambu-rambu keselamatan kerja dapat ditunjukkan pada gambar
dibawah ini :
3. Mengorganisasikan fasilitas K3
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
a. Abdullah, Rijal. (2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertambangan
Batubara Bawah Tanah. UNP Press. Padang.
b. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan.
c. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
d. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174
Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi.
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1 Sunardi,S.Pd Widyaiswara