Anda di halaman 1dari 13

GORDON ALLPORT (Tokoh Psikologi Humanistik)

Allport, salah sorang diantara empat putra seorang dokter, lahir di Indiana pada
tahun 1887, tetapi dibesarkan di Cleveland dimana ia mendapat pendidikan awal di
sekolah-sekolah negeri. Ia menyelesaikan pelajaran undergraduate-nya di
Universitas Harvard pada saat kakaknya, Floyd, menjadi mahasiswa tingkat sarjana
(graduate) dalam psikologi pada universitas yang sama. Setelah mendapat gelar
sarjana muda pada tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan filsafat, Allport selama
satu tahun mengajar sosiologi dan bahasa Inggris pada Robert College di Istambul.
Kemudian ia kembali ke Harvard dan menyelesaikan Ph.D-nya dalam bidang
psikologi pada tahun 1922. Selama 2 tahun berikutnya (tahun 1922 - 1924) ia belajar
di Berlin, Hamburg, dan Cambridge (Inggris).
Pengalaman yang luas di luar negeri ini berperanan dalam mengembangkan
perhatiannya yang besar terhadap soal-soal internasional dan hal ini nyata sekali
dalam kegiatan-kegiatan Allport selama 30 tahun terakhir. Hal tersebut jugalah yang
menyebabkan Allport selama satu decade atau lebih menjadi salah seorang juru
tafsir utama psikologi Jerman di Amerika. Sekembalinya dari Eropa, ia menerima
jabatan sebagai instruktur pada Department of Social Ethick di Universits Harvard.
Jadi, disini tampaknya terdapat kontinuitas antara mengajarnya yang pertama di
Amerika dengan perhatian Allport yang tetap terhadap masalah-macalah yang
mengandung implikasi social etis. Sesudah dua tahun, ia menerima jabatan lector
psikologi di Darmouth College, tetapi diundang supaya kembali ke Harvard pada
tahun 1930, dimana ia tinggal sampai kematiannya pada tanggal 9 Oktober 1967,
sebulan menjelang ulang tahunnya yag ke-70. Setahun sebelum kematiannya. Ia
diangkat menjadi Professor Richard Cabot dalam bidang Etika Sosial yang pertama.
Allport adalah salah seorang diantara tokoh-tokoh utama dalam gerakan
internasional yang mendorong pembentukan Department of Social Relations di
Universitas Harvard, dalam rangka mewujudkan integrasi secara sebagian antara
psikologi, sosiaologi, dan antropologi.

Teori – Teori Allport


Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia,
teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk
yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran
kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”.
Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi
pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.

Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari


system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau
khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan


kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini
tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport
antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam
membentuk identitas diri kita.

Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke
depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang
dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh Freud.

Perkembangan Proprium

Allport mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego yang telah
dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian. Fungsi-fungsi ini
termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa keakuan,
pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi
mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari
kepribadian. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan
“ makna penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu
tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena usia.

Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau ke-diri-


sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul, yakni : rasa diri
jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan harga-diri atau rasa bangga.
Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya muncul, yakni : perluasan diri (the
extension of self), dan gambaran diri. Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak
mengembangkan kesadaran-diri sehingga ia dapat menanggulangi masalah-
masalahnya dan akal pikiran. Selama masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-
tujuan jangka panjang, dan cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha
proprium.

Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang
mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau
ego itu serupa manusia mikro (homunculus) atau “manusia yang berada di dalam
dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan
menjalankan sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis
yang bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang
memandang diri dan ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian. Bagi allport,
diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi
proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.

Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport

Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah
sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah
laku menurut prinsip otonomi fungsional.

Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:

1. Ekstensi sense of self

· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang


luas.

· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat


mereka.

· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)

2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain

Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan


compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan
setiap orang)
3. Penerimaan diri

Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung


dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi,
kontrol diri, presan proporsional.

4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan

Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat
dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang
dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah
laku lain yang merusak.

5. Objektifikasi diri: insight dan humor

Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain.
Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan
secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang
lain.

6. Filsafat Hidup

Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang


memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.

Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan


aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa
saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.

Struktur dan Dinamika Kepribadian

Organisasi dinamis dalam seseorang yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis


yang menentukan keunikan penyesuaian dirinya dengan lingkungan. Dua hal yang
menjadi tekanan utama adalah kepribadian merupakan sesuatu yang berkembang
dan unsur-unsurnya saling terkait. Dalam pencarian definisi kepribadiannya Alllport
dengan hati-hati menyadari istilah karakter dan temperamen.

· Karakter (watak) adalah segi kepribadian yang dinilai. Seseorang sering dinilai
memiliki karakter baik atau buruk.
· Temperamen adalah disposisi yang erat kaitannya dengan faktor biologis atau fisik.
Dalam hal ini hereditas memainkan peranan penting dan bersama intelegensi dan
fisik membentik kepribadian.

Sifat-sifat dan Disposisi-disposisi Personal

Sifat adalah Kecenderenungan untuk berespons dengan cara tertentu ;


tendensi neuropsiki. Sifat bukanlah bentukan konsep abstrak lewat sebuah
pengamatan melainkan kenyataan objektif. Selain itu sifat juga bukanlah sekedar
eksistensi nominal.

 Sifat umum : ciri-ciri (sifat) yang terdapat pada banyak orang.

 Disposisi Personal: keunikan-kekhususan (sifat) pada individu

Contoh :

Dalam sebuah kelompok ada 20 orang menunjukkan sifat keagresifan


(common trait). Tapi kita tidak bisa mengtakan 20 orang itu
menunjukkan/mewujudkan keagresifannya lewat jalan yang sama. Mungkin ada
yang asertif dan kompetitif, sarkastic dan bermusuhan, dan mungkin lewat
kekerasan fisik. Personal deposisi dapat disebut sebagai sub kategori atau jalan
khusus sifat terwujud.

Sifat tidak hanya membimbing suatu tingkah laku tapi juga memulai tingkah
laku dan dalam beberapa hal memerankan peran memotivasi yang penting.

Contoh :

Seseorang yang punya sifat ramah/suka bergaul, tidak suka duduk sendiri di
rumah menunggu orang lain menghubunginya. Dia akan mencari teman-temannya.

Akan tetapi sebuah sifat tidak pernah sebagai motivator murni tingkah laku
beberapa dorongan baik internal maupun eksternal yang mendahului tindakan.

Contoh :

Jika seseorang suka pergi ke disko, secara umum dia orang yang suka
bergaul tapi ada tingkah laku khusus bahwa dia suka mendengarkan musik.
Hubungan Sifat, Kebiasaan, Sikap dan Tipe

Keempat hal tersebut merupakan kecenderungan (predisposisi) yang unik,


hasil dari faktor genetik dan pembelajaran dan mendorong/menuntun tingkah laku
seseorang .

§ Kebiasaan: Kurang lebih umum ( sifat /trait paling umum) , respons khusus pada
stimulus tertentu, kurang evaluatif.

Contoh: Huming ketika mendengarkan musik, membaca dengan bersuara.

§ Sikap : lebih umum dari kebiasaan, penekanan segi lingkungan (kecenderungan untuk
berespon positif atau negatif terhadap objek tertentu), paling evaluatif.

Contoh: Kesukaan terhadap partai, atau makanan tertentu.

§ Tipe: Abstraksi/pengelompokan sifat-sifat; mementingkan


keajegan/keteraturan sekumpulan sifat. Akan tetapi tipe menyembunyikan
(sifat)keunikan pribadi dan menunjukan perbedaan perbuatan yang tidak begitu
cocok dengan kenyataan.

Disposisi Pokok, Disposisi Sentral dan Disposisi Sekunder

§ Disposisi Pokok :Sesuatu yang begitu umum sehingga dapat ditemukan pada setiap
individu.

Contoh :

Orang Narcistik adalah orang yang memberikan perhatian kuat dan terus-
menerus pada kebutuhan dan ketertarukannya.

§ Disposisi Sentral: Kecenderungan karakter yang kuat (khas) pada seseorang.

Contoh:

Mungkin kita menggambarkan karya Shakespeare (Hamlet) introspektif,


obsesif, melankolis, dramatik.

§ Disposisi Sekunder: Berfungsi terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi


kepribadian dan lebih terpusat pad respon yangt dicocokinya.
Contoh:

Seseorang yang menyenangkan, mungkin meledak marah ketika seseorang


menghina kelompoknya.

Dua kekhususan teori Allport adalah penolakannya pada masa lalu yang
mengambil bagian penting dalam motivasi dan ketegasannya dalam proses kognitif
seperti intensi, perencanaan pada motivasi orang dewasa. Apa yang dilakukan oleh
individu adalah kunci petunjuk yang penting tentang bagaimana orang bertingkah
laku sekarang. Allport mencari ke masa depan apa yang diharapkan oleh individu.

Perkembangan Kepribadian Self

Self merupakan satu-satunya sepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain


self dibentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai
orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten.
Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self
dapat berubah sebagai akibat kematangan biologic dan belajar. Konsep self
menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri cerdas, menyenangkan,
jujur, baik hati dan menarik.

Peranan Positif Regards

dalam hidupnya, manusia selalu mempunyai perasaan dan kebutuhan untuk


dicintai, disukai dan diterima oleh orang lain.dan oleh karena itu self akan
berkembang secara utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian jika
tercapai.

Ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya

1) Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)

adalah salah satu dari lima wilayah utama kepribadian yang ditemukan oleh
para psikolog. Keterbukaan aktif melibatkan imajinasi, estetika sensitivitas, perhatian
terhadap perasaan batin, preferensi untuk berbagai, dan keingintahuan intelektual.
Sebagian besar psikometrik penelitian telah menunjukkan bahwa kualitas ini secara
statistik berkorelasi. Dengan demikian, keterbukaan dapat dipandang sebagai ciri
kepribadian global yang terdiri dari satu set ciri-ciri khusus, kebiasaan, dan
kecenderungan yang berkumpul.

2) hidup menjadi (existential living)

sebagian didasarkan pada eksistensial keyakinan bahwa manusia sendirian


di dunia. Perasaan kesendirian ini menyebabkan perasaan ketakbermaknaan yang
dapat diatasi hanya dengan orang itu sendiri menciptakan nilai-nilai dan makna. Ini
menunjukkan bahwa dalam membuat pilihan-pilihan kita sendiri kita menerima
tanggung jawab penuh atas hasil dan menyalahkan siapa pun kecuali diri kita sendiri
jika hasilnya kurang dari apa yang diinginkan.

3) keyakinan organismik (organismic trusting)

Mempercayai seseorang pikiran dan perasaan sebagai akurat. Lakukan apa


yang datang secara alami.

4) pengalaman kebebasan (experiental freedom)

Untuk mengakui kebebasan seseorang dan bertanggung jawab atas tindakan


sendiri.

5) kreativitas (creativity)

Full partisipasi di dunia, termasuk memberikan kontribusi bagi kehidupan orang


lain

Otonomi Fungsioanal

Otonomi fungsional memandang motivasi dewasa bermacam-macam, sistem


self sustaining, pertumbuhan sistem antecedent, tapi secara fungsional tak terkait.
Otonomi fungsional juga pendorong dan pembentukan perilaku masa kini dan lepas
lepas dari masa lalu. Apa yang dilakukannya semata-mata dikhususkan begitu saja
demi tujuan berbeda dari semula.

Contoh:

Seorang pemburu tetap saja kan memburu meskipun tidak ada nilai
instrumentalnya (semata-mata senang berburu)
 Perseverative Otonomi Fungsional : meliputi bentuk-bentuk
kecanduan,mekanisme sirkular, perbuatan yang diulang-ulang atau secara
rutin. Orang dewasa yang sehat ditandai dengan serangkaian sifat yang
teratur dan kongruen yang berfungsi sebagaian besar secara rasional dan
sadar. Maka untuk memahami orang dewasa maka harus memahami maksud
dan aspirasi mereka.

Contoh :

Tindakan seorang anak yang mengoceh berulang-ulang, tugas yang belum


selesai mendapat interupsi dan cenderung diingat dari pada tugas yang selesai.

 Propriate Otonomi Fungsional : meliputi minat-minat yang dipelajari, nilai-nilai,


sentimen-sentimen, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan
gaya hidup. Manusia selalu dalam proeses untuk menjadi lebih integral dan
daya penyatiu yang paling penting adalah propriate function, dimana usaha
mengejar tujuan yang membentuk kepribadian.

Contoh:

Seseorang yang ingin menjadi dokter bukanlah merupakan sifat bawaan atau
karena diperlukan tapi belajar untuk hidup.

Perkembangan Kepribadian

Allport melihat bahwa anak yang baru lahir sebagai seorang ciptaan
keturunan, hanya memiliki dorongan primitif, dan tingkah laku reflek ,tidak memiliki
kepribadian tapi memiliki potensi yang akan terpenuhi atau terbentuk pada saat
pertumbahan dan pematangannya. Dalam Perkembangan Proprium Allport
membagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1) 0-3 tahun :

Pembanguanan keadaran diri : sense of bodily self (enak tidak enak),


perasaan identitas diri berkelanjutan kesadaran sebagai subjek yang berkembang.
Dalam hal ini bahasa menjadi faktor yang penting. Harga diri atau kebanggaan
sebagai periode terakhir dimanan\ anak ingin melakukan sesuatu, membuatnya
terwujud, dan mengontrol dunianya.
2) 4-6 tahun:

Perluasan diri dan gambaran diri. Dalam perluasan diri, perasaan


keterhubungan dengan orang-orang dan hal-hal yang penting dalam lingkungannya.
Relasi anak dan lingkungan tempat dia tumbuh terhubung sangat penting. Muncul
perasaan lingkuangan tersebut adalah bagian dirinya. Gambaran diri; terkait dengan
penanaman-penanaman nilai, tangung jawab moral, intensi, tujuan dan pengetahuan
diri yang akan berperan mencolok dalam kepribbadiannya kelak.

3) 6-12 tahun:

Kesadaran diri. Pengenalan kemampunan diri mengatasi persoalan-persoalan


dengan alasan dan gagasan karena anak bergerak dari lingkungan keluarga ke
masyarakat.

4) Remaja

Propriate striving, pembanguanan tujuan dan rencana ke depan: intensi-


intensi, long-range purposes,distant goals.Persoalan utama berkaitan dengan
identitas, ”apakah saya seorang anak atau dewasa?”

5) Kedewasaan

Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah
sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing
tingkahlaku menurut prinsip otonomi fungsional.

Kualitas Kepribadian yang matang sebagai berikut:

Ekstensi sense of self

Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang


luas.

Contoh : terlibat dalam kegiatan masyarakat (senat, karang taruna, partai


politik,dll)

Kemampuan diri dan minat-minatnya denga orang lain beserta minat mereka.
Contoh: Saya yang punya minat dalam olah raga juga mengenali minat oprang lain
yang sama atau pun berbeda.

Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)

contoh: Keinginan jadi dokter, membuat perencanaan strudi dan membayangkan


apa yang mau dilakuakn setelah jadi dokter.

Hubungan hangat/akrab dengan orang lain

Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion
(pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap
orang)

Penerimaan diri

Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan


khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri,
presan proporsional.

Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan

Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam
penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih,
mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain
yang merusak.

Objektifikasi diri: insight dan humor

Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor
tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara
positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.

Filsafat Hidup

Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan
tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan
aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa
saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.

Beberapa catatan mengenai Teori Allport

Kekurangan Allport pada persamaan formal sehingga tidak memadai untuk


banyak penelitian, gagal menunjukkan konsep pokok yaitu fungsi otonomi,
mengasumsikan adanya diskontinuitas antara hewan-manusia, masa kanak-kanak
dan dewasa, normal dan abnormal, menekankan keunikan kepribadian, memberikan
perhatian yang terlalu sedikit pada pengaruh sosial, dan faktor situasioanal, serta
menggambarkan manusia pada gambaran terlalu positif.

Referensi :

www.wikipedia/carl_rogers.com

Hall,Calvin. Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-


Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta

Lindzey,Gardner and Hall, Calvin, Introduction to Theories of Personalitry,New York:


John Wiley & Sons, Inc., 1985

Psikologi Komunikasi, Marhaeni F. Kurniawati S.Sos M.psi, pusat pengembangan


bahan ajar UMB.

Gordon Alport, (lahir di Montezuma, Indiana , 11 November 1897 – meninggal di Cambridge,


Massachusetts , 9 Oktober 1967 pada umur 69 tahun) merupakan seorang psikolog.[1] [2] Ia
meraih gelar doktor psikologi dari Harvard pada tahun 1922. Ia menghabiskan kariernya
untuk mengembangkan teori, mengkaji persoalan-persoalan sosial, seperti prasangka,
kecurigaan, komunal, serta mengembangkan tes kepribadian. [1]

Menurut Allport, salah satu yang paling memotivasi manusia adalah kecenderungan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya.[1] Kecenderungan ini disebut Allport dengan
pemfungsian oportunistik.[1] Pemfungsian oportunistik bersifat reaktif, berorientasi masa lalu,
dan biologis.[1] Sekalipun demikian, Allport menganggap pemfungsian oportunistik ini tidak
terlalu penting dalam memahami perilaku manusia, justru kebanyakan perilaku manusia
dimotivasi oleh sesuatu yang lain, sesuatu yang berfungsi dalam rangka ekspresi diri, yang
oleh Allport disebut ''pemfungsian Propriate''.[1] Maksudnya adalah apapun yang dilakukan
seseorang dalam hidup biasanya adalah demi menunjukkan siapa dirinya.[1] Pemfungsian diri
ini bersifat proaktif, berorientasi masa depan, dan psikologis.[1] Kata propriate berasal dari
kata proprium yang berarti konsep diri.[1] Maksud dari Allport dengan memberi tekanan lebih
kepada proprium ialah untuk mendefinisikan konsep diri sehati-hati mungkin.[1]

Dalam melihat konsep diri tersebut, Allport memakai dua pendekatan yakni fenomenologi
dan fungsional.[1] Secara fenomenologis artinya diri sebagaimana yang dialami sehari-hari
yakni yang terdiri dari berbagai aspek yang essensial (lawan dari aspek yang insidental dan
aksidental), hangat (lawan dari diri yang dingin dan kabur), dan sentral (lawan dari diri
sampingan).[1]

Sementara itu, definisi fungsional mencakup hal-hal ysng muncul dalam perkembangan
seseorang dalam usia-usia tertentu, yakni:[1] [3]

1. indra jasmani (berkembang di usia 0-2 tahun)


2. identitas diri (berkembang di usia 0-2 tahun)
3. harga diri (berkembang di usia 2-4 tahun)
4. perluasan diri (berkembang di usia 4-6 tahun)
5. citra diri (berkembang di usia 4-6 tahun)
6. peniruan rasional ((berkembang di usia 6-12 tahun)
7. dorongan untuk mengejawantahkan diri (muncul ketika seseorang berusia 12 tahun ke
atas)

Menurut Allport, jika seseorang memiliki proprium yang berkembang dengan baik dan
memiliki disposisi yang adaptif (keunikan individu dengan individu lainnya), berarti ia telah
mencapai tahap kedewasaan psikologis (orang yang kesehatan mentalnya terjaga).[1] Tujuh
tanda seseorang yang memiliki kedewasaan psikologis:[1]

1. memiliki perluasan diri yang jelas dan spesifik


2. memiliki teknik dan cara-cara tertentu agar pergaulannya dengan orang lain dapat
lancar dan baik (misalnya kepercayaan, empati. kejujuran, toleransi)
3. memiliki kestabilan emosional dan menerima diri sendiri
4. memiliki pendapat yang realistis
5. memfokuskan perhatian pada masalah dan mengembangkan kemampuan untuk
memecahkannya
6. mampu meliht diri sendiri secara objektif yaitu menilai perilaku sendiri dan
mampu "menertawakan diri sendiri"
7. memiliki filsafat hidup yang utuh, termasuk orientasi nilai yang partikular, sentimen
keagamaan yang terdifferensiasi, dan kesadaran yang terpersonlisasi

Anda mungkin juga menyukai