Anda di halaman 1dari 112

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar

menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan

tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih

baik. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan

dan tindakan yaitu menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran

tersebut. Metode dalam pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru,

yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran (Hamzah, 2007:2).

Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang

saling berkaitan satu sama lainnya. Peran guru dalam mengajar sangat penting.

Interaksi antara guru dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar

memegang peranan penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan suatu pokok bahasan

disebabkan pada saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan

perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam

pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran matematika diberikan kepada

semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

1
2

Pada umumnya masih banyak siswa yang kurang menyukai mata

pelajaran matematika dan masih banyak dijumpai saat kegiatan pembelajaran

berlangsung siswa terlihat malas, jenuh dan bosan sehingga pada kegiatan

pembelajaran tidak tercipta suasana pembelajaran yang menggairahkan dan

menyenangkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah

kurangnya minat siswa untuk belajar. Minat ini besar pengaruhnya terhadap

belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat

keaktifan siswa, apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada

daya tarik baginya. Selain itu, rendahnya minat siswa terhadap suatu mata

pelajaran dapat dipengaruhi juga dari metode pembelajaran yang digunakan

oleh guru dalam menyampaikan materi yang bersifat monoton. Oleh karena

itu, guru hendaknya menggunakan variasi gaya mengajar supaya siswa tidak

bosan atau jenuh saat mengikuti pelajaran.

Rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran matematika juga

terjadi di kelas VIII C MTs Nurul Salam Wanarata Kabupaten Pemalang.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru yang bersangkutan dan observasi

yang telah dilakukan di kelas VIII C MTs Nurul Salam Wanarata Kabupaten

Pemalang, pada saat proses kegiatan belajar terdapat siswa yang merasa malas

untuk mengikuti pelajaran matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada saat

proses pembelajaran berlangsung terdapat siswa yang kurang memperhatikan,

malu bertanya jika materi kurang paham, dan jika guru memberikan latihan

soal masih sedikit siswa yang mengerjakan, ada juga yang menunggu jawaban
3

dari teman dan menyontek jawabannya. Dari beberapa hal ini menunjukkan

bahwa masih terdapat siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran

matematika. Karena minat yang kurang pada mata pelajaran matematika maka

berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Hal tersebut

dapat dilihat dari rata-rata nilai matematika yang terdapat di tabel dibawah ini:

Tabel 1. Daftar Nilai Matematika Tahun Pelajaran 2010/2011

Nilai Ketidaktuntasan
Kelas Ketuntasan belajar
rata-rata belajar
VIII A 73,0 69,7% (dari 33 siswa) 30,3%
VIII B 68,1 50% (dari 32 siswa) 50%
VIII C 62,9 39,4% (dari 33 siswa) 60,6%

Dari tabel diketahui bahwa nilai mata pelajaran matematika kelas VIII C

paling rendah diantara kelas yang lain dan nilai mata pelajaran matematika

rata-rata masih belum berada pada batas KKM yaitu 70. Adapun pembelajaran

yang berlangsung di dalam kelas ini yaitu guru menjelaskan materi dan siswa

mancatat materi kemudian guru memberikan latihan soal dan siswa

mengerjakan secara individual. Meskipun telah dicoba beberapa pendekatan,

metode ini masih dominan. Kondisi pembelajaran matematika seperti ini akan

menimbulkan kebosanan sebagian besar siswa di MTs Nurul Salam Wanarata,

siswa tidak dapat melihat hubungan antar materi pelajaran yang telah

dipelajari dengan materi berikutnya, ini diperparah dengan sikap guru yang

terus melanjutkan materi tanpa memperhatikan apakah siswa pada umumnya

telah memahami materi yang diberikan sehingga pelajaran matematika

menjadi tidak menarik, tidak disenangi, dan dengan sendirinya pelajaran

matematika akan terasa sangat sulit. Hal ini mengakibatkan berkurangnya


4

minat siswa dalam belajar matematika, sebagai konsekuensinya hasil belajar

yang dicapai siswa belum sesuai dengan harapan.

Faktor tunggal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar

adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah

dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan

dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide

baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat

melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan

informasi atau ide baru. Namun sering terjadi siswa tidak mampu

melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat

penghubung yang dapat menjembatani informasi atau ide baru dengan materi

pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud

dapat menggunakan “ advance organizer “.

Menurut Slameto (2003:57), minat besar pengaruhnya terhadap prestasi

belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada

daya tarik baginya. Tanner dan Tanner (dalam Slameto, 2003:57)

menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru

pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada

siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pelajaran yang akan diberikan

dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa

yang akan datang. Menurut Rooijakkers (dalam Slameto, 2003) juga

berpendapat bahwa minat dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan


5

bahan pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui

kebanyakan siswa.

Berdasarkan kondisi yang ada di MTs Nurul Salam Wanarata kabupaten

Pemalang, minat belajar yang rendah menjadi permasalahan yang cukup serius

sehingga memerlukan upaya khusus untuk meningkatkan minat belajar

matematika siswa. Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang

dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa. Diharapkan upaya

tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di MTs Nurul

Salam Wanarata kabupaten Pemalang. Salah satu model pembelajaran yang

akan peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah dengan model pembelajaran

advance organizer berbantu peta konsep.

Menurut Arends (Palisoa, 2007:32) model pembelajaran advance

organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru

yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, artinya

setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk

kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam

pengetahuan (ilmu) itu. Dahar (Palisoa, 2007:32) menyatakan advance

organizer disebut juga dengan istilah pengatur awal atau pengorganisasian

awal.

Model pembelajaran yang diimplementasikan disini yang menggunakan

pengetahuan awal dan miskonsepsi serta yang berorientasi pada tujuan

pembelajaran matematika sekolah adalah suatu model yang berpijak pada teori

belajar bermakna dari David Ausubel. Salah satu konsep yang akan dipakai
6

landasan dalam pengembangan model pembelajaran di sini adalah advance

organizer. Dalam implementasinya, model advance organizer ini juga dibantu

dengan peta konsep atau pemetaan konsep.

Berdasarkan dari permasalahan yang terjadi di MTs Nurul Salam

Wanarata Kabupaten Pemalang, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika

Dengan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Peta Konsep Di

MTs Nurul Salam Wanarata Kabupaten Pemalang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran model Advance

Organizer berbantu peta konsep minat siswa kelas VIII C MTs Nurul Salam

Wanarata Kabupaten Pemalang pada mata pelajaran matematika pokok

bahasan sistem persamaan linear dua variabel akan meningkat?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar matematika

dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer berbantu peta

konsep pada siswa kelas VIII C MTs Nurul Salam Wanarata Kabupaten

Pemalang pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.


7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam kegiatan

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai informasi tentang pentingnya

peningkatan minat belajar matematika melalui model pembelajaran

advance organizer berbantu peta konsep dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan.

3. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan

dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika.

4. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:27) adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan

disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

seseorang secara alamiah. Morgan yang menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau

pengalaman. Dan Slavin yang menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (Dimyati, 2006:16).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian belajar seperti

yang tercantum di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah

suatu perubahan perilaku seseorang dari tidak tahu menjadi tahu atau kurang

baik menjadi lebih baik berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi pada

dirinya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

siswa, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (dalam

Aunurrahman, 2011:177) :

a. Faktor internal

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, yang

dapat terbentuk akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar dan

8
9

perkembangan suatu individu. Faktor dari dalam yang mempengaruhi hasil

belajar seseorang adalah:

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

diri seseorang secara fisik. Faktor fisiologis ini berpengaruh sebab

siswa yang memiliki kekurangan dalam faktor ini pada umumnya akan

mengalami kesulitan dalam proses belajar, sehinggga akan

berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Faktor fisiologis yang dapat

mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa diantaranya adalah

penglihatan, pendengaran, pengucapan, dan lain-lain.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan

mental seseorang. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa adalah kecerdasan, yaitu kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan masalah. Bakat, yaitu potensi seseorang untuk

mendalami sesuatu. Motivasi, yaitu dorongan baik dari dalam diri

individu ataupun dari luar individu yang dapat mendorong individu

tersebut melakukan sesuatu. Minat, yaitu rasa senang atau

kecenderungan seseorang terhadap sesuatu dalam hal ini mata

pelajaran matematika. Emosi, yaitu keterkaitan seseorang terhadap

sesuatu. Dan kemampuan kognitif seseorang, yaitu kemampuan

seseorang untuk mengolah sesuatu yang diperolehnya.


10

3) Faktor sosial

Faktor sosial yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan cara

seseorang berhubungan dengan orang-orang disekitarnya. Faktor social

ini berpengaruh karena hubungan dengan pihak lain juga

mempengaruhi cara berpikir seseorang.

b. Faktor eksternal

Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang

adalah:

1) Faktor lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan yaitu segala sesuatu yang

berkaitan dengan lingkungan sekitar pembelajar, atau tempat seseorang

menjalani kehidupan dan juga melakukan pembelajaran. Contohnya

sekolah dan juga lingkungan masyarakat.

2) Faktor instruksional

Yang dimaksud faktor instruksional yaitu segala sesuatu yang

menjadi acuan dalam pembelajaran, atau aturan baku yang melandasi

pembelajaran. Contohnya antara lain metode pembelajaran, kurikulum,

dan bahan ajar.

B. Minat Belajar Matematika

Minat (Interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan

perbuatan. Minat besar pengaruhnya dalam belajar, karena apabila bahan

pelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya (dalam Sholeh dan
11

Gozi, 2004). Selain itu, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Whitehead

(dalam Jhonson, 2007:37) mengungkapkan bahwa, “tidak akan ada

perkembangan mental tanpa adanya minat. Minat adalah dasar dari perhatian

dan pemahaman”.Minat merupakan salah satu kunci utama untuk

memperlancar dan memberikan semangat siswa dalam mempelajari sesuatu

(Slameto, 2003:57).

Dalam kegiatan belajar mengajar minat dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,

menjamin kelangsungan dan memberian arah kegiatan belajar, sehingga tujuan

akan dapat tercapai. Minat merupakan faktor internal yang memiliki peranan

penting dalam proses pembelajaran serta memberi gairah yang erat

hubungannya dengan kemauan yang dapat mengarahkan pada timbulnya

kemauan siswa untuk belajar. Oleh karena itu seorang guru hendaknya

membangkitkan minat siswa untuk menguasai materi pelajaran yang

terkandung bahan pengajaran dengan cara membangun sikap positif serta hal-

hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada diri siswa pada saat

awal pertemuan pada materi yang akan dipelajari (Sardiman, 2003)

Menurut Tim Pengembangan MKDK FKIP Semarang (1999), minat

mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) minat tidak dibawa sejak lahir melainkan

dibentuk dan dipelajari selama perkembangan anak tersebut dalam

hubungannya dengan obyek, (2) minat dapt berubah-ubah, (3) minat tidak
12

dapat berdiri sendiri melainkan mengandung relasi terhadap suatu obyek, (4)

minat mempunyai segi motivasi dan perasaan.

Ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain, baik itu kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini

biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.

2. Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat seseorang bisa

saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti: lingkungan, orang

tuanya, dan bisa saja gurunya.

Dari dua hal minat di atas peneliti ingin meneliti dari dua hal yang kedua

yaitu minat yang muncul karena ada pengaruh dari luar, yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep

dalam pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru.

Menurut Safari (2005:65), definisi operasional: minat belajar adalah

skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar yang mengukur aspek:

(1) kesukacitaan, (2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan. Dari

definisi tersebut disusun indikator minat sebagai berikut:

1. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu siswa senang

dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar matematika,

kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu kesegeraan siswa

dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan latihan soal yang diberikan

oleh guru.
13

3. Perhatian siswa pada mata pelajaran matematika, yaitu memperhatikan

penjelasan guru, konsentrasi siswa dalam belajar.

4. Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu aktif dalam

pembelajaran matematika, aktif berdiskusi dengan kelompoknya.

Berdasarkan indikator-indikator di atas, dapat diketahui siswa yang

diajar berminat atau tidak dalam mempelajari sesuatu materi pelajaran, jika

siswa tidak berminat terhadap suatu mata pelajaran hendaknya memberi

motifasi atau membangkitkan minat siswa tersebut, diantaranya dengan

menggunakan variasi gaya mengajar atau menerapkan pendekatan

pembelajaran yang menarik. Dengan demikian minat belajar matematika

adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seorang siswa terhadap mata

pelajaran matematika yang ditunjuk melalui keantusiasan, partisipasi, dan

keaktifan siswa pada pembelajaran matematika.

Adapun beberapa peranan minat dalam kegiatan pembelajaran antara

lain:

1. Menciptakan, menimbulkan konsentrasi atau perhatian dalam belajar.

2. Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar.

3. Memperkuat ingatan siswa tentang pelajaran yang diberikan guru.

4. Melahirkan sikap yang positif dan konstruktif.

5. Memperkecil kebosanan terhadap pelajaran.


14

C. Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Peta Konsep

Model Advance organizer adalah pola belajar mengajar yang dirancang

untuk memperbaiki efektifitas presentasi, efisiensi perilaku belajar, sehingga

siswa dapat menyerap, mencerna, dan mengingat bahan belajar dengan baik

(Zuhairi, 2007:216). Sedangkan menurut Arends (Palisoa, 2007:32) model

Advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh

pengetahuan baru yang dikaitakan dengan pengetahuan yang telah ada pada

pembelajaran. Dahar (Palisoa, 2007:32) menggunakan istilah pengatur awal

atau pengorganisasian awal untuk menterjemahkan advance organizer.

Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari, dan

menolong siswa untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang

dapat digunakan dalam membantu menanam pengetahuan baru. Suatu

pengatur awal dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan

sebelum materi baru.

Ausubel menganalogikan advance organizer sebagai jembatan yang

menghubungkan antara pengetahuan awal dan pengetahuan baru. Advance

organizer berupa kerangka-kerangka dasar yang menjadi batang tubuh materi

yang akan dipresentasikan. Isinya merupakan penjelasan, integrasi, dan

interrelasi konsep-konsep dasar dengan struktur dan organisasi tertinggi dan

umum dari materi yang akan diajarkan. Dia adalah kerangka utama yang

disusun berdasarkan konsep-konsep dasar, proposisi, generalisasi, prinsip-

prinsip dan hukum-hukum yang ada di dalam sesuatu disiplin ilmu. Kerangka

ini menjadi pengantar tugas belajar siswa (Zuhairi, 2007:215).


15

Sedangkan peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan

hubungan antara beberapa konsep. Hubungan antara konsep dapat dirinci

dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Peta konsep digunakan untuk

menyatakan hubungan yang bermakna antar konsep-konsep dalam bentuk

proposisi-proposisi. Penggunaan pemetaan konsep merupakan inovasi baru

yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna di

dalam kelas (Supriono, 2008:89).

Gredler dan Margereth (Aziz, 2007:35) mengemukakan bahwa advance

organizer berbantu peta konsep memiliki tiga maksud yaitu:

1) Memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi

berikutnya.

2) Dipilih secara seksama sehingga dapat menjadi penghubung antara

serangkaian informasi siswa sekarang dan belajar yang baru.

3) Sebagai jembatan antara struktur kogitif lama dan struktur kognitif yang

akan diperoleh.

Ausubel (Zuhairi, 2007:217) mengemukakan langkah-langkah yang

harus dilalui dalam melaksanakan model Advance organizer berbantu peta

konsep sebagai berikut:

Fase pertama, penyajian atau presentasi advance organizer dengan peta

konsep itu sendiri. Fase pertama ini terdiri dari kegiatan, yaitu menyajikan

secara singkat advance organizer dengan peta konsep, menyebutkan setiap

atribut di dalam advance organizer dengan peta konsep, dan merangsang


16

kembali pengetahuan dan pengalaman siswa yang sudah ada disesuaikan

dengan konteks yang diajarkan.

Fase kedua, presentase tugas materi pelajaran. Fase kedua ini terdiri dari

kegiatan, yaitu guru mengembangkan materi dengan menggunakan

diferensiasi progresif sehingga menjadi materi yang secara logis dapat

dimengerti siswa, terutama tentang keterkaitan unsure-unsur yang terdapat di

dalamnya. Dan membina perhatian pembelajaran.

Fase ketiga, Penguatan organisasi kognitif. Fase ketiga ini berbeda

dengan fase kedua, di sini lebih ditekankan kepada keaktifan siswa. Siswa

harus banyak saling bertukar pikiran dalam fase ini. Siswa harus dapat

berperan sebagai penangkap yang aktif dan mampu berpikir kritis. Dan guru

memberikan penjelasan atau mengklarifikasi.

D. Materi matematika kelas VIII SMP semester 1

Menurut Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) pokok bahasan

sistem persamaan linear dua variabel terdapat pada kelas VIII untuk

SMP/MTs pada semester 1. Pokok bahasan sistem persamaan linear dua

variabel mempunyai sub pokok bahasan sebagai berikut:

1. Persamaan linear dua variabel

a. Pengertian persamaan linear dua variabel

b. Menyelesaian persamaan linear dua variabel

2. Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

a. Pengertian sistem persamaan linear dua variabel.


17

b. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel berturut-turut

dengan metode grafik, eliminasi, dan subtitusi.

3. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang

melibatkan sistem persamaan linear dua variable.

E. Kerangka Berpikir

Indikator minat:
1. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pelajaran.
2. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran.
3. Perhatian siswa pada mata pelajaran matematika.
4. Keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi bahwa indikator-indikator diatas


masih dinyatakan rendah.

Diberi perlakuan melalui model pembelajaran Advance Organizer


berbantu peta konsep, Adapun langkah-langkahnya adalah:
Fase pertama : Penyajian atau presentasi advance organizer dengan
peta konsep itu sendiri. Guru menyajikan bentuk advance organizer
dengan peta konsep, menyebutkan setiap atribut di dalam advance
organizer dengan peta konsep, dan merangsang kembali pengetahuan &
pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi.
Fase kedua : Presentasi tugas materi pelajaran. Guru
mengembangkan materi secara diferensiasi progresif dan membina
perhatian pembelajaran.
Fase ketiga : Penguatan organisasi kognitif. Guru mendorong
siswa agar lebih aktif dalam diskusi kelompok. Dan guru memberikan
penjelasan atau klarifikasi.

Dengan adanya perlakuan pembelajaran Advance Organizer berbantu peta konsep


diharapkan indikator-indikator minat yang tersebut diatas dapat meningkat.

Gambar 1.
Kerangka Berfikir Model Pembelajaran Advance Organizer berbantu Peta
Konsep Untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika
18

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa

kelas VIII C MTs Nurul Salam Wanarata didapat keterangan bahwa

indikator-indikator minat masing kurang. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut diperlukan perlakuan yang tepat, yaitu melalui model pembelajaran

Advance organizer berbantu peta konsep.

Fase pertama, penyajian atau presentase advance organizer dengan peta

konsep itu sendiri. Pada tahap ini guru menunjukan bentuk advance organizer

dengan peta konsep yang merupakan ringkasan struktur materi di depan kelas

melalui media layar LCD, dan menerangkan setiap atribut dalam advance

organizer dengan peta konsep. Karena penyajian advance organizer dengan

peta konsep yang menarik (menggunakan media layar LCD) disertai dengan

peta konsep materi yang terarah sehingga memperjelas siswa untuk dapat

memahami materi dengan cepat. Oleh karena itu, tahap ini sesuai untuk

mengembangkan indikator minat yang pertama yaitu kesukacitaan siswa

dalam mengikuti pelajaran.

Fase kedua, presentasi tugas materi pelajaran. Pada tahap ini guru

mengembangkan materi dengan diferensiasi progresif sehingga materi

menjadi lebih logis, sistematis dan mudah diterima siswa. Dalam tahap ini

sesuai untuk mengembangkan indikator yang ketiga yaitu perhatian siswa

mengikuti mata pelajaran matematika. Dengan presentasi materi pelajaran

yang sistematis dan disempurnakan dengan peta konsep yang semakin

menguatkan pengetahuan siswa. Sehingga mempermudah siswa mencerna


19

materi pelajaran dan mempermudah dalam mengerjakan LKS. Oleh karena

itu tahap ini sesuai untuk mengembangkan indikator minat yang kedua yaitu

ketertarikan siswa pada mata pelajaran matematika.

Fase ketiga, penguatan organisasi kognitif. Pada tahap ini ditekankan

kepada keaktifan siswa, siswa harus banyak saling bertukar pikiran. Misalkan

pada waktu mengerjakan LKS secara berkelompok yang menuntut kerja sama

antar anggota kelompok, tahap ini sesuai untuk mengembangkan indikator

minat yang keempat yaitu keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran.

Dari uraian diatas ditunjukan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran Advance organizer berbantu peta konsep minat belajar siswa

dapat ditingkatkan. Berdasarkan alasan tersebut, maka penelitian dengan

model pembelajaran Advance organizer berbantu peta konsep diharapkan

dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa di MTs Nurul Salam

Wanarata.

F. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan model pembelajaran advance orgnizer berbantu peta konsep

minat belajar matematika pada siswa kelas VIII C MTs Nurul Salam Wanarata

Kabupaten Pemalang meningkat.


20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 di

MTs Nurul Salam Wanarata kabupaten Pemalang dari tanggal 06 Oktober 2011

sampai tanggal 04 November 2011.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kelas VIII C MTs Nurul Salam Wanarata

dengan jumlah siswa 33 yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 15 siswa

laki-laki. Alasan memilih kelas VIII C sebagai subyek penelitian adalah kelas

tersebut kurang berminat terhadap pelajaran matematika yaitu dengan

rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika dibanding kelas

yang lainnya.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research untuk meningkatkan minat belajar siswa pada

mata pelajaran matematika.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari 3 (tiga) siklus,

dimana setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan

untuk menyampaikan materi dan satu kali pertemuan untuk tes evaluasi. Tiap

20
21

siklus terdiri dari kegiatan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi, evaluasi, dan refleksi.

1. Perencanaan Tindakan

Dalam perencanaan ini meliputi kegiatan :

a. Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Advance Organizer

berbantu Peta Konsep, yang dibuat sebanyak 6 buah dengan masing-

masing siklus 2 buah.

b. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta kunci jawabannya dengan

masing-masing 6 buah.

c. Lembar observasi guru sebanyak 6 buah dengan masing-masing siklus

2 buah sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran advance organizer

berbantu peta konsep. Lembar observasi ini terdiri dari 17 aktitvias

guru yang dapat diamati.

d. Lembar observasi siswa 6 buah dengan masing-masing siklus 2 buah

sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran advance organizer

berbantu peta konsep. Lembar observasi ini terdiri dari 10 aktivitas

siswa yang dapat diamati.

e. Membuat instrumen penelitian berupa lembar angket minat belajar.

f. Membuat soal evaluasi berupa tes tertulis dan kunci jawaban dengan

masing-masing 3 buah untuk setiap akhir siklus.


22

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam melaksanakan pembelajaran guru mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dengan menggunakan

model pembelajaran Advance Organizer berbantu Peta Konsep.

Pelaksanaan tindakan kelas siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 06 Oktober 2011 jam ke

5 sampai dengan jam ke 6, pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 08 Oktober 2011 jam ke 1 sampai dengan jam ke 2. Pada

pertemuan I guru mengajarkan materi pengertian sistem persamaan linear

dua variabel dan pada pertemuan II guru mengajarkan tentang cara

menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.

Pelaksanaan tindakan kelas siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan.

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2011 jam ke

1 sampai dengan jam ke 2, pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 20 Oktober 2011 jam ke 5 sampai dengan jam ke 6. Pada

pertemuan I guru mengajarkan tentang cara menyelesaikan sistem

persamaan linear dua variabel dengan metode subtitusi dan pada pertemuan

II guru mengajarkan tentang cara menyelesaikan sistem persamaan linear

dua variabel dengan metode eliminasi.

Pelaksanaan tindakan kelas siklus III terdiri dari 2 kali pertemuan.

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Oktober 2011 jam ke

5 sampai dengan jam ke 6, pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 29 Oktober 2011 jam ke 1 sampai dengan jam ke 2. Pada


23

pertemuan I guru mengajarkan membuat model matematika yang berkaitan

dengan sistem persamaan linear dua variabel dan pada pertemuan II guru

mengajarkan tentang cara menyelesaikan model matematika dari masalah

yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan

penafsirannya.

Tabel 2. Kegiatan Dalam Proses Pembelajaran

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a) Orientasi
 Guru memberikan salam pembuka Siswa menjawab salam.
kemudian guru mengabsen siswa satu-
persatu.
b) Apresepsi
 Guru menyampaikan tujuan dan Siswa mendengarkan dan
model pembelajaran yang digunakan. menyimak dengan baik.
c) Motivasi
 Guru memberikan motivasi kepada Siswa memperhatikan
siswa dengan memberikan penjelasan guru dengan penuh
tentang pentingnya materi ini. semangat.

2. Kegiatan inti (60 menit)


a) Eksplorasi
Fase 1: penyajian/presentasi advance
organizer dengan peta konsep itu
sendiri.
 Guru menunjukan advance organizer Siswa memperhatikan
dengan peta konsep di LCD yang pada layar LCD.
merupakan ringkasan struktur dari
materi SPLDV.
 Guru menyebutkan setiap atribut di Siswa memperhatikan
dalam advance organizer dengan peta dengan seksama hal-hal
konsep. yang disampaikan guru.
 Guru menyampaikan fokus dari Siswa mendengarkan dan
materi yang akan dipelajari. menyimak dengan baik.
 Guru mengingatkan kembali dengan Siswa aktif menjawab
tanya jawab tentang materi pertanyaan guru.
sebelumnya yang berkaitan dengan
materi yang sedang dipelajari.
24

Fase 2: Presentase tugas/materi pelajaran Siswa memperhatikan


 Guru mengembangkan fokus materi dan mencatat hal-hal
dengan menggunakan diferensiasi yang dianggap penting.
progresif Siswa melakukan apa
 Guru mempertahankan perhatian. yang diminta guru.

b) Elaborasi
 Guru mempersilakan siswa untuk Siswa berkumpul sesuai
berkumpul sesuai dengan kelompok dengan kelompok yang
yang telah dibentuk pada pertemuan telah dibentuk.
sebelumnya.
Fase 3: Penguatan organisasi kognitif
 Guru membagikan LKS pada masing- Siswa mengerjakan LKS
masing kelompok, agar dikerjakan secara berdiskusi dengan
bersama dengan kelompoknya. kelompoknya.
 Guru memberikan bimbingan pada Siswa bertanya kepada
siswa apabila mengalami kesulitan. guru saat menemukan
kesulitan.
 Guru mengaktifkan dan mengawasi Siswa saling berbagi dan
jalannya diskusi dalam kelompok. menanggapi gagasan.ide
kelompoknya.
 Guru membantu siswa dalam Siswa mendengarkan
menyiapkan hasil diskusi yang akan arahan guru dan
dipresentasikan. menyiapkan hasil
diskusi.
 Guru memberi kesempatan kepada Siswa aktif berdiskusi.
salah satu kelompok yang ingin
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, dan salah satu anggota
dari kelompok tersebut mewakili
kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
c) Konfirmasi
 Guru mengecek dan mengklarifikasi Siswa menanggapi dan
hasil presentasi siswa serta membahas menemukan jawaban
bersama-sama. yang benar bersama-
sama.
 Guru membantu siswa untuk Siswa mempertahankan
melakukan evaluasi dan refleksi hasil pendapat, member dan
dari diskusi. menerima saran dari
kelompok lain.
3. Kegiatan akhir (10 menit)
a) Guru bersama siswa bertanya jawab Siswa menyimak
meluruskan kesalahan pemahaman, kembali kesimpulan dari
memberi penguatan dan penyimpulan guru dan melengkapi
tentang konsep materi yang baru catatannya.
25

dipelajari.
b) Guru memberikan tugas rumah. Siswa menerima tugas
yang diberikan.
c) Guru menutup pertemuan dengan Siswa menjawab salam.
mengucapkan salam.

3. Observasi

Tahap pengamatan dilakukan ketika berlangsungnya tindakan, jadi

keduanya dilakukan secara bersama. Dalam tahap ini, observer melakukan

pengamatan dan mencatat semua kejadian yang terjadi ketika tindakan

berlangsung. Tujuan observasi ini adalah untuk mengamati aktivitas guru

dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui

minat siswa maka dibagikan angket minat kepada siswa pada setiap akhir

siklus.

4. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang meliputi:

a) Evaluasi aktivitas guru melalui lembar obsevasi guru untuk mengetahui

kinerja guru yang masih perlu perbaikan atau peningkatan dalam

melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran advance

organizer berbantu peta konsep.

b) Evaluasi aktivitas siswa melalui lembar observasi aktivitas siswa untuk

mengetahui keaktivan belajar matematika selama proses pembelajaran

yang menggunakan pembelajaran advance organizer berbantu peta

konsep.
26

5. Refleksi

Pada tahap ini seluruh hasil observasi dan evaluasi direfleksi untuk

mengadakan perbaikan atau peningkatan terhadap kinerja guru yang masih

dalam kriteria cukup. Peneliti menganalisis perbaikan atau peningkatan

yang akan dilaksanakan oleh guru sebagai upaya tindak lanjut dalam siklus

selanjutnya agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan model advance

organizer berbantu peta konsep.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran berlangsung pembelajaran.

a. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa ini digunakan untuk mengamati

minat belajar siswa pada saat pembelajaran Advance organizer berbantu

peta konsep berlangsung. Adapun hal-hal yang diamati adalah

kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, ketertarikan siswa

dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa pada mata pelajaran

matematika, keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Observasi terhadap sikap siswa dilakukan setiap pertemuan pada

kegiatan belajar mengajar pada setiap siklus.

b. Lembar observasi aktivitas guru

Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui

aktivitas guru pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini


27

aktivitas guru yang diamati adalah: menyampaikan tujuan pembelajaran

dan model yang digunakan, Guru memotivasi siswa dengan memberi

penjelasan tentang pentingnya materi ini, Guru menunjukan advance

organizer dengan peta konsep di LCD yang merupakan ringkasan

struktur dari materi SPLDV, menyebutkan setiap atribut didalam

advance organizer dengan peta konsep, mengingatkan kembali dengan

tanya jawab tentang materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi

yang sedang dipelajari, mempresentasikan fokus materi dengan

menggunakan diferensiasi progresif, Guru mempertahankan perhatian,

mempersilakan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok yang

telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, membagikan LKS pada

masing-masing kelompok, agar dikerjakan bersama dengan

kelompoknya, memberikan bimbingan pada siswa apabila mengalami

kesulitan, mengaktifkan dan mengawasi jalannya diskusi dalam

kelompok, membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi yang akan

dipresentasikan, memberi kesempatan kepada siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, mengecek dan

mengklarifikasi hasil presentasi siswa, membantu siswa untuk

melakukan evaluasi dan refleksi hasil dari diskusi tersebut, mengecek

pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan, Guru memberikan

PR.
28

2. Angket (Kuesioner)

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang

yang akan diukur (Arikunto, 2007). Jadi, angket merupakan suatu daftar

pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden sehingga

sesuatu yang diharapkan dapat terungkap.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.

Angket tertutup adalah angket yang disusun dengan menyediakan pilihan

jawaban sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban

yang dipilih (Arikunto, 2007). Adapun kisi-kisi angket minat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sabagai berikut:

a. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu siswa senang

dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar

matematika, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran.

b. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu kesegeraan

siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan latihan soal yang

diberikan oleh guru.

c. Perhatian siswa pada mata pelajaran matematika, yaitu memperhatikan

penjelasan guru, konsentrasi siswa dalam belajar.

d. Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu aktif dalam

pembelajaran matematika, aktif berdiskusi dengan kelompoknya.

Angket minat dalam penelitian ini dibagikan setiap akhir siklus

kepada siswa kemudian diisi oleh siswa untuk mengetahui minat siswa

terhadap mata pelajaran matematika.


29

3. Tes

Pengukuran hasil belajar untuk mengetahui peningkatan minat

belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran advance

organizer berbantu peta konsep dilakukan dengan menggunakan tes. Tes

dilakukan setiap akhir siklus dan model tes adalah essay, bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman konsep dan penguasaan

materi sistem persamaan linear dua variabel. Adapun indikator-indikator

yang diukur dalam tes tersebut adalah:

 Pada soal tes evaluasi siklus I indikatornya adalah:

 Menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV.

 Menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV dengan metode

grafik.

 Pada soal tes evaluasi siklus II indikatornya adalah:

 Menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV dengan metode

subtitusi.

 Menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV dengan metode

eliminasi.

 Pada soal tes evaluasi siklus III indikatornya adalah:

 Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang

berkaitan dengan SPLDV.

 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan

dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya


30

F. Tekhnik Analisis Data

1. Angket

Angket yang digunakan dalan penelitian adalah angket tertutup

dengan disediakan 4 alternatif jawaban yaitu selalu, sering, pernah, dan

tidak pernah, sehingga skor maksimum adalah 60. Siswa tinggal memilih

jawaban sesuai dengan keadaan masing-masing. Pada angket terdapat

pernyataan positif atau negatif, sedangkan pemberian skor angket

berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3. Penskoran Butir Pernyataan Angket Minat Belajar Matematika

Skor Butir Skor Butir


Alternatif Jawaban
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Pernah 2 3
Tidak pernah 1 4

Untuk menghitung hasil angket minat setiap siswa, menggunakan

rumus sebagai berikut

Jumlah Skor = Minat belajar siswa

Dengan skala penskoran:


15 ≤ Jumlah Skor < 24 : Minat siswa sangat rendah
24 ≤ Jumlah Skor < 33 : Minat siswa rendah
33 ≤ Jumlah Skor < 42 : Minat siswa sedang
42 ≤ Jumlah Skor < 51 : Minat siswa tinggi
51 ≤ Jumlah Skor ≤ 60 : Minat siswa sangat tinggi
(Arikunto, 2006)

Rumus untuk menghitung persentase rata-rata minat belajar siswa

adalah:

Jumah skor seluruh siswa


Persentase = x 100 %
Jumlah siswa x Skor maksimal
31

Adapun kriteria penilaian:


0 % < persentase ≤ 20% : Kriteria sangat rendah
20% < persentase ≤ 40% : Kriteria rendah
40% < persentase ≤ 60% : Kriteria sedang
60% < persentase ≤ 80% : Kriteria tinggi
80% < persentase ≤ 100% : Kriteria sangat tinggi
(Arikunto, 2010: 35)

2. Observasi

a. Observasi minat siswa

Observasi minat siswa diamati dengan berpedoman pada lembar

observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terdiri dari 4

indikator dan 10 aspek yang dinilai dengan penilaian skala 0 – 4.

Kemudian dievaluasi yang bermanfaat sebagai acuan pertemuan

berikutnya. Untuk menganalisis data observasi aktivitas siswa

digunakan kriteria pensekoran sebagai berikut:

Tabel 4. Pedoman Penskoran Observasi Minat Belajar Siswa


Skor Hasil Pengamatan
0 Tidak dilakukan oleh siswa.
1 1
Dilakukan oleh maksimal 4 jumlah siswa.
2 1 1
Dilakukan oleh lebih dari 4 dan maksimal 2 jumlah siswa.
3 1 3
Dilakukan oleh lebih dari 2 dan maksimal 4 jumlah siswa.
4 3
Dilakukan oleh lebih 4 jumlah siswa.
Data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa akan

dianalisis dengan skor maksimal 4. kriterianya sebagai berikut:

K1 K2
Nilai rata-rata tiap indikator =
2

Dimana: K1 = Skor tiap indikator pertemuan 1

K2 = Skor tiap indikator pertemuan 2


32

Kriteria rata-rata skor observasi minat belajar siswa adalah:


0 ≤ rata-rata < 0, 8 : kriteria kurang sekali
0, 8 ≤ rata-rata < 1, 6 : kriteria kurang baik
1, 6 ≤ rata-rata < 2, 4 : kriteria cukup baik
2, 4 ≤ rata-rata < 3, 2 : kriteria baik
3, 2 ≤ rata-rata ≤ 4 : kriteria sangat baik
(Arikunto, 2010: 36)

b. Observasi aktivitas guru

Aktivitas guru setelah diamati dengan berpedoman pada lembar

observasi aktivitas guru kemudian dievaluasi yang bermanfaat sebagai

acuan pertemuan berikutnya. Adapun pedoman penskoran tiap item

tindakan guru sebagai berikut:

Tabel 5. Pedoman Penskoran Aktivitas Guru

Skor Hasil Pengamatan


0 Jika guru tidak melakukan aktivitas
1 Jika guru hanya melakukan 1 (satu) aktivitas
2 Jika guru hanya melakukan 2 (dua) aktivitas
3 Jika guru melakukan 3 (tiga) aktivitas
4 Jika guru melakukan 4 (empat) aktifitas

Data yang diperoleh dari lembar observasi guru akan dianalisis

dengan skor maksimal 3. kriterianya sebagai berikut:

K1 K2
Nilai rata-rata tiap indikator =
2
Dimana: K1 = Skor tiap indikator pertemuan 1
K2 = Skor tiap indikator pertemuan 2

Kriteria rata-rata skor observasi guru adalah:


0 ≤ rata-rata < 0,8 : kriteria kurang sekali
0,8 ≤ rata-rata < 1,6 : kriteria kurang baik
1,6 ≤ rata-rata < 2,4 : kriteria cukup baik
2,4 ≤ rata-rata < 3,2 : kriteria baik
3,2 ≤ rata-rata ≤ 4 : kriteria sangat baik
(Arikunto, 2010 : 36)
33

3. Tes

Untuk mengetahui ketuntasan belajar menggunakan rumus:

n
Persentase (%) = x 100%
N

Keterangan :

n : jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70

N : jumlah seluruh siswa

(Sudjana, 1990)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan

minat dan prestasi siswa yang ditandai dengan peningkatan skor minat siswa

dan juga nilai rata-rata tes pada akhir siklus dan secara klasikal 85% siswa

tuntas belajar dengan nilai minimum 70.


34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, tiap siklusnya terdiri dari

tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk penyampaian materi

pelajaran dan satu kali pertemuan diberikan tes evaluasi dan pengisian angket

minat oleh siswa. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan memerlukan waktu 2

jam pelajaran (2  40 menit). Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Hasil perencanaan

Adapun hasil perencanaan yang telah disusun adalah sebagai

berikut:

1) Perangkat pembelajaran yaitu rencana pembelajaran sebanyak dua

lembar untuk pertemuan I dan pertemuan II. (lampiran B)

2) Instrumen penelitian berupa lembar angket minat siswa dan lembar

obsevasi untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa. (lampiran E, F, G)

3) Media pembelajaran yaitu LKS (lembar kerja siswa) untuk pertemuan

I dan pertemuan II, serta tes evaluasi untuk mengukur prestasi siswa

siklus I. (lampiran C, D)

34
35

b. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru menggunakan model

pembelajaran Advance organizer berbantu peta konsep dengan acuan

rencana pembelajaran yang telah dibuat. Diawal pertemuan guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan

digunakan, memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya materi yang akan dipelajari.

Setelah itu guru menjelaskan rencana kegiatan belajar yang akan

dilakukan. Selanjutnya guru menunjukan advance organizer dengan peta

konsep yang merupakan ringkasan struktur dari materi SPLDV di depan

kelas melalui media LCD dan menyebutkan setiap atribut di dalam

advance organizer dengan peta konsep. Guru menyampaikan fokus dari

pelajaran pada pertemuan pertama adalah membedakan PLDV dan

SPLDV, dan pada pertemuan kedua adalah penyelesaian bentuk SPLDV

dengan metode grafik.

Selanjutnya guru mengingatkan kembali dengan tanya jawab

tentang materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang sedang

dipelajari. Guru mempresentasikan fokus materi dengan menggunakan

diferensiasi progresif.

Kemudian siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya yang

telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Siswa mengerjakan LKS

secara berkelompok dengan bimbingan guru jika ada kesulitan, sehingga

siswa menemukan jawaban yang kemudian dipresentasikan di depan


36

kelas, guru membimbing jalannya diskusi. Disetiap pertemuan guru

mengajukan pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa pada materi yang sedang dipelajari dan guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas.

Pada setiap akhir pertemuan siswa diberi waktu sejenak untuk

mendiskusikan materi yang telah dipelajari dan kemudian siswa

menyimpulkan materi bersama guru. Kemudian guru memberikan PR

untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pada akhir siklus guru memberikan tes evaluasi untuk mengukur

prestasi belajar siswa pada siklus I dan memberikan angket minat pada

siswa untuk mengukur minat siswa selama mengikuti pelajaran.

Kemudian dikumpulkan dan dikoreksi, hasilnya sebagai acuan pada

pertemuan berikutnya.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Pengamatan dimaksudkan untuk mengumpulkan data, data yang

dikumpulkan meliputi:

1) Hasil observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

Data ini diperoleh menggunakan lembar observasi aktivitas

guru. Dari pengamatan diperoleh data sebagai berikut:


37

Tabel 6. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I

No. Aspek yang diamati Skor rata- Kriteria


PI P II rata
1. Kegiatan awal
a. Guru menyampaikan
Menyampaikan tujuan Cukup
2 2 2
pembelajaran dan model yang baik
digunakan.
b. Guru memotivasi siswa
Kurang
dengan memberi penjelasan 1 2 1,5
baik
tentang pentingnya materi ini.
2. Kegiatan inti
a. Guru menunjukan advance
organizer dengan peta konsep
di depan kelas melalui media 2 3 2,5 Baik
LCD yang merupakan
ringkasan struktur dari materi
SPLDV.
b. Guru menyebutkan setiap Cukup
atribut didalam advance 2 2 2
baik
organizer dengan peta konsep.
c. Guru mengingatkan kembali
dengan tanya jawab tentang Kurang
materi sebelumnya yang 1 2 1,5
baik
berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari.
d. Guru mempresentasikan
fokus materi dengan Cukup
2 2 2
menggunakan diferensiasi baik
progresif .
e. Guru mempertahankan Cukup
2 2 2
perhatian. baik

f. Guru mempersilakan siswa


untuk berkumpul sesuai Cukup
dengan kelompok yang telah 2 2 2
baik
dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
38

g. Guru membagikan LKS pada


masing-masing kelompok, Cukup
2 2 2
agar dikerjakan bersama baik
dengan kelompoknya
h. Guru memberikan bimbingan Kurang
pada siswa apabila mengalami 1 2 1,5
baik
kesulitan
i. Guru mengaktifkan dan Cukup
mengawasi jalannya diskusi 2 2 2
baik
dalam kelompok.
j. Guru membantu siswa dalam Cukup
menyiapkan hasil diskusi yang 2 2 2
baik
akan dipresentasikan.
k. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk Cukup
2 2 2
mempresentasikan hasil baik
diskusi kelompoknya
l. Guru mengecek dan Cukup
mengklarifikasi hasil 2 2 2
baik
presentasi siswa.
m. Guru membantu siswa untuk
melakukan evaluasi dan Kurang
1 2 1,5
refleksi hasil dari diskusi baik
tersebut.
3. Kegiatan akhir
a. Guru mengecek pemahaman
1 2 1,5 Kurang
siswa dengan mengajukan
baik
pertanyaan.
b. Guru memberikan PR. 2 1,5 Kurang
1
baik
Jumlah 27 35 31
Cukup
Rata-rata 1,59 2,06 1,82 baik
39

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam

pembelajaran yang dilakukan pada siklus I diperoleh skor total 31

dengan skor rata-rata 1,82 sehingga termasuk dalam kriteria cukup

baik. Adapun aktivitas guru dalam pembelajaran meliputi 3 tahapan,

yaitu kegitan awal, kegiatan inti dan penutup. Secara rinci hasil

observasi terhadap aktivitas guru pada siklus I dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

(1) Kegiatan awal

Pada tahap kegiatan awal terdiri dari beberapa kegiatan

yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran menggunakan

model Advance Organizer berbantu peta konsep, diantaranya:

(a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan model yang

digunakan memperoleh skor rata-rata 2 (cukup baik). Pada

pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik), karena

guru hanya melakukan kegiatan menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mengenalkan materi yang akan

disampaikan. Sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh

skor 2 (cukup baik), karena guru hanya mengenalkan materi

yang disampaikan dengan mengkondisikan siswa untuk siap

mengikuti pelajaran tanpa melakukan dua kegiatan yang telah

dilakukan pada pertemuan sebelumnya.

(b) Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya materi ini memperoleh skor rata-rata 1,5 (kurang


40

baik), karena pada pertemuan pertama memperoleh skor 1

(kurang baik), dan pertemuan kedua memperoleh skor 2

(cukup baik). Pada pertemuan pertama, guru hanya

memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan

tanpa melakukan kegiatan motivasi lainnya. Sedangkan

pertemuan kedua, guru melakukan kegiatan memotivasi siswa

tentang manfaat materi untuk kehidupan sehari-hari selain

memberikan gambaran kegiatan seperti pada pertemuan

pertama.

(2) Kegiatan inti

(a) Guru menunjukan advance organizer dengan peta konsep di

depan kelas melalui media LCD yang merupakan ringkasan

struktur dari materi SPLDV secara menyeluruh memperoleh

skor rata-rata 2,5 (baik). Pada pertemuan pertama hanya

memperoleh skor 2 (cukup baik), karena guru telah

memastikan semua siswa memahami bentuk Advance

organizer dengan peta konsep, dan penggunaan bahasa dan

sistematika Advance organizer dengan peta konsep mudah

dimengerti. Sedangkan pada pertemuan kedua guru

melakukan tiga kegiatan yaitu menyajikan Advance organizer

dengan peta konsep secara tepat tempat, meminta siswa

memperhatikan bentuk Advance organizer dengan peta

konsep dan penggunaan bahasa serta sistematika Advance


41

organizer dengan peta konsep yang mudah dimengerti,

dengan melakukan kegiatan tersebut guru memperoleh skor 3

(baik).

(b) Guru menyebutkan setiap atribut didalam advance organizer

dengan peta konsep memperoleh skor rata-rata 2 (Cukup

baik). Pada pertemuan pertama dan kedua masing-masing

memperoleh skor 2 (Cukup baik). Pada pertemuan pertama,

guru melakukan dua kegiatan yakni menyebutkan semua

unsur atribut yang ada dalam advance organizer dengan peta

konsep dan menanyakan kepada siswa jika ada yang kurang

jelas. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru telah

memastikan semua siswa mendengar apa yang disampaikan

guru dan juga telah menyebutkan semua unsur atribut yang

ada dalam advance organizer dengan peta konsep.

(c) Guru mengingatkan kembali dengan tanya jawab tentang

materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang sedang

dipelajari memperoleh skor rata-rata 1,5 (kurang baik). Guru

hanya menanyakan apakah terdapat permasalahan mengenai

materi sebelumnya kepada siswa sehingga guru memperoleh

skor 1 (kurang baik) pada pertemuan pertama. Sedangkan

pada pertemuan kedua, selain guru menanyakan apakah

terdapat permasalahan mengenai materi sebelumnya, guru

juga memberikan pertanyaan seputar materi sebelumnya yang


42

berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga

pertemuan kedua guru memperoleh skor 2 (cukup baik).

(d) Guru mempresentasikan fokus materi dengan menggunakan

diferensiasi progresif memperoleh skor rata-rata 2 (cukup

baik). Pada pertemuan pertama dan keduan masing-masing

memperoleh skor 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama

dan kedua guru hanya melakukan kegiatan meminta siswa

memperhatikan peta konsep eksplisit materi dan meminta

siswa mencatat hal yang dianggap penting.

(e) Guru mempertahankan perhatian memperoleh skor rata-rata 2

(cukup baik). Pada pertemuan pertama dan kedua masing-

masing memperoleh skor 2 (cukup baik). Pada pertemuan

pertama dan kedua, guru hanya meminta siswa

memperhatikan penjelasan guru dan menanyakan kepada

siswa apabila ada hal yang kurang jelas. Sehingga guru hanya

memperoleh skor 2 (cukup baik) untuk masing-masing

pertemuan.

(f) Guru mempersilakan siswa untuk berkumpul sesuai dengan

kelompok yang telah dibentuk memperoleh skor rata-rata 2

(cukup baik). Pada pertemuan pertama dan kedua masing-

masing hanya memperoleh skor 2 (cukup baik). Pada masing-

masing pertemuan, guru hanya melakukan dua kegiatan yang


43

sama yaitu membagi kelompok diskusi dan meminta siswa

duduk sesuai dengan kelompoknya.

(g) Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok

memperoleh skor rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan

pertama dan kedua masing-masing memperoleh skor 2 (cukup

baik). Pada masing-masing pertemuan, guru melakukan 2

kegiatan yang sama yaitu membagikan LKS kepada setiap

kelompok dan memberitahukan cara mengerjakan LKS.

(h) Memberikan bimbingan pada siswa apabila mengalami

kesulitan memperoleh skor rata-rata 1,5 (kurang baik). Pada

pertemuan pertama guru hanya melakukan 1 kegiatan yaitu

mengawasi jalannya diskusi hanya memandang berdiri di

depan kelas tanpa melakukan aktivitas lain, sehingga hanya

memperoleh skor 1 (kurang baik). Pada pertemuan kedua,

memperoleh skor 2 (cukup baik) karena guru melakukan dua

aktivitas yaitu memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan didepan

kelas.

(i) Guru mengaktifkan dan mengawasi jalannya diskusi dalam

kelompok memperoleh skor rata-rata 2 (cukup baik). Pada

pertemuan pertama, guru hanya melakukan 2 kegiatan yaitu

meminta siswa untuk saling berbagi gagasan dan meminta

kelompok untuk berbagi tugas pada tiap siswa, sehingga pada


44

pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik). Pada

pertemuan kedua, guru melakukan kegiatan meminta

kelompok untuk berbagi tugas pada tiap siswa dan meminta

siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya dengan tertib,

sehingga pertemuan kedua memperoleh skor 2 (cukup baik).

(j) Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi yang

akan dipresentasi memperoleh skor rata-rata 2 (cukup baik).

Pada pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik),

karena guru hanya melakukan kegiatan memberitahukan

kepada siswa cara menuliskan hasil diskusi dengan baik dan

meminta siswa untuk mempersiapkan penjelasan tentang hasil

diskusi. Pada pertemuan kedua memperoleh skor 2 (cukup

baik) karena guru hanya melakukan kegiatan meminta siswa

untuk mempersiapkan penjelasan tentang hasil diskusi dan

meminta siswa agar menulis hasil diskusinya.

(k) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi memperoleh skor rata-rata 2

(cukup baik). Pada pertemuan pertama dan kedua masing-

masing memperoleh skor 2 (cukup baik). Guru melakukan

dua kegiatan yang sama pada masing-masing pertemuan yaitu

memberi kesempatan kelompok yang mau mempresentasikan

dan menunjuk beberapa kelompok secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.


45

(l) Guru mengecek dan mengklarifikasi hasil presentasi siswa

memperoleh skor rata-rata 2 (cukup baik). Pada masing-

masing pertemuan, guru hanya melakukan dua kegiatan yang

sama yaitu meminta siswa mengecek kembali hasil diskusi

kelompoknya dan meminta siswa meneliti kenapa jawaban

mereka berbeda. Oleh karena itu, pada pertemuan pertama dan

kedua masing-masing memperoleh skor 2 (cukup baik).

(m) Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi

hasil dari diskusi memperoleh skor rata-rata 1,5 (kurang baik).

Pada pertemuan pertama, guru hanya melakukan kegiatan

meminta siswa agar menanggapi hasil presentasi, sehingga

hanya memperoleh skor 1 (kurang baik). Pada pertemuan

kedua memperoleh skor 2 (cukup baik), karena guru tak hanya

melakukan kegiatan meminta siswa agar menanggapi hasil

presentasi, tetapi juga meminta siswa apabila ada jawaban

yang berbeda untuk memberikan pendapatnya.

(3) Kegiatan akhir

(a) Guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan

pertanyaan memperoleh skor rata-rata 1,5 (kurang baik). Pada

pertemuan pertama hanya memperoleh skor 1 (kurang baik)

karena hanya melakukan kegiatan menanyakan kepada siswa

apakah masih terdapat permasalahan. Pada pertemuan kedua,

guru tidak hanya menanyakan kepada siswa apakah ada


46

permasalahan tetapi juga menanyakan kepada siswa apakah

sudah paham degan materi yang telah dibahas, maka dari itu

pertemuan kedua memperoleh skor 2 (cukup baik).

(b) Guru memberikan PR memperoleh skor rata-rata 1,5 (kurang

baik). Pada pertemuan pertama, guru hanya memberikan tugas

rumah tanpa melakukan aktivitas lain sehingga hanya

memperoleh skor 1 (kurang baik). Pada pertemuan kedua,

guru tidak hanya memberikan tugas rumah tetapi juga

meminta siswa untuk mencatat soal PR, sehingga memperoleh

skor 2 (cukup baik).

2) Hasil observasi siswa

Data ini diperoleh menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 7. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran

Skor Rata-
No. Aspek yang diamati Kriteria
PI P II rata
1. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
a. Kehadiran siswa. 3 4 3,5 Sangat baik
b. Kelompok bersedia maju di 1 1 1 Kurang baik
depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
Skor total indikator 4,5
Rata-rata indikator 2,25 Cukup baik
2. Ketertarikan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
1 2 1,5 Kurang baik
a. Siswa bertanya kepada guru
tentang materi yang belum jelas.
2 2 2 Cukup baik
b. Siswa mengerjakan LKS sesuai
47

perintah guru.
Skor total indikator 3,5
Rata-rata indikator 1,75 Cukup baik
3. Perhatian siswa pada mata pelajaran
matematika
a. Siswa mendengarkan penjelasan 2 2 2 Cukup baik
yang disampaikan guru.
b. Siswa memperhatikan presentasi 1 2 1,5 Cukup baik
kelompok lain.
c. Siswa berkonsentrasi saat 2 2 2 Cukup baik
mengerjakan LKS.
Skor total indikator 5,5
Rata-rata indikator 1,83 Cukup baik
4. Keterlibatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
a. Siswa terlibat aktif dalam
2 2 2 Cukup baik
diskusi.
b. Siswa saling berbagi dan
2 2 2 Cukup baik
menanggapi ide/gagasan.
c. Siswa menjawab pertanyaan
2 2 2 Cukup baik
yang diajukan guru.
Skor total indikator 6
Rata-rata indikator 2 Cukup baik
Skor Total 19,5
Cukup
Rata-rata 1,95
baik

Berdasarkan hasil observasi terhadap minat siswa dalam

pembelajaran yang dilakukan pada siklus I diperoleh skor total 19,5

dengan skor rata-rata 1,95 sehingga tergolong kriteria cukup baik.

Adapun indikator yang diamati untuk mengukur minat siswa ada

empat yaitu kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran,

ketertarikan siswa, perhatian siswa pada mata pelajaran matematika

dan keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Secara rinci

hasil observasi terhadap minat siswa pada sikus I dapat

dideskripsikan sebagai berikut:


48

(1) Indikator kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran

memperoleh skor rata-rata 2,25 (cukup baik).

(a) Kehadiran siswa memperoleh skor rata-rata 3,5 (sangat baik),

Pada pertemuan pertama untuk mendapat skor 3 (baik), karena

jumlah siswa yang hadir mencapai 23 siswa. Sedangkan pada

pertemuan kedua, kehadiran siswa meningkat menjadi skor 4

(sangat baik), karena jumlah siswa yang tidak masuk hanya 3

siswa.

(b) Kesediaan kelompok untuk maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi memperoleh skor rata-rata 1

(kurang baik). Pada pertemuan pertama, hanya 1 kelompok

yang bersedia untuk maju mempresentasikan, selebihnya masih

cukup pasif. Sedangkan untuk pertemuan kedua, masih sama

mendapat skor 1 (kurang baik), karena hanya 2 kelompok yang

bersedia untuk maju mempresentasikan hasil diskusi.

(2) Indikator ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran

memperoleh skor rata-rata 1,75 (cukup baik).

a) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas

mendapat skor rata-rata 1,5 (kurang baik). Pada pertemuan

pertama mendapat skor 1 (kurang baik), karena jumlah siswa

yang bertanya hanya 7 siswa, sedangkan pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang bertanya mencapai 14 siswa sehingga

pertemuan kedua masih memperoleh skor 2 (cukup baik).


49

b) Siswa mengerjakan LKS sesuai perintah guru mendapat skor

rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama mendapat

skor 2 (cukup baik), karena jumlah siswa yang mengerjakan

LKS hanya 10 siswa. Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang

mengerjakan LKS bertambah menjadi 15 siswa, namun masih

tergolong dalam skor 2 (cukup baik).

(3) Indikator perhatian siswa pada mata pelajaran matematika

mendapat skor rata-rata 2 (cukup baik).

a) Siswa mendengarkan penjelasan guru mendapat skor rata-rata 2

(cukup baik), karena pada pertemuan pertama jumlah siswa

yang mendengarkan hanya 10 siswa, dan pertemuan kedua

meningkat hingga 14 siswa yang mendengarkan namun

pertemuan kedua masih tergolong skor 2 (cukup baik).

b) Siswa memperhatikan presentasi kelompok lain mendapat skor

rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama, jumlah siswa

yang memperhatikan presentasi kelompok lain hanya 9 siswa,

sedangkan pada pertemuan kedua masih mendapat skor 2

(cukup baik), karena hanya 13 siswa yang mendengarkan.

c) Siswa berkonsentrasi saat mengerjakan LKS mendapat skor

rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama mendapat

skor 2 (cukup baik), karena hanya 9 siswa yang berkonsentrasi

mengerjakan LKS, sedangkan pertemuan kedua meningkat

menjadi 14 siswa yang berkonsentrasi mencoba mengerjakan,


50

sehingga masing-masing pertemuan mendapat skor 2 (cukup

baik).

(4) Indikator keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

mendapat skor rata-rata 2 (cukup baik).

a) Siswa terlibat aktif dalam diskusi mendapat skor rata-rata 2

(cukup baik), karena pertemuan pertama hanya 10 siswa yang

terlibat aktif dalam diskusi, sedangkan pada pertemuan kedua

meningkat menjadi 15 siswa yang aktif sehingga masing-

masing pertemuan mendapat skor 2 (cukup baik).

b) Siswa saling berbagi dan menanggapi ide/gagasan mendapat

skor rata-rata 2 (cukup baik), karena pada pertemuan pertama

hanya 11 siswa yang berusaha saling berbagi dan menanggapi

ide, sedangkan pertemuan kedua meningkat menjadi 15 siswa

yang berbagi dan menanggapi ide, sehingga masing-masing

pertemuan hanya memperoleh skor 2 (cukup baik).

c) Siswa menjawab pertanyaan guru mendapat skor rata-rata 2

(cukup baik), karena pada pertemuan pertama hanya 10 siswa

yang bisa menjawab pertanyaan guru, dan pada pertemuan

kedua meningkat menjadi 15 siswa, sehingga masing-masing

pertemuan hanya mendapat skor 2 (cukup baik).

Dari keseluruhan observasi minat siswa pada siklus I,

diperoleh skor total 19,5 dengan skor rata-rata 1,95. Sehingga pada
51

siklus I, minat siswa mengikuti pembelajaran matematika masih

tergolong kriteria cukup baik.

3) Angket minat siswa dan tes evaluasi siklus I

Hasil angket minat dalam pembelajaran matematika yang

dilakukan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 8. Angket minat belajar siswa

No. Indikator Presentase Kriteria


1 Kesukacitaan siswa dalam 64% Tinggi
mengikuti pembelajaran
2 Ketertarikan siswa dalam 60% Sedang
mengikuti pembelajaran
3 Perhatian siswa pada mata 58% Sedang
pelajaran matematika
4 Keterlibatan siswa dalam 60% Sedang
mengikuti pembelajaran
Rata-rata 60% Sedang

Berdasarkan hasil angket minat belajar siswa siklus I yang

dilakukan pada akhir siklus yaitu dengan menggunakan rata-rata

secara klasikal. Dari 33 siswa ada 7 siswa dengan minat tinggi,

18 siswa dengan minat sedang, dan 8 siswa dengan minat rendah.

Rata-rata minat secara klasikal adalah 60 %, artinya minat siswa

sedang. (skor angket minat siswa siklus I terdapat pada lampiran

I)

Sedangkan untuk tes evaluasi pada siklus I ini diperoleh

nilai rata-rata sebesar 68,76 dengan ketuntasan belajar 66,67%.

(nilai tes siklus I pada lampiran J)


52

d. Evaluasi

1) Aktivitas guru

Dari hasil observasi aktivitas selama proses pembelajaran pada

pertemuan pertama diperoleh skor rata-rata 1,59 dengan kriteria

kurang baik, dan mengalami kenaikan pada pertemuan kedua

memperoleh skor rata-rata 2,06 dengan kriteria cukup baik. Dan skor

rata-rata untuk siklus I adalah 1,82 dengan kriteria cukup baik.

Karena itulah masih ada beberapa kinerja guru yang perlu

diperbaiki karena selama proses pembelajaran pada siklus I kinerja

guru dapat dikatakan belum maksimal. Kinerja guru yang

memerlukan perbaikan atau peningkatan adalah kinerja guru yang

masih dalam kriteria kurang baik yaitu :

a) Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya materi. Pada tahap ini, kinerja guru masih tergolong

kurang baik karena guru hanya memberikan gambaran kegiatan

dan manfaat materi tanpa memberikan dorongan motivasi belajar

siswa untuk ikut dalam pembelajaran.

b) Guru mengingat kembali tentang materi yang berkaitan atau

sebelumnya. Pada tahap ini, kinerja guru tergolong kurang baik

karena guru hanya sekedar menanyakan dan memberikan

pertanyaan tentang materi sebelumnya yang berkaitan, tanpa

memberikan penguatan, sehingga guru tidak maksimal.


53

c) Guru memberikan bimbingan pada siswa apabila mengalami

kesulitan. Pada tahap ini, kinerja guru kurang maksimal karena

guru hanya mengawasi jalannya diskusi tanpa berperan sebagai

pembimbing secara keseluruhan yang membimbing untuk semua

kelompok, khususnya untuk kelompok yang malu bertanya.

d) Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi

hasil dari diskusi. Pada tahap ini, guru kurang memberikan

kesempatan kepada siswa lain untuk menyampaikan pendapat,

kritik, dan saran, padahal tahap ini adalah tahap dimana

penguatan organisasi belajar untuk siswa.

e) Guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan

pertanyaan. Pada tahap ini, guru kurang maksimal karena kurang

mengadakan tanya jawab atau umpan balik untuk mengecek

sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja

dipelajari..

f) Guru memberikan PR. Pada siklus I ini, guru belum dapat

dikatakan maksimal karena guru hanya memberikan PR saja

tanpa memberitahukan materi selanjutnya untuk siswa dapat

mempersiapkan diri.

2) Minat siswa

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

pada siklus I diperoleh skor rata-rata 1,95 dengan kriteria cukup


54

baik. Namun rata-rata tersebut belum maksimal, sehingga guru perlu

memberikan perlakuan khusus kepada siswa yaitu:

a) Pada indikator kesukacitaan siswa dalam mengikuti pelajaran

untuk aspek kelompok bersedia maju di depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi. Pada tahap ini minat siswa

hanya memperoleh skor rata-rata 1 (kurang baik), karena paling

banyak hanya 2 kelompok yang bersedia untuk maju, sedangkan

kelompok lain masih tampak pasif. Hal tersebut terjadi karena

guru kurang memberikan dukungan dan motivasi sehingga siswa

masih nampak canggung untuk berani berpendapat dan maju ke

dapan kelas.

b) Pada indikator ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran

untuk aspek siswa bertanya kepada guru tentang materi yang

belum jelas. Pada tahap ini, minat siswa hanya memperoleh skor

rata-rata 1,5 (kurang baik), karena paling banyak siswa bertanya

pada pertemuan kedua adalah 14 siswa. Hal tersebut terjadi

karena guru kurang memberikan kesempatan bertanya dan

kurang maksimal dalam membimbing siswa, hingga siswa masih

nampak malu untuk menanyakan langsung hal-hal yang untuk

mereka kurang jelas.

3) Angket minat dan tes evaluasi siklus I

Dari hasil angket yang diberikan pada siklus I, didapat 7 siswa

dengan minat tinggi, 18 siswa dengan minat sedang, dan 8 siswa


55

dengan minat rendah. Rata-rata minat secara klasikal adalah 60 %,

artinya minat siswa sedang, yang berarti siswa cukup berminat

dalam mengikuti pelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep.

Sedangkan untuk tes evaluasi pada siklus I ini diperoleh nilai

rata-rata sebesar 68,76 dengan ketuntasan belajar 66,67%. Namun

hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan dimana secara

klasikal 85% siswa tuntas belajar dengan niai minimum 70.

e. Refleksi

Setelah berakhirnya pembelajaran yang dilakukan pada siklus I,

maka diadakan refleksi untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil

refleksi ini digunakan untuk merencanakan tindakan siklus II.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Advance organizer berbantu peta

konsep diperoleh skor rata-rata sebesar 1,82 dengan kriteria cukup baik.

Hal ini dikarenakan guru kurang paham mengenai langkah-langkah

dalam pembelajaran Advance organizer berbantu peta konsep.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I, diperoleh

skor rata-rata minat siswa adalah 1,95 dengan kriteria cukup baik,

dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siswa belum sepenuhnya

berminat dalam mengikuti pembelajaran. Hal tesebut dapat dilihat dari

kurangnya keaktifan siswa, yang mana keaktifan tersebut menjadi

gambaran dari minat siswa. Berdasarkan hasil angket, presentase setiap


56

indikator minat belajar matematika yaitu 64% dengan kriteria tinggi

untuk kesukacitaan, 60% dengan kriteria sedang untuk ketertarikan, 58%

dengan kriteria sedang untuk perhatian, dan 60% dengan kriteria sedang

untuk keterlibatan, sedangkan presentase rata-rata minat belajar

matematika siklus I mencapai 60% dengan kriteria sedang. Dari hasil

nilai rata-rata tes evaluasi siswa siklus I diperoleh 69,24 dengan

ketuntasan belajar 69,70%.

Berdasarkan hal diatas maka yang perlu diperhatikan pada siklus

berikutnya adalah:

1) Guru harus lebih memberikan motivasi dalam setiap pembelajaran

sehingga siswa lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti

pelajaran matematika sehingga minat dan prestasi lebih meningkat.

2) Guru harus memperhatikan lagi langkah-langkah model Advance

organizer berbantu peta konsep sehingga guru harus mengingatkan

kembali tentang materi yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari.

3) Guru harus menyampaikan materi dengan lebih sistematis dan jelas,

agar materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

4) Guru harus lebih memberikan perhatian dan bimbingan secara

menyeluruh agar semua kelompok dapat menyelesaikan tugasnya

dengan baik.

5) Guru harus memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

mengapresiasikan pendapat baik berupa kritik ataupun saran.


57

6) Guru harus lebih memusatkan perhatian siswa agar siswa dapat

mengikuti pelajaran dan membimbing siswa agar dapat

menyimpulkan hasil diskusi.

2. Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I,

kegiatan ini menghasilkan:

a. Hasil perencanaan

Adapun hasil perencanaan yang telah disusun adalah sebagai

berikut:

1) Perangkat pembelajaran yaitu rencana pembelajaran sebanyak dua

lembar untuk pertemuan I dan pertemuan II. (lampiran B)

2) Instrumen penelitian berupa lembar angket minat siswa dan lembar

obsevasi untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa. (lampiran E, F, G)

3) Media pembelajaran yaitu LKS (lembar kerja siswa) untuk

pertemuan I dan pertemuan II, serta tes evaluasi untuk mengukur

prestasi siswa siklus II. (lampiran C, D)

b. Pelaksanaan tindakan

Sebelum pembelajaran dimulai guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran agar

lebih bersemangat dalam belajar. Guru juga menginformasikan

pembelajaran yang akan dilakukan yaitu dengan pembelajaran Advance

organizer berbantu peta konsep.

Selanjutnya guru menunjukan advance organizer dengan peta

konsep yang merupakan ringkasan struktur dari materi SPLDV di depan


58

kelas melalui media LCD dan menyebutkan setiap atribut di dalam

advance organizer dengan peta konsep. Guru menyampaikan fokus dari

pelajaran pada pertemuan pertama adalah penyelesaian bentuk SPLDV

dengan metode subtitusi dan pada pertemuan kedua adalah penyelesaian

bentuk SPLDV dengan eliminasi.

Pada siklus II ini guru menerapkan komponen-komponen yang

sama pada siklus I. Pada siklus II guru lebih memaksimalkan dalam

memperhatikan lagi langkah-langkah model Advance organizer

berbantu peta konsep sehingga siswa bisa mengaitkan materi yang

pernah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari. Dalam

penyampaian materi pelajaran dengan lebih sistematis dan jelas, agar

materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Lebih dalam

memberikan motivasi dalam setiap pembelajaran sehingga siswa lebih

bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran matematika sehingga

minat dan prestasi lebih meningkat. Guru harus lebih memberikan

perhatian dan bimbingan secara menyeluruh agar semua kelompok dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Guru juga harus memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk mengapresiasikan pendapat

baik berupa kritik ataupun saran. Selain itu guru juga harus lebih

memusatkan perhatian siswa agar siswa dapat mengikuti pelajaran dan

membimbing siswa agar dapat menyimpulkan hasil diskusi.


59

c. Observasi

1) Hasil observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

Data ini diperoleh menggunakan lembar observasi aktivitas

guru. Dari pengamatan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II

No. Aspek yang diamati Skor rata- Kriteria


PI P II rata
1. Kegiatan awal
a. Guru menyampaikan
Menyampaikan tujuan 2 3 2,5 Baik
pembelajaran dan model
yang digunakan.
b. Guru memotivasi siswa
dengan memberi penjelasan 3 2,5
2 Baik
tentang pentingnya materi
ini.
2. Kegiatan inti
a. Guru menunjukan advance
organizer dengan peta
konsep yang merupakan 3 4 3,5 Baik
ringkasan struktur dari
materi SPLDV di depan
kelas melalui media LCD .
b. Guru menyebutkan setiap
atribut didalam advance 2 3 2,5 Baik
organizer dengan peta
konsep.
c. Guru mengingatkan kembali
dengan tanya jawab tentang
materi sebelumnya yang 2 3 2,5 Baik
berkaitan dengan materi
yang sedang dipelajari.
d. Guru mempresentasikan
fokus materi dengan 2 3 2,5 Baik
menggunakan diferensiasi
60

progresif.
e. Guru mempertahankan Cukup
2 2 2
perhatian. baik

f. Guru mempersilakan siswa


untuk berkumpul sesuai
dengan kelompok yang telah 2 3 2,5 Baik
dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
g. Guru membagikan LKS
pada masing-masing
kelompok, agar dikerjakan 3 3 3 Baik
bersama dengan
kelompoknya
h. Guru memberikan
bimbingan pada siswa 2 3 2,5 Baik
apabila mengalami kesulitan
i. Guru mengaktifkan dan
mengawasi jalannya diskusi 3 3 3 Baik
dalam kelompok.
j. Guru membantu siswa
dalam menyiapkan hasil 3 3 3 Baik
diskusi yang akan
dipresentasikan.
k. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk Cukup
2 2 2
mempresentasikan hasil baik
diskusi kelompoknya
l. Guru mengecek dan
mengklarifikasi hasil 2 3 2,5 Baik
presentasi siswa.
m. Guru membantu siswa untuk
melakukan evaluasi dan Cukup
2 2 2
refleksi hasil dari diskusi baik
tersebut.
3. Kegiatan akhir
a. Guru mengecek pemahaman
2 2 2 Cukup
siswa dengan mengajukan
baik
pertanyaan.
61

b. Guru memberikan PR. 2 3 2,5 Baik

Jumlah 38 48 43

Rata-rata 2,23 2,82 2,52 Baik

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam

pembelajaran yang dilakukan pada siklus II diperoleh skor total 43

dengan skor rata-rata 2,52 sehingga termasuk dalam kriteria baik.

Adapun aktivitas guru dalam pembelajaran meliputi 3 tahapan, yaitu

kegitan awal, kegiatan inti dan penutup. Secara rinci hasil observasi

terhadap aktivitas guru pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

(1) Kegiatan awal

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan model yang

digunakan memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik). Pada

pertemuan pertama guru hanya melakukan dua kegiatan yaitu

menyampaikan model pembelajaran dan mengenalkan materi

yang akan disampaikan, sehingga pertemuan pertama hanya

memperoleh skor 2 (cukup baik). Pertemuan kedua

memperoleh skor 3 (baik), karena selain menyampaikan

model pembelajaran dan mengenalkan materi, guru juga

menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya materi memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik). Pada

pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik) karena


62

guru hanya melakukan kegiatan memotivasi manfaat materi

untuk kehidupan sehari-hari dan memberikan gambaran

tentang kegiatan yang akan dilakukan. Pada pertemuan kedua

guru melakukan tiga kegiatan selain dua kegiatan yang

dilakukan pada pertemuan pertama, guru juga memberikan

semangat belajar kepada siswa, sehingga pada pertemuan

kedua memperoleh skor 3 (baik).

(2) Kegiatan inti

a. Guru menunjukan advance organizer dengan peta konsep

yang merupakan ringkasan struktur dari materi SPLDV di

depan kelas melalui media LCD memperoleh skor rata-rata

3,5 (sangat baik). Pada pertemuan pertama memperoleh skor

3 (baik) karena melakukan tiga kegiatan yaitu menyajikan

advance organizer dengan peta konsep secara tepat tempat,

meminta siswa memperhatikan bentuk advance organizer

dengan peta konsep di depan kelas dan penggunaan bahasa

serta sistematika advance organizer dengan peta konsep

mudah dimengerti. Pada pertemuan kedua memperoleh skor

4 (sangat baik), karena guru melakukan empat kegiatan

selain melakukan tiga kegiatan seperti yang dilakukan pada

pertemuan pertama, tetapi guru juga memastikan semua

siswa memahami bentuk advance organizer dengan peta

konsep pada pertemuan keduanya ini.


63

b. Guru menyebutkan setiap atribut di dalam advance organizer

dengan peta konsep memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik).

Pada pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik).

Pada pertemuan pertama, guru menyebutkan semua unsur

atribut yang ada dalam advance organizer dengan peta

konsep dan telah memastikan semua siswa mendengar apa

yang disampaikan oleh guru. Pada pertemuan kedua, guru

melakukan tiga kegiatan yakni menyebutkan semua unsur

atribut yang ada dalam advance organizer dengan peta

konsep dan menanyakan kepada siswa jika ada yang kurang

jelas serta mengulangi penjelasan agar siswa lebih paham

dan familiar. Oleh karena itu pada pertemuan kedua

memperoleh skor 3 (baik).

c. Guru mengingat kembali tentang materi yang berkaitan atau

materi sebelumnya memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik).

Pada pertemuan pertama guru memperoleh skor 2 (cukup

baik) karena guru melakukan dua kegiatan yaitu memberikan

pertanyaan tentang materi sebelumnya yang berkaitan dan

menanyakan apakah ada permasalahan mengenai materi

sebelumnya. Pada pertemuan kedua memperoleh skor 3

(baik) karena guru melakukan tiga kegiatan yaitu selain dua

kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama, guru juga


64

memberikan penjelasan bahwa materi sebelumnya berkaitan

erat dengan materi yang akan dipelajari.

d. Guru mempresentasikan fokus materi dengan menggunakan

diferensiasi progresif memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik).

Pada pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik).

Pada pertemuan pertama guru meminta siswa memperhatikan

peta konsep eksplisit materi dan penyampaian yang

sistematis oleh guru dalam mengembangkan materi secara

khusus. Pada pertemuan kedua guru meminta siswa

memperhatikan peta konsep eksplisit materi, penyampaian

yang sistematis oleh guru dalam mengembangkan materi

secara khusus dan penggunaan bahasa yang jelas, benar dan

mudah dimengerti. Oleh karena itu, pada pertemuan kedua

guru memperoleh skor 3 (baik).

e. Guru mempertahankan perhatian memperoleh skor rata-rata

2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama guru meminta siswa

untuk memperhatikan penjelasan guru dan menanyakan

kepada siswa apabila ada hal yang kurang jelas. Oleh karena

guru hanya melakukan dua kegiatan, maka pada pertemuan

pertama guru hanya memperoleh skor 2 (cukup baik). Pada

pertemuan kedua, guru memperoleh skor 2 (cukup baik),

karena guru hanya melakukan dua kegiatan yaitu

menanyakan kepada siswa apabila ada hal yang kurang jelas


65

dan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat sebagai

umpan.

f. Guru mempersilakan siswa untuk berkumpul sesuai dengan

kelompok yang telah dibentuk memperoleh skor rata-rata 2,5

(baik) . Pada pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup

baik), karena guru melakukan dua kegiatan yaitu membagi

kelompok diskusi dan meminta siswa tertib dalam

kelompoknya. Sedangkan pada pertemuan kedua meningkat

melakukan tiga kegiatan selain dua kegiatan yang dilakukan

pada pertemuan pertama, guru juga meminta siswa duduk

sesuai dengan kelompoknya. Sehingga pada pertemuan

kedua memperoleh skor 3 (baik).

g. Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok

memperoleh skor rata-rata 3 (baik). Pada masing-masing

pertemuan guru melakukan tiga kegiatan sehingga pada

pertemuan pertama maupun kedua memperoleh skor 3 (baik).

Pada pertemuan pertama guru membagikan LKS pada tiap

kelompok, memberitahukan cara mengerjakan LKS dan

memberi kesempatan bertanya. Sedang pada pertemuan

kedua, guru membagikan LKS, memberitahukan cara

mengerjakan LKS dan memberi alokasi waktu untuk

mengerjakan LKS.
66

h. Guru memberikan bimbingan pada siswa apabila

mengalamai kesulitan memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik).

Pada pertemuan pertama memperoleh skor 2 (cukup baik)

karena guru melakukan dua kegiatan yaitu memberi

kesempatan siswa bertanya dan mengawasi jalannya diskusi.

Sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh skor 3 (baik)

karena guru melakukan tiga kegiatan selain dua kegiatan

yang dilakukan pada pertemuan pertama, guru juga

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan di depan

kelas.

i. Guru mengaktifkan dan mengawasi jalannya diskusi dalam

kelompok memperoleh skor rata-rata 3 (baik). Pada

pertemuan pertama dan kedua masing-masing memperoleh

skor sama yaitu 3 (baik) karena melakukan tiga kegiatan

yang sama yaitu meminta siswa untuk saling berbagi

gagasan, meminta kelompok untuk berbagi tugas pada tiap

siswa dan meminta siswa untuk berdiskusi dalam

kelompoknya dengan tertib.

j. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil yang akan

dipresentasikan memperoleh skor rata-rata 3 (baik). Pada

pertemuan pertama dan kedua masing-masing memperoleh

skor 3 (baik). Pertemuan pertama melakukan tiga kegiatan

yaitu memberitahu kepada siswa cara menuliskan hasil


67

diskusi dengan baik, meminta siswa untuk mempersiapkan

penjelasan tentang hasil diskusi dan meminta siswa agar tiap

siswa menulis hasil diskusinya. Pada pertemuan kedua, guru

juga melakukan tiga kegiatan yaitu meminta siswa untuk

mempersiapkan penjelasan tentang hasil diskusi, meminta

siswa agar menulis hasil diskusinya dan meminta siswa agar

paham tentang hasil diskusi kelompoknya.

k. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi memperoleh skor rata-rata 2

(cukup baik). Pada pertemuan pertama dan kedua masing-

masing memperoleh skor 2 (cukup baik). Pada pertemuan

pertama guru memberikan dukungan pada siswa yang

mempresentasikan hasil diskusi dan guru menunjuk beberapa

kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil

diskusinya. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru

menunjuk beberapa kelompok secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusi dan mengkondisikan siswa

untuk memperhatikan kelompok yang sedang berpresentasi.

l. Guru mengecek dan mengklarifikasi hasil presentasi siswa

memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik). Pada pertemuan

pertama memperoleh skor 2 (cukup baik) karena guru

melakukan dua kegiatan yaitu guru meminta siswa

mengecek kembali hasil diskusinya dan meminta siswa


68

membandingkan dengan hasil diskusi kelompok yang

presentasi. Pada pertemuan kedua memperoleh skor 3 (baik)

karena guru melakukan tiga kegiatan selain dua kegiatan

yang telah dilakukan pada pertemuan pertama, pertemuan

kedua guru juga meminta siswa meneliti kenapa jawaban

mereka berbeda.

m. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi

hasil dari diskusi memperoleh skor 2 (baik). Pada pertemuan

pertama dan kedua masing-masing memperoleh skor 2

(baik). Pada pertemuan pertama guru meminta kelompok lain

mengecek jawaban dari kelompok yang presentasi dan

meminta siswa agar menanggapi hasil presentasi. Sedangkan

pada pertemuan kedua, guru meminta kelompok lain

mengecek jawaban dari kelompok yang presentasi dan

memberikan kesempatan kelompok lain untuk memberikan

saran atau kritik untuk siswa yang telah melakukan

presentasi.

(3) Kegiatan akhir

a. Guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan

pertanyaan memperoleh skor rata-rata 2 (cukup baik). Pada

pertemuan pertama dan kedua masing-masing memperoleh

skor 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama guru

melakukan dua kegiatan yaitu memberikan pertanyaan


69

kepada siswa terkait dengan materi yang telah dibahas dan

menanyakan kepada siswa apakah ada permasalahan. Pada

pertemuan kedua guru memberikan pertanyaan kepada siswa

terkait dengan materi yang telah dibahas dan menanyakan

kepada siswa apakah sudah paham dengan materi yang telah

dibahas.

b. Guru memberikan PR memperoleh skor rata-rata 2,5 (baik).

Pada pertemuan pertama memperoleh skor 2 (baik) karena

guru melakukan dua kegiatan yaitu guru memberikan tugas

rumah dan meminta siswa untuk mencatat soal PR.

Sedangkan pada pertemuan kedua guru memberikan tugas

rumah dan meminta siswa untuk mencatat soal PR serta

memberitahukan materi untuk pertemuan selanjutnya.

Sehingga pertemuan kedua memperoleh skor 3 (baik).

2) Hasil observasi siswa

Data ini diperoleh menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 10. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran

Skor Rata-
No. Aspek yang diamati Kriteria
PI P II rata
1. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
4 4 4 Sangat baik
a. Kehadiran siswa.
2 3 2,5 Baik
b. Kelompok bersedia maju di depan
kelas untuk mempresentasikan
70

hasil diskusi.
Skor total indikator 6,5
Rata-rata indikator 3,25 Sangat baik
2. Ketertarikan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
a. Siswa bertanya kepada guru 2 3 2,5 Baik
tentang materi yang belum jelas.
b. Siswa mengerjakan LKS sesuai 2 2 2 Cukup baik
perintah guru.
Skor total indikator 4,5
Rata-rata indikator 2,25 Cukup baik
3. Perhatian siswa pada mata pelajaran
matematika
a. Siswa mendengarkan penjelasan 2 3 2,5 Baik
yang disampaikan guru.
b. Siswa memperhatikan presentasi 2 2 2 Cukup baik
kelompok lain.
c. Siswa berkonsentrasi saat 2 3 2,5 Baik
mengerjakan LKS.
Skor total indikator 7
Rata-rata indikator 2,3 Cukup baik
4. Keterlibatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
2 3 2,5 Baik
a. Siswa terlibat aktif dalam diskusi.
b. Siswa saling berbagi dan
2 2 2 Cukup baik
menanggapi ide/gagasan.
c. Siswa menjawab pertanyaan yang
2 3 2,5 Baik
diajukan guru.
Skor total indikator 7
Rata-rata indikator 2,3 Cukup baik
Skor Total 25
Rata-rata 2,5 Baik

Berdasarkan hasil observasi terhadap minat siswa dalam

pembelajaran yang dilakukan pada siklus II diperoleh skor total 25

dengan skor rata-rata 2,5 sehingga tergolong kriteria baik. Adapun

indikator yang diamati untuk mengukur minat siswa ada empat yaitu

kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, ketertarikan

siswa, perhatian siswa pada mata pelajaran matematika dan

keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Secara rinci hasil


71

observasi terhadap minat siswa pada sikus II dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

(1) Indikator kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran

memperoleh skor rata-rata 3 (baik).

(a) Kehadiran siswa memperoleh skor rata-rata 4 (sangat baik),

Pada pertemuan pertama dan kedua masing-masing

mendapat skor 4 (sangat baik). Pada pertemuan pertama

semua siswa hadir sejumlah 33 siswa. Sedangkan pada

pertemuan kedua, jumlah siswa yang hadir mencapai 32

siswa, hanya 1 siswa yang tidak masuk karena sakit.

(b) Kesediaan kelompok untuk maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi memperoleh skor rata-rata

2,5 (baik). Pada pertemuan pertama hanya 2 kelompok yang

bersedia untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya.

Pada pertemuan kedua meningkat ada 3 kelompok yang

sudah bersedia untuk maju, sehingga pertemuan kedua

memperoleh skor 3 (baik).

(2) Indikator ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran

memperoleh skor rata-rata 2,25 (cukup baik).

(a) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas

mendapat skor rata-rata 2,5 (baik). Pada pertemuan pertama

mendapat skor 2 (cukup baik), karena jumlah siswa yang

bertanya ada 15 siswa, sedangkan pada pertemuan kedua


72

jumlah siswa yang bertanya mencapai 14 siswa sehingga

pertemuan kedua masih memperoleh skor 2 (cukup baik).

(b) Siswa mengerjakan LKS sesuai perintah guru mendapat skor

rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama mendapat

skor 2 (cukup baik), karena jumlah siswa yang mengerjakan

LKS hanya 10 siswa. Pada pertemuan kedua jumlah siswa

yang mengerjakan LKS bertambah menjadi 15 siswa, namun

masih tergolong dalam skor 2 (cukup baik).

(3) Indikator perhatian siswa pada mata pelajaran matematika

mendapat skor rata-rata 2 (cukup baik).

(a) Siswa mendengarkan penjelasan guru mendapat skor rata-

rata 2 (cukup baik), karena pada pertemuan pertama jumlah

siswa yang mendengarkan hanya 10 siswa, dan pertemuan

kedua meningkat hingga 14 siswa yang mendengarkan

namun pertemuan kedua masih tergolong skor 2 (cukup

baik).

(b) Siswa memperhatikan presentasi kelompok lain mendapat

skor rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama,

jumlah siswa yang memperhatikan presentasi kelompok lain

hanya 9 siswa, sedangkan pada pertemuan kedua masih

mendapat skor 2 (cukup baik), karena hanya 13 siswa yang

mendengarkan.
73

(c) Siswa berkonsentrasi saat mengerjakan LKS mendapat skor

rata-rata 2 (cukup baik). Pada pertemuan pertama mendapat

skor 2 (cukup baik), karena hanya 9 siswa yang

berkonsentrasi mengerjakan LKS, sedangkan pertemuan

kedua meningkat menjadi 14 siswa yang berkonsentrasi

mencoba mengerjakan, sehingga masing-masing pertemuan

mendapat skor 2 (cukup baik).

(4) Indikator keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

mendapat skor rata-rata 2 (cukup baik).

(a) Siswa terlibat aktif dalam diskusi mendapat skor rata-rata 2

(cukup baik), karena pertemuan pertama hanya 10 siswa

yang terlibat aktif dalam diskusi, sedangkan pada pertemuan

kedua meningkat menjadi 15 siswa yang aktif sehingga

masing-masing pertemuan mendapat skor 2 (cukup baik).

(b) Siswa saling berbagi dan menanggapi ide/gagasan mendapat

skor rata-rata 2 (cukup baik), karena pada pertemuan pertama

hanya 11 siswa yang berusaha saling berbagi dan

menanggapi ide, sedangkan pertemuan kedua meningkat

menjadi 15 siswa yang berbagi dan menanggapi ide,

sehingga masing-masing pertemuan hanya memperoleh skor

2 (cukup baik).

(c) Siswa menjawab pertanyaan guru mendapat skor rata-rata 2

(cukup baik), karena pada pertemuan pertama hanya 10 siswa


74

yang bisa menjawab pertanyaan guru, dan pada pertemuan

kedua meningkat menjadi 15 siswa, sehingga masing-masing

pertemuan hanya mendapat skor 2 (cukup baik).

Dari keseluruhan observasi aktivitas siswa pada siklus II,

diperoleh skor total 25 dengan skor rata-rata 2,5. Sehingga pada

siklus II, aktivitas siswa mengikuti pembelajaran matematika

masih tergolong kriteria baik.

3) Angket minat siswa dan tes evaluasi siklus II

Hasil angket minat dalam pembelajaran matematika yang

dilakukan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 11. Angket minat belajar siswa

No. Indikator Presentase Kriteria


1 Kesukacitaan siswa dalam 74% Tinggi
mengikuti pembelajaran
2 Ketertarikan siswa dalam 67% Tinggi
mengikuti pembelajaran
3 Perhatian siswa pada mata 64% Tinggi
pelajaran matematika
4 Keterlibatan siswa dalam 67% Tinggi
mengikuti pembelajaran
Rata-rata 68% Tinggi

Berdasarkan hasil angket minat belajar siswa siklus II yang

dilakukan pada akhir siklus yaitu dengan menggunakan rata-rata

secara klasikal. Dari 33 siswa ada 1 siswa dengan minat sangat

tinggi, 14 siswa dengan minat tinggi, dan 18 siswa dengan minat

sedang. Rata-rata minat secara klasikal adalah 68%, artinya

minat siswa tinggi. (skor angket minat siswa siklus II terdapat

pada lampiran I)
75

Sedangkan untuk tes evaluasi pada siklus I ini diperoleh

nilai rata-rata sebesar 73,36 dengan ketuntasan belajar 78,79%.

(nilai tes siklus II pada lampiran J)

d. Evaluasi

1) Aktivitas guru

Dari hasil observasi aktivitas selama proses pembelajaran pada

pertemuan pertama diperoleh skor rata-rata 2,23 dengan kriteria

cukup baik, dan mengalami kenaikan pada pertemuan kedua

sehingga memperoleh skor rata-rata 2,82 dengan kriteria baik. Dan

skor total rata-rata untuk siklus II adalah 2,52 dengan kriteria baik.

Karena itulah masih ada beberapa kinerja guru yang perlu

diperbaiki karena selama proses pembelajaran pada siklus II kinerja

guru dapat dikatakan belum maksimal. Kinerja guru yang

memerlukan perbaikan atau peningkatan adalah kinerja guru yang

masih dalam kriteria cukup baik yaitu :

a) Guru mempertahankan perhatian. Pada tahap ini, guru kurang

sempurna untuk melakukan semua kegiatan untuk dapat

mempertahankan perhatian siswa. Guru kurang memberikan

pertanyaan-pertanyaan umpan dan kurang menanyakan kepada

siswa jika diantara siswa ada yang terlihat bingung atau kurang

jelas.

b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada tahap ini,


76

guru hanya menunjuk kelompok secara acak dan kurang

memberikan dukungan pada siswa yang berpresentasi.

c) Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi

hasil dari diskusi. Pada tahap ini, guru kurang memberikan

kesempatan kepada siswa lain untuk menyampaikan pendapat,

kritik, dan saran, padahal tahap ini adalah tahap dimana

penguatan organisasi belajar untuk siswa

d) Guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan

pertanyaan. Pada tahap ini, guru kurang maksimal karena kurang

mengadakan tanya jawab atau umpan balik untuk mengecek

sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja

dipelajari.

2) Aktivitas siswa

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran pada siklus II diperoleh skor rata-rata 2,45 dengan

kriteria baik. Namun rata-rata tersebut belum maksimal, sehingga

guru perlu memberikan perlakuan khusus kepada siswa untuk

aktivitas siswa yang masih tergolong cukup baik yaitu:

a) Pada aspek ketertarikan siswa untuk indikator siswa

mengerjakan LKS sesuai perintah guru. Pada tahap ini, minat

siswa hanya memperoleh skor rata-rata 2 (Cukup baik), karena

paling banyak siswa yang mengerjakan LKS adalah 15 siswa

yang terjadi pada pertemuan kedua. Hal tersebut terjadi karena


77

guru kurang mempertahankan perhatian siswa disaat siswa akan

dan sedang mengerjakan LKS dan belum maksimal dalam

membimbing serta memotivasi siswa, hingga siswa masih

nampak kurang tertarik mengerjakan.

b) Pada aspek perhatian siswa pada mata pelajaran matematika

untuk indikator siswa memperhatikan presentasi kelompok lain.

Pada tahap ini, minat siswa memperhatikan hanya memperoleh

skor rata-rata 2 (Cukup baik). Pada siklus II ini, paling banyak

siswa memperhatikan presentasi kelompok lain hanya mencapai

13 siswa. Hal tersebut terjadi karena guru kurang memperhatikan

siswa dan kurang maksimal dalam mempertahankan perhatian

siswa, sehingga beberapa siswa nampak sedikit acuh dengan

presentasi kelompok lain di depan kelas.

c) Aspek keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk

indicator siswa saling berbagi dan menanggapi ide/gagasan. Pada

tahap ini, keterlibatan siswa hanya mencapai skor rata-rata 2

(Cukup baik). Hal tersebut terlihat dari siswa yang terlibat untuk

berbagi ide dengan temannya paling banyak hanya mencapai 15

siswa. Hal tersebut terjadi dapat dikarenakan guru kurang

memperhatikan siswa, dan kurang dalam membimbing siswa

untuk dapat berpendapat bertukar pikiran/ide dengan teman

lainnya.
78

3) Angket minat dan tes evaluasi siklus II

Dari hasil angket yang diberikan pada siklus II, didapat 1

siswa dengan minat sangat tinggi, 14 siswa dengan minat tinggi, dan

18 siswa dengan minat sedang. Rata-rata minat secara klasikal

adalah 68%, artinya minat siswa tinggi, yang berarti siswa berminat

dalam mengikuti pelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep.

Sedangkan untuk tes evaluasi pada siklus II ini diperoleh

nilai rata-rata sebesar 73,36 dengan ketuntasan belajar 78,79%.

Namun hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan dimana

secara klasikal 85% siswa tuntas belajar dengan niai minimum 70.

e. Refleksi

Setelah berakhirnya pembelajaran yang dilakukan pada siklus II,

maka diadakan refleksi untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil

refleksi ini digunakan untuk merencanakan tindakan siklus III.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Advance organizer berbantu peta

konsep diperoleh skor rata-rata sebesar 2,52 dengan kriteria baik. Hal ini

dikarenakan guru kurang sempurna dalam melaksakan langkah-langkah

dalam pembelajaran Advance organizer berbantu peta konsep.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II, diperoleh

skor rata-rata minat siswa adalah 2,5 dengan kriteria baik, dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa berminat dalam


79

mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari cukup besarnya

keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil

angket, presentase setiap indikator minat belajar matematika yaitu 74%

dengan kriteria tinggi untuk kesukacitaan, 67% dengan kriteria tinggi

untuk ketertarikan, 64% dengan kriteria tinggi untuk perhatian, dan 67%

dengan kriteria tinggi untuk keterlibatan, sedangkan presentase rata-rata

minat belajar matematika siklus II mencapai 68% dengan kriteria tinggi.

Dari hasil nilai rata-rata tes evaluasi siswa siklus II diperoleh 73,18

dengan ketuntasan belajar 78,79%.

Berdasarkan hal diatas maka yang perlu diperhatikan pada siklus

berikutnya adalah:

1) Guru harus selalu memberikan motivasi dalam setiap pembelajaran

sehingga siswa lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti

pelajaran matematika sehingga minat dan prestasi lebih meningkat.

2) Guru harus selalu memperhatikan lagi langkah-langkah model

Advance organizer berbantu peta konsep sehingga guru harus

mengingatkan kembali tentang materi yang berkaitan dengan materi

yang akan dipelajari.

3) Guru seharusnya selalu memberikan kebebasan kepada siswa dalam

hal mempresentasikan hasil diskusinya, agar siswa dapat belajar

keberanian.

4) Guru seharusnya selalu memberikan kesempatan kepada siswa jika

ada pendapat yang berbeda agar siswa dapat menyampaikan


80

pendapat sendiri dan guru seharusnya mendukung dimana siswa

belajar penguatan kognitif.

5) Guru seharusnya selalu memberikan kesempatan bertanya disetiap

sela-sela kegiatan, agar siswa dapat belajar menemukan sendiri

kesimpulan dari hasil belajar dan hasil diskusi.

3. Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada hasil refleksi siklus II,

kegiatan ini menghasilkan:

a. Hasil perencanaan

Adapun hasil perencanaan yang telah disusun adalah sebagai

berikut:

1) Perangkat pembelajaran yaitu rencana pembelajaran sebanyak dua

lembar untuk pertemuan I dan pertemuan II. (lampiran B)

2) Instrumen penelitian berupa lembar angket minat siswa dan lembar

obsevasi untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa. (lampiran E, F, G)

3) Media pembelajaran yaitu LKS (lembar kerja siswa) untuk

pertemuan I dan pertemuan II, serta tes evaluasi untuk mengukur

prestasi siswa siklus III. (lampiran C, D)

b. Pelaksanaan tindakan

Sebelum pembelajaran dimulai guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran agar

lebih bersemangat dalam belajar. Guru juga menginformasikan

pembelajaran yang akan dilakukan yaitu dengan pembelajaran Advance

organizer berbantu peta konsep.


81

Selanjutnya guru menunjukan advance organizer dengan peta

konsep yang merupakan ringkasan struktur dari materi SPLDV di depan

kelas melalui media LCD dan menyebutkan setiap atribut di dalam

advance organizer dengan peta konsep. Guru menyampaikan fokus dari

pelajaran pada pertemuan pertama adalah membuat model matematika

dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dan pada

pertemuan kedua adalah menyelesaikan model matematika.

Pada siklus III ini guru menerapkan komponen-komponen yang

sama pada siklus I dan siklus II. Pada siklus III guru lebih

memaksimalkan dalam memperhatikan lagi langkah-langkah model

Advance organizer berbantu peta konsep sehingga siswa bisa

mengaitkan materi yang pernah dipelajari dengan materi yang akan

dipelajari. Guru harus selalu memberikan motivasi dalam setiap

pembelajaran sehingga siswa lebih bersemangat dan aktif dalam

mengikuti pelajaran matematika sehingga minat dan prestasi lebih

meningkat. Selalu memberikan kebebasan kepada siswa dalam hal

mempresentasikan hasil diskusinya, agar siswa dapat belajar keberanian.

Guru juga harus selalu memberikan kesempatan kepada siswa jika ada

pendapat yang berbeda agar siswa dapat menyampaikan pendapat

sendiri dan guru seharusnya mendukung dimana siswa belajar penguatan

kognitif. Selain itu guru juga harus selalu memberikan kesempatan

bertanya disetiap sela-sela kegiatan, agar siswa dapat belajar

menemukan sendiri kesimpulan dari hasil belajar dan hasil diskusi.


82

c. Observasi

1) Hasil observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

Data ini diperoleh menggunakan lembar observasi aktivitas

guru. Dari pengamatan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus III

No. Aspek yang diamati Skor rata- Kriteria


P I P II rata
1. Kegiatan awal
a. Guru menyampaikan
Menyampaikan tujuan Sangat
4 4 4
pembelajaran dan model baik
yang digunakan.
b. Guru memotivasi siswa
dengan memberi penjelasan 4 3,5 Sangat
3
tentang pentingnya materi baik
ini.
2. Kegiatan inti
a. Guru menunjukan advance
organizer dengan peta
konsep yang merupakan Sangat
4 4 4
ringkasan struktur dari baik
materi SPLDV di depan
kelas melalui media LCD.
b. Guru menyebutkan setiap
atribut didalam advance 3 3 3 Baik
organizer dengan peta
konsep.
c. Guru mengingatkan
kembali dengan tanya jawab
tentang materi sebelumnya 3 3 3 Baik
yang berkaitan dengan
materi yang sedang
dipelajari.
d. Guru mempresentasikan 3 4 3,5 Sangat
fokus materi dengan
83

menggunakan diferensiasi baik


progresif .
e. Guru mempertahankan 2 3 2,5 Baik
perhatian.
f. Guru mempersilakan siswa
untuk berkumpul sesuai Sangat
dengan kelompok yang telah 4 4 4
baik
dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
g. Guru membagikan LKS
pada masing-masing Sangat
kelompok, agar dikerjakan 3 4 3,5
baik
bersama dengan
kelompoknya
h. Guru memberikan Sangat
bimbingan pada siswa 3 4 3,5
baik
apabila mengalami kesulitan
i. Guru mengaktifkan dan Sangat
mengawasi jalannya diskusi 3 4 3,5
baik
dalam kelompok.
j. Guru membantu siswa
dalam menyiapkan hasil Sangat
3 4 3,5
diskusi yang akan baik
dipresentasikan.
k. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk 3 3 3 Baik
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya
l. Guru mengecek dan
mengklarifikasi hasil 3 3 3 Baik
presentasi siswa.
m. Guru membantu siswa
untuk melakukan evaluasi 3 3 3 Baik
dan refleksi hasil dari
diskusi tersebut.
3. Kegiatan akhir
a. Guru mengecek pemahaman
siswa dengan mengajukan 3 3 3 Baik
pertanyaan.
84

b. Guru memberikan PR. 4 3,5 Sangat


3
baik
Jumlah 54 61 57,5
Sangat
Rata-rata 3,17 3,58 3,38 baik

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam

pembelajaran yang dilakukan pada siklus III diperoleh skor total

57,5 dengan skor rata-rata 3,38 sehingga termasuk dalam kriteria

sangat baik. Adapun aktivitas guru dalam pembelajaran meliputi 3

tahapan, yaitu kegitan awal, kegiatan inti dan penutup. Secara rinci

hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus III dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

(1) Kegiatan awal

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan model yang

digunakan memperoleh skor rata-rata 4 (sangat baik). Pada

pertemuan pertama dan kedua masing-masing memperoleh

skor 4 (sangat baik) karena guru melakukan semua kegiatan

yaitu mulai dari menyampaikan model dan tujuan

pembelajaran, mengenalkan materi yang akan disampaikan

dan mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran.

Sehingga pada siklus ketiga ini, guru dianggap sudah

sempurna.

b. Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya materi memperoleh skor 3,5 (sangat baik). Pada


85

pertemuan pertama memperoleh skor 3 (sangat baik) karena

guru hanya melakukan tiga kegiatan saja yaitu memotivasi

siswa agar ikut dalam pembelajaran, memotivasi manfaat

materi untuk kehidupan sehari-hari serta memberikan

gambaran tentang kegiaatan yang akan dilakukan. Pada

pertemuan kedua memperoleh skor 4 (sangat baik) karena

selain guru melakukan kegiatan yang sama pada pertemuan

pertama yaitu memotivasi siswa agar ikut dalam

pembelajaran, memotivasi manfaat, memberikan gambaran

juga memberikan semangat belajar kepada siswa.

(2) Kegiatan inti

a. Guru menunjukan advance organizer dengan peta konsep

yang merupakan ringkasan struktur dari materi SPLDV di

depan kelas melalui media LCD memperoleh skor rata-rata 4

(sangat baik) karena pada masing-masing pertemuan guru

dianggap sudah sempurna karena melakukan empat kegiatan

yaitu menyajikan advance organizer dengan peta konsep

secara tepat tempat, meminta siswa memperhatikan advance

organizer dengan peta konsep, memastikan semua siswa

memahami bentuk advance organizer dengan peta konsep,

dan penggunaan bahasa serta sistematika advance organizer

dengan peta konsep yang mudah dimengerti.


86

b. Guru menyebutkan setiap atribut dalam advance organizer

dengan peta konsep memperoleh skor rata-rata 3 (baik). Pada

pertemuan pertama dan kedua masing-masing memperoleh

skor 3 (baik). Pada pertemuan pertama dan kedua, guru

melakukan tiga kegiatan yang sama yaitu menyebutkan

semua unsure atribut yang ada dalam advance organizer

dengan peta konsep, menanyakan kepada siswa jika ada yang

kurang jelas dan terakhir mengulangi penjelasan agar siswa

lebih paham dan familiar.

c. Guru mengingatkan kembali tentang materi yang berkaitan

atau sebelumnya memperoleh skor rata-rata 3 (baik). Pada

masing-masing pertemuan, guru hanya melakukan tiga

kegiatan, sehingga memperoleh skor 3 (baik). Pada

pertemuan pertama, guru memberikan pertanyaan tentang

materi sebelumnya yang berkaitan, guru menanyakan apakah

ada permasalahan dan guru memberikan penjelasan bahwa

materi sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru

memberikan pertanyaan tentang materi sebelumnya yang

berkaitan, menanyakan apakah ada permasalahan dan

memberikan penguatan tentang materi sebelumnya yang

berkaitan.
87

d. Guru mempresentasikan fokus materi dengan menggunakan

diferensiasi progresif memeproleh skor rata-rata 3,5 (sangat

baik) karena pada pertemuan pertama guru sudah melakukan

tiga kegiatan yaitu meminta siswa memperhatikan peta

konsep eksplisit materi, penyampaian sistematis dalam

mengembangkan materi secara khusus, dan penggunaan

bahasa yang jelas, benar dan mudah dimengerti. Pada

pertemuan kedua memperoleh skor 4 (sangat baik), karena

guru telah melakukan empat kegiatan, selain tiga kegiatan

yang dilakukan pada pertama, guru juga meminta siswa

mencatat.

e. Guru mempertahankan perhatian memperoleh skor rata-rata

2,5 (baik). Pada pertemuan pertama guru memperoleh skor 2

(cukup baik), karena guru melakukan dua kegiatan yaitu

menanyakan kepada siswa apabila ada hal yang kurang jelas

dan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat sebagai

umpan. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru meminta

siswa memperhatikan penjelasan guru, menanyakan jika ada

hal yang kurang jelas dan memberikan pertanyaan kepada

siswa. Sehingga pada pertemuan ketiga memperoleh skor 3

(baik).

f. Guru mempersilakan siswa untuk berkum pul sesuai dengan

kelompok yang telah dibentuk memperoleh skor 4 (sangat


88

baik). Pada pertemuan pertama dan kedua, guru sudah

melakukan semua keguatan dengan baik yaitu kegiatan

membagi kelompok diskusi, meminta siswa duduk sesuai

dengan kelompoknya, meminta siswa tertib dalam

kelompoknya dan mengkondisikan setiap kelompok agar siap

mengikuti diskusi. Sehingga pada masing-masing pertemuan

memperoleh skor 4 (sangat baik).

g. Guru membagikan LKS pada masing-msing kelompok

memperoleh skor rata-rata 4 (sangat baik). Pada pertemuan

pertama dan kedua, guru sudah melakukan semua kegiatan

dengan menyeluruh yaitu membagikan LKS pada setiap

kelompok, memberitahukan cara mengerjakan LKS,

memberi kesempatan untuk bertanya dan memberi alokasi

waktu untuk mengerjakan. Sehingga pada pertemuan pertama

dan kedua memperoleh skor 4 (sangat baik).

h. Guru memberikan bimbingan pada siswa apabila mengalami

kesulitan memperoleh skor rata-rata 3,5 (sangat baik).Pada

pertemuan pertama, guru melakukan 3 kegiatan yaitu

memberi kesempatan siswa untuk bertanya, memberikan

jawaban atas pertanyaan yang diajukan di depan kelas dan

mengawasi jalannya diskusi. Sehingga pertemuan pertama

memperoleh skor 3 (baik). Sedangkan pada pertemuan

kedua, guru tidak hanya melakukan tiga kegiatan seperti pada


89

pertemuan pertama, tetapi juga membimbing siswa dalam

menyelesaikan permasalahan yang sulit. Sehingga pertemuan

kedua memperoleh skor 4 (sangat baik).

i. Guru mengaktifkan dan mengawasi diskusi dalam kelompok

memperoleh skor 3,5 (sangat baik). Pada pertemuan pertama

guru hanya melakukan tiga kegiatan yaitu berkeliling,

meminta siswa untuk saling berbagi gagasan, dan meminta

siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya dengan tertib.

Sehingga pada pertemuan pertama memperoleh skor 3 (baik).

Pada pertemuan pertama dan kedua, guru sudah melakukan

semua keegiatan secara baik, yaitu kegiatan guru berkeliling,

meminta siswa untuk berbagi gagasan, meminta kelompok

untukberbagi tugas pada setiap siswa, dan meminta siswa

untuk berdiskusi dalam kelompoknya dengan tertib.

Sehingga pada pertemuan kedua, guru memperoleh skor 4

(sangat baik).

j. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil yang akan

dipresentasikan memperoleh skor rata-rata 3,5 (sangat baik).

Pada pertemuan pertama guru memperoleh skor 3 (baik)

karena guru melakukan tiga kegiatan yaitu memberitahukan

kepada siswa cara menuliskan hasil diskusi dengan baik,

meminta siswa untuk mempersiapkan penjelasannya tentang

hasil diskusi dan meminta siswa agar paham tentang hasil


90

diskusi kelompoknya. Pada Pertemuan kedua memperoleh

skor 4 (sangat baik) karena guru tidak hanya melakukan tiga

kegiatan pada pertemuan pertama, tetapi juga meminta siswa

agar mencatat hasil diskusinya.

k. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi memperoleh skor rata-rata 3

(baik). Pada pertemuan pertama dan kedua masing-masing

memperoleh skor 3 (baik) karena guru hanya melakukan tiga

kegiatan yang sama yaitu memberi kesempatan kelompok

yang mau mempresentasikan, menunjuk beberapa kelompk

secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan

mengkondisikan siswa untuk memperhatikan kelompok yang

sedang presentasi.

l. Guru mengecek hasil presentasi siswa dan membahas

masalah secara bersama-sama memperoleh skor rata-rata 3

(baik). Pada pertemuan pertama memperoleh skor 3 (baik)

karena guru hanya melakukan tiga kegiatan yaitu meminta

siswa mengecek kembali hasil diskusi kelompoknya,

meminta siswa membandingkannya dengan hasil diskusi

kelompok yang presentasi dan meminta siswa meneliti

kenapa jawaban mereka berbeda. Sehingga pertemuan

pertama memperoleh skor 3 (baik). Sama halnya dengan

pertemuan kedua memperoleh skor 3 (baik), karena guru


91

meminta siswa mengecek kembali hasil diskusi

kelompoknya, meminta siswa membandingkannya dengan

hasil diskusi kelompok yang presentasi dan member arahan

serta umpan balik untuk menemukan jawaban yang benar.

m. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi hasil dari diskusi memperoleh sor rata-rata 3 (baik).

Pada pertemuan pertama guru melakukan tiga kegiatan yaitu

meminta kelompok lain mengecek jawaban dari kelompok

yang presentasi, meminta siswa menanggapi hasil presentasi

dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk

memberikan saran atau kritik untuk siswa yang telah

presentasi. Sehingga pada pertemuan pertama memperoleh

skor 3 (baik). Pada pertemuan kedua guru memperoleh skor

3 (baik) juga karena melakukan tiga kegiatan yang sama.

(3) Kegiatan akhir

a. Guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan

pertanyaan memperoleh skor rata-rata 3 (baik). Pada

pertemuan pertama dan kedua memperoleh skor 3 (baik)

karena guru melakukan tiga kegiatan yang sama. Pada

pertemuan pertama dan kedua guru memberikan pertanyaan

kepada siswa terkait dengan materi yang telah dibahas,

menanyakan apakah ada permasalahan, dan menanyakan


92

kepada siswa apakah sudah paham dengan materi yang telah

dibahas.

b. Guru memberikan PR memperoleh skor 3,5 (sangat Baik).

Pada pertemuan pertama, guru melakukan tiga kegiatan yaitu

memberikan tugas rumah, meminta siswa untuk mencatat

soal PR, dan memberitahukan gambaran penyelesaian dari

tugas rumah tersebut. Pada pertemuan kedua, guru

menyempurnakan dengan memberitahukan materi untuk

pertemuan selanjutnya. Sehingga pada pertemuan kedua guru

memperoleh skor 4 (sangat baik) karena melakukan empat

kegiatan selain tiga kegiatan seperti pada pertemuan pertama.

2) Hasil observasi siswa

Data ini diperoleh menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran pada siklus III dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 13. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran

Skor Rata-
No. Aspek yang diamati Kriteria
PI P II rata
1. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
a. Kehadiran siswa. 4 4 4 Sangat baik
b. Kelompok bersedia maju di 3 3 3 Baik
depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
Skor total indikator 7
Rata-rata indikator 3,5 Sangat baik
2. Ketertarikan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
a. Siswa bertanya kepada guru 3 3 3 Baik
93

tentang materi yang belum jelas.


b. Siswa mengerjakan LKS sesuai 3 4 3,5 Sangat baik
perintah guru.
Skor total indikator 6,5
Rata-rata indikator 3,25 Sangat baik
3. Perhatian siswa pada mata pelajaran
matematika
a. Siswa mendengarkan penjelasan 3 4 3,5 Sangat baik
yang disampaikan guru.
b. Siswa memperhatikan presentasi 2 3 2,5 Baik
kelompok lain.
c. Siswa berkonsentrasi saat 3 3 3 Baik
mengerjakan LKS.
Skor total indikator 9
Rata-rata indikator 3 Baik
4. Keterlibatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
a. Siswa terlibat aktif dalam 3 4 3,5 Sangat baik
diskusi.
b. Siswa saling berbagi dan 3 3 3 Baik
menanggapi ide/gagasan.
c. Siswa menjawab pertanyaan 3 3 3 Baik
yang diajukan guru.
Skor total indikator 9,5
Rata-rata indikator 3,16
Skor Total 32
Sangat
Rata-rata 3,2
baik

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam

pembelajaran yang dilakukan pada siklus III diperoleh skor total 32

dengan skor rata-rata 3,2 sehingga tergolong kriteria sangat baik.

Adapun indikator yang diamati untuk mengukur minat siswa ada

empat yaitu kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran,

ketertarikan siswa, perhatian siswa pada mata pelajaran matematika

dan keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Secara rinci

hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada sikus III dapat

dideskripsikan sebagai berikut:


94

(1) Indikator kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran

memperoleh skor rata-rata 3,5 (sangat baik).

(a) Kehadiran siswa memperoleh skor rata-rata 4 (sangat baik),

Pada pertemuan pertama dan kedua masing-masing

mendapat skor 4 (sangat baik). Pada pertemuan pertama dan

kedua semua siswa hadir sejumlah 33 siswa, tanpa ada yang

absen. Sehingga pada siklus 3, untuk kehadiran siswa sudah

sangat baik.

(b) Kesediaan kelompok untuk maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi memperoleh skor rata-rata 3

(baik). Pada pertemuan pertama dan kedua, hanya 6

kelompok yang bersedia untuk maju mempresentasikan hasil

diskusinya. Sementara 2 kelompok lainnya belum bersedia

maju.

(2) Indikator ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran

memperoleh skor rata-rata 3,25 (sangat baik).

(a) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas

mendapat skor rata-rata 3 (baik). Pada pertemuan pertama

mendapat skor 3 (baik), karena jumlah siswa yang bertanya

ada 20 siswa, sedangkan pada pertemuan kedua jumlah siswa

yang bertanya meningkat 22 siswa sehingga pertemuan

kedua masih memperoleh skor 3 (baik).


95

(b) Siswa mengerjakan LKS sesuai perintah guru mendapat skor

rata-rata 3,5 (sangat baik). Pada pertemuan pertama

mendapat skor 3 (baik), karena jumlah siswa yang

mengerjakan LKS ada 23 siswa. Pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang mengerjakan LKS bertambah 3 siswa

menjadi 26 siswa, Sehingga pertemuan kedua memperoleh

skor 4 (sangat baik). Pada pertemuan kedua siklus 3 ini,

minat siswa sangat baik.

(3) Indikator perhatian siswa pada mata pelajaran matematika

mendapat skor rata-rata 3 (baik).

(a) Siswa mendengarkan penjelasan guru mendapat skor rata-

rata 3,5 (sangat baik). Pada pertemuan pertama jumlah siswa

yang mendengarkan hanya 22 siswa, sehingga pertemuan

pertama mendapat skor 3 (baik) dan pertemuan kedua

meningkat hingga 27 siswa yang mendengarkan . Sehingga

pertemuan kedua mendapat skor 4 (sangat baik).

(b) Siswa memperhatikan presentasi kelompok lain mendapat

skor rata-rata 2,5 (baik). Pada pertemuan pertama, jumlah

siswa yang memperhatikan presentasi kelompok lain hanya

14 siswa, sehingga pertemuan pertama mendapat skor 2

(cukup baik). Sedangkan pada pertemuan kedua mendapat

skor 3 (baik), karena hanya 23 siswa yang mendengarkan.


96

(c) Siswa berkonsentrasi saat mengerjakan LKS mendapat skor

rata-rata 3 (baik). Pada pertemuan pertama mendapat skor 3

(baik), karena ada 21 siswa yang berkonsentrasi mengerjakan

LKS, sedangkan pertemuan kedua meningkat menjadi 23

siswa yang berkonsentrasi mencoba mengerjakan, sehingga

masing-masing pertemuan mendapat skor 3 (baik).

(4) Indikator keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

mendapat skor rata-rata 3,16 (baik).

(a) Siswa terlibat aktif dalam diskusi mendapat skor rata-rata 3,5

(sangat baik), karena pertemuan pertama sudah 23 siswa

yang terlibat aktif dalam diskusi, sehingga pada pertemuan

pertama mendapat skor 3 (baik). Sedangkan pada pertemuan

kedua meningkat menjadi 29 siswa yang aktif sehingga

pertemuan kedua mendapat skor 4 (sangat baik).

(b) Siswa saling berbagi dan menanggapi ide/gagasan mendapat

skor rata-rata 3 (baik), karena pada pertemuan pertama hanya

20 siswa yang berusaha saling berbagi dan menanggapi ide,

sedangkan pertemuan kedua meningkat menjadi 23 siswa

yang berbagi dan menanggapi ide, sehingga masing-masing

pertemuan hanya memperoleh skor 3 (baik).

(c) Siswa menjawab pertanyaan guru mendapat skor rata-rata 3

(baik), karena pada pertemuan pertama hanya 19 siswa yang

bisa menjawab pertanyaan guru. Pada pertemuan kedua


97

meningkat menjadi 23 siswa, sehingga masing-masing

pertemuan hanya mendapat skor 3 (baik).

Dari keseluruhan observasi minat siswa pada siklus III,

diperoleh skor total 32 dengan skor rata-rata 3,2. Sehingga pada

siklus III, minat siswa mengikuti pembelajaran matematika sudah

tergolong kriteria sangat baik.

3) Angket minat siswa dan tes evaluasi siklus III

Data ini diperoleh menggunakan angket minat belajar siswa.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran pada siklus III dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 14. Angket minat belajar siswa

No. Indikator Presentase Kriteria


Kesukacitaan siswa dalam
1 83% Sangat tinggi
mengikuti pembelajaran
Ketertarikan siswa dalam
2 71% Tinggi
mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa pada mata
3 74% Tinggi
pelajaran matematika
Keterlibatan siswa dalam
4 70% Tinggi
mengikuti pembelajaran
Rata-rata 74% Tinggi

Berdasarkan hasil angket minat belajar siswa siklus III yang

dilakukan pada akhir siklus yaitu dengan menggunakan rata-rata

secara klasikal. Dari 33 siswa ada 6 siswa dengan minat sangat

tinggi, 20 siswa dengan minat tinggi, dan 7 siswa dengan minat

sedang. Rata-rata minat secara klasikal adalah 74%, artinya minat

siswa tinggi. (skor angket minat siswa siklus III terdapat pada

lampiran I)
98

Sedangkan untuk tes evaluasi pada siklus III ini diperoleh nilai

rata-rata sebesar 76,27 dengan ketuntasan belajar 87,87%. (nilai tes

siklus III pada lampiran J)

d. Evaluasi

Dari hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran

siklus III pada pertemuan pertama diperoleh skor rata-rata 3,17 dan

mengalami kenaikan pada pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,58,

jadi skor rata-rata pada siklus III adalah 3,38 dimana artinya kinerja atau

aktivitas guru sudah termasuk dalam kriteria sangat baik.

Dari hasil observasi minat siswa selama proses pembelajaran

siklus III pada pertemuan pertama diperoleh skor rata-rata 3,0 dan

mengalami kenaikan pada pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,4.

Jadi skor rata-rata pada siklus III adalah 3,2 dimana artinya minat belajar

siswa dalam kriteria sangat baik.

Dari hasil angket yang diberikan pada siklus III, didapat 7 siswa

dengan kriteria cukup berminat, 20 siswa denan kriteria berminat, dan 6

siswa dengan kriteria sangat berminat. Presentase setiap indikator minat

belajar matematika yaitu 83% dengan kriteria sangat tinggi untuk

kesukacitaan, 71% dengan kriteria tinggi untuk ketertarikan, 74%

dengan kriteria tinggi untuk perhatian, dan 70% dengan kriteria tinggi

untuk keterlibatan, sedangkan presentase rata-rata minat belajar

matematika siklus III mencapai 74% dengan kriteria tinggi.


99

Tes evaluasi pada siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,27

dengan ketuntasan belajar 87,87%. Jika dibandingkan dengan siklus II,

maka hasil penelitian pada siklus III mengalami kenaikan dan sudah

mencapai indikator keberhasilan yaitu hasil tes evaluasi siswa secara

klasikal 85% siswa tuntas belajar dengan niai minimum 70. Dari hasil

evaluasi tersebut maka penelitian ini dianggap cukup.

B. Pembahasan

Hasil penelitian dari pelaksanaan siklus I sampai dengan siklus III adalah

sebagai berikut:

1. Observasi aktivitas guru

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa aktivitas guru selama

proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan

siklus III. Hal ini dikarenakan guru selalu berupaya untuk memperbaiki

kelemahan untuk meningkatkan kinerjanya demi keberhasilan peserta

didik. Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Hasil observasi aktivitas guru


Siklus Rata-rata Kriteria
I 1,82 Cukup baik
II 2,52 Baik
III 3,38 Sangat baik

Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 1,82 dengan

kriteria cukup baik. Pada siklus II nilai rata-rata guru sebesar 2,52 dengan
100

kriteria baik. Dan pada siklus III nilai rata-rata guru sebesar 3,38 dengan

kriteria Sangat baik. Hasil perolehan skor rata-rata aktivitas guru melalui

pembelajaran dengan model Advance organizer berbantu peta konsep tiap

objek pengamatan disajikan dalam gambar berikut:

4
3.5
3
2.5
siklus I
2
siklus II
1.5
siklus III
1
0.5
0
a b c d e f g h i j k l m n o p q

Gambar 2. Histogram Aktivitas Guru

Keterangan:
a. Guru menyampaikan Menyampaikan tujuan pembelajaran dan model
yang digunakan
b. Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya materi ini.
c. Guru menunjukan advance organizer di LCD yang merupakan
ringkasan struktur dari materi SPLDV.
d. Guru menyebutkan setiap atribut didalam advance organizer.
e. Guru mengingatkan kembali dengan tanya jawab tentang materi
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
f. Guru mempresentasikan fokus materi dengan menggunakan
differensiasi progresif.
g. Guru mempertahankan perhatian.
h. Guru mempersilakan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok
yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.
i. Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok, agar
dikerjakan bersama dengan kelompoknya.
j. Guru memberikan bimbingan pada siswa apabila mengalami kesulitan.
k. Guru mengaktifkan dan mengawasi jalannya diskusi dalam
kelompok.
l. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi yang akan
dipresentasikan.
101

m. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan


hasil diskusi kelompoknya.
n. Guru mengecek dan mengklarifikasi hasil presentasi siswa.
o. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi hasil
dari diskusi tersebut.
p. Guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan.
q. Guru memberikan PR.

Pada tabel di atas, aktivitas guru melalui pembelajaran model

advance organizer berbantu peta konsep dari siklus I sampai dengan siklus

III mengalami peningkatan. Aktivitas guru pada siklus I diperoleh nilai

rata-rata sebesar 1,82 yang termasuk dalam kriteria cukup baik. Pada siklus

II diperoleh nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 2,52 yang termasuk dalam

kriteria baik. Sedangkan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata aktivitas

guru sebesar 3,38 yang termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini

disebabkan guru sudah terbiasa mengkondisikan siswa terlebih dahulu agar

siap mengikuti pelajaran dan untuk melakukan diskusi serta guru

mempunyai kinerja yang meningkat dalam pembelajaran. Guru selalu

membimbing siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran, membimbing

siswa dalam menyelesaikan LKS, menunjuk kelompok untuk presentasi

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, melakukan

tanya jawab tentang hal yang belum dipahami siswa, dan membimbing

siswa dalam menyimpulkan materi. Kemudian guru sudah mampu

mengatur waktu secara efisien yang digunakan dalam pembelajaran

menggunakan model advance organizer berbantu peta konsep, hal ini

dikarenakan guru telah melakukan persiapan yang baik.


102

2. Observasi Minat Siswa

Tabel 16. Hasil Observasi Minat Siswa

Siklus
No. Indikator Minat
I II III
Kesukacitaan siswa dalam mengikuti
1. 2,25 3,25 3,5
pembelajaran.
Ketertarikan siswa dalam mengikuti
2. 1,75 2,25 3,25
pembelajaran.
Perhatian siswa pada mata pelajaran
3. 1,83 2,3 3
matematika.
Keterlibatan siswa dalam mengikuti
4. 2 2,3 3,16
pembelajaran.
Rata-rata 1,95 2,5 3,2
Cukup Sangat
Kriteria Baik
baik baik

Hasil observasi siswa pada tabel di atas dapat dibuat sebuah grafik

sebagai berikut:

Rata-rata Observasi Minat Siswa

4
3
skor

2
1
Rata-rata
0
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Rata-rata 1.95 2.5 3.38

Gambar 3. Rata-rata Observasi Minat Siswa

Dari gambar grafik tersebut, terlihat bahwa minat siswa pada setiap

siklus mengalami peningkatan. Dari siklus I dengan skor rata-rata 1,95

menjadi 2,5 pada siklus II dan 2,5 pada siklus II menjadi 3,2 pada siklus

III.
103

Selanjutnya akan dibahas perkembangan skor tiap indikator sebagai

berikut:

1) Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil perolehan

skor rata-rata pada indikator ini disajikan dalam gambar sebagai

berikut:

Indikator 1
4
3.25 3.5
2 2.25 Skor rata-
rata
0
Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 4 . Grafik skor rata-rata indikator 1

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata indikator

pertama dari siklus I ke siklus II, siklus II ke siklus III mengalami

kenaikan, yaitu dari rata-rata skor 2,25 ke 3,25, dan dari 3,25 menjadi

3,5. Hal tersebut dikarenakan siswa menyukai cara penyajian advance

organizer yang menarik yaitu menggunakan media LCD disertai

dengan peta konsep materi yang terarah sehingga memperjelas siswa

untuk dapat memahami materi dengan cepat. Oleh karena siswa dapat

memahami materi dengan cepat sehingga membuat siswa berkompetisi

untuk dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar.

2) Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil perolehan

skor rata-rata pada indikator ini disajikan dalam gambar sebagai

berikut:
104

Indikator 2
4
3.25
2 2.25
1.75 Skor rata-rata
0
Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 5. Grafik skor rata-rata indikator 2

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata indikator

pertama dari siklus I ke siklus II, siklus II ke siklus III mengalami

kenaikan, yaitu dari rata-rata skor 1,75 ke 2,25, dan dari 2,25 menjadi

3,25. Kenaikan skor tersebut dikarenakan presentasi materi pelajaran

yang sistematis dan disempurnakan dengan peta konsep yang

semakin menguatkan pengetahuan siswa, mempermudah siswa

mencerna materi pelajaran, sehingga siswa bersemangat untuk

bertanya tentang materi yang kurang jelas. Dan karena penyajian

LKS yang terarah, dilengkapin dengan petunjuk yang jelas sehingga

memudahkan siswa semakin bersemangat untuk mengerjakan LKS.

3) Perhatian siswa pada mata pelajaran matematika. Hasil perolehan skor

rata-rata pada indikator ini disajikan dalam gambar sebagai berikut:

Indikator 3
4
2 3
2.3
1.83 Skor rata-rata
0
Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 6. Grafik skor rata-rata indikator 3


105

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata indikator

pertama dari siklus I ke siklus II, siklus II ke siklus III mengalami

kenaikan, yaitu dari rata-rata skor 1,83 ke 2,3, dan dari 2,3 menjadi 3.

Peningkatan skor tersebut dikarenakan cara guru dalam

mengembangkan fokus materi menggunakan diferensiasi progresif

yang membuat siswa lebih mudah memahami materi SPLDV,

sehingga siswa semakin bersemangat mendengarkan penjelasan guru

dan semakin bersemangat mengerjakan LKS serta memperhatikan

presentasi.

4) Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil perolehan

skor rata-rata pada indikator ini disajikan dalam gambar sebagai

berikut:

Indikator 4
4
3.16
2 2.3
2 Skor rata-rata
0
Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 7. Grafik skor rata-rata indikator 4

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata indikator

pertama dari siklus I ke siklus II, siklus II ke siklus III mengalami

kenaikan, yaitu dari rata-rata skor 2 ke 2,3, dan dari 2,3 menjadi

3,16. Peningkatan tersebut dikarenakan tindakan-tindakan guru yang

mengacu pada penguatan organisasi kognitif siswa yang terstruktur

dan tidak membosankan sehingga siswa lebih aktif dalam diskusi


106

dan berlomba untuk selalu dapat menjawab pertanyaan guru baik

lisan maupun LKS dengan cepat dan tepat.

Secara keseluruhan siswa sudah semakin dapat menyesuaikan

diri dengan pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep,

hal tersebut terlihat dari akumulasi skor rata-rata indikator minat

siswa yang selalu meningkat di tiap siklusnya, yang menggambarkan

bahwa siswa lebih bersemangat untuk belajar matematika khususnya

pada materi SPLDV.

Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa menemui model

pembelajaran yang dilaksanakan, siswa diberi banyak kesempatan

untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa

sudah dapat menyesuaikan diri dengan pembelajaran yang

digunakan oleh guru serta sikap siswa yang bersedia bekerja sama

selama proses pembelajaran dengan mengikuti pelajaran dengan

baik.

3. Angket Minat siswa

Hasil angket minat siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 17. Peningkatan presentase setiap indikator angket minat belajar


matematika dari siklus I ke siklus II, dan silkus II ke siklus III

Indikator Minat Siklus Siklus Siklus


Kriteria Kriteria Kriteria
Belajar Matematika I II III
Kesukacitaan 64% Tinggi 74% Tinggi 83% Sangat tinggi
Keterterikan 60% Sedang 67% Tinggi 71% Tinggi
Perhatian 58% Sedang 64% Tinggi 74% Tinggi
Keterlibatan 60% Sedang 67% Tinggi 70% Tinggi
107

Dari tabel diatas dapat dilihat dengan jelas adanya peningkatan

minat siswa yang dilihat dari angket minat siswa. Siswa dengan minat

yang tinggi mengalami peningkatan dari setiap siklus yaitu siklus I dengan

7 siswa, siklus II dengan 14 siswa, dan siklus III telah mencapai 20 siswa.

Peningkatan tersebut juga dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Grafik Angket Minat Belajar


Prosentase

100%
80% Siklus 3
Siklus 2
60%
Siklus 1
40%
Kesukacit Ketertarik Perhatian Keterlibat
aan an an
Siklus 1 64% 60% 58% 60%
Siklus 2 74% 67% 64% 67%
Siklus 3 83% 71% 74% 70%

Gambar 8. Grafik peningkatan presentase setiap indikator angket minat


belajar matematika dari siklus I ke siklus II, dan siklus II ke siklus III

Rata-rata Angket Minat Siswa

80%
Prosentase

70%
60%
50%
40%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Rata-rata 60% 68% 74%

Gambar 9.Presentase Rata-rata Angket Minat Belajar Siswa


108

4. Tes evaluasi siswa

Nilai rata-rata tes evaluasi pada siklus I ke siklus II dan siklus II ke

siklus III juga mengalami peningkatan, dimana pada siklus I diperoleh nilai

rata-rata tes evaluasi sebesar 68,76 dengan ketuntasan belajar 66,67% dan

pada siklus II diperoleh nilai rata-rata tes evaluasi sebesar 73,36 dengan

ketuntasan belajar 78,79%, sedangkan untuk siklus III diperoleh nilai rata-

rata tes evaluasi sebesar 76,27 dengan ketuntasan belajar 87,87%. Dalam

model pembelajaran Advance Organizer ditujukan untuk memperkuat

struktur kognitif siswa, dan apabila informasi disimpan secara terorganisir

maka seseorang bisa dengan lebih mudah mengeluarkannya kapan pun

dibutuhkan.

Oleh karena itu, dalam tiap pertemuan pembelajaran siswa sudah

dibiasakan untuk mengerjakan LKS, yang mana LKS tersebut disusun

secara terorganisir, sistematis dan terarah. Sehingga memudahkan siswa

dalam memahami alur pengerjaan dan lebih mudah pula dalam

mengerjakan soal tes evaluasi pada tiap siklusnya. Hal tersebut

menunjukan peningkatan yang cukup signifikan dalam pembelajaran

matematika menggunakan model Advance Organozer berbantu peta

konsep.

Adapun nilai rata-rata dalam siklus I, siklus II dan siklus III dapat

disajikan sebagai berikut:


109

Tabel 18.
Nilai evaluasi siklus I, siklus II, dan siklus III
Siklus Nilai rata-rata Ketuntasan
I 68,76 66,67%
II 73,36 78,79%
III 76,27 87,87%

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Advance Organizer berbantu peta konsep dapat

meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VIII C MTs Nurul

Salam Wanarata pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua

variabel. Selain itu model pembelajaran Advance Organizer berbantu

peta konsep juga dapat meningkatkan nilai rata-rata prestasi siswa dari

siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III.


110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengamatan dan evaluasi dalam tiga siklus dengan

hasil tersebut di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dapat meningkatkan

minat belajar matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata minat

belajar matematika dan prosentase rata-rata angket minat siswa yang

semakin meningkat dalam setiap siklus. Pada siklus I memperoleh skor rata-

rata minat belajar matematika sebesar 1,95 dan prosentase rata-rata angket

minat siswa sebesar 60%, pada siklus II memperoleh skor rata-rata minat

belajar matematika sebesar 2,5 dan prosentase rata-rata angket minat siswa

sebesar 68% dan pada siklus III memperoleh skor rata-rata minat belajar

matematika sebesar 3,38 dan prosentase rata-rata angket minat siswa

sebesar 74%.

2. Prestasi belajar siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II, siklus II ke

siklus III. Pada siklus I mendapat nilai rata-rata tes evaluasi sebesar 68,76

dengan ketuntasan belajar sebesar 66,67%, pada siklus II mendapat nilai

rata-rata tes evaluasi sebesar 73,36 dengan ketuntasan belajar sebesar

78,79% dan pada siklus III mendapat nilai rata-rata tes evaluasi sebesar

76,27 dengan ketuntasan belajar sebesar 87,87 %.

3. Akibat dari kenaikan minat belajar siswa, prestasi belajar menjadi

meningkat.

110
111

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

maka diajukan sejumlah saran. Saran tersebut diajukan kepada penentu

kebijakan, pelaksana kebijakan dan peneliti selanjutnya.

1. Terhadap penentu kebijakan

a) Disarankan membuat kebijakan bagi siswa dan guru berprestasi

sehingga akan lebih mendongkrak semangat mereka untuk

mengembangkan potensinya secara maksimal, khususnya dibidang

matematika.

b) Disarankan menyediakan perangkat teknologi komunikasi sehingga

siswa bisa mengakses informasi dengan mudah, cepat, murah, efektif

dan efisien.

2. Terhadap pelaksanaan kebijakan

a) Disarankan memberikan suasana dan metode pembelajaran yang

variatif agar mengurangi kejenuhan siswa sehingga minat dan prestasi

belajar siswa matematika meningkat.

b) Disarankan selalu memberikan latihan yang kontinu dan bimbingan

seperlunya untuk mengoptimalkan prestasi matematika siswa.

3. Terhadap peneliti selanjutnya

Disarankan kepada pemerhati pendidikan matematika untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut sehubungan dengan proses dan hasil

penelitian tentang model pembelajaran advance organizer berbantu peta


112

konsep ini. Hal ini perlu dilakukan demi kelancaran proses pembelajaran

sehingga kualitas pendidikan kita akan semakin membaik.

Anda mungkin juga menyukai