TITLE
Nadhifah Agistania1, Jul Arfa Gorat2, Danti Saputri3, Dian Hestiyantari4, Rahmat Genta
Qinanda5
Rabu Pagi – Kelompok 3
1) 2) 3) 4) 5)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
Email:
Abstrak: Dustfall atau debu jatuh merupakan salah satu macam dari banyak bentuk partikel.
Dustfall adalah debu jatuh akibat dari pengaruh gravitasi maupun yang terbawa air hujan, diukur
setelah pengambilan contoh air uji dalam satu bulan. Dustfall sangat membahayakan kesehatan
manusia khususnya gangguan pada sistem pernafasan. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu
dikaji mengenai kadar partikulat berupa debu jatuh (dustfall) agar dapat segera dilakukan tindakan
pengelolaan pencemaran. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dustfall
pada udara ambien dengan menggunakan metode gravimetrik. Penelitian debu jatuh (dustfall)
dengan metode gravimetri dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan Fateta IPB, pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 07.30-10.00 WIB. Lokasi sampling
berada di lantai 3 Gedung Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dustfall dilakukan selama 21 hari dengan mengabaikan faktor
pengganggu seperti kotoran serangga, alga, jamur, dan dedaunan yang tidak termasuk dalam
kategori partikel terukur. Jumlah konsentrasi dustfall tertinggi yang dihasilkan dari hasil
pengukuran selama 21 hari yaitu sebesar 2.802 ton/km2/bulan dan yang terendah sebesar 1.134
ton/km2/bulan. Jika hasil penelitian dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara maka tergolong dalam kategori aman.
Kata kunci: Debu jatuh, gravimetrik, partikel
Abstract: Dustfall is one type of particle form. Dustfall is falling dust due to the influence of gravity
and carried by rainwater, measured after taking samples of test water in one month. Dustfall is very
dangerous to human health, especially disorders of the respiratory system. Based on this
description, it is necessary to examine the particulate matter in the form of dustfall so that pollution
management measures can be carried out immediately. This study was conducted aimed at
determining the concentration of dustfall in ambient air using the gravimetric method. Dustfall
experiment using the gravimetric method was conducted at the Air Quality Laboratory of the Fateta
IPB Department of Civil and Environmental Engineering, on October 17, 2018 at 07.30-10.00 WIB.
The sampling location is on the 3rd floor of the Department of Civil and Environmental Engineering,
Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University. Dustfall experiment was carried
out for 21 days ignoring disruptive factors such as insect feces, algae, fungi, and leaves that did not
fall into the category of measured particles. The highest number of dustfall concentrations produced
from measurements for 21 days is 2.802 tons/km2/month and the lowest is 1.134 tons/km2/month. If
the results of the experiment are compared with Government Regulation No. 41 1999 of concerning
Air Pollution Control then classified as safe.
Keyword: Dustfall, gravimetric, particles
PENDAHULUAN
Pembangunan yang berkembang semakin pesat dewasa ini, khususnya dalam
industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara ambien tercemar
oleh gas-gas buangan hasil pembakaran (Wardhana 2001). Adanya peningkatan
pada bidang komunikasi, inovasi, dan transportasi merupakan dampak positif
bagi globalisasi. Namun, secara bersamaan globalisasi turut memberikan
dampak pada siklus ekologis berupa polusi. Salah satu polusi pada lingkungan
hidup adalah polusi udara. Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, terdapat sembilan jenis polutan,
salah satunya adalah dustfall (Aisyiah2014).
Dustfall atau debu jatuh merupakan salah satu macam dari banyak bentuk
partikel. Debu adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang berasal dari
berbagai macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik semen, dan
pembuangan sampah terbuka (Sarudji 2010). Dustfall adalah debu jatuh akibat
dari pengaruh gravitasi maupun yang terbawa air hujan, diukur setelah
pengambilan contoh air uji dalam satu bulan. Dustfall sangat membahayakan
kesehatan manusia khususnya gangguan pada sistem pernafasan. Dustfall juga
dapat menurunkan kualitas lingkungan dan mempengaruhi kualitas material.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikaji mengenai kadar partikulat berupa
debu jatuh (dustfall) agar dapat segera dilakukan tindakan pengelolaan
pencemaran. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
dustfall pada udara ambien dengan menggunakan metode gravimetrik.
METODOLOGI
Penelitian debu jatuh (dustfall) dengan metode gravimetri dilakukan di
Laboratorium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fateta
IPB, pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 07.30-10.00 WIB. Lokasi sampling
berada di lantai 3 Gedung Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fateta IPB.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dustfall canister, filter,
timbangan analitik, oven, dan desikator. Pengukuran dustfall dilakukan dengan
lama sampling selama 14 hari.
Langkah awal dalam penelitian ini yaitu ditimbangnya berat filter sebagai data
berat filter awal dengan menggunakan neraca analitik. Disamping itu, juga
dilakukan pengukuran diameter atas dustfall canister sebagai data perhitungan luas
permukaan. Filter yang telah ditimbang, diletakkan dan dipasang pada dustfall
canister. Penyangga dipasang dengan cara ditancapkan pada bagian bawah dustfall
canister. Setelah itu, dustfall canister diletakkan pada ruang terbuka dengan cara
diikat, kemudian dibiarkan selama 14 hari dan setiap harinya dilakukan
pengecekkan alat. Setelah 14 hari, dustfall canister dilepas dan bagian permukaan
dustfall canister dibilas dengan akuades secukupnya. Selanjutnya, filter
dipindahkan dalam petridish dengan bantuan pinset, kemudian dikeringkan dalam
oven selama satu jam dengan suhu diatas 100ᵒC. Setelah satu jam, filter dikeluarkan
dari oven dan didinginkan. Selanjutnya, filter ditimbang kembali menggunakan
neraca analitik. Data yang diperoleh digunakan sebagai data berat filter akhir.
Besarnya berat dustfall dapat dihitung dengan persamaan 1 berikut.
𝑊 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙 … … … … … … … … … … . … … . (1)
Keterangan:
W = Berat dustfall (gram)
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan perhitungan kemudian dianalisis.
Besarnya konsentrasi dustfall yang dihasilkan dibandingkan dengan baku mutu
yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Proses penelitian penentuan konsentrasi dustfall
dengan metode gravimetri secara singkat terdapat pada diagram alir dibawah ini.
Mulai
Ditimbang berat filter sebagai data berat filter awal menggunakan neraca analitik
dan diukur diameter atas dustfall canister sebagai data luas permukaan
Filter dipasang pada dustfall canister. Lalu, dipasang penyangga pada bagian bawah
alat
Diletakan dustfall canister dengan diikat selama 7 hari pada ruang terbuka dan
lakukan pengecekan alat setiap harinya
Setelah 7 hari, lepas dustfall canister dan bilas bagian permukaan dengan akuades
secukupnya. Lalu, pindahkan filter ke petridish dengan pinset
Dikeringkan filter yang basah dalam oven selama 1 jam dengan suhu diatas 100ᵒC.
Kemudian didinginkan dan ditimbang kembali dengan neraca analitik untuk
memperoleh data berat filter akhir
Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian penentuan konsentrasi dustfall dengan
menggunakan metode gravimetri
Berdasarkan hasil yang terdapat dalam Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa berat
filter akhir memiliki nilai yang lebih besar dari berat filter awal. Selisih antara
berat filter akhir dengan berat filter awal menunjukkan berat dustfall yang
diperoleh, yaitu sebesar 0.0184 gram. Berat dustfall, luas permukaan dustfall
canister, dan lama hari akan mempengaruhi jumlah konsentrasi dustfall yang
dihasilkan.
Besarnya konsentrasi dustfall yang dihasilkan dalam pengukuran selama 21
hari yaitu sebesar 2.5797 ton/km2/bulan. Jumlah konsentrasi dustfall tersebut
apabila dibandingkan dengan baku mutu yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara maka
dapat dikategorikan aman. Hal ini dikarenakan konsentrasi dustfall yang
dihasilkan selama 21 hari masih berada di bawah batas ambang maksimum yang
diperbolehkan, yaitu sebesar 10 ton/km2/bulan. Data hasil pengukuran dustfall
oleh setiap kelompok disajikan dalam Tabel 2.
SIMPULAN
Debu jatuh (dustfall) merupakan salah satu bentuk pencemaran udara primer.
Dustfall terdiri dari material yang kompleks dengan komposisi yang konstan dan
konsentrasi logam berat di dalamnya sangat bervariasi. Istilah debu jatuh (dustfall)
mengacu pada aerosol dengan diameter sama atau lebih besar dari 10 μm dan
memiliki kemampuan untuk menetap setelah penghentian sementara di udara.
Jumlah konsentrasi dustfall tertinggi yang dihasilkan dari hasil pengukuran selama
21 hari yaitu sebesar 2.802 ton/km2/bulan dan yang terendah sebesar 1.134
ton/km2/bulan. Jika hasil penelitian dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara maka tergolong
dalam kategori aman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi udara ambien
yang berada di Lantai 3 Gedung Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB
memiliki kualitas udara yang baik.
Saran
Praktikum sudah diawali dengan baik namun terdapat miskomunikasi pada saat
pengecekan sampel sehingga mengakibatkan sampel menjadi terganggu dengan
bahan-bahan yang lainnya.
Daftar Pustaka
[BPLHD Jabar] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat.
2007. Pengembangan Sistem Pemantauan Udara Passive Sampler, Kegiatan
Pengendalian Pencemaran Udara di Jawa Barat. Jawa Barat (ID): BPLHD
Jabar.
Prayudi T, Susanto JP. 2001. Kualitas debu dalam udara sebagai dampak industri
pengecoran logam ceper. J Teknol Lingkungan. 2(2): 168-174
Wieringa MH, Weyler JJ, Bastelaer VFJ, Nelen VJ, Sprundel VMP, Vermeire
PA. 1997. Higher asthma occurance in an urban than a suburban area: role of
house dust mite skin allergy. Eur Resipiration Journal. 10: 1460-1466. Doi:
10.1183/09031936.97.1007146.