Anda di halaman 1dari 21

1.

Mengatasi penyakit flu burung


Disaat angka penderita flu burung di Indonesia meningkat, warga masyarakat semakin khawatir.

"Virus flu burung seperti monster yang bisa mengambil nyawa seseorang kapan saja," tulis sebuah koran
setempat edisi akhir September.

"Histeria telah muncul dan menyebar ke mana-mana," tulis koran lain.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan, banyak warga yang mendatangi rumah sakit karena batuk-
batuk dan demam, khawatir mereka terjangkit virus H5N1.

"Kita perlu ketenangan di sini," ujar juru bicara kantor regional WHO Peter Cordingley. "Sejauh ini baru ada
empat kasus yang pasti. Hampir pasti akan ada lebih banyak, tetapi tidak mencapai ratusan seperti yang
diberitakan sejumlah media lokal."

Dengan demikian That said, there is little doubt that the potential fallout of a huge bird flu epidemic in the
country would be catastrophic.

Sebelum kasus pertama di Indonesia dilaporkan pada bulan Juli, penyakit yang mematikan ini telah
menewaskan puluhan orang di sejumlah negara Asia lain, dan jutaan unggas dibantai.

Baru-baru ini para pejabat PBB memperkirakan bahwa virus flu burung yang dikombinasikan dengan virus
influenza manusia, bisa menyebabkan pandemik global yang hebat dan bisa menewaskan antara lima dan 150
juta orang.

Program vaksinasi

Sejauh ini tidak ada bukti mengenai penularan dari manusia ke manusia, dan para pakar di Indonesia berusaha
penuh untuk memastikan agar hal itu tidak terjadi.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan langkah-langkah "luar biasa", antara lain memaksa mereka yang
terkena virus flu burung ke rumah sakit.

Pemerintah juga telah mengeluarkan petunjuk, meluncurkan kampanye kewaspadaan serta membatasi keluar
masuk ke wilayah tertentu, bahkan menutup kebun binatang di Jakarta setelah burung di sana positif terjangkit
virus itu.

Namun muncul kritik atas keraguan untuk menerapkan pembantaian masal unggal yang mendorong
penyebaran penyakit ini.

Indonesia lebih memilih, jika dimungkinkan untuk menerapkan metode vaksinasi sebagai upaya pengawasan.
Hal ini disebabkan oleh masalah logistik yang dihadapi jika pembantaian masal unggas dilakukan.

Bungaran Saragih mengatakan meski pembantaian masal mungkin dilakukan di sejumlah negara - terutama di
negara barat, terutama karena peternakan unggas berada di peternakan yang besar - hal yang sama di Indonesia
akan sulit dilakukan.

"Di sini ada 220 juta orang, 14 ribu pulau dan hampir semua orang memiliki ayam," ujarnya. "Hampir tidak
bisa dibayangkan jika pembantaian masal dilakukan di sini."

Peter Cordingley dari WHO, bersimpati dengan posisi itu - dan mengatakan saat terjadi wabah di Vietnam dan
Thailand awal tahun ini, juga muncul keraguan untuk membantai unggas.

Namun WHO dan Organisasi Pangan dan Makanan (GAO) menegaskan pembantaian adalah cara efekti satu-
satunya mengatasi virus ini.
2. Fakta tentang penyakit flu burung
Penyebaran flu burung ke Turki dan Rumania ditambah dengan bertambahnya jumlah korban jiwa
manusia di Asia akibat virus itu menyebabkan kekhawatiran besar. Kini di Kroasia ditemukan burung
mati yang ditakutkan juga akibat flu burung. Tetapi apa sebenarnya resiko virus ini bagi manusia?

T: Apa itu flu burung?

Seperti halnya manusia dan spesies-spesies lainnya, unggas juga bisa diserang penyakit influenza.

Ada 15 jenis flu burung.

Jenis yang paling mudah menular yang umumnya berakibat fatal pada unggas adalah H5 dan H7.

Saat ini jenis yang paling mengkhawatirkan adalah virus H5N1 yang mematikan.

Virus H5N1 sendiri memiliki beberapa variasi dan jenis yang muncul di negara-negara yang terkena flu burung
juga sedikit berbeda.

Unggas liar yang bermigrasi seperti bebek liar adalah hewan pembawa virus tetapi tampaknya tidak terinfeksi.

Virus umumnya lebih mudah ditularkan kepada unggas domestik.

Karena itulah ditemukannya virus H5N1 pada burung-burung di Turki dan Rumania sangat mengkhawatirkan.

Di Pakistan pernah ditemukan kasus flu burung dari virus H7 dan H9 tetapi keduanya tidak berpindah ke
manusia.

T: Mungkinkah menghentikan virus flu burung masuk ke satu negara?

Yang ditakutkan setelah temuan-temuan di Turki dan Rumania adalah H5N1 akan menyebar ke seluruh Eropa.

Karena virus itu dibawa oleh burung atau unggas terbang, penyebarannya tidak bisa dicegah.

Tetapi ini bukan berarti penyakit itu pasti menulari unggas domestik. Para pakar mengatakan pengendalian
unggas yang ketat - seperti mencegah burung liar masuk ke peternakan - bisa mencegah penularan.

Sebagai tambahan, mereka mengatakan pola migrasi unggas liar harus dipantau agar kedatangan sekelompok
unggas terinfeksi bisa diketahui lebih awal sehingga bisa ditangani secepatnya begitu kelompok unggas tiba di
satu negara.

T: Bagaimana manusia tertular flu burung?

Flu burung awalnya diperkirakan hanya terjadi pada unggas sampai kasus pertama ditemukan di Hong Kong
pada tahun 1997.

Manusia tertular penyakit ini karena berada dekat dengan unggas hidup yang terinfeksi virus.

Virus terdapat di kotoran unggas yang mengering dan hancur menjadi serbuk dan kemudian terhirup

Gejala flu burung mirip dengan jenis flu lainnya yaitu demam, sakit tenggorokan dan batuk. Penderita juga
bisa mengalami radang mata.

Para peneliti sekarang khawatir karena ilmuwan yang mempelajari kasus di Vietnman menemukan bahwa virus
bisa menyerang seluruh bagian tubuh, bukan hanya paru-paru.
3. INFORMASI TENTANG FLU-BURUNG
1. Apa yang disebut Flu-Burung ?

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus
influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.

2. Siapa yang harus diwaspadai ? Dan bagaimana gejala klinisnya apabila menyerang manusia ?
Yang harus diwaspadai adalah
a) apabila seseorang bekerja di laboratorium yang memproses sample dari pasien atau binatang yang
terinfeksi atau
b) 1 minggu yang lalu bekerja atau mengunjungi peternakan/tempat penyembelihan ayam/unggas di
daerah yang terjangkit atau
c) kontak dengan penderita Flu Burung HPAI (Highly pathogenic Avian Influenza) atau lebih spesifik
virus H5N1 pada saat penyakit itu mudah menular dan kemudian menderita penyakit dengan gejala :
panas lebih dari 38 derajat celcius, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien seperti ini oleh WHO disebut
Possible case of Influenza A (H5N1).
Keadaan itu dapat menjadi semakin berat jika timbul pneumonia disertai sesak nafas (radang paru)
dan menyebabkan angka kematian yang tinggi (Tahun 1997 di Hongkong angka kematiannya
33,33% , atau 6 dari 18 kasus).

3. Berapa lama masa inkubasinya ? Dan apabila mengenai manusia berapa lama masa infeksiusnya ?
a) Masa inkubasinya sangat singkat yaitu 1 – 3 hari,
b) Meskipun belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia , masa infeksiusnya (masa
dimana penderita Avian Flu H5N1 diperkirakan mampu menularkan virus) adalah 1 hari sebelum
tampak gejalanya dan 3-5 hari setelah tampak gejalanya dengan maksimum 7 hari (tetapi ada
kepustakaan yang menyebutkan sampai 21 hari pada anak-anak).

4. Apakah penyakit itu menular dari menusia ke manusia seperti SARS ?


Sampai saat ini penularan dari manusia ke manusia belum terbukti. Sejauh ini penularan yang terjadi
adalah dari burung/unggas/ayam yang terjangkit Flu-Burung ke manusia melalui kotoran atau sekreta
burung yang mencemari udara dan tangan penjamah. Akan tetapi dari segi penyebaran wabah yang
dikhawatirkan adalah jika Flu-Burung mengalami mutasi gen dan menjadi menular dari manusia ke
manusia seperti yang terjadi pada SARS.
5. Siapa yang paling berisiko tinggi tertular Flu Burung ?
Mereka yang risiko tinggi adalah pekerja peternakan, penjual dan penjamah produk peternakan
unggas/burung/ ayam. Pekerja laboratorium yang meneliti penyakit tersebut juga berisiko tinggi
tertular. Anak-anak dan mereka yang berusia lanjut (60 tahun lebih) serta mereka yang dalam kondisi
kekebalan rendah (pengguna obat steroid jangka panjang, obat sitostatika untuk kanker) merupakan
kelompok yang rawan untuk terkena penyakit yang berat

6. Bagaimana pencegahannya ?
Rekomendasi sementara untuk pencegahan bagi mereka yang terlibat dalam
peternakan/penyembelihan unggas/burung/ayam secara masal terutama di daerah terjangkit yang
dikeluarkan oleh WHO/WPRO Manila 14 Januari 2004 intinya adalah sbb . :
a) Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat
dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)
b) Gunakan alat pelindung perorangan seperti masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, sepatu
pelindung dan baju pelindung pada waktu melaksanakan tugas dipeternakan yang terjangkit atau di
laboratorium
c) Mereka yang terpajan dengan unggas/burung/ayam yang diduga terjangkit sebaiknya dilakukan
vaksinasi dengan vaksin influenza manusia yang dianjurkan oleh WHO dalam rangka mencegah
infeksi campuran Flu-Manusia dengan Flu-Burung , yang kemungkinan dapat menyebabkan jenis
virus Flu-Burung baru yang dapat menginfeksi manusia.
d) Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan
keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan). Orang berisiko tinggi terkena
influenza yaitu mereka yang berusia lebih 60 tahun , atau berpenyakit paru dan jantung kronis tidak
boleh bekerja di peternakan unggas/burung/ayam.
e) Lakukan survei serologis pada mereka yang terpajan termasuk kepada dokter-hewan
f) Jika terdapat risiko untuk menghirup udara yang tercemar di peternakan /tempat penyembelihan
yang terjangkit , diajurkan pencegahan dengan obat antiviral (antara lain dengan Oseltamivir 75 mg
dalam kapsul , 1 kali sehari selama 7 hari).
g) Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dan mengisolasi virus penyebabnya : Kirimkan
spesimen darah dan alat-alat dalam (usus, hati, hapusan hidung dan mulut, trachea, paru, limpa, ginjal,
otak dan jantung) binatang yang diduga terjangkit penyakit itu (termasuk babi) ke laboratorium yang
berwenang.

7. Apakah memakan daging ayam atau unggas dapat menularkan penyakit Flu-Burung ?
Kotoran dan sekreta cairan unggas yang terjangkit dapat menularkan apabila tidak di masak.
Pemanasan 90 derajat celcius dalam waktu 1 menit dapat mematikan virus tersebut.
Sumber : WHO : Avian Influenza-Fact Sheet 15 January 2004
Draft Case-Definitions Influenza A/H5N1.

Tanggal dibuat : 03/08/2005 @ 21:09


Revisi terakhir : 08/02/2007 @ 13:26
Kategori : PENYAKIT
Halaman pernah dibaca 9359 kali
4. Implikasi Flu Burung Pada Manusia
Dr Widodo Judarwanto SpA

indosiar.com - Departemen Kesehatan Indonesia telah mengidentifikasi adanya infeksi flu burung pada seorang
penderita di kota Tangerang dan dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorium resmi WHO di Hongkong. Ini
pertama kalinya, infeksi flu burung menimpa pada manusia di Indonesia. Setahun sebelumnya, tepatnya tanggal
25 Januari 2004 Departemen Pertanian telah mengumumkan secara resmi, terjadi pertama kali kasus avian
influenza menyerang unggas di Indonesia.

Flu burung atau flu unggas atau avian influenza, pada umumnya tidak menyerang manusia. Beberapa tipe
terbukti dapat menyerang manusia atau suatu tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang
manusia. Penyakit mematikan ini telah menjadi pandemi di dunia. Mulai timbul kepanikan di beberapa negara
ketika wabah tersebut menyebabkan kematian yang sangat cepat dengan tingkat kematian (Case Fatality Rate)
lebih dari 80% .

Penyakit flu burung tercatat pertama kali diidentifikasi di Italia lebih dari 100 tahun lalu. Mulanya, penyakit ini
adalah penyakit hewan yang menyerang bangsa unggas. Flu burung atau sampar unggas (fowl plaque) adalah
penyakit virus yang menyerang berbagai jenis unggas, meliputi ayam, kalkun, merpati, unggas air, burung-
burung piaraan, hingga ke burung-burung liar. Virus ini juga didapatkan pada babi, kuda, dan binatang laut
menyusui seperti ikan paus dan anjing laut. Terakhir terungkap virus H5N1 ini telah diidentifikasi pada harimau,
kucing dan macan tutul. Sebelumnya binatang ini tidak dianggap sebagai bianatang yang dapat dicemari virus
flu burung. Babi juga dapat tertular dan sebagai perantara penularan ke manusia. Belakangan terungkap virus
bukan hanya menempel di kulit, tetapi dibiakkan dan bermutasi di peredaran darah binatang babi.

Penyebab dan Cara Penularan pada Manusia

Penyebab burung pada bangsa unggas itu adalah virus influenza tipe A. Virus menakutkan ini adalah termasuk
family Orthomyxoviridae dari genus Influenza. Ukuran diameter Virions adalah 80 hingga 120 nm yang
berbentuk filament. Susunan virus terdiri dari 8 segmen berbeda dari “negative-stranded RNA”. Subtipe H5 dan
H7 virus flu burung adalah yang menyebabkan wabah dengan tingkat kematian tinggi (patogenik). Hanya ada
satu galur dari virus flu burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau high-pathogenic avian
influenza (HPAI) H5N1 yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis). Menurut beberapa ahli flu burung lebih
berbahaya dari SARS. Karena kemampuan virus yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon
bunuh diri dalam sistem imunitas tubuh manusia.

Dari hasil studi yang ada menunjukkan, unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat
mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat
hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh
unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3
jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus
menakutrkan ini.

Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan
virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan
terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang
mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari
kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.

Flu burung dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Penyakit ini
dapat juga menyerang manusia, lewat udara yang tercemar virus itu. Belum ada bukti terjadinya penularan dari
manusia ke manusia. Juga belum terbukti adanya penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Orang
yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan
penjamah unggas. Sebagian besar kasus manusia telah ditelusuri pada kontak langsung dengan ayam yang sakit

Manifestasi Klinis

Tampilan klinis manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa. Diawali
dengan demam, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak napas. Adanya kontak
dalam 7 hari terakhir dengan unggas di peternakan terutama jika unggas tersebut
menderita sakit atau mati. Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat
menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai
komplikasi. Komplikasi yang mengancam jiwa adalah mengakibatkan gagal napas
dan gangguan fungsi tubuh lainnya.

Flu burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh
kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh
anak-anak belum begitu kuat. Masa inkubasi penyakit, dimana saat mulai terpapar virus hingga mulai timbul
gejala sekitar 3 hari. Sebagian besar penderita mengalami produksi dahak yang meningkat, di antaranya dahak
bercampur darah. Diare dialami oleh sebagian besar penderita. Semua penderita mengalami kelainan pada
pemeriksaan hasil foto roentgen saat pertama kali masuk Rumah Sakit. Semua penderita menunjukkan
limpopenia dan sebagian besar penderita mengalami trombositopeni.

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Dikatakan diduga mengalami infeksi virus
influenza A(H5N1) atau Probable Case, bila didapatkan antibodi spesifik spesimen serum. Diagnosis Pasti bila
hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) atau hasil pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5.
Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4 kali dan hasil dengan IFA positif untuk antigen H5 juga
merupakan petanda diagnosis pasti. Menurut kesepakatan internasional, serangan virus flu burung baru
dipastikan setelah ada hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan WHO

Pengobatan dan Pencegahan

Seperti penyakit virus lainnya, sebenarnya penyakit ini belum ada obat yang efektif. Penderita hanya akan diberi
untuk meredakan gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau pusing. Obat-obatan itu
hanya meredam gejalanya, tapi tidak mengobati. Tetapi Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat
telah merekomendasikan 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan dan pencegahan influenza A.

Jenis obat tersebut diantaranya adalah M2 inhibitors (amantadine and rimantadine) dan neuraminidase inhibitors
(oseltamivir and zanimivir). Kadangkala beberapa galur virus influenza menjadi resisten terhadap satu atau lebih
jenis obat tersebut. Misalnya, virus influenza A (H5N1) yang berhasil diidentifikasi dari penderita di Asia tahun
2004 – 2005 ternyata resisten terhadap obat amantadine dan rimantadine.

Orang yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan harus mendapat pencegahan dengan oseltamivir 75
mg dosis tunggal selama 1 minggu. Jika vaksin untuk flu burung ini telah tersedia, dapat diberikan pada semua
orang yang diduga kontak dengan unggas atau peternakan unggas yang terinfeksi dengan avian influenza
(H5N1).

Orang yang diindikasikan kontak khususnya orang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang
terlibat dalam pemusnahan unggas dan orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah
dilaporkan terdapat/dugaan H5N. Tenaga kesehatan yang menangani kasus influenza H5N1 pada manusia dan
tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana pelayanan darurat di daerah terjadinya influenza H5N1 pada burung
juga dianggap orang yang beresiko.

Sejauh ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah penyakit flu burung galur H5N1 pada manusia.
Beberapa ahli di berbagai negara maju telah melakukan penelitian untuk menemukan vaksin untuk tersebut.
WHO bersama Global Influenza Surveillance Network saat ini mengembangkan prototip virus H5N1 untuk
mengungkap lebih jauh penemuan vaksin tersebut. Hingga sekarang belum ada vaksin yang tepat untuk
influenza, termasuk avian influenza.

Karena waktu perubahan mutasi virus sangat singkat yakni dalam kurun waktu tiga tahun. Perubahan cepat
model virus inilah yang menyebabkan para peneliti kesulitan untuk menemukan antiviral yang efektif jangka
panjang. Vaksin prototip virus yang telah ditemukan dan dikembangkan tahun 2003 ternyata tidak dapat
digunakan lagi. Pada evaluasi awal tahun 2004 ternyata virus telah bermutasi secara bermakna.

Pencegahan umum penyakit ini adalah mengurangi kontaminasi dengan binatang, bahan dan alat yang dicurigai
tercemar virus. Tahapan Kewaspadaan Universal Standar perlu dilakukan untuk tindakan tersebut. Diantaranya
adalah cuci tangan dilakukan di bawah air mengalir dengan menggunakan sabun dan sikat selama kurang lebih 5
menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan telapak tangan maupun punggung tangan. Hal ini dilakukan
sebelum dan sesudah memeriksa penderita atau kontak dengan unggas yang dicurigai terinfeksi. Pakaian yang
digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai. Memakai masker N95 atau minimal masker
bedah.Menggunakan pelindung wajah/kaca mata goggle, apron/gaun pelindung, sarung tangan, pelindung kaki
atau sepatu boot.

Menghadapi masalah timbulnya flu burung di Indonesia, sebaiknya masyarakat tidak terlalu panik. Masyarakat
dalam beberapa tahun terakhir ini telah menghadapi banyak cobaan masalah kesehatan yang tidak kalah
ganasnya, seperti DBD, SARS dan Poliomielitis. Berbekal pengalaman itu, dengan kewaspadaan, tawakal dan
berusaha keras menggunakan pola hidup sehat, ternyata keadaan yang mengkawatirkan itu akhirnya dapat
dilalui.(Idh)

============================================

* Dr Widodo Judarwanto SpA, Rumah Sakit Bunda Jakarta

Daftar Pustaka

1. Henzler DJ, Kradel DC, Davison S, Ziegler AF, Singletary D, DeBok P, Castro AE, Lu H, Eckroade R,
Swayne D, Lagoda W, Schmucker B, Nesselrodt A. 2003. Epidemiology, production losses, and control
measures associated with an outbreak of avian influenza subtype H7N2 in Pennsylvania (1996–98).
Avian Diseases 47(Suppl 3):1022–1036.
2. Kobasa D, Takada A, Shinya K, Hatta M, Halfmann P, Theriault S, Suzuki H, Nishimura H, Mitamura K,
Sugaya N, Usui T, Murata T, Maeda Y, Watanabe S, Suresh M, Suzuki T, Suzuki Y, Feldmann H,
Kawaoka Y. 2004. Enhanced virulence of influenza A viruses with the haemagglutinin of the 1918
pandemic virus. Nature 431(7009):703–707.
3. Neuraminidase Inhibitor Susceptibility Network. 2004. NISN statement on antiviral resistance in
influenza viruses. Weekly Epidemiological Record 79(33):306–308.
4. Simonsen L, Fukuda K, Schonberger LB, Cox NJ. 2000. The impact of influenza epidemics on
hospitalizations. Journal of Infectious Diseases 181(3):831–837.
5. Snacken R, Kendal AP, Haaheim LR, Wood JM. 1999. The next influenza pandemic: Lessons from Hong
Kong, 1997. Emerging Infectious Diseases 5(2):195–203.
6. Stevens J, Corper AL, Basler CF, Taubenberger JK, Palese P, Wilson IA. 2004. Structure of the uncleaved
human H1 hemagglutinin from the extinct 1918 influenza virus. Science 303(5665):1866–1870.
7. Kuiken T et al (2004), Avian H5N1 Influenza in Cats, Science 2004 306: 241 ()
5. Flu
Burung,
apakah itu ?
Contributed by Pengirim Berita
Senin, 22 Januari 2007
Belakangan ini media masa gencar memberitakan mengenai kasus kematian seorang perempuan akibat
penyakit “Flu Burung”. Bahkan di Jakarta kasus ini dikategorikan sebagai kasus luar biasa karena ada
beberapa pasien yang dirawat di RS Khusus Infeksi yang dicurigai menderita flu burung. Belakangan ini
media masa gencar memberitakan mengenai kasus kematian seorang perempuan akibat penyakit “Flu
Burung”. Bahkan di Jakarta kasus ini dikategorikan sebagai kasus luar biasa karena ada beberapa pasien
yang dirawat di RS Khusus Infeksi yang dicurigai menderita flu burung. Masyarakat mulai resah dengan
tersebarnya informasi ini, sehinga dipandang perlu untuk memberikan informasi yang jelas kepada
masyarakat mengenai penyakit Flu Burung ini.
Meskipun penyakit ini dilaporkan pertama kali tahun 1878 namun hingga tahun 1997 penyakit ini hanya
menyerang pada binatang unggas saja. Pada tahun 1924 – 1925 terjadi wabah flu burung yang menyerang
unggas di Amerika Serikat dengan angka kematian mencapai 100 %.
Flu Burung pertama kali menyerang manusia pada tahun 1997 dan baru terjadi di Hongkong. Kala itu jumlah
kasusnya mencapai 18 orang namun yang meninggal sebanyak 6 orang sehingga angka kematiannya cukup
tinggi. Selanjutnya penyakit ini menyerang penduduk negara Cina, Belanda, Vietnam, Thailand, Pakistan,
Korea Selatan, Jepang, Laos, Kamboja, dan pada tahun 2004 Indoneisa. Kini penyakit ini telah menimbulkan
korban jiwa di negara kita. Apa yang harus kita perhatikan dengan adanya penyakit ini ?

PENGERTIAN

Flu Burung merupakan penyakit influenza pada unggas terutama pada ayam, kalkun, dan burung yang dapat
menular pada manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus avian influenza yaitu golongan virus influenza
tipe A yang dapat menyerang unggas dan manusia.

PENULARAN
Penularan virus avian influenza dapat terjadi antara unggas dengan unggas, unggas dengan binatang babi,
dan unggas dengan manusia. Sampai saat ini belum ada laporan adanya penularan antara manusia dengan
manusia.
Proses penularan penyakit ini terjadi dengan cara kontak langsung dengan unggas yang sakit terutama kontak
dengan kotoran unggas atau cairan yang keluar dari unggas yang sakit. Penularan juga dapat terjadi melalui
udara yang tercemar debu yang mengandung virus influenza.
Sejak masuknya virus ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala (masa inkubasi) membutuhkan waktu
hanya beberapa jam sampai 3 atau 7 hari. Masa infeksius atau periode waktu dimana virus itu mudah
menular adalah 1 hari sebelum timbulnya gejala sampai 5 hari sesudah mulai timbulnya gejala.
Kematian biasanya terjadi pada hari ke 6 sampai ke 7 sejak mulai timbulnya gejala. Kematian ini biasnya
terjadi akibat adanya radang paru-paru yang disebut “Pneumonia”.

TANDA DAN GEJALA

Gejala yang muncul biasanya hampir sama dengan gejala influenza pada umumnya yaitu:
· Demam tinggi sampai 39° C
· Gejala pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan sesak nafas
· Gejala lain yaitu sakit kepala, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare, dan keluhan lemah.
Jika pasien mengalami keluhan seperti tersebut di atas dan ada faktor risiko yaitu pekerja peternakan unggas,
pekerja pemrosesan/pemotongan unggas, baru berkunjung dari peternakan/pasar unggas, atau pekerja
laboratorium yang memproses contoh unggas yang terjangkit virus avian influenza maka perlu waspada
adanya kemungkinan tertular infeksi virus avian influenza.
Yang penting, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami keluhan seperti tersebut di atas apalagi
bagi Anda yang memiliki faktor risiko.

PEMERIKSAAN UNTUK MENEGAK-KAN DIAGNOSA


Last Updated ( Selasa, 23 Januari 2007 )

Situasi
Penyakit Flu
Burung
Di Posting oleh Ir Dadam Abdul Syukur
Tanggal :2006-05-30 08:32:42 WIB
Situasi Penyakit Flu Burung (Avian Influenza) di Propinsi Lampung

1. Situasi penyakit Avian Influenza (AI) di Indonesia


* Penyakit AI termasuk penyakit hewan List A (OIE) dan merupakan penyakit eksotik. Kasus ini
pertama kali muncul di Indonesia menyebabkan kematian ternak ungas di beberapa peternakan
perbibitan, ayam petelur dan pedaging di beberapa propinsi di Indonesia seperti : Jawa Timur, Jawa
tengah, Jawa Barat, Banten, DIY, Bali, Kalsel, Kaltim Kalteng dan termasuk Propinsi Lampung. Dan
kemudian bulan Februari 2004 penyakit ini telah menyebar ke Propinsi Sumatera Selatan, Bengkulu
dan kemudian Propinsi Bangka Belitung dan kasus terakhir terjadi di propinsi Sulawesi Selatan
( Kab. Wajo, Sopeng, Sidrop dan Pinrang) serta propinsi Jawa Barat (Subang, Cianjur dan
Sukabumi).

· Angka kesakitan (Morbiditas) maupun angka kematian (Mortalitas) mencapai hingga 100%. Tingkat
Virulensi penyakit AI ini cukup tinggi dan tingkat penyebaran sangat cepat sehingga dalam
penanganan, pencegahan dan pengendalian perlu tindakan yang cepat massif serta koordinasi.

· Berdasarkan Press Release Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan pada tanggal 25 Januari
2004 serta diperkuat dengan SK. Menteri Pertanian RI No. 96/Kpts/PD.620/2/2004 tanggal 3
Februari 2004. Maka Indonesia dinyatakan telah terjangkit wabah penyakit hewan menular Influenza
pada unggas (Avian Influenza).

2. Penyebab masuknya wabah AI di Propinsi Lampung

· Diduga terjadinya penyakit karena adanya lalu lintas ayam afkir yang masuk ke Lampung dari pulau
Jawa. Disamping itu kemungkinan akibat adanya migrasi burung – burung liar.

· Berdasarkan laporan petugas peternakan kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur


tanggal 15 Desember 2003 telah terjadi kematian ternak unggas yang cukup tinggi (52 – 76%) akibat
penyakit AI di 9 (sembilan) desa antara lain : Desa Tanjung Kesuma, Tanjung Intan, Tanjung Tirto,
BALI
Seluruh Pasien
Flu Burung Dipulangkan
Rabu, 29 Agustus 2007
DENPASAR (Suara Karya): Pasien yang diduga terinfeksi virus flu burung dan
sempat dirawat di ruang khusus RSUP Sanglah, Denpasar, kini seluruhnya
telah dipulangkan.

Petugas pada rumah sakit terbesar di Bali itu, Selasa, menyebutkan,


pasien terakhir atas nama Apriliani Dewi (14 bulan) telah diperbolehkan
pulang pada Senin (27/8) lalu setelah kondisi kesehatannya pulih.

Dengan demikian, ruangan yang selama ini dijaga para perawat dengan
mengenakan masker dan berkaos tangan itu tampak lengang dari
kehadiran pasien.

Sejak flu burung diketahui cukup merebak dua pekan lalu, ruang Nusa
Indah RSUP Sanglah yang khusus diperuntukkan bagi pasien yang
diduga kuat terinfeksi virus aviant influenza (AI), penyebab flu burung,
tercatat "ketamuan" sembilan pasien.

Dari pasien sebanyak itu, enam berhasil disembuhkan dan diperbolehkan


meninggalkan rumah sakit, sementara tiga lainnya tak berhasil
diselamatkan jiwanya.

Tiga pasien yang meninggal dunia tercatat atas nama Ni Luh Putu Sri
Windiani (29), warga asal Negara, Kabupaten Jembrana; Ni Luh Putu
Srinadi (28), penduduk Kediri, Kabupaten Tabanan; dan Ketut Sariasih
(40), warga Tapakgangsul, Denpasar.

Ketua Tim Penanganan Flu Burung RSU Sanglah dr Putu Andrika SpPD
membenarkan kalau pasien yang sempat dirawat secara intensif oleh
pihaknya kini telah seluruhnya diperbolehkan pulang.

Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kepada masyarakat luas


ia mengharapkan agar segera membawa keluarganya ke rumah sakit bila
pada si penderita ditemukan gejala terinfeksi virus flu burung.

Gejala tersebut, katanya, antara lain deman dengan suku badan cukup
tinggi disertai dengan sesak atau sulit bernapas.

Jawa Tengah

Sementara itu, dari Semarang dilaporkan, delapan dari sembilan


penderita flu burung di Jawa Tengah dalam kurun 2005 hingga
pertengahan 2007 meninggal dunia. Sementara jumlah unggas yang
mati karena flu burung sejak 2004 hingga Agustus 2007 mencapai
4.951.659 ekor.

Ketua Tim Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Flu Burung


7. Surakarta Pusat Penyebaran AI
 Gubernur Nyatakan KLB Flu Burung

SOLO - Tiga daerah di eks Karesidenan Surakarta (Subosukawonosraten), yakni Boyolali,


Karanganyar, dan Klaten, dinyatakan sebagai episentrum penyebaran virus flu burung
(Avian Influenza/AI).

Untuk itu, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto meminta Badan Koordinasi Lintas Daerah II
Surakarta-Kedu lebih siap melakukan langkah penanggulangan dibandingkan dengan
wilayah lain. Pemprov juga memprioritaskan perhatian terhadap RS Moewardi selaku RS
rujukan penderita AI se-Subosukawonosraten.

''Saat ini, RS Dr Moewardi kita prioritaskan karena memang episentrumnya, menurut Dinas
Kesehatan Provinsi, berada di eks Karesidenan Surakarta ini. Yang kita waspadai adalah
Boyolali, Karanganyar, dan Klaten. Dengan ini saya harapkan Bakorlin II lebih siap
dibanding yang lain,'' kata Gubernur, seusai meninjau pasien suspect flu burung di RS Dr
Moewardi, Minggu (5/3) kemarin.

Gubernur meminta masyarakat bersikap waspada terhadap kejadian luar biasa (KLB) AI itu.
''Ini merupakan suatu kejadian luar biasa di daerah, yang penting masyarakat jangan panik.''

Upaya penanggulangan yang dilakukan, kata Gubernur, di antaranya dengan menambah


sejumlah peralatan di RS rujukan, termasuk di antaranya RS Moewardi. Kemarin, dia
menyerahkan bantuan peralatan seperti ventilator dan sejumlah pakaian. Selain untuk
mendukung kesiapan penanganan kasus flu burung di RS Dr Moewardi, bantuan tersebut
juga dimaksudkan agar masyarakat tidak resah terhadap merebaknya kasus flu burung.

''Saya bersyukur karena memang aparatur kita cepat menangani. Saya lihat kesiapan medis
di RS Moewardi tetap prima. Kesiapan kita bukan berarti kita melihat begitu nuansa itu
merebak, tetapi siap agar masyarakat menjadi tenang. Sebab kalau pemerintah tak siap maka
masyarakat yang kasihan.''

Selain RS Dr Moewardi, masih ada tiga RS lain di Jateng yang secara nasional dinyatakan
siap menangani kasus flu burung. Yakni, RS Dokter Soewondo Kendal, RSD Banyumas, dan
RS Dokter Kariadi Semarang.

''Empat rumah sakit ini, meski demikian, bukan berarti semuanya langsung terkendali,
terkoordinasi. Kalau sekarang episentrumnya di eks Karesidenan Surakarta, ya kita
tingkatkan yang di Surakarta ini, tapi mereka tetap siap juga.''

Lebih Aktif

Dia berharap kabupaten/kota lebih aktif dalam upaya penanggulangan AI. Seluruh kelompok
instansi terkait, kata dia, cukup bagus lantaran telah memiliki standar operasional prosedur
(SOP), misalnya antara Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan.
Upaya lainnya, kata Gubernur, penanganan yang proporsional terhadap unggas yang terkena
ataupun yang terindikasi virus AI. ''Masyarakat sudah cukup memahami, dan hari ini
(kemarin-Red) di Mojosongo, Boyolali berlangsung pemusnahan unggas yang terkena virus
itu. Saya serahkan kepada kabupaten/kota masing-masing.''

Terhadap keluarga yang diduga terkena flu burung, Dinas Kesehatan juga telah melakukan
pemeriksaan dengan mengambil sampel darah. ''Ini yang saya minta ada seperti ini,
lingkungan jangan sambat atau takut atau jangan sampai tidak mau kalau diambil sampel
darahnya. Sampel ini akan kita teliti ke atas, atau juga kita ketahui seberapa jauh kasus ini
bisa diakhiri.''

Sebagai langkah antisipatif, Gubernur meminta masyarakat untuk mengandangkan


ternaknya. ''Saya titip kepada masyarakat sekali lagi untuk mengandangkan ternaknya.
Sebab, paling sulit mengendalikan bila ternak itu berkeliaran. Dengan kebersamaan ini,
insya Allah bisa diatasi.''

Gubernur juga telah menginstruksikan membentuk suatu mobile training team untuk turun
ke rumah sakit di daerah-daerah. ''Menurut istilah Direktur RS Moewardi dokter
Mardiyatmo itu membentuk task force, yakni satuan tugas untuk meng-coach para dokter di
RS daerah dan puskesmas.''

Koordinasi antara RSD, puskesmas, dan RS Moewardi menjadi sangat penting untuk
penanggulangan kasus AI.

''Yang penting, jangan sampai terlambat. Kalau dari puskesmas tak bisa dikirim ke RS
daerah, bila tetap tidak mampu, kordinasikan dengan RS di Solo. Sebab, kita tak mungkin
membuat semua RS mampu menangani ini. Ini agak khusus, seperti dulu ada SARS, tetapi
dengan kesiapan ini masyarakat tak perlu panik karena semuanya ditangani dengan
konseptual.''

Penyebar Virus

Unggas jenis itik, entok, angsa, dan bebek diduga kuat menjadi penyebar virus flu burung ke
daerah lainnya. Mobilitas unggas-unggas itu juga cukup tinggi, karena daya jelajahnya dapat
bergerak antara Lampung hingga wilayah Jawa Tengah dengan cara diangon (digembala).

Sebelumnya, ada dugaan bahwa penyebaran virus mematikan itu berasal dari burung-burung
liar termasuk yang bermigrasi, serta ayam buras. Penyebaran melalui burung-burung liar dan
yang bermigrasi sejauh ini menunjukkan hasil negatif.

Sejauh ini belum diketahui ada informasi, apakah para tukang angon unggas-unggas air
tersebut sudah menjalani pemeriksaan atas kemungkinan penularan dan keberadaan virus
berbahaya tersebut. Kondisi ini juga menuntut adanya pengawasan lebih ketat pada lalu
lintas unggas.

Demikian Dr Drh Retno D Soejoedono, peneliti pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (IPB), seusai acara penyerahan 30 curik Bali dari Yokohama kepada Taman
Safari Indonesia, Cisarua Bogor, Sabtu (4/3) petang.

"Unggas-unggas itu tersangka kuat, karena ditemukan di dalam material genetiknya.


Unggas-unggas itu sehat, tapi ada virusnya," tandasnya.

Menurut Retno, hasil penelitian unggas-unggas di Lampung dan Jambi menunjukkan bahwa
banyak unggas positif menyimpan virus tersebut.

Retno mengatakan, pihaknya mendapatkan permintaan khusus untuk mengadakan penelitian


lebih khusus. "Kondisi di sana akan kami petakan. Betul nggak virus itu dari itik atau entok,
bagaimana penyebarannya, juga penduduknya, dan penanganannya," kata Retno.

Hanya, katanya, opsi depopulasi masih dipertimbangkan. Langkah tersebut dapat dilakukan
sepanjang unggas-unggas yang diteliti memang benar-benar positif. Menurut Retno, tes yang
sejauh ini bisa dijamin adalah Tes PCR (Polimerase Change Reaction).

Tes tersebut pun memiliki kendala mengingat biaya PCR terbilang mahal. Pemprosesan satu
sampel atau satu unggas mencapai Rp 300.000. Hasilnya membutuhkan waktu dua hingga
tiga hari.

Keberadaan virus H5N1 itu dapat bertahan lama sepanjang unggasnya sehat. Jika dalam
kondisi sebaliknya, unggas mati dengan "kondisi berdarah-darah". Sedangkan melalui
kotoran, virus dapat bertahan hingga dua minggu.(G13,dwi-41n)
8. menurut depkes
25-27 Februari 2006
22 Mar 2006
"KPK didesak tuntaskan penyelewengan PIN". Bantuan Hukum Kesehatan mengaku telah
menemukan penyimpangan dana mencapai sekitar 14 miliar, selama pelaksanaan PIN tahap pertama
dan kedua, yang digelar medio Mei-Juni 2005. Direktur LBHK Iskandar Sitorus mengatakan
pihaknya telah menyerahkan berkas temuannya itu kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dan BPK
sejak Nopember 2005 lalu. Bentuk-bentuk Penyimpangan yang dipaparkannya dalam laporan KPK
dan BPK itu, antara lain tentang mark-up anggaran operasional PIN. Selain itu, LBHK juga
menemukan hilangnya 51 ribu ampul vaksin polio yang tidak jelas kemana. Menurutnya semua
temuan ini didapatkan dari hasil audit, setelah melihat adanya kejanggalan. Ditambah pula dari
informasi petugas yang memantau pelaksanaan PIN dan masyarakat sendiri. (Hr. Ind Pos 27/2/06)

"Akses rakyat miskin masih rendah". Sejak program asuransi kesehatan bagi rakyat miskin
diluncurkan, masyarakat miskin yang terjamin akses kesehatannya masih sangat rendah. Kepala
Bidang Penelitian YLKI, Ilyani Sudaryati Mengatakan sistem JPK Masyarakat Miskin oleh PT Askes
tidak memuaskan semua pihak, baik rakyat miskin, rumah sakit umum daerah, puskesmas, dan
pemerintah daerah. Di Bandung, cakupan pembagian kartu ke warga 21,7% dari kuota. Bahkan
cakupan penyaluran kartu di Surabaya, Maumere, dan Kupang nol persen. SKTM bagi warga miskin
yang belum mendapat kartu Askeskin juga belum berjalan. Pengguna SKTM masih dipungut uang
pengobatan. 71% membayar hingga lebih dari Rp. 1 juta. 12% dari penerima kartu Askeskin masih
dikenai biaya administrasi dan pil KB. Sementara sejumlah RSUD mengaku terpaksa menalangi
biaya untuk Gakin rata-rata RP. 25 juta karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pembayaran
klaim oleh PT Askes. (Hr. Kompas 26/2/06)

"Koordinasi antarinstansi atasi flu burung masih lemah". Koordinasi antarinstansi pemerintah untuk
mengatasi merebaknya flu burung masih lemah. Padahal, penyebaran virus itu sudah amat
membahayakan karena korban jiwa terus berjatuhan> Wakil Ketua Komisi IV DPR Mindo Sianipar
mengatakan mendesak pemerintah lebih serius, langkah pemerintah harus lebih terkoordinasi. Seluruh
elemen masyarakat harus digerakkan untuk menanggulangi wabah flu burung. Saat ini pemerintah
pusat dan pemerintah daerah bergerak sporadis, sedangkan potensi masyarakat belum
dikerahkan.Untuk mendorong keseriusan pemerintah pusat dan daerah, Komisi IV akan mengadakan
rapat gabungan dengan 6 gubernur, Menkes Siti Fadilah Supari, dan Menteri Pertanian Anton
Apriyantono. (Hr. Media Indonesia 26/2/06

"Program KB, Kesehatan, Pertanian diusulkan kembali ditangani pusat". Menko Kesra Aburizal
Bakrie pada pertemuan Komunikasi Kebijakan Program Kesra di Banten mengatakan pihaknya akan
membicarakan dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas untuk
membahas kemungkinan masalah kesehatan, khususnya penanganan posyandu, puskesmas, juga
kependudukan dan KB serta penyuluh pertanian kembali ditangani oleh pusat, bukan pemerintah
daerah. "Banyak petugas puskesmas tak tahu soal kartu sehat keluarga miskin". Walikota Jaktim DR.
Koesnan A. Halim mengatakan masih banyak petugas puskesmas yang tidak tahu soal kartu sehat
untuk keluarga miskin. Akibatnya, saat berobat ke puskesmas atau mendapat rujukan ke rumah sakit,
masih dikenakan biaya. Walikota Jaktim menegaskan sebaiknya setiap petugas puskesmas tanpa
kecuali diberikan pengetahuan mengenai kartu sehat tersebut. Bila setelah diberi pengetahuan ternyata
masih juga belum mengerti, kesalahan terbesar bagi Kepala Puskesmas atau rumah sakit sehingga
bisa dikenakan sanksi. Menurutnya, selama ini, seringkali walikota menerima pengaduan warga
kurang mampu yang dikenakan biaya saat berobat padahal sudah menunjukkan kartu sehat untuk
berobat gratis. (Hr. Pos Kota 27/2/06

"9 balita gizi buruk dirawat". Sembilan anak usia balita saat ini dirawat intensif di Panti Rawat Gizi,
desa Bitefa, Miomafo Timur, Kab Timor Tengah Utara, NTT. Seorang diantara mereka termasuk

Anda mungkin juga menyukai