Anda di halaman 1dari 9

Dalyono ( 2007) menjelaskan minat tidak berbentuk begitu saja dalam diri seseorang, ada

beberapa faktor ada pula yang berasal dari luarnya. Faktor internal merupakan faktor yang

mampu menumbuhkan minat seseorang kerana adanya kesadaran diri sendiri tanpa ada

paksaan dari orang lain antara lain faktor emosional, persepsi, motivasi, bakat, dan penugasan

ilmu penegtahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang mampu menumbuhkan minat

seseorang akibat adanya peran orang lain dan lingkungan yang ada di sekitar seperti faktor

lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

A. Kecerdasan Emosioanl

Inteligensi atau kecerdasan menurut Dusek (Casmini,2007) dapat didefinisikan

melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif adalah proses belajar untuk memecahkan masalah

yang dapat diukur dengan tes inteligensi, dan secara kualitatif suatu cara berpikir dalam

membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang

disesuaikan dengan dirinya. Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau

menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.

Menurut Daniel Goleman (2002) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang

khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi

terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira

mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,

emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Kecerdasan emosi dapat

menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur

suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik, apabila

seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau

dapatberempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih

mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya. Sebuah penelitian
yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada

kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang (Maliki,

2009).

Goleman mengutip Salovey (2002: 58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan

pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan

memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

1. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan

sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional,

para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002: 64) kesadaran diri adalah

waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada

maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran

diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat

penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

2. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat

terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.

Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju

kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama

akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 200). Kemampuan ini mencakup kemampuan

untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan

akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan

yang menekan.
3. Memotivasi Diri Sendiri

Hasil belajar atau prestasi yang baik harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri

individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu

antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

4. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman

(2002: 57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan

kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang

dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka

terhadap perasaan orang lain dan lebih ampu untuk mendengarkan orang lain.

5. Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang

popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59).

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan

membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit

juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Casmini (2007: 23-24) ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kecerdasan

emosi antara lain:

1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia akan

memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat sistem saraf pengatur emosi atau

lebih dikenal dengan otak emosional.

2. Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor

eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan mempengaruhi
perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa perorangan atau secara kelompok.

Perorangan mempengaruhi kelompok atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal

ini lebih memicu pada lingkungan.

Keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh

pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam

memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses

di sekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari

resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman

(Gottman, 2001). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa keterampilan dasar emosional

tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan

lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Penjelasan

tersebut dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional atau yang bisa dikenal dengan EQ

(emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola,

serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya. Peserta didik yang memiliki

kecerdasan emosional yang baik, akan membentuk generasi yang berpendidikan berkarakter.

Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran sangatlah penting, sehingga berdampak

baik bagi kehidupan siswa tersebut, baik di dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Kecerdasan emoisonal sudah semestinya harus terus dilatih, dikelola dan juga dikembangkan.

B. Persepsi

Setiap individu mempunyai keterbatasan dalam menerima rangsangan atau informasi

sesuai dengan kepribadian, minat, motivasi, dan sikap yang ada dalam individu

tersebut. Rangsangan atau informasi yang diterima setiap individu akan menyebabkan

perubahan pandangan, pendapat dan daya pikir terhadap suatu obyek tertentu yang disebut

dengan persepsi. Persepsi adalah gambaran atau cara pandang seseorang terhadap sesuatu

melalui panca indera. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:759), “persepsi
adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui

beberapa hal melalui panca indera”. Sedangkan menurut Imam Muchoyar ( 1991:24 ),

persepsi adalah suatu proses perubahan seorang terhadap informasi suatu obyek yang

masuk pada diri seseorang melalui pengalaman dengan menggunakan indera-indera

yang dimiliki dan proses tersebut bertahan dengan pemberian arti atau gambaran atau

penginterpretasikan terhadap obyek tersebut.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan penginderaan yaitu proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya dan diteruskan ke pusat

susunan saraf otak. Stimulus yang diindera oleh individu kemudian diinterpretasikan

sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera (Bimo Walgito,

1997:53). Proses terjadinya persepsi tidak akan lepas dari proses. Proses bekerjanya alat

indera merupakan proses pendahuluan persepsi. Setiap orang mempunyai

kecenderungan menafsirkan suatu hal dengan hasil yang sama tetapi dengan cara yang

berbeda. Penafsiran itu dapat berupa kesan atau pendapat yang dilihat, diamati dan didengar.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan penafsiran, diantaranya adalah

sudut pandangnya, pengalaman dan pengetahuan. Persepsi juga berhubungan dengan

cara pandang seseorang terhadap suatu obyek tertentu dengan cara yang berbeda-beda

dengan menggunakan alat indera yang dimiliki dan berusaha menafsirkan.

Menurut Dakir (1995:42), bahwa persepsi itu merupakan “proses mengetahui obyek-obyek

di sekitar menggunakan alat-alat indera”. Untuk mempersepsikan sesuatu kita tidak

hanya melihat saja tetapi mendengarkan, hal itulah yang disebut persepsi aktif bukan

persepsi pasif. Aktivitas ini akan memperbesar daya beda (seleksi), dalam pengertian

persepsi terkadang mempunyai arti memberikan penafsiran terhadap obyek yang diamati

itu. Pada bagian lain, Dali Gulo (1992:207) menyatakan bahwa “persepsi adalah proses

seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungan melalui inderaindera yang
dimilikinya, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera”.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi adalah proses seseorang dalam

memahami lingkungannya. Persepsi juga dapat dilihat dari segi kognitif yang dialami

oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat

penglihatan , pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut pendapat Dimyati Mahmud

(1990:45), manusia dalam mengamati obyek secara psikologis memakai sudut

pandangnya sendiri-sendiri dengan diwarnai oleh nilai-nilai dan kepribadiannya, karena

kondisi manusia tidak selalu statis. Dalam kondisi sadar, manusia selalu dipengaruhi oleh

berbagai stimulus yang ada di lingkungannya. Stimulus itu akan mengusik manusia melalui

indera dengan penglihatan maupun indera lainnya. Stimulus yang mendapatkan

tanggapan terbesar adalah stimulus yang mempunyai intensitas rangsangan yang terbesar

pula. Stimulus yang mampu memberikan rangsangan cukup besar yaitu yang melibatkan

banyak organ dan indera manusia. Persepsi seseorang tentang suatu oybek, kejadian

atau informasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal (Dimyati

Mahmud, 1990:45).

Faktor internal meliputi kemampuan dan ketajaman alat indera dan perhatian yang

terkonsentrasi. Sedangkan faktor eksternal yaitu rangsangan yang jelas. Meskipun alat

indera seseorang cukup baik dan sehat tetapi jika kurang terkonsentrasi maka persepsi

seseorang terhadap suatu obyek sangat mungkin menjadi berlainan. Begitu pula jika

faktor internalnya telah terpenuhi tetapi faktor eksternalnya tidak memberikan rangsangan

yang cukup apalagi informasinya kabur, maka persepsi seseorang terhadap suatu obyek

tersebut menjadi berbeda (Dimyati Mahmud, 1990:47-49).

Menurut Dimyati Mahmud (1990:55-56) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat

dikemukakan menjadi : (1) perhatian yang selektif, (2) intensitas rangsangan, (3) nilai
kebutuhan, dan (4) pengalaman terdahulu. Indera menerima informasi dari beberapa

obyek atau rangsangan kemudian diinterpretasikan oleh otak, maka kemampuan dalam

mempersepsikan tergantung dari bagaimana individu mengkonsentrasikan secara selektif

bagian-bagian yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa konsep persepsi yaitu proses seleksi, organisasi dan interprestasi

suatu stimulus dari lingkungannya.

C. Bakat

D. Motivasi

Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah

sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang

ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan

dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Menurut A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau

dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Menurut Morgan, mengatakan bahwa

belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan

menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan

yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah

perubahan dari diri seseorang.


Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan

menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang

menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Arti penting motivasi dalam proses belajar. Dalam belajar sangat diperlukan motivasi.

Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal,

jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil juga

pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para

siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan. Motivasi

mempengaruhi adanya kegiatan. Ada tiga fungsi motivasi belajar yang dikemukakan oleh

Syaiful Bahri, yaitu : a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Pada mulanya siswa tidak

ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk

belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa

untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah

perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini

mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar. b) Motivasi

sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa

itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung. Siswa akan mela kukan aktivitas dengan

segenap jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk

dengan kehendak perbuatan belajar. c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Yaitu dengan

menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi

tujuan tersebut. Pada intinya manfaat motivasi dapat di simpulkan bahwa motivasi
sebagai penggerak kegiatan, motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai

pengarah perbuatan dan motivasi sebagai penyeleksi perbuatan

E. Penguasaan ilmu pengatahuan

Anda mungkin juga menyukai