BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
empat persegi dan sifatnya kaku sehingga dikenal dengan rigid pavement. Perkerasan
ini digunakan dalam bentuk plat beton cement portland dan lapisan pondasi dengan
ukuran tertentu untuk mengantisipasi timbulnya retakan akibatpengaruh susut dan
rangkak pada beton semen (Amiruddin, 2012).
Catatan :
1) Modifikasi Marshall.
2) Untuk menetukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (Vibrator Hammer)
disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran. Jika
digunakan penumbuk manual jumlah tumbukan perbidang harus 600 untuk cetakan
berdiameter 6 in dan 400 untuk cetakan berdiameter 4 inch.
3) Untuk lalu lintas yang sangat lambat atau lajur padat, digunakan ESA yang tinggi.
4) Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum
Agregat (Gmm Test, AASHTO T-209).
5) Direksi pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T283 sebagai alternative
pengujian kepekaan kadar air.
Pengondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Stadart minimum
untukditerimanya prosedur T283 harus 80 % kuat tarik sisa.
11
Catatan :
1) Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
harus juga lolos No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas “bahan bergradasi sejang” yang
lolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30 (0,600 mm) dalam tabel 2.3.
2) Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang
utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan
pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil
(0,75 mm).
oleh dam pecahan batu batuan. Pada umumnya aspal berwarna coklat gelap sampai
hitam, dan jika dipanaskan pada suhu tertentu maka aspal tersebut akan mencair,
sedangkan pada suhu ruang bentuk aspal akan menjadi padat. Sebelum digunakan,
material aspal perlu menjalani beberapa pengujian yang akan menentukan bahwa
aspal tersebut layak untuk digunakan. Beberapa pengujian tersebut antara lain uji
penetrasi, uji titik nyala dan titik bakar, uji berat jenis aspal, titik lembek dan lain-
lain. Aspal yang akan digunakan pada penelitian ini adalah aspal pertamina
penetrasi 60/70 (Christianto, 2012).
Berikut spesifikasi pengujian aspal penetrasi 60/70 yang dapat disajikan
dibawah ini.
2.3.2 Agregat
Agregat merupakan sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau
mineral lainnya baik yang berasal dari alam maupun buatan. Seringkali agregat juga
diartikan sebagai suatu bahan untuk yang bersifat keras dan kaku dan digunakan
sebagai bahan pengisi campuran. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau
pecahan batuan, termasuk di dalamnya antara lain :pasir, kerikil, agregat pecah,
abu/debu agregat dan lain-lain (Christianto, 2012).
Menurut Buku Petunjuk Umum Edisi 2008 mengenai manual pekerjaan
campuran beraspal panas yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga, terdapat ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi untuk bahan campuran aspal panas sehingga diperoleh campuran
rencana yang memenuhi persyaratan, ketentuan tersebut antara lain :
13
2.3.3 Filler
Mineral pengisi (filler) yaitu material yang lolos saringan No. 200 (0,075
mm). Filler dapat berfungsi untuk mengurangi jumlah rongga dalam campuran,
namun demikian jumlah filler harus dibatasi pada suatu batas yang menguntungkan.
Terlampau tinggi kadar filler cenderung menyebabkan campuran menjadi getas dan
akibatnya akan mudah retak akibat beban lalu lintas, pada sisi lain kadar filler yang
terlampau rendah menyebabkan campuran menjadi lembek pada temperatur yang
relatif tinggi.
kekuning - kuningan yang terdiri atas partikel karet dan bukan karet yang terdispersi
di dalam air. Lateks merupakan sistem koloid karena partikel karet yang dilapisi oleh
protein dan fosfolipid terdispersi didalam air. Protein di lapisan luar memberikan
muatan negatif pada partikel. Lateks merupakan suatu disperse butir-butir karet
dalam air, dimana di dalam dispersi tersebut juga larut beberapa garam dan zat
organik, seperti zat gula, dan zat protein (Yusa, 2010).
c. Koagulump atau bekuan digiling menjadi krep dengan ketebalan 1-2 mm, dan
dicuci.
d. Krep kemudian dikeringkan di dalam oven, setelah itu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang.
Rumus perhitungan KKK adalah ditunjukkan pada persamaan berikut:
Keterangan:
Gmm = Berat jenis curah maksimum campuran (gr/cm3)
Gmb = Berat jenis campuran padat (gr/cm3)
20
Keterangan:
Gmb = Berat jenis campuran padat (gr/cm3)
Gsb = Berat jenis kering masing-masing agregat (gr/cm3)
a = Kadar aspal dalam campuran (%)
VMA = Rongga dalam mineral agregat (%)
c. VFA adalah rongga udara terisi aspal, merupakan persentase rongga antar
agregat pertikel (VMA) yang terisi aspal. Nilai VFA menunjukkan besarnya
rongga yang dapat terisi aspal. Besarnya nilai VFA menentukan tingkat
keawetan campuran. Semakin besar nilai VFA berarti rongga yang terisi aspal
semakin besar dan kekedapan campuran semakin besar. VFA yang terlalu
besar akan menyebabkan terjadinya bleeding pada saat suhu tinggi, yang
disebabkan VIM yang terlalu kecil, sehingga apabila perkerasan menerima
beban maka aspal akan naik ke permukaan. Sebaliknya, nilai VFA yang
terlalu kecil akan mengakibatkan kekedapan perkerasan semakin kecil
sehingga air dan udara akan dapat mengoksidasi aspal dalam dan keawetan
campuran menjadi berkurang. VFA, tidak termasuk aspal yang terserap
agregat, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
VFA = ............................................................................(2.4)
Keterangan:
VIM = Rongga dalam udara (%)
21
e. Flow
Flow atau kelelehan adalah besarnya deformasi yang terjadi pada awal
pembebanan sampai stabilitas menurun yang menunjukkan besarnya
deformasi dari campuran perkerasan akibat beban yang bekerja. Nilai flow
campuran dipengaruhi oleh viskositas dan kadar aspal, gradasi agregat serta
suhu pemadatan. Campuran yang memiliki nilai kelelehan tinggi dengan nilai
stabilitas rendah cenderung bersifat plastis dan mudah mengalami perubahan
bentuk apabila mengalami pembebanan lalu lintas, sedangkan campuran
dengan kelelehan rendah dan stabilitas yang tinggi cenderung bersifat getas.
22
f. Nilai MQ
Nilai MQ (Marshall Quotient) adalah hasil bagi antara stabilitas
dengan nilai flow. Nilai MQ mengindikasikan pendekatan terhadap kekuatan
dan fleksibilitas suatu campuran aspal. Campuran yang memiliki MQ yang
terlalu tinggi berarti campuran kaku dan fleksibilitasnya rendah sehingga
campuran akan lebih mudah mengalami retak - retak (cracking). Sebaliknya,
campuran yang memiliki MQ yang terlalu rendah akan bersifat fleksibel
(lentur) dan cenderung menjadi plastis sehingga mudah mengalami
deformasi pada saat menerima beban lalu lintas.
MQ = .....................................................................................(2.6)