Anda di halaman 1dari 7

Original research

The epidemiological, and spatial of diarrhea in Konawe Utara district, Indonesia

Ramadhan Tosepu1, Emilia KariniPuteriMerdeka1,2


1)
Faculty of Public Health, University of Halu Oleo Kendari, Indonesia.
2)
DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara, Sulawesi Tenggara, Indonesia

Correspondence author:
RamadhanTosepu
ramadhan.tosepu@uho.ac.id

Backgrounds
Diare merupakan suatu kondisi umum yang ditandai dengan peningkatan
frekuensi buang air besar dan peningkatan likuiditas dari tinja. Meskipun diare akut
biasanya dapat sembuh sendiri, dapat memburuk dan menyebabkan dehidrasi yang
memburuk, yang dapat menyebabkan volume darah abnormal, tekanan darah menurun,
dan kerusakan pada ginjal, jantung, hati, otak dan organ tubuh lainnya. Diare akut
menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia (Gidudu et al., 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) dan UNICEF, ada sekitar 2 juta
kasus diare penyakit di seluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta anak-anak lebih muda dari
5 tahun meninggal karena diare setiap tahun, terutama di negara-negara berkembang.
Jumlah ini 18 % dari semua kematian anak-anak di bawah usia 5 dan berarti bahwa >
5000 anak-anak meninggal setiap hari akibat diare penyakit (WGO, 2013).
Kematian akibat penyakit diare ini biasanya terjadi di awal masa bayi dan anak-
anak dengan dehidarasi berat (Hayajneh et al.,2010). Dehidrasi itu sendiri diartikan
sebagai kehilangan air dan garam (terutama natrium klorida) atau cairan ekstraselular.
Penyebab tersering yang terjadi pada bayi karena diare yang disebabkan oleh infeksi
virus dan bakteri (Finberg, 2002).
Insiden dan period prevalencediare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia
adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare
tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh
(5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan
8,8%). Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima
provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta
(8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%)(Riskesdas, 2013).
Methods
The study area and data
Data source

Results
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam
kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Ramaiah, 2007:13).
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini
sangat senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah
terjadinya diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga
untuk selalu mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare adalah kehilanangn
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuiensi satu kali atau lebih
buang air bentuk tinja encer atau cair.
Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus
intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang
menyertai masa ketegangan saraf / stress.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi
lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14
hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua
kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.

Figure 1 : Trends of diarrhea in Konawe Utara district, Indonesia

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah kasus penderita diare 5 tahun
terakhir di kab. Konawe utara menunjukkan peningkatan, di tahun 2013 jumlah kasus
diare sebanyak 1176 kasus dan menurun Tahun 2014 sebanyak 1399 kasus, akan tetapi di
tahun 2015 hingga tahun 2017 terlihat terus meningkat dengan jumlah sebanyak 1313
kasus, terlihat pada gambar 1.
Menurut Subagyo dan Nurtjahjo (2009) penularan diare pada umunya melalui
fekal-oral dari makanan atau minuman yang telah tercemar oleh enteropatogen. Beberapa
faktor yang berpengaruh untuk terjadinya diare antara lain : Faktor umur, Infeksi
asimtomatik, Faktor musim, Epidemi dan pandemi, Faktor ASI, Faktor Pendidikan,
Faktor Pekerjaan, Faktor Jamban dan Faktor Sumber Air
Figure 2 : Distribution of diarrhea by gender Konawe Utara district, Indonesia

Kasus diare berdasarkan jenis kelamin, juga menggambarkan adanya


peningkatan jumlah kasus diare setiap tahunnya. Proporsi kejadian diare pada laki-laki
dan perempuan terdapat perbedaan dimana terlihat jelas bahwa penderita laki-laki lebih
tinggi dari proporsi penderita perempuan. Jumlah kasus diare pada laki pada tahun 2013
sebanyak 954 kasus sedangkan perempuan sebanyak 822 kasus dan terjadi penurunan
tahun 2014 sebanyak 783 kasus untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak
616 kasus, akan tetapi dari tahun 2015 hingga tahun 2017 terus terjadi peningkatan
dengan jumlah kasus diare sebanyak 695 kasus untuk jenis kelamin laki-laki dan
perempuan sebanyak 618 kasus.
Kasus Diare menyerang semua wilayah kab. Konawe utara, berdasarkan data
jumlah kasus diare menggambarkan adanya peningkatan kasus setiap tahunnya. Jumlah
kasus diare tahun 2013 sebanyak 1776 kasus dimana dari 13 kecamatan yang berada di
kab. Konawe utara, kec. Lembo menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
sebanyak 726 kasus, kemudian kec. Molawe sebanyak 293 dan kec. Sawa sebanyak 200
kasus diare. Tahun 2014 terjadi penurunan jumlah kasus diare yaitu sebanyak 1399 kasus
akan tetapi dari tahun 2015 hingga tahun 2017 terjadi peningkatan kasus yaitu sebanyak
1313 kasus diare, dimana kec. Lembo menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
sebanyak 302 kasus, kemudian kec. Asera sebanyak 150 kasus dan kec. Motui sebanyak
134 kasus. Terlihat pada gambar 3.
Figure 3: Cases of diarrhea by sub distrcits in Konawe Utara district, Indonesia

Discussion

Gambaran analisis kasus diare di Kab. Konawe Utara sesungguhnya mewakili


angka kejadian diare yang juga terjadi di indonesia bahkan di dunia. Untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat perlu di lakukan upaya promotif dan preventif. Jumlah kasus
penderita diare 5 tahun terakhir di kab. Konawe utara menunjukkan peningkatan, di
tahun 2013 jumlah kasus diare sebanyak 1176 kasus dan menurun Tahun 2014 sebanyak
1399 kasus, akan tetapi di tahun 2015 hingga tahun 2017 terlihat terus meningkat dengan
jumlah sebanyak 1313 kasus.
Kasus diare berdasarkan jenis kelamin, juga menggambarkan adanya peningkatan
jumlah kasus diare setiap tahunnya. Proporsi kejadian diare pada laki-laki dan perempuan
terdapat perbedaan dimana terlihat jelas bahwa penderita laki-laki lebih tinggi dari
proporsi penderita perempuan. Jumlah kasus diare pada laki pada tahun 2013 sebanyak
954 kasus sedangkan perempuan sebanyak 822 kasus dan terjadi penurunan tahun 2014
sebanyak 783 kasus untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 616 kasus,
akan tetapi dari tahun 2015 hingga tahun 2017 terus terjadi peningkatan dengan jumlah
kasus diare sebanyak 695 kasus untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak
618 kasus.
Kasus Diare menyerang semua wilayah kab. Konawe utara, berdasarkan data
jumlah kasus diare menggambarkan adanya peningkatan kasus setiap tahunnya. Jumlah
kasus diare tahun 2013 sebanyak 1776 kasus dimana dari 13 kecamatan yang berada di
kab. Konawe utara, kec. Lembo menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
sebanyak 726 kasus, kemudian kec. Molawe sebanyak 293 dan kec. Sawa sebanyak 200
kasus diare. Tahun 2014 terjadi penurunan jumlah kasus diare yaitu sebanyak 1399 kasus
akan tetapi dari tahun 2015 hingga tahun 2017 terjadi peningkatan kasus yaitu sebanyak
1313 kasus diare, dimana kec. Lembo menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
sebanyak 302 kasus, kemudian kec. Asera sebanyak 150 kasus dan kec. Motui sebanyak
134 kasus.
Hal yang menyebabkan seseorang mudah terserang diare adalah perilaku hidup
masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat
fatal apabila tidak ditangani secara serius. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan
kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,
kekurangan sarana kebersihan, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta
penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor
pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, pejamu, lingkungan dan perilaku.
Faktor pejamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya
tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak dan
imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air
bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkugan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare
dengan mudah dapat terjadi.
Conclusions
Jumlah kasus penderita diare 5 tahun terakhir di kab. Konawe utara menunjukkan
peningkatan, di tahun 2013 jumlah kasus diare sebanyak 1176 kasus dan menurun Tahun
2014 sebanyak 1399 kasus, akan tetapi di tahun 2015 hingga tahun 2017 terlihat terus
meningkat dengan jumlah sebanyak 1313 kasus
Kasus diare berdasarkan jenis kelamin, juga menggambarkan adanya peningkatan
jumlah kasus diare setiap tahunnya. Proporsi kejadian diare pada laki-laki dan perempuan
terdapat perbedaan dimana terlihat jelas bahwa penderita laki-laki lebih tinggi dari
proporsi penderita perempuan. Jumlah kasus diare pada laki pada tahun 2013 sebanyak
954 kasus sedangkan perempuan sebanyak 822 kasus dan terjadi penurunan tahun 2014
sebanyak 783 kasus untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 616 kasus,
akan tetapi dari tahun 2015 hingga tahun 2017 terus terjadi peningkatan dengan jumlah
kasus diare sebanyak 695 kasus untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak
618 kasus.
Kasus Diare menyerang semua wilayah kab. Konawe utara, berdasarkan data
jumlah kasus diare menggambarkan adanya peningkatan kasus setiap tahunnya. Jumlah
kasus diare tahun 2013 sebanyak 1776 kasus dimana dari 13 kecamatan yang berada di
kab. Konawe utara, kec. Lembo menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
sebanyak 726 kasus, kemudian kec. Molawe sebanyak 293 dan kec. Sawa sebanyak 200
kasus diare. Tahun 2014 terjadi penurunan jumlah kasus diare yaitu sebanyak 1399 kasus
akan tetapi dari tahun 2015 hingga tahun 2017 terjadi peningkatan kasus yaitu sebanyak
1313 kasus diare, dimana kec. Lembo menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
sebanyak 302 kasus, kemudian kec. Asera sebanyak 150 kasus dan kec. Motui sebanyak
134 kasus.
Reference:
Depkes, RI., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen PPM
dan PL
Notoadmodjo, S., 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Subagyo, B., dan Nurtjahjo B.S., 2009. Diare Akut. Dalam : Juffrie, M. 2009. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi. Edisi I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Anda mungkin juga menyukai