Cover
Cover
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan
orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di
Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan
tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu
jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa
diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai
perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai
mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke
samping, depan, atau belakang.
Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi
dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri.
Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya syok
dan komplikasi neurovaskuler.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah
bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur femur dekstra post
pemasangan open reduksi internal fiksation.
1.3 Tujun
1) Menjelaskan definisi post op ORIF fraktur femur dekstra?
2) Menjelaskan etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
3) Menjelaskan manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra?
4) Menjelaskan klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra?
5) Menjelaskan patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
6) Menjelaskan WOC dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
7) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra?
8) Menjelaskan penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra?
9) Menjelaskan komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
10) Menjelaskan ASKEP post op ORIF fraktur femur dekstra?
1.4 Manfaat
2 Menambah wawasan pengetahuan mengenai kasus ruptur tendon achilles dan penerapan konsep
keperawatan pada kasus ruptur tendon achilles.
3 Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan diagnosa keperawatan pada kasus ruptur
tendon achilles.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan
garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.
B. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
1) Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal danberfungsi untuk memberikan
pengontrolan pergerakan mempertahnakan sikap dan menghasilkan panas.
2) Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol
keinginan.
3) Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.
Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang dan
tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar sekali.
Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan
adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat
dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak adekuat.
Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit
dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang. Otot rangka lebih besar dari pembuluh darah.
Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi pembentukan produk-
produk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat otot kekurangan oksigen
dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.
C. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan
proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang
menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana
tipenya: fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak serat-
serat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang . Fibrocartilagomenyusun
diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih, putih, berkilau dan kenyal
membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa sebagian bantalan. Kartilago
elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering didapatkan pada daerah telinga luar.
D. Sumsum Tulang
jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih.
Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada orang
dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewas, tulang
panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan pada tulang pipih.
E. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran
dari suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.
F. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot
dan berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu
khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram synovial
lumbrika untuk memudahkan pergerakan tendon.
G. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.
H. Bursae
Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar tendon
dan tulang atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak,
seperti pada olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.
I. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada
bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan
yang memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
2.2 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer
& Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi
apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada
keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam
keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI
dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil
yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal
Fixation).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
2) Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3) Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4) Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
6) Peningkatan temperatur lokal
7) Pergerakan abnormal
8) Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
9) Kehilangan fungsi
2.5 Klasifikasi
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang seperti terlihat pada foto.
b) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
1. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
2. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
3. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada
tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.
a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
meruakan akibat trauma angulasi juga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke
arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser
dan periosteum masih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi atas:
1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
6. Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a) 1/3 proksimal
b) 1/3 medial
c) 1/3 distal
7. Fraktur Kelelahan: fraktur akiba t tekanan yang berulang-ulang.
Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup
ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement.
2.6. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan
bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang
baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi
proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi
internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang
patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak
cepat. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari
imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin,
sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu
sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami
cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995:
1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang
hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
2.9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif
1. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya
pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat
terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :
Immobilisasi dan penyangga fraktur
Istirahatkan dan stabilisasi
Koreksi deformitas
Mengurangi aktifitas
Membuat cetakan tubuh orthotik
2.10. Komplikasi
1) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2) Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal.
3) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4) Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam
satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5) Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6) Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai
80 fraktur tahun.
7) Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil
dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
8) Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
9) Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability.
b. Pola-pola fungsi
a) Pola aktivitas dan latihan
Aktifitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat adanya luka operasi sehingga perlu
dibantu baik perawat maupun klien.
b) Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan pola tidur dan istirahat px megnalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri luka post
op.
c) Pola persepsi dan konsep diri
Setelah px mengalami post op px akan mengalami gangguan konsep diri karena perubahan cara
berjalan akibat kecelakaan.
d) Pola sensori dan kognitif
Biasanya px mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan lunak dan
hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan.
e) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya px pada post op akan mengalami gangguan / perubahan dalam menjalankan ibadanya.
f) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium
atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan
mobilitas klien.
g) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu
juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan
pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
h) Pola Tidur dan Istirahat.
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat
tidur (Doengos. Marilynn E, 2002).
i) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan
beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.
j) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap.
k) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.
c. Pemeriksaan fisik
a) Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti
warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi rembesan darah pada luka post op ada / tidak.
b) Sistem Ektremitas dan Neurologis
Pada pasien fraktur, post op, Ekstremitas kaki kanan tidak bisa digerakkan dengan bebas dan
terdapat adanya jahitan apa tidak.
c) Sistem Respirasi
Biasanya pada pasien post op fraktur ada / tidak perubahan yang menonjol seperti bentuk data
ada / tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan cuping hidung.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri b.d kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
b) Ansietas b.d pengetahuan tentang luka post op.
c) gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,pembengkakan, prosedur bedah,immobilisasi. terapi
restriktif (imobilisasi)
d) Risti infeksi b.d port de entrée luka fraktur femur
e) Infeksi b.d adanya inflan fairule
f) Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
g) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya
informasi yang ada.
h) Gangguan citra tubuh b.d pemasangan eksternal fixation
3. RENCANAAN KEPERAWATAN
B. Askep Kasus
Scenario
Tn. Pr (29 th) sekitar 2 tahun yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat
mengendarai sepeda motor. Pada saat kejadian, menggeluh nyeri di area kaki kanan. Setelah
kejadian tersebut pasien dibawa ke RS A dan dilakukan tindakan medis, pemeriksaan diagnostic
yang dilakukan rontgsen tampak fraktur pemur dextra. Pada keesokan harinya dilakukan operasi
dengan internal fixation, control kerumah sakit tidak teratur. Dari luka post op keluar cairan
nanah berbau, sekitar 4 bulan pasca operasi pertama, nyeri dirasakan dibagian dalam tulang
dengan intensitas semakin meninggkat, terbentuk lubang dibagian tengah luka operasi dengan
nanah keluar bertambah banyak. Dilakukan rontgen ulang didapatkan inplant failure, operasi
kedua dilakukan untuk repair internal fixation dan pemasangan internal fixation ke-2
menggunakan broad plate dan screw. Pasca operasi ke-2 kontrol dilakukan secara teratur pada
permulaannya, namun selanjutnya pasien mengobati dengan membeli antibiotic dan
menentuykan dosisnya sendiri. Selama pengobatan mandiri tidak menunjukkan perbaikan.
Pasien dating kembali ke RS A, kemudian dirujuk ke RS B untuk penanganan lanjut.
Direncanakan akan dilakukan operasi ilizarov, namun tetap menolak. Pasien inggin agar
dilakukan operasi biasa saja. 1 april 2013 dilakukan operasi dengan external fiksasi konvensional
dilakukan. Tetapi yang didapatkan: tranfusi PRC, ceftriaxone 2x1 gr, gentamycine 2x80 mg,
ketorolac 3x1 amp, ranitidine 3x1 amp
2. Pengkajian
Biodata
Nama : Tn. Pr
Umur : 29 tahun
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Nyeri di area kaki kanan karna luka operasi
Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan 2tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan lalulintas mengendarai
sepeda motor, lalu klien di bawa ke Rumah sakit A kemudian dilakukan tindakan medic
pemeriksaan diagnostic rontgen tampak fraktur femur dextra karena menggalami fraktur pada
paha kanan. Kemudian klien dilakukan tindakan bedah dengan operasi internalfixation . Dan
control kerumah sakit tidak teratur dan pada kuka post op keluar cairan nanah berbau dan
mengalami implant failure operasi kedua pun dilakukan namun klien mengibati dan membeli
antibiotic dengan menentukan dosis sendiri. Klien kemudian dirujuk ke RS B dianjurkan oleh
dokter untuk operasi ilizarov namun klien menolak, lalu operasi dilakukan pada tanggal 1 April
2013 dengan operasi external fiksasi konvensional.
3. Data focus
DS:
Klien mengatakan nyeri setelah pasca operasi
Klien menolak pemasangan operasi ilizarov
Klien mengta
DO:
Rontgen ulang didapatkan inplant failure
Rontgen adanya Fraktur femur dextra
Terbentuklubang ditengah tulang dan mengeluarkan nanah banyakdan berbau
Dilakukan tindakan operasi internal fixation
4. Analisis data
DO:
Klien secara tidak teratur kontrol
kerumah sakit
5. Diagnosa keperawatan
5. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Rencana Rasional
hasil
1. Nyeri b,d Tujuan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui
Adanya luka Nyeri berkurang meliputi skala, intensitas, karakteristik nyeri agar
insisi bedah sampai dengan hilang. dan jenis nyeri. dapat menentukan
nyeri yang ditandai hamatom, dan spasme otot. 3. Adanya edema, hematom
8. Pemberian rutin
mempertahankan kadar
analgesic darah secara
adekuat, mencegah
fluktuasi dalam
menghilangkan nyeri.
KLARISIFIKASI MASALAH
1. Antibiotic
Adalah jenis obat keras yang digunakan untuk pengobatan infeksi, termasuk penyakit-penyakit
infeksi yang mengancam jiwa/kehidupan
seseorang.(http://sehatpro.blogspot.com/2012/04/pengertian-antibiotik-dan-cara.html)
2. Post op
Adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah.
(http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/10/29/kmb)
3. Rontgen
Adalah alat potret yg menggunakan sinar X dapat menembus bagian-bagian dl dalam
tubuh.(http://deskripsi.com/r/rontgen)
4. Ranitidin
Adalah salah satu obat yang cukup dikenal dikalangan masyarakat umum, yang disebabkan
pemanfaatan obat ini yang cukup tinggi
(http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2012/07/ranitidin.html)
5. Screw
Adalah skrup atau baling .(http://sehatpro.blogspot.com/2012/04/pengertian-antibiotik-dan-
cara.html)
6. External fixation konvensional
Adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang
(http://ortotikprostetik.blogspot.com/2011/04/fiksasi-eksterna-external-fixation.html)
7. Repair Internal fixation
Adalah perbaikan yang dilakukan pada pemasangan alat yang diletakkan di dalam kulit
(http://www.artikel.fraktur-femur-dextra.html)
8. Operasi Illizarov
Adalah operasi yang mengunakan alat ekstensi fixation untuk mempertahankan tulang atau
menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang. (http://mukipartono.com/pemanjangan-
tulangilizarov/)
9. Implant failure
Adalah kegagalan pada pemasangan implant (http://en.wikipedia.org/wiki/Dental_implant)
10. Broad plate
Adalah alat yang berupa piring yang luas atau piring hitam ((http://www.artikata.com/arti-
101963-Broad plate.html)
11. Tranfusi PRC
Adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang kesistem peredaran
orang lain.(http://tranfusi darah.wikipedia)
12. Ceftriaxone
Adalah kelompok obat setalospolin bekerja mematikan bakteri dalam tubuh
(http://www.artikata.com/arti-101963-ceftriaxone.html)
13. Ceterolac
Adalah sekelompok obat NSAID yang bekerja untuk mengatasi nyeri
(http://www.artikata.com/arti-101963-ketorolac.html)
14. Gentamycine
Adalah Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida, digunakan untuk mengobati berbagai jenis
infeksi bakteri, terutama yang disebabkan oleh organisme Gram-negatif.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Gentamicin)
15. Fraktur femur dextra
Adalah terputusnya kontiunitas tulang pada tulang paha bagian kanan
(http://www.artikel.fraktur-femur-dextra.html)
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa pada luka post off mengeluarkan cairan nanah berbau dan terbentuk lubang pada
tulang.?
Jawab : karena setelah 4 bulan melakukan post op kontrol tidak teratur sehingga telah terjadi
infeksi pada daerah post op paha kanan pasien. (muttaqin, A. 2011)
5. Mengapa pasien mengeluh nyeri pada kaki kanandan pada operasi pertama.?
Jawab : Karena telah terjadi kerusakan pada jaringan lunak sehingga menyebabkan adanya
kompresi saraf dan menyebabkan respon neourogenik yaitu nyeri(muttaqin, A. 2011)
6. Mengapa pada kasus ini menggunakan obat ranitidin,dan mengapa bisa terjadi peningkatan asam
lambung.?
Jawab : karena mengkonsumsi keterolac yang terkelompok dalam obat NSAID (Non Steroit
Anti Inflamation Drug) yang memiliki efek samping meningkatkan asam lambung oleh karena
itu pasien mengkonsumsi obat ranitidine (anonym.2011)
7. Mengapa pada kasus ini pasien memberi obat antibiotik sendiri tetap tidak sembuh.?
Jawab : karena kurang pengetahuan . (anonym. 2011)
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil
yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal
Fixation).
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin
kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku
maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
penyebab dari fraktur yaitu: Cedera, Letih, Kelemahan tulang, Kekerasan langsung,
Kekerasan tidak langsung, Kekerasan akibat tarikan otot, dan tanda atau gejala dari fraktur femur
dekstra yaitu; Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Deformitas, Pemendekan tulang, Krepitasi, Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
, Peningkatan temperatur lokal, Pergerakan abnormal, Echymosis (perdarahan subkutan yang
lebar-lebar), Kehilangan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Monica Ester, Penerjemah Jakarta: EGC
Muttakin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC
: Jakarta.
Smeltzer & Bare, (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi 8. Agung Waluyo,
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Wilkinson, Judith.M & ahern, Nancy R. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Buku