Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESIA

ASURANSI SYARIAH

Disusun oleh : Nurul Syantri (2018.04.022)


Dosen pengampu : Hairunnisa,S.E,M.SI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH


INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi
berkembang pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang muncul
dalam masyarakat adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang yang mengatur
tentang bisnis perasuransian, belum diatur tentang asuransi syariah. Namun, dalam
praktik perasuransian ternyata bisnis asuransi syari’ah sudah banyak dikenal masyarakat.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh perhatian
besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi alternatif, asuransi syriah
boleh dikatakan relatif baru dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional.
Kebaruan bisnis asuransi syariah adalah pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama
terutama yang terhimpun dalam majelis ulama Indonesia (MUI).
Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional
adalah asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar), unsur spekulasi alias
perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam kegiatan bisnisnya sehingga
peserta asuransi (tertanggung) merasa terbebas dari praktik kezaliman yang merugikan
nya. Agar masyarakat dapat memahami konsep asuransi syariah secara wajar, perlu
dilakukan penyuluhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan melaui publikasi yang
lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan secara jelas konsep dan profil
asuransi syariah dengan pendekatan kasus pada PT Asuransi Takaful Keluarga Jakarta
cabang Bandar Lampung.

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian dari asuransi syariah?
2. Apa yang dimaksud Konsep Asuransi Syariah?
3. Apa yang dimaksud Prinsip Asuransi Syariah?
4. Pengertiaan Sumber Hukum Asuransi Syariah?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari asuransi syariah.
2. Mahasiswa dapat memahami Konsep Asuransi Syariah.
3. Mahasiswa dapat memahami Prinsip Asuransi Syariah.
4. Mahasiswa dapat memahami Sumber Hukum Asuransi Syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Syariah


Kata asuransi berasal dari bahsa inggris,”Insurance”, yang dalam bahasa Indonesia
telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan
padanan kata pertanggungan. Echols dan Sadily memaknai kata insurance dengan (a)
asuransi, dan (b) jaminan. Dalam bahasa belanda biasa disebut dengan istilah assurantie
(asuransi) dan verzekering (pertanggungan).
Mengenai definisi asuransi secara umum dapat ditelusuri dalam peraturan (perundang-
undangan) dan beberapa buku yang berkaitan dengan asuransi, seperti yang tertulis dibawah
ini:
1. Muhammad Muslehiddin dalam buku yang berjudul “insurance and Islamic
law” mengadopsi pengertian asuransi dari kamus “Encyclopedia Britania”, mengartikan
“asuransi” sebagai suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang dapat
tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila
kerugian tersebut menimpa salah seorang diantara mereka maka beban kerugian tersebut akan
disebarkan keseluruh kelompok.
2. Dalam “ensiklopedia hukum islam” disebutkan bahwa asuransi (atta’min)
adalah “transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu berkewajiban membayar iuran
dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran
jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
3. Dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan
bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah “suatu perjanjian (timbale balik ),
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral)”.
4. Asuransi menurut undang-undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1992
tentang usaha perasuransian Bab 1, pasal 1 :”asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi , umtuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Sedangkabn pengertian asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-
ta’min, takaful,atautadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .

2
Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta untuk saling
menjalin kerjasam peserta terhadap ssesuatu yang meringankan terhadap bencana yang
menimpa.
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransita’awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran terhadap sesame manusia
untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.
Menurut fatwa DSN.No.21/DSN-MUI-X/2001. Asurani syariah (ta’min,takafur atau
tadhangun)adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang /
pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/ tabarru’ yang memberikan pola pengambilan
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariat.
Pendapat para pakar mengenai pengertian asuransi syariah
1. Al-fanjari
Asuransi syariah (ta’min) menurut alfanjari diartikan sebagi usaha saling
menaggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min kedalam tiga
bagian, yaitu ta’min at-taawuniy,ta’minal tijari, dan ta’minal hukumiy.
2. Mushtafa ahmad zarqa
Pengertian asuransi secara istilah adalah kejadian,. Adapun metodologi dan
gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau
metode untuk memelihara asuransi dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya
yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan
hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
3. Husain hamid hisan
Mengatakan asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan system yang
sangat rapi, antara sejumlah besar manusia, semuanya telah siap mengantisipasi
suatu peristiwa, jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit
pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta.
4. Az zarqa
Mengatakan sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum (syariah)
adalah sebuah system ta’wun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi
kerugian peritiwa atau musibah. Tugas ini dibagikan kepada sekelompok
tertanggung, dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang tertimpa
musibah.pengganti tersebut diambil dari kumpulan premi-premi mereka .

2.2 Konsep Asuransi Syariah


Konsep asuransi syariah didasarkan pada Alquran surat Almaa’idah ayat 2 yang
artinya: “tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Berdasarkan konsep tersebut
,kemudian dewan syariah nasional majelis ulama indonesia (MUI) memberikan pengertian
tentang asuransi syariah pasal 1 ayat 1 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.21/DSN-
MUI/X/2001,menetapkan bahwa:”Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.”

3
M.Syakir Sula (2004,hlm 293) menegaskan bahwa konsep asuransi syariah adalah
suatu konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara sesama peserta sehingga antara
satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pukul risiko
ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung
risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang
diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.
Menghindari ketidakjelasan (gharar)
Hadis nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan acuan
mengenai ghararadalah: “Rasurullah SAW, melarang jual beli dengan lemparan batu
(hasab) dan jual beli gharar (diriwayatkan oleh Imam muslim).Definisi gharar
menurut Imam syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
kita dan akibat yang paling mungkin munculadalah yang paling kita takuti.menurut
Ibnu qayyim,gharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu
ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar
meskipun ada (M.Syakir Sula,2004,hlm.46)
H.M.Syafei Antonio seorang pakar ekonomi syari’ah menjelaskan bahwa
ketidakjelasan (gharar) terjadi dalam dua bentuk,yaitu:
a) Akad syariah yang melandasi penutupan polis
Kontrak dalam asuransi jiwa konvensional dikategorikan sebagai akad pertukaran
(tabaduli), yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara
harfiah dalam akad pertukaran harus jelas berapa banyak yang dibayarkan dan
berapa yang diterima. Keadaan ini menjadi tidak jelas (gharar) karena kita tahu
berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa
yang akan dibayarkan (sejumlah seluruh premi) karena hanya allah yang tahu
kapan seseorang akan meninggal. Dalam konsep takaful (saling menolong),
keadaan ini akan lain karena akad yang digunakan adalah akad tolong menolong
(takafuli) dan saling menjamin di mana semua peserta asuransi menjadi penolong
dan penjamin satu sama lainnya.
b) Sumber dana pembayaran klaim
Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’ie penerima uang klaim
itu sendiri. Dalam konsep asuransi konvensional, tertanggung tidak
mengetahui darimana dana pertanggungan yang diberikan dana asuransi
berasal. Tertangguung hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang
diterimanya. Dalam konsep asuransitakaful (saling menolong), setiap
pembayaran premi sejak awal akan dibagi dua, rekening pemegang polis dan
rekening khusus peserta yang harus diniatkan sebagai dana kebajikan/derma
(tabarru’) untuk membantu saudaranya yang lain. Jadi, klaim dalam konsep
asuransi takaful diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan
dana shadaqahyang diberikan oleh peserta suransi. yang diberikan oleh
peserta asuransi.
Menghindari perjudiana(Maisir)
Islam telah malarang perjudia (maisir), sebagaimana firman Allah dalam surat
Almaidah ayat 90, yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

4
(meminum) khamar, berjudi,(berkoban) untuk berhala, mengundi nasib dengan
panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan syetan.maka jauhilah
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Kata maisir berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti memperoleh
sesuatu dengan sangat mudahtanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa
bekerja. Hal ini biasa juga disebut perjudian, yang dalam terminologi agama diartikan
sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk memperoleh
kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan
pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau
kejadian tertentu (M.syakir Sula,2004,hlm.48)
Gemala Dewi (2004, hala.136) juga mengartikan bahwa dalam konsep maisir
disuatu pihak memperoleh keuntungan, tetapi dilain pihak justru mengalami
kerugian. Unsur maisir dalam asuransi konvensional terlihat apabila selama masa
perjanjian, tertanggung tidak mengalami musibah atau kecelakaan, maka tertanggung
tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya. Sedangkan
keuntungan diperoleh tertanggung ketika tertanggung yang belum lama menjadi
anggota asuransi ( jumlah premi yang disetor sedikit), menerima dana pembayaran
klaim yang jauh leih besar. Dalam konsep takaful ( saling menolong), apabila peserta
asuransi tidak mengalami musibah atau kecelakaan selama menjadi peserta, dia
masih tetap berhak mendapatkan premi yang disetor, kecuali dana yang dimasukkan
kedalam danatabarru’.
Menghindari bunga (Riba)
Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan ( azziyadah), berkembang
(annumuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-uluw). Jadi, riba adalah
penambahan ,perkembangan, peningkatan dan pembesaran atas pinjaman pokok yang
diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai imbalan karena menagguhkan atau
berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu ( Heri
Sudarso,2004,hlm.10
2.3 Prinsip Asuransi Syariah
Dibangun atas dasar kerjasama (ta’awun)
Asuransi syariat rtidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabrru’ ataumudhorobah.
Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut
syariat.
Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan
harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah
Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan
supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akantetapi ia
diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oelh
jamaah.
Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan
syar’i
Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah
yang satu menolong nasabah yang lain yang tengan mengalami kesulitan.

5
Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syari’ah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah.
Perusahaan hanya sebagai pemegangamana untuk mengelolanya.
Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diiklaskan
untuk keperluan tolong menolong.
Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah salaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil.
Adanya dewan pengawas syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang
merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemenn
produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat islam.
(Abdul aziz 2010.hlm 192).
2.4 Sumber Hukum Asuransi Syariah
Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan sumber
syariah islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat rasul,Qiyas, Istihsan, dan
Urf (tradisi). Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam
menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang
senantiasa menjadi rujukan adalah syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).
Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma (ijtihad).
Penetapan hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan beberapa cara, antara
lain”
a. Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas), yaitu
dengan cara mencari perbandingannya atau pengibaratannya.
b. Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada
pertimbangan menarik manfaat dan menghindarkan mudharat.
c. Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum yang
dipandang lebih kuat )Istihsan).
d. Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali terdapat
dalil yang menetukan lain( Istish-ab)
e. Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan ketentuan
syariah.
Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang berlaku, yaitu
undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian. Malahan, pemerintah telah
mengeluarkan keputusan- keputusan yang berkenaan dengan asuransi, termasuk asuransi
syariah yaitu sebagai berikut:
a. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang
kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
b. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan reasuransi.
c. Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis,
penilaian, dan pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi
dengan sistem syariah.

6
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan
bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung
permodalan dan investasi dana. Pada tanggal 27 juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa
bersama Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat
memprakarsai pendirian asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful
Indonesia (tepat).
Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia
sebagai Holding Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi Takafulkeluarga
(asuransi jiwa) dan PT asuransi Takaful umum (asuransi kerugian). Pembentukan dua anak
perusahaan tersebut, dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor
2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, yang mana perusahaan asuransi jiwa dan
perusahaan asuransi kerugian harus berdiri terpisah.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful,atau tadhamun adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui
inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan
bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung
permodalan dan investasi dana.
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan
prinsip-prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa
menjadi rujukan adalah syariah islam.
konsep asuransi syariah adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul risiko
diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas
resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam
kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’atau dana kebajikan
(derma) yang tujuannya untuk menanggung risiko. Dalam sistem operasional, asuransi
syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir,
dan riba.

8
DAFTAR PUSTAKA
Amrin,Abdullah.2011.Meraih berkah melalui asuransi syariah.Jakarta:PT Alex Media
Komputindo.
Aziz, Abdul,2010.Manajemen investasi syariah.Bandung:CV Alfabeta.
Dewi,Gemala.2004.Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian Syariah di
Indonesia.Jakarta:Prenada media.
Muhammad,Abdulkadir.2002.Hukum asuransi Indonesia.Bandar Lampung: PT Citra Aditya
Bakti
Sula, Syakir M. 2004. Asuransi Syariah konsep dan sistem Operasional penerbit Gem
aInsan.Jakarta:Gema Insan

Anda mungkin juga menyukai