Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang

Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan


hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan
dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap
CO2 dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang. Intensitas Efek Rumah Kaca
(ERK) naik dan menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi (Soemarwoto, 2001).

Salah satu cara menahan kenaikan suhu permukaan bumi adalah mengurangi
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hasil aktivitas manusia, yang dilakukan antara lain
dengan menggunakan bahan bakar dari sumber energi yang lebih bersih, seperti
beralih dari batubara ke gas, atau menggunakan sumber energi terbarukan seperti
tenaga matahari atau biomassa. Selain itu, mengurangi penggunaan bahan bakar
untuk kendaraan bermotor dan menghemat listrik juga mengurangi emisi GRK.

Usaha-usaha seperti ini disebut mitigasi. Clean Development Mechanism


(CDM) atau mekanisme pembangunan bersih (MBP) merupakan salah satu opsi
mitigasi yang memungkinkan aktivitas pelestarian lingkungan hidup dan ekonomi
dilakukan secara bersama oleh negara maju dan negara berkembang (Mudiyarso,
2003). Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya
sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang
tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok
dari produktivitas hutan.

Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam


mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologinya. Pengukuran
produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan
menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2
dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi
produktivitas hutan (Heriansyah, 2005). Dalam melihat fungsi hutan sebagai

Laporan Hasil Pembuatan PSP di Wilayah KPHP Gularaya 2013 6


penyerap karbon, informasi mengenai jumlah karbon yang disimpan oleh suatu
kawasan hutan (stok karbon) menjadi penting. Informasi tentang besarnya karbon
yang dapat diturunkan atau diserap dapat diperoleh dengan cara konvensional, akan
tetapi cara ini membutuhkan waktu lama, biaya besar dan belum mampu
mengimbangi permintaan informasi yang cepat dan akurat apabila dalam skala
intensitas yang lebih tinggi.

Pembangunan plot permanen untuk pengukuran karbon di Provinsi Sulawesi


Tenggara baru dilaksanakan pada wilayah KPHP Gularaya, pada tahun 2013 baru
dibangun 15 plot. Pembangunan Plot Sampling Permanent (PSP) pada wilayah
KPHP Gularaya disamping untuk pengkuran karbon juga dapat diperuntukan untuk
tujuan pengelolaan hutan yang lebih luas, diantaranya; penentuan jenis dan
kesuburan tanah, inventory hutan, perhitungan riap (diameter dan tinggi). Oleh
karena itu pembangunan PSP akan terus dilaksanakan dalam rangka mendukung
pengelolaan hutan pada wilayah KPHP Gularaya. Kerjasama antara Badan Litbang
Kehutanan-Pusat Standarisasi Lingkungan Kementerian Kehutanan-DKN dan World
Bank merupakan peluang penting bagi KPHP Gularaya untuk membangun Plot
Sampling Permanent (PSP).

B. Tujuan

Tujuan Pembangunan PSP pada wilayah KPHP Gularaya adalah sebagai berikut :

1. Membangun plot sampling permanent (PSP) pada berbagai stratum hutan di


wilayah KPHP Gularaya Provinsi Sulawesi Tenggara;

2. Menyediakan database carbon stock dan carbon change pada wilayah KPHP
Gularaya.

3. Mendukung tindak lanjut proses penguatan kelembagaan REDD di Provinsi


Sulawesi Tenggara, terutama untuk mendukung pengelolaan hutan di tingkat
tapak (KPH)

Laporan Hasil Pembuatan PSP di Wilayah KPHP Gularaya 2013 7

Anda mungkin juga menyukai