Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

“VERIFIKASI PARAMETER PADA DEBIT BANJIR DI SUB–DAS


ROKAN HULU DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM HEC – HMS”

NUR HIDAYATI
(1307113494)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK UNIERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
A. Latar Belakang
Banjir merupakan suatu peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu
daerah atau daratan yang disebabkan karena volume air yang meningkat. Banjir
sering kali terjadi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana sungai tersebut
memiliki debit aliran yang melebihi kapasitas saluran air. Banjir juga memberikan
dampak buruk terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Bnajir juga
menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana daerah, seperti kerusakan jalan dan
jembatan, kerusakan bangunan-bangunan serta kerusakan lingkungan.
Genangan akibat banjir merupakan bencana besar bagi penduduk, terutama
bagi mereka yang rumahnya terendam. Kerugian yang dialami oleh penduduk
bukan hanya berupa kerusakan rumah dan harta benda, tetapi juga wabah penyakit
dan trauma selama dan pasca banjir. Masalah banjir ini dapat ditangani dengan
menerapkan sistem penanganan banjir yang sesuai.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Rokan Hulu Stasiun Lubuk Bendahara
diakibatkan karena hujan deras engan urasi yang cukup lama dan tingginya curah
hujan yang terjadi. Pada tahun 2013, sebanyak 30 rumah warga desa Koto Ruang,
45 rumah warga kelurahan Rokan dan 12 rumah warga desa Lubuk Bendahara
terendam banjir. Oleh sebab itu, untuk mencegah bencana banjir yang terjadi pada
beberapa tahun lalu maka dilakukan analisis yang memprediksi kemungkinan
besarnya debit banjir yang akan terjadi.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam analisis banjir di Sungai Rokan
Kabupaten Rokan Hulu karena ketersediaan data yang cukup terbatas, untuk
mengatasi keterbatasan tersebut maka diperlukan pemanfaatan moel hidrologi.
Salah satiu model simulasi hidrologi dengan menggunakan Hyrologic
Engineering Center – Hidrologic Modelling System (HEC-HMS). HEC-HMS
merupakan program yang dirancang untuk mensimulasi kan respon hidrologi dalam
bentuk aliran limpasan permukaan dari suatu DAS dengan curah hujan sebagai
komponen masukannya. Hasil keluaran program berupa perhitungan hidrograf
aliran sungai pada lokasi yang telah diinginkan dalam DAS (Risyanto,2007).
Pada penelitian ini dilakukan pemodelan hirologi untuk analisis karakteristik
verifikasi dengan menggunakan alat bantu software HEC-HMS dengan metode
Transform Clark Unit Hydrograph dan Transform Snyder Unit Hydrograph pada
Sub – DAS Rokan Hulu di Stasiun AWLR Lubuk Bendahara, Riau.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kejadian banjir dapat diprediksi lebih
awal dengan metode hujan aliran menggunakan software HEC-HMS tetapi harus
dilakukan uji keakuratan lagi dengan melakukan verifikasi, sehingga keakuratannya
dapat mendekati kondisi yang sebenarnya dilapangan. Pemodelan HEC – HMS
menggunakan metode Transform Clark Unit Hydrograph dan Transform Snyder
Unit Hydrograph. Dari keua Transform Methode tersebut dapat ditentukan yang
paling akurat sebagai analisis hidrologinya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan karakteristik verifikasi parameter debit banjir dengan
menggunakan metode Transform Clark Unit Hydrograph dan Transform
Snyder Unit Hydrograph.
2. Menentukan metode terbaik dalam karakteristik verifikasi
3. Menentukan parameter sensitif dari kedua metode
4. Mendapatkan informasi karakteristik parameter yang diverifikasi dengan
menggunakan model HEC – HMS yang sesuai dengan kondisi DAS
Rokan.
5. Memprediksikan debit banjir yang akan terjadi di Kabupaten Rokan Hulu
Stasiun Lubuk Bendahara, sehingga dampak buruk yang terjadi akibat
bencana banjir dapat dihindari.

D. Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah :
1. Lokasi yang diteliti adalah subDAS Rokan Hulu
2. Analisis dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu HEC-HMS
untuk analisis hidrologinya.
3. Dilakukan kalibrasi pada parameter debit banjir yang sesuai untuk
kawasan subDAS Rokan Hulu.

E. Tinjauan Pustaka
E.1 Banjir
Banjir adalah suatu kondisi dimana tak tertampungnya air dalam saluran
pembuang atau terhambatnya aliran air dalam saluran pembuang. Banjir merupakan
peristiwa alam yang dapat menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila
terjadi luapan atau jebolan darn air banjir, disebabkan oleh kurangnya kapasitas
penampang saluran pembuang (Suripin, 2004)
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi dua
hal, yaitu karena sebab-sebab alami dan karena tindakan manusia, yang termasuk
sebab alami diantaranya yaitu:
a. Curah hujan
Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
banjir di sungai dan bila melebihi tebing sungai, maka akan timbul
banjir atau genangan (Dewi dkk.,2007).
b. Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan kemiringan
Daerah Pengairan Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri hidrolik
(Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang
dan meterial dasar sungai), lokasi sungai (Dewi dkk., 2007).

E.2 Hujan
Hujan adalah komponen masukan penting dalam proses hidrologi.
Karakteristik hujan diantaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman, dan frekuensi.
Intensitas berhubungan dengan durasi dan frekuensi yang dapat diekspresikan
dengan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF) (Suroso, 2004).
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi (Loebis, 1992). Intensitas curah
hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam.
E.3 Curah Hujan Wilayah Rata-Rata
Sri Harto (1993) menyebutkan bahwa cara polygon Thiessien memberikan
proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak.

𝐴1𝑅1 + 𝐴2𝑅2 + ⋯ + 𝐴𝑛𝑅𝑛


Ṝ=
𝐴1 + 𝐴2 + ⋯ + 𝐴𝑛

Ṝ = 𝑅1𝑊1 + 𝑅2𝑊2 + ⋯ + 𝑅𝑛𝑊𝑛

Dengan: Ṝ = curah hujan wlayah rata-rata (mm)

R1, R2 , ...., Rn = curah hujan masing-masing stasiun (mm)

A1, A2 , ...., An = luas masing-masing wilayah (km2)

W1, W2 , ...., Wn = faktor bobot masing-masing stasiun (%)

Gambar 1. Pembagian Daerah dengan Cara Poligon Thiesseien

(Sumber: Harto, 1993)

E.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai dapat diartikan sebagai kaawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang
jatuh dan mengalir ke sungai lalu bermuara ke danau/laut. Sri Harto (1993)
mendefinisikan daera Aliran Sungai adalah daerah di mana semua airnya mengalir
ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas
topografi, yang berarti ditetapkan berdasarkan pada air bawah tanah karena
permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan
pemakaian.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai
berikut:
a. Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan
air hujan ke laut atau danau melalui suatu sungai utama.
b. Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah
topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi beberapa
DAS.
c. Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam (tanah,
vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan
pengguna sumber daya yang ada.
d. Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu
ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi
unsur lainnya.
DAS ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur dipelajari untuk menentukan arah dari limpasan permukaan.
Limpasan berasal dari titik-titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan
garis-garis kontur. Daerah yang dibatasi oleh daerah yang menghubungkan titik-
titik tertinggi tersebut adalah DAS. Gambar 2. menunjukkan contoh bentuk DAS,
dalam gambar tersebut ditunjukkan pula penampang pada keliling DAS. Garis yang
mengelilingi DAS tersebut merupakan titik tertinggi. Air hujan yang jatuh didalam
DAS akan mengalir menuju sungai utama yang ditinjau, sedangkan air yang jatuh
diluar DAS akan mengalir ke sungai lain di sebelahnya.
Gambar 2. Daerah Aliran Sungai (DAS)
(Sumber: Triatmodjo, 2009)

E.5 HEC-HMS
HEC-HMS merupakan singkatan dari Hyrologic Engineering Center –
Hidrologic Modelling System. HEC-HMS merupakan software yang dikembangkan
oleh Hydrologic Engineering Center milik US Army Corps of Engineers. Model
matematik ini merupakan penyempurnaan model matematik HEC-1 yang pertama
kali dilrilis pada tahun 1967. Model matematik ini akan membantu pengguna untuk
melakukan pemodelan analisis debit banjir terutama yang berbasis hidrograf satuan,
penelusuran banjir, kalibrasi dan verifikasi. Selain itu, program HEC-HMS juga
memiliki kemampuan untuk melakukan perhitungan debit banjir pada suatu seri
sub-area atau sub-DAS dengan karakteristik yang berbeda.
Program HEC-HMS didalamnya terdapat tiga komponenutama yang terpisah
terdiri atas Basin Model, Meteorologic Model, dan Control Specification dimana
masing-masing model mempunyai input yang berbeda-beda. Pada Basin Model,
akan disimulasikan kondisi fisik DAS dikaitkan dengan elemen-elemen hidrologi
yang dimasukkan dalam Meteorologic Model. Sementara Control Specification
berfungsi untuk mengatur periode dan interal waktu dari suatu simulasi. Beberapa
model yang digunakan untuk menghitung volume runoff, direct runoff, baseflow,
dan channel flow ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Perhitungan dan Model yang Terdapat dalam HEC-HMS

Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS (2000)


Gambar 3. Tampilan program HEC-HMS

Pada dasarnya, untuk membangun dan mensimulasikan suatu model hidrologi


menggunakan HEC-HMS, user harus melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Membuat project baru,


2. memasukkan data yang dibutuhkan model DAS dan meteorologi,
3. mendefinisikan karakteristik (parameter) fisik dengan membangun dan
mengedit model DAS,
4. Memilih metode yang sesuai untuk perhitungan hujan dan evapotranspirasi
5. Mendefinisikan control specificationuntuk periode dan tahapan waktu simulasi
6. Menggabungkan komponen model DAS, meteorologi dan control specification
untuk membuat suatu simulasi

Sesuai dengan fasilitas yang terdapat dalam HEC-HMS dan pertimbangan


parameter-parameter yang dibutuhkan dan faktor ketersediaan data, maka model-
model hidrologi yang dipilih dalam analisis ini adalah sebagai berikut ini:
E.5.1 Hujan (precipitation)
Metode hujan yang digunaka untuk masukan (input) berupa hujan yang
terjadi dalam pemodelan menerus (continuous model) yaitu user
hyetograph metho. Metode ini dapat memasukkan besaran hujan yang
terjadi pada sebuah subDAS dari luar program. Masukkan hujan untuk
setiap subDAS berupa hujan terdistribusi dan mudah (Firmansyah, 2012).

E.5.2 Volume Aliran (volume runoff)


Program HEC-HMS didalamnya terdapat suatu model yang digunakan
untuk pemodelan menerus (continuous model) dalam menentukan volume
aliran yaitu SCS curve number. Model ini beranggapan bahwa hujan yang
menghasilkan limpasan merupakan fungsi dari hujan kumulatif, tata guna
lahan, jenis tanah serta kelembaban, menggunakan persamaan berikut
(USCE,2000)

(𝑃 − 𝐼𝑎)²
𝑄=
(𝑃 − 𝐼𝑎) + 𝑆

Dengan: Q = limpasan (mm),


P = curah hujan (mm),
Ia = initial abstraction,
Q = parameter retensi maksimum.

Intial Abstraction merupakan semua air yang kehilangan sebelum


terjadinya curah hujan dimulai. Kejadian ini meliputi air yang ditahan
oleh tekanan permukaan, air yang diintersepsi oleh tumbuh-tumbuhan,
penguapan dan infiltrasi. Nilai Initial Abstraction adalah sangat variable
tetapi biasanya dihubungkan dengan lahan dan parameter tertutup. Dari
beberapa hasil analis dari beberapa pengujian daerah aliran sungai, SCS
menghasilkan rumus empiris hubungan antara Ia dan S (USCE,2000):

𝐼 = 0,25 𝑆
Nilai maksimum retensi (S) diperoleh dari karakteristik DAS yang
berhubungan dengan parameter CN menggunakan persamaan
(USCE,2000):

2 − 2𝐶
𝑆=
𝐶

Untuk DAS yang terdiri dari beberapa jenis tanah dan penggunaan
lahan, nilai rerata CN dapat dihitung menggunakan persamaan
(USCE,2000):

∑ 𝐴𝑖 𝐶𝑖
𝐶𝑁𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑒 =
∑ 𝐴𝑖

Dengan: A = luas tiap penggunaan lahan dan


CN = nilai penggunaan lahan.

Menurut Azizah et al (2000) bahwa permukaan kedap air (impervious


surface) penyebab yang sangat mempengaruhi dampak DAS karena
peningkatan permukaan kedap air dapat menyebabkan meningkatnya
limpasan selama kejadian hujan deras sehingga volume air di DAS
sangat cepat meningkat. Persentase permukaan kedap air
(imperviousness), sering disebut sebagai PIMP dalam perhitungan,
merupakan faktor penting ketika mempertimbangkan drainase air. Hal
ini dihitung dengan mengukur persentase dari daerah tangkapan air yang
terdiri dari permukaan tahan seperti jalan, atap dan permukaan beraspal
lainnya nilai PIMP dapat dihitung menggunakan persamaan (Butler et
al.,2000):

𝑃𝐼𝑀𝑃 = 𝐽 6,40,5
dengan PIMP adalah prosentase imperviousness dan J adalah luas
pemukiman (ha).

Dalam pemodelan volume aliran selain menggunakan metode SCS CN


disertai menggunkan model canopy dan surface. Penggunaan model
canopy dan surface diterapkan pada penelitian model HEC-HMS SMA
(Soil Moisture Accounting) di India bagian Timur oleh D.Roy et al (2012).

E.5.3 Aliran Langsung (direct runoff)


Model direct runoff yang digunakan dalam model HEC-HMS adalah Clark
Unit Hydrograph. Model Clark Unit Hydrograph adalah suatu Unit
Hidrograf yang melalui proses perubahan dan penyimpanan mendominasi
pergerakan aaliran melalui DAS. Menurut penelitian Straub et al. (2000)
tentang Persamaan Estimasi Clark Unit Hydrograph Parameter untuk DAS
Pertanian Kecil di Illinois, telah menghasilkan estimasi terbaik dengan
analisis regresi untuk menghubungkan logaritma dari rata-rata TC dan
rata-rata R untuk setiap DAS terhadap logaritma. Karakter daerah aliran
sungai yaitu panjang main-channel dan lereng. Persamaan untuk TC dan
R estimasi (dalam jam) yang menghasilkan nilai R2 tertinggi dalam
penelitian tersebut sebagai berikut:
𝑇𝑐 = 𝐿0,8 𝑆 −0,1
𝑅 = 𝐿0,3 𝑆 −0,7
dengan L merupakan panjang sungai utama (mill) dan S merupakan
persentase kemiringan sungai (%).

E.5.4 Model Baseflow


Aliran dasar (baseflow) merupakan aliran air yang tertahan berdasarkan
hujan sebelumnya yang tertampung sementara didalam tanah. Model
baseflow yang digunakan dalam HEC-HMS menggunakan recession
model yang berfungsi untuk menetapkan debit aliran dasar yang menurun
secara eksponensial dari kejadian tunggal tunggal atau beberapa kejadian
yang berurutan (Hidayah et al.,2014b). Parameter model ini menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑄𝑡 = 𝑄𝑜 𝑘 𝑡
Dengan Qt merupakan baseflow pada waktu t, Q0 merupakan aliran awal
pada waktu 0 dan kt merupakan rotio to peak.
Parameter model ini termasuk aliran awal, rasio resesi, dan ratio to peak.
Sebagaimana dicatat, aliran awal adalah kondisi awal. Untuk analisis
hipotetis limpasan banjir, aliran awal harus dipilih sebagai rata-rata
aliran kemungkinan yang akan terjadi pada awal limpasan banjir. Untuk
kejadian seringkali digunakan nilai aliran awal berasal dari aliran tahunan
rata-rata dalam saluran (USCE,2000). Sedangkan untuk nilai resesi
konstan diperoleh dari Tabel 2

Tabel 2. Nilai Resesi Konstan

Sumber: USCE (2000)

E.5.5 Model Channel Flow


Model channel flow yang digunakan dalam model HEC-HMS adalah Lag
dan Muskingum. Pemilihan model Lag dikhususkan untuk metode
penelusuran banjir di sub DASnya membutuhkan perhitungan perbedaan
waktu antara pusat massa dari kelebihan curah hujan dan puncak dari unit
hidrograf (Lag time).

E.6 Verifikasi
Verifikasi model dimaksukan untuk menguji apakah nilai-nilai perameter
DAS yang telah didapat pada tahap kalibrasi sudah merupakan nilai yang cukup
representatif untuk DAS yang ditinjau. Pada penelitian ini tahapan yang telah
dilakukan adalah melakukan hitungan ulang dengan ketersediaan data, tanpa proses
iterasi perbaikan parameter kalibrasi.
F. Metodologi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di subDAS Rokan Hulu, SubDAS Rokan
Hulu yang terdiri dari beberapa anak sungai.
Adapun tahapan yang diambil untuk menyelesaikan penelitian ini dapat
dibedakan atas 3 macam yaitu tahap pengumpulan data, tahap pembentukan dan
simulasi model (kalibrasi, verifikasi dan aplikasi) dan tahap analisis.
1. Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini data yang akan dikumpulkan untuk penelitian adalah data
sekunder berupa peta topografi, data curah hujan harian selama 20 tahun pada
dua stasiun hujan dan data pengukuran debit (outlet), data vegetasi dan data
jenis tanah permukaan subDAS Rokan Hulu.

2. Tahap pembentukan dan simulasi model


a. Penyusunan model untuk menyusun dan mendefinisikan parameter
DAS.
b. Kalibrasi parameter model HEC-HMS dengan cara memperkirakan
parameter awal berdasarkan karekteristik DAS.
c. Apabila proses kalibrasi telah dilakukan maka model diaplikasikan untuk
menghitung hidrograf banjir untuk beberapa kala ulang.
d. Selanjutnya dilakukan verifikasi parameter dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai-nilai perameter DAS yang telah didapat pada tahap kalibrasi
sudah merupakan nilai yang cukup representatif untuk DAS yang
ditinjau.

3. Tahap analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis tererhadap kurva kalibrasi, verifikasi dan
hidrograf debit racangan yang diperoleh dari simulasi.
Bagan Alir Penelitian

Mulai

Penetapan Masalah

Persiapan/Studi Literatur

Pengumpulan Data :

 Data curah hujan


 Peta topografi
 Peta tata guna lahan
 Data hidrometri
 Data morfologi DAS

Analisa Software HEC – HMS


Diperoleh parameter debit banjr pada suDAS

Kalibrasi parameter dengan memperkirakan parameter


awal berdasarkan karekteristik DAS.

Verifikasi parameter debit banjir pada subDAS

Penggambaran
Hidrograf banjir
disepanjang DAS

Kesimpulan

Selesai
G. Jadwal Rencana

Minggu ke-
Kegiatan 9- 11- 13- 15- 17- 19- 21- 23- 25- 27-
1-2 3-4 5-6 7-8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Studi
literatur
Penulisan
Proposal

Pengujian
Analisis
Data
Penulisan
Laporan
Seminar
Hasil
Sidang
Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Aisya Abas and Mazlan Hashim. 2000. Estimation of Impervious


Surface Using Multi-Temporal Landsat Imagery and Its Impact to Runoff.
Malaysia: University Teknologi Malaysia.
Dian, Yesy. 2016. Kalibrasi Satu dan Dua Parameter Pada Debit Banjir Di Sub –
Das Rokan Hulu Dengan Menggunakan Program HEC – HMS. Skripsi
Sarjana Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Harto, Sri Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT. Gramedia.
Irawan, Sri. 2015. Prakiraan Lokasi Wilayah Subdas Pemicu Banjir di DAS
Sampean Menggunakan ARCGIS dan HEC-HMS. Skripsi Sarjana Program
Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik. Jember: Universitas Jember.
Loebis, Joesron. 1992. Banjir Rencana untuk Bangunan Air. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Suroso. 2004. Analisa Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-
DurationFrequency (IDF) di Kawasan Rawan Banjir Kabupaten
Bayumas. Jurnal Teknik Sipil Vol 3 No. 1: hal. 37-40.
Triatmodjo,B., 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset
USACE.2000. Hydrologic Modeling System HEC-HMS Technical Reference
Manual. US Army Corps of Engineers. http://www.hec,usace.army.mil

Anda mungkin juga menyukai