Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Kardiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah
BPK RSUDZABanda Aceh
oleh
Nasyirah
1407101030168
Pembimbing
dr. Novita, Sp.JP., FIHA
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2015
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan
berkah dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul “Angina Pektoris Tidak Stabil”. Shalawat berangkaikan salam
kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar
dalam kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Laporan Kasus ini ditulis untuk melengkapi tugas-tugas penulis dalam
menjalankan klinik kepaniteraan senior di SMF/Bagian Ilmu Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala-Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh.
Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Kasus ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dr. Novita, Sp.JP selaku pembimbing
penulisan Laporan Kasus ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
penghargaan, rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada dr. Novita, Sp.JP
karena telah membantu penulis menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis juga berharap penyusunan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan juga bagi para pembaca. Dengan disusunnya laporan kasus ini
diharapkan dapat menjadi bahan belajar untuk pengembangan ilmu, serta menjadi
inspirasi untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih memberkati dan
melimpahkan rahmat serta karunianya kepada kita semua.
Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 2
2. 1 Definisi.......................................................................... 2
2. 2 Epidemiologi................................................................. 3
2. 3 Etiologi......................................................................... 3
2. 4 Patofisiologi................................................................. 4
2. 5 Diagnosis....................................................................... 7
2. 6 Tatalaksana................................................................... 10
2. 7 Komplikasi.................................................................... 14
2. 8 Prognosis....................................................................... 16
v
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Angina tidak stabil merupakan salah satu spektrum presentasi klinis
disebut secara kolektif sebagai sindrom koroner akut (ACSS), yang berada
diantara infark miokardelevasi segmen-ST (STEMI) dan non-STEMI (NSTEMI).
Angina tidak stabil dianggap ACS di mana tidak ada terdeteksi enzim dan
biomarker nekrosis miokard.1
2.2 Epidemiologi
Data demografi internasional terbaik yang tersedia adalah dari register
OASIS-2(Organization to Assess Strategies for Ischemic Syndromes)6.
Karena angina tidak stabil terkait erat dengan kejadian kejadian koroner,
perkiraan tren internasional dapat ditemukan di register MONICA (Monitoring
Trends and Determinants in Cardiovascular Diseases)yang disponsori oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Proyek besar ini memonitor lebih dari 7 juta
orang berusia 35-64 tahun dari 30 populasi di 21 negara dari pertengahan 1980-
an.3
Wanita yang mengalami angina tidak stabil akan berusia lebih tua dan
memiliki prevalensi lebih tinggi hipertensi, diabetes mellitus, CHF, dan riwayat
keluarga PJK dibandingkan laki-laki. Pria cenderung memiliki insiden yang lebih
tinggi dari MI sebelumnya dan revaskularisasi, proporsi yang lebih tinggi dari
enzim jantung positif pada saat masuk rumah sakit, dan tingkat yang lebih tinggi
dari kateterisasi dan revaskularisasi. Namun, hasil ini lebih terkait dengan tingkat
keparahan penyakit daripada jenis kelamin.3
2.3 Etiologi
Sindroma koroner akut ditandai oleh adanya ketidakseimbangan antara
pasokan dengan kebutuhan oksigen miokard1.
4
2.4 Patofisiologi
SKA dimulai dengan adanya ruptur plak arteri koroner, aktivasi kaskade
pembekuan dan platelet, pembentukan trombus, serta aliran darah koroner yang
mendadak berkurang. Hal ini terjadi pada plak koroner yang kaya lipid dengan
fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque). Ini disebut fase plaque disruption
‘disrupsi plak’. Setelah plak mengalami ruptur maka tissue factor ‘faktor jaringan’
dikeluarkan dan bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex
mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa sebagai penyebab terjadinya produksi
trombin yang banyak. Adanya adesi platelet, aktivasi, dan agregasi, menyebabkan
pembentukan trombus arteri koroner. Ini disebut fase acute thrombosis ‘trombosis
akut’.7
Proses inflamasi yang melibatkan aktivasi makrofage dan sel T limfosit,
proteinase, dan sitokin, menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis
tersebut. Sel inflamasi tersebut bertanggung jawab terhadap destabilisasi plak
melalui perubahan dalam antiadesif dan antikoagulan menjadi prokoagulan sel
5
2.5 Diagnosis
Diagnosis ACS dapat ditegakkan dari 3 komponen utama, yaitu dari
anamnesis, EKG, dan pengukuran enzim-enzim jantung (cardiac marker).1, 2
2.5.1 Anamnesis
Pasien dengan SKA biasanya datang dengan keluhan nyeri dada yang
khas kardial (gejala kardinal), yaitu2:
Lokasi: substernal, retrosternal, atau prekordial
Sifat nyeri: sakit, seperti ditekan, ditindih benda berat, seperti
diperas/dipelintir, rasa terbakar, atau seperti ditusuk.
Penjalaran: ke lengan kiri, leher, rahang bawah,
punggung/interskapula, perut, atau lengan kanan.
Nyeri membaik/hilang dengan istirahat atau nitrat.
Gejala penyerta: mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
cemas, lemah.
Faktor pencetus: aktivitas fisik, emosi
Faktor resiko: laki-laki usia>40 tahun, wanita menopause, DM,
hipertensi, dislipidemia, perokok, kepribadian tipe A, obesitas.
2.6 Tatalaksana
Penanganan dini yang harus segera diberikan pada pasien dengan keluhan
nyeri dada tipikal dengan kecurigaan SKA adalah1, 2:
1. Oksigenasi
Untuk membatasi kekurangan oksigen pada miokard yang mengalami cedera dan
menurunkan beratnya ST-elevasi pada STEMI.
Diberikan sampai pasien stabil dengan level oksigen 5-10 liter/menit secara kanul
hidung/sungkup.
2. Nitrogliserin (NTG)
Diberikan secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg), dapat diulang sampai 3x dengan
interval 5-10 menit jika keluhan belum membaik setelah pemberian pertama,
dilanjutkan dengan drip intravena 5-10 μg/menit (jangan lebih 200 μg/menit).
11
Kontraindikasi: hipotensi
Manfaat:
memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard;
menurunkan kebutuhan oksigen di miokard;
menurunkan beban awal (preload) sehingga mengubah tegangan dinding
ventrikel;
dilatasi arteri koroner besar dan memperbaiki aliran kolateral;
menghambat agregasi platelet (masih menjadi pertanyaan)
.
3. Morphine
Dosis 2 – 4 mg intravena
Manfaat:
mengurangi kecemasan dan kegelisahan;
mengurangi rasa sakit akibat iskemia;
meningkatkan venous capacitance;
menurunkan tahanan pembuluh sistemik;
menurunkan nadi dan tekanan darah.
Efek samping: mual, bradikardi, dan depresi pernapasan.
4. Aspirin
Dosis yang dianjurkan ialah 160–325 mg perhari, dan absorpsinya lebih baik
"chewable" dari pada tablet, terutama pada stadium awal. Aspirin suppositoria
(325 mg) dapat diberikan pada pasien yang mual atau muntah. Aspirin boleh
diberikan bersama atau setelah pemberian GPIIb/IIIa-I atau UFH (unfractioned
heparin).
Harus diberikan kepada semua pasien SKA jika tidak ada kontraindikasi (ulkus
gaster, asma bronkial).
Efek: menghambat COX-1 dalam platelet dan mencegah pembentukan TXA2,
sehingga mencegah agregasi platelet dan konstriksi arterial.
12
2.7 Komplikasi
Komplikasi:
Aritmia
Disfungsi ventrikel kiri
Hipotensi
Lain-lain:
o Emboli Paru Dan Infark Paru
o Emboli Arteri Sistemik
o Stroke Emboli
o Ruptur Jantung
o Disfungsi & Ruptur m. Papilaris
2.8 Prognosis
Risiko MI, komplikasi, dan kematian pada angina tidak stabil bervariasi
karena spektrum klinis yang luas dan ditutupi oleh interval angina tidak stabil.
Agresivitas pendekatan terapi harus sepadan dengan estimasi risiko individual.10
Diketahui PJK 1
↑ petanda biokimia 1
Deviasi ST 1
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. J
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Wih Resap, Pintu Rame, Bener Meriah
CM : 1-06-47-06
Tanggal Masuk : 16 September 2015
Tanggal Pemeriksaan : 17 September 2015
3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Nyeri dada
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien rujukan dari praktek dokter spesialis jantung dengan keluhan nyeri
dada yang dialami sejak 16 jam SMRS.Nyeri dada memberat dalam 1 minggu dan
dirasakan seperti tertindih beban dan tidak hilang dengan istirahat. Nyeri dada
telah dirasakan kurang lebih 20 menit dan menjalar ke ulu hati, bahu dan
punggung belakang. Sebelumnya pasien sejak seminggu SMRS juga merasakan
nyeri dada tetapi tidak seberat ini. Keluhan nyeri dada disertai dengan keluhan
keringat dingin dan mual namun tidak ada keluhan muntah.Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati berlangsung berulang, timbul disaat
perut dalam keadaan kosong ( tidak atau terlambat makan ). Nyeri terasa perih
seperti tersayat dan rasa terbakar di daerah ulu hati. Nyeri akan berkurang jika
pasien makan. Pasien juga merasakan sakit kepala dan juga lemas. Keluhan nyeri
dada disertai dengan keluhan keringat dingin.
17
a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : E4 M6 V5
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 19 x/menit
Temperatur : 36,20C (aksila)
b. Status General
Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut.
Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
konj.palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), nafas cuping hidung (-)
18
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : (-), R -2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Abdominal Thoracal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = kiri
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Hematokrit 44 % 45-55%
Faal Hemostasis
Jantung
Elektrolit
Fungsi Ginjal
Diabetes
Interpretasi EKG
Interpretasi EKG
- ST depresi : negatif
3.5 RESUME
. Pasien rujukan dari praktek dokter spesialis jantung dengan keluhan nyeri
dada yang dialami sejak 16 jam SMRS.Nyeri dada memberat dalam 1 minggu dan
dirasakan seperti tertindih beban dan tidak hilang dengan istirahat. Nyeri dada
telah dirasakan kurang lebih 20 menit dan menjalar ke ulu hati, bahu dan
punggung belakang. Sebelumnya pasien sejak seminggu SMRS juga merasakan
nyeri dada tetapi tidak seberat ini. Keluhan nyeri dada disertai dengan keluhan
keringat dingin dan mual namun tidak ada keluhan muntah.Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati berlangsung berulang, timbul disat
perut dalam keadaan kosong ( tidak atau terlambat makan ). Nyeri terasa perih
seperti tersayat dan rasa terbakar di daerah ulu hati. Nyeri akan berkurang jika
pasien makan. Pasien juga merasakan sakit kepala dan juga lemas. Keluhan nyeri
dada disertai dengan keluhan keringat dingin.Dari hasil pemeriksaan fisik, pada
umumnya tidak ditemukan kelainan.Pada pemeriksaan penunjang, pasien sudah
dilakukan EKG dengan kesimpulan sinus bradikardi.
3.6 DIAGNOSIS
1. Angina Pektoris Tidak Stabil
2. Infar Miokard Non-ST Elevasi
3.7 PENATALAKSANAAN
3.7.1 TERAPI KARDIOLOGI
Terapi Non-Farmakologi
- Bed rest
- Diet jantung 1700 kkal
Terapi Farmakologi
- Arixtra 1x2,5 selama 3 hari
-Omeprazol 2x20 mg (injeksi)
- Platogrix 1x 75 mg
24
- Aspilet 1x 80 mg
- Actalipid 1x 40 mg
- Sucralfat Syr 3xCII
3.8 PROGNOSIS
BAB IV
ANALISA KASUS
Faktor risiko pada pasien seperti hipertensi, merokok dan pola makan yang
tidak sehat dapat memicu terjadinya kerusakan pada struktur pembuluh darah
yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya aterosklerosis dan kemudian
terjadi trombosis. Proses aterosklerosissebenarnya dimulai dengan fatty streak
sejak bayi lahir. Semakin lama fatty streak tersebut semakin berkembang sehingga
mencapai pembuluh darah koroner pada umur 15 tahun, setelah itu karena
beberapa factor, fatty streak akan berkembang menjadi fibrous plaque pada umur
25 tahun. Kalau penderita tersebut mempunyai banyak faktor risiko maka semakin
mungkin plaque tersebut semakin membesar menjadi ateroma pada umur kira-
kira 40 tahun dan kalau faktor risiko yang dipunyai masih tetap ada maka ateroma
akan semakin membesar sehingga pada suatu saat akan menyebabkan
penyumbatan yang bermakna pada pembuluh darah koroner dan akan
mengakibatkan iskemia sampai infark miokardium akut.5 Iskemia pembuluh darah
koroner dapat menurunkan asupan darah ke dinding jantung sehingga
menyebabkan hipoksia jaringan. Pada fase awal, kebutuhan oksigen dari sel-sel
miokard akan meningkat, namun karena dalam waktu lama kebutuhan oksigen
yang tinggi tidak terpenuhi juga, sel-sel miokardium mulai menggunakan
glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan
energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam
laktat akan menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan
dengan angina pektoris.8
Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati yang dirasakan apabila
pasien tidak makan atau terlamabat makan. Adanya iritasi mukosa dan
peningkatan volume cairan di rongga usus menyebabkan keluhan abdomen terasa
sakit. Selain karena 2 hal itu, nteri abdomen atau kram timbul karena metaolisme
karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan das H2 dan CO2 yang
menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini
penderita akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makanmenurun. Karena
terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Oleh karena itu pasien kita
27
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri dada selama lebih kurang 20
menit yang menjalar ke ulu hati, bahu dan punggung belakang, nyeri dada
dirasakan seperti tertindih beban berat dan tidak hilang dengan istirahat. Hasil
EKG pasien menunjukkan tidak ada ST elevasi maupun depresi dan cardiac
markers menunjukkan peningkatan CK-MB dan troponin I normal, sehingga
ditegakkan diagnosis Angina pektoris tidak stabil. Angina pektoris tidak stabil
merupakan suatu keadaan sindrom koroner akut yang ditandai dengan gejala
nyeri dada tipikal, tidak ada elevasi segmen ST, dan tidak ada ditemukan
peningkatan pada biomarker iskemia atau infark miokard. Hipertensi merupakan
salah satu faktor risiko utama penyebab terjadinya angina pektoris tidak stabil.
Penanganan awal yang cepat dan ketepatan diagnosa merupakan kunci utama
keberhasilan penatalaksanaan angina pektoris tidak stabil.
29
DAFTAR PUSTAKA
4. Lupón, J.; Valle, V.; Marrugat, J., et al. Six-month outcome in unstable
angina patients without previous myocardial infarction according to the use of
tertiary cardiologic resources, Journal of the American College of Cardiology.
1999, 34, 1947-1953.
5. Meune, C.; Balmelli, C.; Twerenbold, R., et al. Patients with acute coronary
syndrome and normal high-sensitivity troponin, The American journal of
medicine. 2011, 124, 1151-1157.
6. Yusuf, S.; Pogue, J.; Anand, S., et al. Effects of recombinant hirudin
(lepirudin) compared with heparin on death, myocardial infarction, refractory
angina, and revascularisation procedures in patients with acute myocardial
ischaemia without ST elevation: a randomised trial, Lancet. 1999, 353, 429-
438.
10. Cannon, C. P.; McCabe, C. H.; Stone, P. H., et al. The Electrocardiogram
Predicts One-Year Outcome of Patients With Unstable Angina and Non–Q
Wave Myocardial Infarction: Results of the TIMI III Registry ECG Ancillary
Study fn1, Journal of the American College of Cardiology. 1997, 30, 133-
140.
11. Anderson, J. L.; Adams, C. D.; Antman, E. M., et al. 2011 ACCF/AHA
focused update incorporated into the ACC/AHA 2007 guidelines for the
management of patients with unstable angina/non–ST-elevation myocardial
infarction a report of the american college of cardiology foundation/american
heart association task force on practice guidelines, Circulation. 2011, 123,
e426-e579.
13. Hankey, G. J. Vascular disease of the heart, brain and limbs: new insights
into a looming epidemic, The Lancet. 2005, 366, 1753-1754.
14. DeVon, H. A.; Zerwic, J. J. The symptoms of unstable angina: do women and
men differ?, Nursing research. 2003, 52, 108-118.
15. Hu, F. B.; Stampfer, M. J.; Solomon, C. G., et al. The impact of diabetes
mellitus on mortality from all causes and coronary heart disease in women:
20 years of follow-up, Archives of internal medicine. 2001, 161, 1717-1723.
17. Ray, K. K.; Cannon, C. P.; McCabe, C. H., et al. Early and late benefits of
high-dose atorvastatin in patients with acute coronary syndromes: results
from the PROVE IT-TIMI 22 trial, Journal of the American College of
Cardiology. 2005, 46, 1405-1410.
31
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
17 September Nyeri dada KU : nyeri dada Unstable - Arixtra 1x2,5
2015 Kes : CM angina selama 3 hari
Hari kedua TD :120/80 mmHg pectoris. -Omeprazol 2x20 mg
rawatan HR :60x/menit (injeksi)
RR : 19 x/menit - Platogrix 1x 75 mg
Suhu :36,5°C - Aspilet 1x 80 mg
Mata : dbn - Actalipid 1x 40 mg
T/H/M : dbn - Sucralfat Syr 3xCII
Leher : TVJ R±2cmH2O
Thorax : Simetris (+), Ves
(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : BJ 1 > BJ II,
regular, bising (-)
Abdomen : Distensi (-),
H/L/R tidak teraba,
peristaltik normal
Ekstremitas : edema (-/-)
Tanggal S O A P
18 September Nyeri dada KU : nyeri dada Unstable - Arixtra 1x2,5
2015 berkurang. angina
Kes : CM selama 3 hari
Hari rawatan pectoris.
ketiga TD :110/80 mmHg -Omeprazol 2x20 mg
HR : 70x/menit (injeksi)
RR : 18 x/menit - Platogrix 1x 75 mg
Suhu :36,6°C - Aspilet 1x 80 mg
Mata : dbn - Actalipid 1x 40 mg
T/H/M : dbn - Sucralfat Syr 3xCII
Leher : TVJ R±2cmH2O
Thorax : Simetris (+), Ves
(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : BJ 1 > BJ II,
32
Tanggal S O A P
19 September Nyeri dada KU : nyeri dada Unstable - Arixtra 1x2,5
2015 (-). angina
Kes : CM selama 3 hari
Hari keempat pectoris.
rawatan TD :120/80 mmHg -Omeprazol 2x20 mg
HR : 50x/menit (injeksi)
RR : 19 x/menit - Platogrix 1x 75 mg
Suhu :36,6°C - Aspilet 1x 80 mg
Mata : dbn - Actalipid 1x 40 mg
T/H/M : dbn - Sucralfat Syr 3xCII
Leher : TVJ R±2cmH2O
Thorax : Simetris (+), Ves
(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : BJ 1 > BJ II,
regular, bising (-)
Abdomen : Distensi (-),
H/L/R tidak teraba,
peristaltik normal
Ekstremitas : edema (-/-)
33
Tanggal S O A P
20September Nyeri dada KU : nyeri dada Unstable -Omeprazol 2x20 mg
2015 (-). angina
Kes : CM - Platogrix 1x 75 mg
Hari keempat pectoris.
rawatan TD :120/80 mmHg - Aspilet 1x 80 mg
HR : 50x/menit - Actalipid 1x 40 mg
RR : 19 x/menit - Sucralfat Syr 3xCII
Suhu :36,6°C - Neurodex 1x1
Mata : dbn
T/H/M : dbn
Leher : TVJ R±2cmH2O
Thorax : Simetris (+), Ves
(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : BJ 1 > BJ II,
regular, bising (-)
Abdomen : Distensi (-),
H/L/R tidak teraba,
peristaltik normal
Ekstremitas : edema (-/-)