Oleh:
Preseptor :
dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.F
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada preseptor
Dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.F yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Penulisan 5
1.3 Metode Penulisan 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB 2. ILUSTRASI KASUS
2.1 Identifikasi Mayat 6
2.2 Pemeriksaan Luar 6
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Kecelakaan Lalu lintas 17
3.2 Klasifikasi Kecelakaan Lalu lintas 18
3.3 Identifikasi Mayat 19
3.4 Aspek Medikolegal Kecelakaan Lalu lintas 20
3.5 Langkah dan Prinsip Identifikasi Mayat 23
3.6 Sebab Kematian 30
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 32
4.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB 1
PENDAHULUAN
terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka, atau
kematian. Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor - vehicle traffic accident” dan
“Non motor -vehicle traffic accident”. “A motor - vehicle traffic accident” adalah setiap
kecelakaan bermotor di jalan raya. “Non motor -vehicle traffic accident” adalah setiap
kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk lalu lintas
bermotor.1
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
lintas yang cenderung semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun. Lebih dari 80% pasien yang masuk ke
ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan
sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya merupakan
kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan
korban kekerasan.2,3
Indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang
cukup serius, menurut data dari Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Tingginya korban kecelakaan tersebut disadari
telah mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara ekonomi menyebabkan
mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas (accident severity) tersebut.4
dan klasifikasi kecelakaan lalu lintas, identifikasi mayat, aspek medikolegal kecelakaan
lalu lintas, langkah dan prinsip identifikasi mayat, serta sebab kematian.
definisi dan klasifikasi kecelakaan lalu lintas, identifikasi mayat, aspek medikolegal
kecelakaan lalu lintas, langkah dan prinsip identifikasi mayat, serta sebab kematian
literatur.
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MI
Umur : 21 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
motor kemudian menabrak teman korban yang juga mengendarai motor dari arah
belakang, kejadian terjadi pada tanggal 13 Desember 2018 pukul 14.30 WIB di jalan
Sudirman, Padang. Mekanisme trauma tidak diketahui, saksi mengatakan korban jatuh
ke kanan sedangkan teman korban yang ditabrak jatuh ke kiri. Teman korban kemudian
langsung menghubungi temannya yang lain untuk meminta bantuan, selanjutnya korban
Pada saat di IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang korban datang dengan keadaan
umum sakit berat dan tidak sadar. Pada sekitar pukul 16.30 WIB pasien diputuskan
untuk dilakukan operasi kemudian pada pukul 17.30 WIB korban dinyatakan meninggal
dunia.
Pada hasil pemeriksaan luar, tidak terdapat label mayat. Penutup mayat berupa
satu helai kain panjang berbahan katun warna dasar putih dengan garis biru dan pada
punggung dengan terdapatnya satu kantong di dada kiri tanpa isi. Satu helai celana
pendek berbahan katun, warna dasar coklat dengan corak pada kantong berbentuk bulat
bewarna coklat muda dan terdapat dua kantong di sisi kanan dan kiri dengan isi
Pada pemeriksaan kaku mayat didapatkan kaku mayat pada persendian jari
tangan dan rahang bawah mudah dilawan. Kemudian pada pemeriksaan lebam mayat
ditemukan lebam mayat terdapat pada punggung berwarna merah keunguan yang
Mayat adalah mayat mayat seorang laki-laki, ras mongoloid, berumur dua puluh
satu tahun, kulit warna sawo matang, gizi sedang, panjang tubuh seratus lima puluh
delapan sentimeter, berat badan tidak ditimbang, zakar disunat. Identifikasi khusus pada
mayat tidak ada. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang sembilan
sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuh tipis, panjang nol koma lima sentimeter.
Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang nol koma lima sentimeter. Kumis
berwarna hitam, tumbuhnya tipis, panjang satu sentimeter. Jenggot tidak ada.
Pemeriksaan pada bagian mata dan hidung mayat didapatkan mata kanan terbuka
nol koma empat sentimeter, selaput bening mata jernih, teleng mata warna hitam,
bentuk bulat diameter nol koma lima sentimeter, warna tirai mata kecokelatan, selaput
bola mata pucat, selaput kelopak mata pucat. Mata kiri terbuka nol koma empat
sentimeter, selaput bening mata jernih, teleng mata warna hitam, bentuk bulat diameter
nol koma lima sentimeter, warna tirai mata kecokelatan, selaput bola mata pucat,
Gigi geligi berjumlah dua puluh delapan buah. Pada rahang kanan atas, jumlah
gigi geligi tujuh buah. Pada rahang kanan bawah, jumlah gigi geligi tujuh buah. Pada
rahang kiri atas, jumlah gigi geligi tujuh buah. Pada rahang kiri bawah, jumlah gigi
Dari lubang mulut tidak keluar apa-apa, dari lubang hidung tidak ada, dari lubang
telinga kiri dan kanan tidak ada, dari lubang kemaluan tidak ada, dari lubang pelepasan
tidak ada.
Gambar 2.1
Pemeriksaan perlukaan pada mayat ditemukan pada kepala belakang bagian kiri,
enam sentimeter dari batas tumbuh rambut belaang, nol koma lima sentimeter dari garis
pertengahan belakang terdapat luka terbuka tepi tidak rata dengan dasar jaringan di
Pada dahi kiri dua koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, satu
sentimeter dari batas tumbuh rambut depan terdapat luka lecet geser berwarna
kemerahan arah kanan bawah ke kiri atas dengan ukuran tiga sentimeter kali tiga koma
lima sentimeter
Gambar 2.3
Pada pipi kiri tiga sentimeter dari garis pertengahan depan satu koma lima
sentimeter dari sudut luar mata kiri terdapat luka lecet geser berwarna kemerahan arah
kiri atas ke kanan bawah dengan ukuran empat sentimeter kali empat koma lima
sentimeter.
Gambar 2.4
Tepat pada bahu kanan terdapat luka memar bewarna biru kehitaman dengan
Gambar 2.5
Pada dada kanan tiga belas sentimeter dari puncak bahu, lima belas sentimeter
dari garis pertengahan depan terdapat luka berukuran dua kali satu sentimeter warna
kemerahan yang telah dijahit dengan benang bewarna hitam dan terdapat dua simpul.
Pada dada kanan, lima belas sentimeter dari puncak bahu, sepuluh sentimeter dari
garis pertengahan depan terdapat luka lecet bewarna kemerahan berukuran satu kali
satu sentimeter
Gambar 2.7
Pada perut kanan, tujuh sentimeter dari taju atas depan tulang usus, lima belas
sentimeter dari pertengahan depan terdapat luka lecet bewarna kemerahan dengan
ukuran satu kali nol koma lima sentimeter
Pada lengan atas kanan sisi luar, enam sentimeter dari puncak bahu terdapat luka
lecet geser bewarna kemerahan, arah kanan ke kiri, berukuran tujuh sentimeter kali lima
sentimer
Gambar 2.9
Pada lengan atas kanan sisi luar, dua sentimeter dari lipat siku terdapat luka lecet
geser berwarna kemerahan arah luar ke dalam dengan ukuran empat koma lima
sentimeter kali dua sentimeter dikelilingi memar bewarna merah keunguan
Pada lengan bawah kanan sisi depan, tiga sentimeter dari lipat siku terdapat luka
lecet geser arah dari atas ke bawah bewarna kemerahan dengan ukuran tiga sentimeter
kali dua sentimeter
Gambar 2.11
Pada lengan bawah kanan sisi depan, empat sentimeter dari pergelangan tangan
terdapat luka lecet berwarna kemerahan arah dari luar ke dalam berukuran satu
sentimeter kali nol koma tujuh sentimeter
Pada tungkai bawah kiri sisi dalam empat sentimeter dari lutut kiri terdapat luka
lecet berwarna kemerahan arah kanan atas ke kiri bawah dengan ukuran dua koma lima
sentimeter kali satu koma lima sentimeter
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Pada punggung kaki kiri dua sentimeter dari pergelangan kaki kiri terdapat luka
lecet geser berwarna kemerahan dari arah luar ke dalam dengan ukuran nol koma
sembilan sentimeter kali nol koma lima sentimeter dengan luka memar warna merah
keunguan ukuran empat koma lima sentimeter kali tiga sentimeter
Gambar 2.15
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 24 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan, Pasal 1 No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di
jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta
benda.1
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 ayat 1 membagi kecelakaan lalu
lintas sendiri menjadi 3, yaitu:
Dalam penjelasan UU No. 22 tahun 2009, dijelaskan bahwa istilah "luka ringan"
adalah luka yang mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak memerlukan
perawatan inap di rumah sakit atau selain yang di klasifikasikan dalam luka berat.
Istilah “luka berat” didefinisikan sebagai luka yang mengakibatkan korban:
1. Klasifikasi berat (fatal accident), yaitu jika terdapat korban yang meninggal
dunia meskipun hanya satu orang dengan atau tanpa korban luka-luka berat
atau ringan,
2. Klasifikasi sedang (serious injury accident), yaitu jika tidak terdapat korban
meninggal dunia, namun dijumpai sekurang-kurangnya satu orang yang
mengalami luka berat,
3. Klasifikasi ringan ( light injury accident), yaitu jika tidak terdapat korban
meninggal dunia meskipun hanya dijumpai korban dengan luka ringan saja,
4. Klasifikasi lain, jika tidak ada manusia yang menjadi korban, sedangkan
yang ada hanya kerugian materil saja, baik berupa kerusakan kendaraan,
jalan, jembatan.5
Korban merupakan korban kecelakan dengan luka fatal karena kecelakaan yang
terjadi mengakibatkan seseorang atau lebih meninggal dunia. Menurut lokasi
kecelakaan, terdiri dari Jalan lurus, tikungan jalan, persimpangan jalan, dan tanjakan,
turunan, di dataran atau di pegunungan, di luar kota maupun di dalam kota. Kejadian
terjadi di dalam kota, tepatnya di atas rel kereta api. Kejadian ini terjadi di hari kerja.
Berdasarkan cara terjadinya kecelakaan, kecelakaan ini terjadi akibat tabrakan di jalan
(Collision on Road) , tepatnya tabrakan dengan kereta api.
Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun
mati berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi juga diartikan
sebagai suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang
ada pada orang tak dikenal sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang
yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu.7
Identifikasi dapat dilakukan dalam tiga cara : visual (kerabat atau kenalan melihat
jenazah); data secara rinci (misalnya, data ante-mortem yang cocok dengan informasi
yang dikumpulkan selama autopsy dan informasi situasional lainnya); dan secara ilmiah
atau objektif (misalnya, pemeriksaan gigi, sidik jari, atau DNA). Identifikasi tidak
mutlak berdasarkan urutan diatas; jika perlangsungan proses identifikasi menjadi lebih
sulit, cara selanjutnya yang dilakukan. Bila memungkinkan, identifikasi visual harus
dilengkapi dengan salah satu dari dua metode lain.8
Pada dasarnya, identifikasi terdiri dari dua metode utama, yaitu: 1) identifikasi
komparatif, yaitu bila selain data post mortem juga tersedia data ante mortem, dalam
suatu komunitas yang terbatas, dan 2) identifikasi rekonstruktif, yaitu bila tidak tersedia
data ante mortem dan komunitas tidak terbatas. Penentuan identitas personal dapat
menggunakan metode identifikasi visual, doukumen, properti, pemeriksaan medik, gigi,
serologik, sidik jari, analisis DNA, dan secara eksklusi. Identitas seseorang dapat
dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif
(tidak meragukan).8
Pasal 234
Pasal 235
Ayat (1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi,
pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan
bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau
biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Ayat (2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat
Kecelakaan Lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1)
huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan
Umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya
pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Pasal 237
Pasal 238
Pasal 239
Kasus ini menurut keterangan saksi, mayat ditabrak oleh kereta api,meskipun di
tabrak oleh kereta api menurut UU No. 72 tahun 2009, kasus ini tidak termasuk ke
dalam kasus kecelakaan perkeretaapian. Pada pasal 110 UU No.72 tahun 2009, yang
bukan termasuk kecelakaan perkerataapian adalah ketika terjadi pelanggaran yang
terjadi terhadap ayat (1) dan ayat (2), yang mana ayat 1 berbunyi “ Pada perpotongan
sebidang antara jalur kereta api dengan jalan yang selanjutnya disebut dengan
perpotongan sebidang yang digunakan untuk lalu lintas umum atau lalu lintas khusus,
pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api” dan ayat 2 berbunyi
“Pemakai jalan wajib mematuhi semua rambu-rambu jalan di perpotongan sebidang”.9
Surat Keterangan Kematian dibuat bagi setiap manusia yang mati. Surat
Keterangan Kematian pada dasarnya menyatakan tentang telah meninggalnya seseorang
dengan identitas tertentu, tanpa menyebutkan sebab kematiannya. Keterangan ini dibuat
sekurang-kurangnya berdasarkan atas pemeriksaan luar jenazah. Pembuatan Surat
Keterangan Kematian harus dilakukan dengan hati-hati mengingat aspek hukumnya
yang luas, mulai dari urusan pensiun, administrasi sipil, warisan, santunan asuransi,
hingga adanya kemungkinan pidana sebagai penyebab kematian.10
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1964 Tentang
Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu lintas JalanPasal 4 ayat 1 menjelaskan
bahwa setiap orang yang menjadi korban mati atau cacad tetap akibat kecelakaan yang
disebabkan oleh alat angkutan lalu lintas jalan tersebut dalam pasal 1, dana akan
memberikerugian kepadanya atau kepada ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan
berdasarkan peraturan pemerintah. Hal yang dimaksud disini adalah yang mendapatkan
jaminan berdasarkan Undang-undang ini ialah mereka yang berada dijalan di luar alat
angkutan yang menyebabkan kecelakaan.11
3.5 Langkah dan Prinsip Identifikasi Mayat
A. Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar adalah pemeriksaan terhadap tubuh jenazah bagian luar secara
menyeluruh, jelas, terperinci dan sistematis. Pada pemeriksaan luar jenazah untuk
kepentingan forensik , pemeriksaan harus cermat, terhadap apa yang dilihat, tercium,
maupun teraba baik terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu,
dan lain-lain serta tubuh mayat.13,14
1. Label mayat
Pada pemeriksaan luar harus dijelaskan label ada mayat terletak atau terikat
pada bagian tubuh yang mana, terbuat dari apa, berwarna apa, ada atau tidak
materai/cap dan bertuliskan apa. Pada mayat ini tidak terdapat label mayat.
Mayat seharusnya diberi label saat dikirim oleh kepolisian, biasanya berupa
sehelai karton yang diikatkan pada ibu jari kaki mayat serta penyegelan pada tali
pengkat label yang berfungsi untuk menjamin keaslian dari benda bukti. Hal
yang perlu dicatat pada label mayat, berupa warna dan bahan segel label,
5. Pakaian mayat
Pakaian mayat harus dicatat secara spesifik, dimulai dari pakaian yang
dikenakan pada bagian atas sampai bagian bawah, dari lapisan terluar hingga
lapisan terdalam. Hal yang perlu dicatat pada pakaian, yaitu: bahan, warna
dasar, warna dan corak/motif dari tekstil, bantuk/model pakaian, ukuran,
merk/penjahit, cap binatu, monogram/inisial serta tambalan bila ada. Bila
terdapat bercak atau robekan pada pakaian, maka harus dicatat ukuran letaknya
dengan koordinatnya serta ukuran dari pengotoran dan atau robekan yang
ditemukan. Bila terdapat saku pada pakaian, maka saku harus diperiksa dan
dicatat isinya. Apabila korban mati akibat kekerasan atau yang belum diketahui,
maka pakaian sebaiknya disimpan sebagai barang bukti.
Pada saat pengiriman mayat, dapat pula bersamaan dengan benda di samping
mayat, seperti bungkusan atau tas. Benda-benda yang berada di samping
mayatpun harus dicatat dengan lengkap. Pada mayat ini tidak terdapat benda di
samping mayat. Benda samping mayat yang dijelaskan pada kasus ini
merupakan penjelasan rinci mengenai benda apapun yang terdapat di dekat
mayat pada waktu mayat ditemukan atau diantar oleh pihak yang berwajib.13,14
7. Tanda kematian
Setiap mayat yang datang untuk pemeriksaan jenazah, harus diperhatikan lagi
pemeriksaan bahwa mayat benar-benar mati. Pencatatan tanda kematian juga
bermanfaat untuk menentukan saat kematia. hal yang perlu dicatat, yaitu
mencatat waktu/saat dilakukannya pemeriksaan tanda kematian. Beberapa
pemeriksaan tanda kematian, yaitu: 13
a. Lebam mayat
Pencatatan pada lebam mayat yaitu letak dan distribusi lebam, adanya
bagian tertentu di daerah lebam mayat, daerah lebam mayat yang tidak
menunjukkan lebam seperti daerah tertekan, warna lebam mayat serta
intensitas lebam mayat ( menghilang dengan penekanan, sedikit menghilang
dengan penekanan atau sama sekali tidak menghilang dengan penekanan).
b. Kaku mayat
Pencatatan kaku mayat berupa distribusi, derajat kekakuan dan menentukan
apakah mudah atau sukar dilawan. Sendi yang diperiksa, yaitu sendi jari,
daerah dagu/tengkuk, lengan atas, siku, pangkal paha, sendi lutut. Apabila
ditemukan adanya spasme kadaverik, catat dengan sebaik-baiknya karena
Tanda kematian mayat pada laporan kasus, yaitu pada pemeriksaan kaku mayat
didapatkan kaku mayat pada persendian jari tangan dan rahang bawah yang mudah
dilawan. Kemudian pada pemeriksaan lebam mayat ditemukan lebam mayat terdapat
pada punggung berwarna merah keunguan yang hilang pada penekanan.
Pemerisaan tanda kematian yang banyak digunakan saat ini adalah kaku mayat
dan lebam mayat. Tingkat kaku mayat yang dinilai dengan memfleksikan lengan dan
kaki untuk memeriksa tahanan akan mulai tampak sekitar 2 jam setelah mati klinis,
yang dimulai dari otot-otot kecil. Sementara lebam mayat terbentuk 20-30 menit setelah
mati somatis, serta lebam mayat masih hilang pada penekanan pada saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan. Pada kasus ini dapat disimpulkan
kematian yang terjadi pada mayat dalam waktu sekitar 30 menit hingga 2 jam.14
8. Identifikasi Umum
Identifikasi umum pada mayat yang perlu dicatat berupa identitas mayat, seperti
jenis kelamin, bangsa atau ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat
badan, pada laki-laki apakah zakar disirkumsisi atau tidak, adanya striae
Pemeriksaan meliputi bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi. Periksa dan
catat apakah ada tanda-tanda kekerasan maupun kelainan yang ditemukan.
Periksa juga apakah terdapat benda asing pada rongga mulut atau tidak. Pada
pemeriksaan gigi geligi penting untuk periksa jumlah gigi. Ada dua jenis gigi,
yaitu gigi susu dan gigi permanen:
a. Gigi susu (milk teeth) disebut gigi sementara atau dens decidui dan
jumlahnya 20 buah, yakni 4 buah incisivus, 2 caninus, dan 4 molar di setiap
rahang. Bayi akan mengalami pertumbuhan gigi susu pada umur 6 bulan
Pada pemeriksaan mulut pada mayat didapatkan mulut tertutup dan lidah tidak
terjulur, tidak tergigit. Gigi geligi berjumlah 28 buah. Pada rahang kanan atas,
jumlah gigi geligi 7 buah. Pada rahang kanan bawah, jumlah gigi geligi 7 buah.
Pada rahang kiri atas, jumlah gigi geligi 7 buah. Pada rahang kiri bawah, jumlah
gigi geligi 7 buah. Pada mayat, didapatkan molar ketiga pada setiap rahang
belum erupsi atau belum muncul sehingga dapat diperkirakan bahwa mayat
berusia kurang dari 18-25 tahun.15,16
Kematian yang diakibatkan oleh luka yang parah lebih mudah dijelaskan,
misalnya luka parah yang terjadi di kepala kemudian mengalami gegar otak ataupun
perdarahan.
Saat kematian terjadi disebabkan kecelakaan di jalan, atau korban yang bertahan
beberapa saat sebelum meninggal setelah ditabrak, biasanya akan terdapat kerusakan
musculoskeletal atau organ, perdarahan parah, blockade aliran udara dari darah, atau
asfiksia traumatis akibat fiksasi bagian dada oleh karena benturan yang terjadi.
Korban yang sempat bertahan hidup tetapi selanjutnya meninggal, mungkin bisa
disebabkan oleh terjadinya perdarahan yang berkelanjutan, perdarahan sekunder,
kegagalan ginjal karena hipotensi, kerusakan otot yang ekstensif, metabolisme lemak,
Selain itu, apabila pembahasan melibatkan pihak pengemudi atau pilot atau
bahkan kapten kapal, terdapat pula kemungkinan lainnya yaitu pengaruh konsumsi
alkohol yang menyebabkan intoksikasi pada diri korban, juga kemungkinan adanya
unsur penyakit. Hal tersebut merupakan unsur pengaruh yang sangat penting.
Adapun pada pasien, ditemukan luka robek pada kepala belakang bagian kiri, luka
memar pada puncak bahu kanan , luka lecet geser pada dahi, pipi kiri, hidung, lengan
atas kanan, dada kanan, perut kanan, lengan bawah kanan sisi depan, tungka bawah kiri,
punggung kaki kiri, pergelangan kaki kanan akibat kekerasan tumpul serta luka yang
sudah dijahit pada dada kanan akibat kekerasan tajam. Berdasarkan anamnesis, pasien
meninggal setelah dilakukan operasi pasca kecelakaan lalu lintas. Terdapat banyak
kemungkinan penyebab kematian pasien ini. Sebab kematian tidak dapat ditentukan
karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi).
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Pada laporan ini dijelaskan mengenai trauma akibat kecelakaan lalu lintas
khususnya kendaraan bermotor yang ditulis berdasarkan berbagai kepustakaan, namun
referensi yang digunakan masih terbatas pada beberapa sumber saja. Disarankan untuk
membahas mengenai dengan referensi yang lebih luas lagi.