Anda di halaman 1dari 6

A.

Identitas Buku

Judul : Dilan : Dia adalah Dilanku tahun


1990

Pengarang : Pidi Baiq


Penerbit : PT Mizan Pustaka
Tahun terbit : 2015
Kota terbit : Bandung
Cetakan : Cetakan ketujuh pada Desember
2017
Tebal Halaman : 348 halaman, 20.5 cm
ISBN : 978-602-7870-86-4

B. Pendahuluan

Novel Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1990 merupakan novel kesembilan
karya Pidi Baiq yang menceritakan sebuah kisah cinta sederhana antara dua anak
muda yang disampaikan dengan bahasa yang sederhana juga. Novel ini sukses
menjadi best seller dan diadaptasi ke dalam bentuk film dengan judul Dilan 1990
yang diperankan oleh Iqbaal D. Ramadhan dan Vanesha Prescilla. Novel Dilan : Dia
adalah Dilanku tahun 1990 pertama kali diterbitkan pada tahun 2014 oleh Pastel
Books, PT Mizan Pustaka.

C. Ringkasan Cerita :

Cinta, walaupun sudah berlalu sekian lama, tetap saja, saat dikenang begitu
manis. Milea, gadis yang kerap disapa Lia ini kembali ke tahun 1990 untuk
menceritakan kisah tentang dirinya dan seorang laki-laki yang dia cintai, Dilan.

Bandung 1990. Kabut tipis hadir di sela sinar matahari yang masih malu
menampakan diri. Suara motor tua memecah keheningan di awal hari itu. Milea
berjalan kaki menuju sekolah. Sudah hampir dua minggu dia sekolah di SMA yang
terletak di Buahbatu, Bandung tersebut.

Dia anak baru, pindahan dari Jakarta. Ibunya adalah orang Sunda, sedangkan
ayahnya seorang tentara dari Sumatera Barat. Milea tak pernah menyangka,
pertemuan pertama dia dengan laki-laki yang bernama Dilan pagi itu akan mengubah
hari-harinya. Dilan muncul pertama kali sebagai sosok peramal dihadapannya.
Peramal itu mengatakan bahwa nanti mereka akan bertemu di kantin. Saat itu, yang
Milea pikirkan ketika melihat Dilan adalah “ Dasar orang aneh”.

Laki-laki yang mendekatin bukan dengan seikat bunga atau kata-kata manis
untuk menarik perhatiannya. Namun, melalui ramalan seperti tergambarkan pada
penggalan cerita berikut :

“Aku ramal, nanti kita bertemu di kantin.” – Dilan -hlm. 20

Tapi, sayang sekali ramalannya salah. Hari itu, Milea tidak ke kantin karena ia
harus membicarakan urusan kelas dengan kawan-kawannya. Sebuah cara sederhana
namun bisa membuat siapapun tersenyum ketika membacanya. Cara yang seperti
itulah yang dipilih Dilan untuk kembali menarik perhatian dari Milea. Dilan mengirim
Piyan untuk menyampaikan suratnya yang isinya :
“ Milea,
Ramalanku, kita akan ketemu di kantin, ternyata salah.
Maaf, tapi aku mau meramal lagi :
Besok kita akan ketemu. “
Tunggu, besok yang dimaksud oleh Dilan itu adalah hari Minggu? Nggak
mungkin kan, mereka bertemu? Pikir Milea. Namun, ternyata ramalannya kali ini
benar. Dilan datang ke rumah Milea untuk menyampaikan surat undangannya yang
isinya :

“ Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan


Penyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan untuk
sekolah pada : Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. ”

Hal-hal yang sederhana ini nyatanya dapat membuat Milea tersenyum, dan
perlahan mulai menaruh perhatiannya kepada Dilan.

Sosok Dilan dikenal badung di sekolah. Dia adalah panglima di geng motor
terkenal di Bandung. Setiap ada kehebohan di sekolah, Dilan dan kawan-kawannya
selalu menjadi biang onar.

Pernah suatu hari, Dilan dan kawan-kawannya mabal upacara. Akibatnya,


guru BP, Suripto menyetrap Dilan dkk. saat upacara masih berlangsung. Kelakuan
bandel Dilan yang lain adalah merubuhkan dinding pembatas kelas, hanya karena
kelas dia dan Milea bersebelahan.

Suatu hari, saat Dilan mengikuti Milea pulang dengan angkot ia berkata,
“Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu
aja”. Perkataan Dilan itu membuat hati Milea berdebar-debar, mungkin ia kaget atas
ucapan Dilan.

Mulanya, Milea tidak menganggap Dilan. Dia kerap judes saat harus
berhadapan si peramal --sebutan Milea untuk Dilan-- itu. Apalagi, Milea punya pacar
di Jakarta, Beni. Namun, perhatian Dilan yang unik kepada Milea membuat gadis itu
diam-diam memikirkan Dilan. Dilan menjadi sosok antimainstream di kehidupan
Milea.

Lambat laun, seiring berjalannya waktu Milea dan Dilan menjadi akrab. Milea
mengetahui beberapa hal tentang dilan dari Wati, sepupu Dilan yang sekelas
dengannya.

Perkenalan yang tidak biasa kemudian membawa Milea mulai mengenal


keunikan Dilan lebih jauh. Dilan yang pintar, baik hati dan romantis... semua dengan
caranya sendiri. Cara Dilan mendekati Milea tidak sama dengan teman-teman
lelakinya yang lain, bahkan Beni. Cara berbicara Dilan yang terdengar kaku, lambat
laun justru membuat Milea kerap merindukannya jika sehari saja ia tak mendengar
suara itu.

Saat cowok lain memberikan kado boneka saat Milea ulang tahun, Dilan
malah memberi buku teka-teki silang yang sudah dia isi semuanya dan surat pendek.

“SELAMAT ULANG TAHUN MILEA. INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS. TAPI
SUDAH KUISI SEMUA. AKU SAYANG KAMU. AKU TIDAK MAU KAMU PUSING
KARENA HARUS MENGISINYA. DILAN!”

“Itulah Dilan, selalu memiliki kemampuan luar biasa untuk membuat aku bisa
merasa senang dan benar-benar berakhir dengan tertawa!” Ini adalah suara Milea
yang makin menyukai Dilan setelah mendapatkan TTS itu.

Belum lagi kebiasaan - kebiasaan lucu Dilan saat menelepon Milea. Milea
juga salut dengan keberanian Dilan main ke rumahnya dan bertemu dengan ayahnya.
Masa PDKT Milea dan Dilan terbilang mengasyikan. Tanpa ada internet di
masa itu, Dilan harus menelefon Milea dari telefon umum koin jika ingin berbincang
atau ke rumah Milea langsung kalau mau bertemu. Hal - hal yang mungkin saat ini
sudah tidak ada, karena kecanggihan internet dan aplikasi chatting.

Hingga akhirnya, Milea putus dari Beni. Beni dengan kasarnya menghina
Milea di depan umum. Saat itu, sekolah Milea di Bandung terpilih menjadi peserta
Cerdas Cermat TVRI, beberapa siswa yang bukan peserta dianjurkan untuk ikut
memberikan semangat buat teman-temannya yang sedang berlomba. Milea salah
satunya, dan di Jakarta ia sudah berencana untuk bertemu dengn Beni, pacarnya.
Milea sudah lama menunggu Beni yang berjanji untuk datang ke TVRI, namun Beni
tak kunjung datang. Akhirnya, Milea pergi makan bersama Nandan dan Novi. Saat
itulah Beni datang dan marah-marah melihat Milea makan bersama laki-laki lain.
Beni yang terbakar api cemburu langsung memaki Milea, bahkan hamper menampar
Nandan. Hubungan mereka pun berakhir dengan kata ‘putus’ yang dilontarkan Milea
kepada Beni.

Milea merasa ia masih berhak memilih mana yang terbaik untuk dirinya.
Setelah bertemu dengan Dilan, ia merasa bahwa Dilan memang lebih baik dari Beni.
Jauh lebih baik. Semakin hari Lia semakin dekat dengan Dilan, juga dengan
keluarganya, terutama mamanya Dilan yang biasa disapa ‘Bunda’. Bunda Dilan
berprofesi sebagai Kepala Sekolah, tentunya bukan sekolah di mana Dilan Belajar.
Ayahnya juga anggota TNI. Dilan juga anak sulung dari 2 bersaudara. Adik
perempuannya bernama Disa, yang juga tak kalah kocak dan gokil dari Dilan.

Kedekatan mereka terus berlanjut, Milea akhirnya benar-benar jatuh cinta


pada Dilan yang menurut pendapatnya tidak terlalu tampan tapi selalu bisa
membuatnya tertawa bahagia. Bersama Dilan, Milea benar-benar merasa sangat
dicintai juga dihargai sebagai perempuan.

Satu-satunya yang Milea tidak sukai dari Dilan adalah geng motornya.
Menurutnya, geng motor itu identik dengan kekerasan, tawuran bahkan minuman
keras. Milea takut hal tersebut akan merusak masa depan Dilan dan membawa Dilan
ke arah pergaulan yang buruk dan merugikan. Meski begitu Dilan tetap berusaha
meyakinkan Lia bahwa tidak semua anggota geng motor seperti apa yang ia pikirkan.
Dan pada novel Dilan – Dia Adalah Dilanku Tahun 1990, Milea masih baik-baik saja
menerima Dilan sebagai anggota geng motor.

Hingga di akhir cerita, mereka akhirnya jadian di warung Bu Eem, di mana


Dilan baru saja disidang karena berkelahi di sekolah. Disaat itulah, saat dimana
nasibnya diujung penentuan apakan masih diterima menjadi siswa di sekolah asalnya
atau dikeluarkan karena terlalu sering melanggar peraturan, Dilan menyatakan
cintanya kepada Milea secara resmi dengan lisan dan tulisan, lengkap dengan materai
dan dibubuhi tanda tangan mereka. Bi Eem yang melihat itu hanya tersenyum gemas
melihat kelakuan Dilan yang selalu mengejutkan.

Kemudian, di bawah guyuran hujan, mereka menikmati masa indah sesaat


setelah jadian. Berboncengan dengan motor CB milik Dilan, mengarungi jalan Buah
Batu.

“Cinta itu indah


Jika bagimu tidak
Mungkin kamu salah memilih pasangan”
(Pidi Baiq, 1972-2098)

D. Penilaian Novel
a. Keunggulan

Keunggulan novel terdapat pada isi novel yang kebanyakan adalah cerita
tentang percakapan. Hal ini memudahkan pembaca yang tidak terlalu menyukai
permainan kata yang terkesan berbelit-belit. Bahasa yang digunakan penulis juga
merupakan bahasa santai dan mengundang tawa. Di novel ini banyak sekali tokoh
pendampingnya dan yang paling menarik ada ilustrasi para tokoh di halaman depan.
Di novel Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1990 terdapat juga ada ilustrasi adegan di
beberapa halamannya, membuat novel ini terlihat berbeda dari novel roman pada
umumnya. Novel ini mengajarkan bagaimana cara kita menjaga pasangan, agar
hubungan bertahan lama dan komunikasi lancar.
Sampul luar novel Dilan: dia adalah dilanku tahun 1990, terlihat menarik.
Dengan gambar seorang remaja SMA berdiri di depan motor yang buming pada tahun
1990. Memperlihatkan sosok seorang Milan yang terlibat anggota geng motor. Cerita
pada novel ini begitu santai dan ringan, sehingga pembaca tidak membutuhkan waktu
yang teralu lama untuk membacanya hingga selesai

b. Kelemahan

Kelemahan dari novel Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1990 adalah terdapat
di beberapa kalimat yang terdengar aneh seperti banyak percakapan yang tidak
nyambung, barang kali pengaruh latar waktu tahun 1990. Dan juga novel ini
menceritakan tentang kisah cinta pada tahun 1990, percakapan dan gurauan yang
digunakan juga masih berkaitan dengan tahun 1990. Hal ini merupakan sebuah
kesulitan tersendiri bagi pembaca yang bukan merupakan angkatan 1990.

Novel ini juga terlalu menonjolkan karakter dilan dan lebih banyak bercerita
tentang dilannya saja. Sehingga peran Milea dalam novel tersesebut seperti terabaikan.

Anda mungkin juga menyukai